You are on page 1of 30

Tugas MPK Agama Islam -14

Nama

: Fakhrian Fitrianto

Kelas/Ruangan

: Islam-14 / S103

Fakultas/Jurusan

: Teknik / Teknik Elektro

NPM

: 1406530861

PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN AQIDAH DALAM ISLAM

1. Pengertian Aqidah
Aqidah secara bahasa berasal dari kata ( )yang berarti ikatan. Secara istilah
adalah keyakinan hati atas sesuatu. Kata aqidah tersebut dapat digunakan untuk
ajaran yang terdapat dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar
Islam. Sehingga ada istilah aqidah Islam, aqidah nasrani; ada aqidah yang benar
atau lurus dan ada aqidah yang sesat atau menyimpang.
Dalam ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan
atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu
keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir,
serta taqdir baik dan buruk. Hal ini didasarkan kepada Hadits shahih yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Shahabat Umar bin Khathab radiyallahu
anha yang dikenal dengan Hadits Jibril.
2. Kedudukan Aqidah dalam Islam
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti
ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang
dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada
gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban
atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan
diterimanya suatu amal. Allah subahanahu wata`ala berfirman,
.

..

Artinya: Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di
akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun
dalam beribadah kepada Tuhannya. (Q.S. al-Kahfi: 110)
Allah subahanahu wata`ala juga berfirman,
. . .
Artinya: Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi
sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh
amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang
merugi. (Q.S. az-Zumar: 65)
2

Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul
mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek
yang lainnya. Rasulullah salallahu `alaihi wasalam berdakwah dan mengajarkan
Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau
keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga
belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan
minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu
kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi
basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya.
Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah,
dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun.
Hal ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya
aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.
SUMBER, METODE DAN CARA PENGAMBILAN AQIDAH ISLAM
1. Sumber-sumber Aqidah Islam
Aqidah Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran yang hanya
dapat ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka, sumber
ajaran aqidah Islam adalah terbatas pada al-Quran dan Sunnah saja. Karena, tidak
ada yang lebih tahu tentang Allah kecuali Allah itu sendiri, dan tidak ada yang lebih
tahu tentang Allah, setelah Allah sendiri, kecuali Rasulullah salallahu `alaihi
wasalam.
1. Metode Memahami Aqidah Islam dari Sumber-sumbernya Menurut Para
Shahabat
Generasi para shahabat adalah generasi yang dinyatakan oleh Rasululah sebagai
generasi terbaik kaum muslimin. Kebaikan mereka terletak pada pemahaman dan
sekaligus pengamalannya atas ajaran-ajaran Islam secara benar dan kaffah. Hal ini
tidak mengherankan, karena mereka adalah generasi awal yang menyaksikan
langsung turunnya wahyu, dan mereka mendapat pengajaran dan pendidikan
langsung dari Rasulullah salallahu `alaihi wasalam. Setelah generasi shahabat,
kualifikasi atau derajat kebaikan itu diikuti secara berurutan oleh generasi berikutnya
dari kalangan tabiin, dan selanjutnya diikuti oleh generasi tabiut tabiin. Tiga
generasi inilah yang secara umum disebut sebagai generasi salaf. Rasulullah
bersabda tentang mereka,
. . .
3

Artinya: Sebaik-baik manusia adalah generasi pada masaku, lalu generasi


berikutnya, lalu generasi berikutnya (H.R. Bukhari dan Muslim)
Generasi salaf yang shalih (al-salaf al-shalih) mengambil pemahaman aqidah dari alQuran dan sunnah dengan metode mengimani atau meyakini semua yang
diinformasikan (ditunjukkan) oleh kedua sumber tersebut. Dan apa saja yang tidak
terdapat dapat dalam kedua sumber itu, mereka meniadakan dan menolaknya.
Mereka mencukupkan diri dengan kedua sumber tersebut dalam menetapkan atau
meniadakan suatu pemahaman yang menjadi dasar aqidah atau keyakinan.
Dengan metode di atas, maka para shahabat, dan generasi berikutnya yang
mengikuti mereka dangan baik (ihsan), mereka beraqidah dengan aqidah yang
sama. Di kalangan mereka tidak terjadi perselisihan dalam masalah aqidah. Kalau
pun ada perbedaan, maka perbedaan di kalangan mereka hanyalah dalam masalah
hukum yang bersifat cabang (furuiyyah) saja, bukan dalam masalah-masalah yang
pokok (ushuliyyah). Seperti ini pula keadaan yang terjadi di kalangan para imam
madzhab yang empat, yaitu Imam Abu Hanifah (th. 699-767 M), Imam Malik (tahun
712-797), Imam Syafii (tahun 767-820), dan Imam Ahmad (tahun 780-855 M).
Karena itulah, maka mereka dipersaksikan oleh Rasulullah saw sebagai golongan
yang selamat, sebagaimana sabda beliau,

:
Artinya: Mereka (golongan yang selamat) adalah orang-orang yang berada di atas
suatu prinsip seperti halnya saya dan para shahabat saya telah berjalan di
atasnya. (H.R. Tirmidzi)

3 Prinsip Akidah Seorang Muslim


Para ulama sering menjelaskan tiga prinsip yang harus jadi pegangan setiap muslim.
Jika prinsip ini dipegang, barulah ia disebut muslim sejati.
Para ulama mengatakan, Islam adalah:
4

. .. . .
Berserah diri pada Allah dengan mentauhidkan-Nya, patuh kepada-Nya dengan
melakukan ketaatan dan berlepas diri dari syirik dan pelaku syirik.
Prinsip pertama: Berserah diri pada Allah dengan bertauhid
Maksud prinsip ini adalah beribadah murni kepada Allah semata, tidak pada yang
lainnya. Siapa yang tidak berserah diri kepada Allah, maka ia termasuk orang-orang
yang sombong. Begitu pula orang yang berserah diri pada Allah juga pada selainNya (artinya: Allah itu diduakan dalam ibadah), maka ia disebut musyrik. Yang
berserah diri pada Allah semata, itulah yang disebut muwahhid (ahli tauhid).
Tauhid adalah mengesakan Allah dalam ibadah. Sesembahan itu beraneka ragam,
orang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan.
Allah Taala berfirman,
. . . .
Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan. (QS. At Taubah: 31).
Begitu pula Allah Taala berfirman,
. . .
. . .
. . .
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ibadah kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus. (QS. Al Bayyinah: 5).
Dalam ayat lain, Allah menyebutkan mengenai Islam sebagai agama yang lurus,
. . . . .
Hukum itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui. (QS. Yusuf: 40). Inilah yang disebut Islam. Sedangkan yang berbuat
syirik dan inginnya melestarikan syirik atas nama tradisi, tentu saja tidak berprinsip
seperti ajaran Islam yang dituntunkan.
Prinsip kedua: Taat kepada Allah dengan melakukan ketaatan
Orang yang bertauhid berarti berprinsip pula menjalankan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya. Ketaatan berarti menjalankan perintah dan menjauhi
larangan. Jadi tidak cukup menjadi seorang muwahhid (meyakini Allah itu diesakan
dalam ibadah) tanpa ada amal.
Prinsip ketiga: Berlepas diri dari syirik dan pelaku syirik
Tidak cukup seseorang berprinsip dengan dua prinsip di atas. Tidak cukup ia hanya
beribadah kepada Allah saja, ia juga harus berlepas diri dari syirik dan pelaku syirik.
5

Jadi prinsip seorang muslim adalah ia meyakini batilnya kesyirikan dan ia pun
mengkafirkan orang-orang musyrik. Seorang muslim harus membenci dan
memusuhi mereka karena Allah. Karena prinsip seorang muslim adalah mencintai
apa dan siapa yang Allah cintai dan membenci apa dan siapa yang Allah benci.
Demikianlah dicontohkan oleh Ibrahim alaihis salam di mana beliau dan orangorang yang bersama beliau[1]berlepas diri dari orang-orang musyrik. Saksikan pada
ayat,
. . . .
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orangorang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu
sembah selain Allah. (QS. Al Mumtahanah: 4). Ibrahim berlepas diri dari orang
musyrik dan sesembahan mereka.
. .
. .. .
Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (QS. Al
Mumtahanah: 4).
Dalam ayat lain disebutkan pula,
. .
. . . .

Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara
ataupun keluarga mereka. (QS. Al Mujadilah: 22).


.
. . .. . . . .
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudarasaudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas
keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim. (QS. At Taubah: 23).
. . .
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan
musuhmu menjadi teman-teman setia. (QS. Al Mumtahanah: 1).
Demikianlah tiga prinsip agar disebut muslim sejati, yaitu bertauhid, melakukan
ketaatan dan berlepas diri dari syirik dan pelaku syirik.

Aqidah Islam
Aqidah Islam adalah suatu ikatan tali batin yang berupa janji orang yang beriman
kepada Allah SWT untuk menaati semua perintah dan menjauhi laranganNya.
Dengan berpegang teguh kepada Aqidah Islam, maka hati akan senantiasa menjadi
tenteram dari kebimbangan masalah kehidupan.
Pengertian Aqidah Islam
Aqidah menurut bahasa adalah aqada , kata tersebut mempunyai arti ikatan dua
utas tali dalam satu simpul sehingga kedua tali tersebut menjadi tersambung.
Sedangkan aqidah menurut istilah adalah sebuah urusan yang secara umum dapat
diterima kebenarannya oleh akal pikiran manusia dan berdasarkan wahyu Allah
SWT serta tidak tercampur dengan keraguan.

Aqidah Islam
Dapat disimpulkan bahwa Aqidah Islam adalah dasar-dasar pokok kepercayaan
seorang muslim yang berdasarkan sumber ajaran islam. Dasar-dasar tersebut
dinyatakan bahwa setiap muslim wajib berpegang teguh sebagai sumber keyakinan
hati yang mengikat. Selain itu, Aqidah Islam adalah suatu ikatan tali batin yang
berupa janji orang yang beriman kepada Allah SWT untuk menaati semua perintah
dan menjauhi laranganNya. Dengan berpegang teguh pada akidah islam, hati akan
menjadi tenteram dari kebimbangan salam hidup. Islam mengajarkan kepada umatumatnya agar berakidah yang sepenuh hati dan tidak boleh ada keraguan.
7

Tujuan Mempelajari Aqidah Islam


Orang mempelajari suatu ilmu pasti mempunyai tujuan yang pasti. Sama halnya
dengan orang yang mempelajari Aqidah Islam. Tujuan mempelajari aqidah islam
adalah sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui petunjuk hidup yang benar dan dapat membedakan mana
yang benar dan mana yang salah sehingga hidup untuk mencari keridhaan Allah
SWT.

2.

Untuk menghindarkan diri dari pengaruh kehidupan yang sesat atau jauh dari
petunjuk hidup yang benar.

Kita sebagai umat muslim sangatlah diwajibkan untuk mengikuti jalan yang lurus
(Aqidah Islam). Hal ini pun disebabkan karena islam adalah satu-satunya jalan hidup
yang benar di sisi Allah SWT dan senantiasa akan selalu diridhoi oleh Allah SWT.
Dengan mengikuti dan meyakini aqidah Islam atau agama selain ajaran islam maka
sesungguhnya berarti mengikuti sebuah jalan kehidupan yang penuh kesesatan.
Sudah sepantaslah kita wajib patut untuk bersyukur kepada Allah SWT karena
dengan segala bentuk hidayah Nya, sehingga kita dapat mengikuti petunjuk yang
benar yakni Islam.
Dalam islam, aqidah merupakan sebuah landasan atau pedoman atas setiap
perilaku orang dalam kehidupan beragama. Dengan akidah, maka muncullah
kesediaan untuk mematuhi ajaran agama. Oleh sebab itulah, dengan mempelajari
Aqidah Islam akan mempunyai manfaat yang sungguh besar, yaitu antara lain:

Aqidah Islam
1.

Memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan hidup yang hakiki karena


mempunyai hubungan batin yang dekat dengan Allah SWT.

2.

Mendapat jaminan surga dan selamat dari neraka apabila benar-benar


berpegang teguh terhadap aqidah islam secara sempurna.

3.

Memperoleh petunjuk hidup yang benar sesuai dengan kehendak Allah SWT,
yang telah menciptakan alam semesta termasuk diri kita sendiri.

4.

Selamat dari pengaruh kepercayaan lain yang hanya akan membawa


kerusakan dan hidup yang jauh dari kebenaran.

5.

Tidak mudah terpengaruh dengan kemewahan hidup di dunia karena


kehidupan yang hakiki adalah kehidupan di akhirat kelak.

Rasulullah SAW menyatakan bahwa pada setiap diri manusia ada sekepal daging.
Maka apabila daging itu menjadi sehat, sehatlah diri seseorang tersebut. Dan
sebaliknya juga, apabila sekepal daging tersebut menjadi tidak sehat, maka tidak
sehat pula diri seseorang. Dengan demikian sekepal daging yang dimaksud
merupakan hati. Karena hati manusia telah memiliki aqidah Islam yang benar
tentunya akan melahirkan perilaku yang baik berdasarkan dengan aqidahnya.
Adapun perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Aqidah Islam, yaitu antara lain :
1.

Beribadah kepada Allah SWT dengan hati yang ikhlas tanpa perasaan
terpaksa dan terbebani.
9

2.

Berusaha dengan sungguh-sungguh sepenuh hati untuk memurnikan niat


dalam beribadah kepada Allah SWT.

3.

Berusaha menghindarkan diri dari segala bentuk kesesatan, baik dalam


beribadah maupun perbuatan dalam kehidupan sehari-hari.

4.

Berusaha untuk meningkatkan ketaatan dan ketakwaan kepada Allah SWT


dalam bentuk berbakti kepada kedua orang tua dan berbuat baik kepada
sesama manusia.

5.

Tidak mempercayai adanya makhluk gaib yang dapat mempengaruhi nasib


manusia karena hal itu merupakan termasuk syirik.

Sistem Akidah Agama Islam


Akidah berasal dari kata aqada yang artinya ikatan dua utas tali dalam satu buhul
sehingga menjadi tersambung. Akidah berarti pula janji karena janji merupakan
ikatan kesepakatan antara dua orang yang mengadakan perjanjian. Akidah menurut
terminologi adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang
membuat jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan
keraguan. Pengertian akidah menurut al-Quran adalah keimanan kepada Allah SWT
yakni

mengakui

kemujudan-Nya.

Dengan

demikian

akidah

Islam

adalah

kepercayaan dan keyakinan terhadap Allah sebagai Rabb dan Ilah serta beriman
dengan nama-nama-Nya dan segala sifat-sifat-Nya juga beriman dengan adanya
malaikat, kitab-kitab, para Rasul, hari akhirat dan beriman dengan takdir Allah entah
itu baik maupun buruk juga segala apa yang datang dari Allah. Akidah dalam Islam
disebut Iman, ia bukan hanya berarti percaya melainkan keyakinan yang mendorong
seorang muslim untuk berbuat. Akidah sebagai fundamen utama ajaran Islam
bersumber pada al-Quran dan Sunnah karena dalam hal yang berkaitan dengan
keyakinan tidak seluruhnya dapat ditemukan oleh kemampuan yang dimiliki oleh

10

manusia. Kerangka iman yang mendasari seorang muslim dalam ajaran Islam ada
enam, yaitu:
1.

Iman

kepada

Allah

SWT

Dalam akidah Islam, Tuhan memperkenalkan diri-Nya dan memberitahukan sifatsifat-Nya kepada manusia melalui firman-Nya yang disampaikan melalui utusanNya. Iman kepada Allah dan kepada sifat-sifat-Nya akan menandai perilaku seorang
muslim sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak
perilakunya.
2.

Iman

kepada

Malaikat

Keyakinan terhadap adanya malaikat bukan hanya sebatas mengetahui nama dan
tugasnya saja, melainkan melahirkan dampaknya pada perilaku. Jika kita meyakini
bahwa ada malaikat yang senantiasa mencatat kebaikan dan keburukan manusia
setiap

saat,

maka

3.

ia

akan

selalu

Iman

berhati-hati

dalam

kepada

bertindak.
Kitab

Allah menurunkan wahyunya kepada manusia melalui Rasul-Nya yang tertulis dalam
kitab-kitab-Nya. Kitab Allah berisi informasi-informasi,aturan-aturan, dan hukumhukum Allah dari Allah bagi manusia. Kitab-kitab Allah menjadi pedoman hidup
manusia demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Kiatb-kitab Allah yang
diturunkan kepada manusia telah disesuaikan dengan tingkat perkembangan
kebudayaan

manusia.

4.

Iman

kepada

Rasul

Rasul diutus untuk manusia agar manusia dapat memahami apa yang dikehendaki
dan direncanakan Allah, karena manusia tidak dapat berhubungan langsung dengan
Allah SWT. Allah menurunkan wahyu-Nya kepada manusia tidak secara langsung,
melainkan
5.

memilih
Iman

diantara

manusia

dan

kepada

dijadikan-Nya
Hari

utusan.
Kiamat

Beriman kepada hari kiamat adalah meyakini akan kedatangannya agar kita bersiapsiap memperbaiki diri untuk menghadapi pengadilan Allah.
11

6.

Iman

kepada

Takdir

Takdir berasal dari kata qadara, yang berarti mengukur,memberi kadar atau ukuran.
Beriman kepada takdir Allah akan melahirkan sikap optimisme, tidak mudah kecewa
dan putus asa, sebab apa yang menimpa setelah segala usaha dilakukan
merupakan takdir Allah, dan Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.

Rukun Iman yang telah disebutkan dan dijelaskan di atas pada dasarnya merupakan
satu

kesatuan

yang

sistemik.

Akidah Islam merupakan usuluddin, akar dan pokok agama Islam. Pembahasan
tentang akidah dilakukan oleh ilmu kalam yakni ilmu hasil penalaran atau ijtihad
manusia yang membahas dan menjelaskan tentang kalam Ilahi (mengenai akidah)
atau juga disebut ilmu tauhid karena membahas dan menjelaskan (terutama)
tentang ke-Esaan Allah (tauhid). Hasil pemahaman tentang akidah menimbulkan
aliran-aliran atau mazhab-mazhab dengan nama tertentu di kalangan umat Islam.
Aliran-aliran

ini

di

lapangan

akidah

dalam

ilmu

kalam,

adalah:

1. Kharijiyah. Sebagai kelompok disebut Khawarij yakni segolongan umat Islam yang
semula menjadi pengikut Ali bin Abi Thalib, kemudian keluar dan memisahkan diri
dari Ali terhadap Muawiyah dalam menyelesaikan perselisihan (politik) mereka
dengan berunding yang kemudian dilanjutkan dengan arbitrasi atau perwasitan
(tahkim).
2. Murjiah. Lahir sebagai reaksi terhadap aliran Kharijiyah. Mereka mengharap
pengampunan dari Allah atas segala dosa yang dikerjakan manusia, menangguhkan
dan

menyerahkan

dosa

itu

pada

ketentuan

Allah

di

akhirat.

3. Syiah. Berasal dari kata Syiah Ali atau pengikut Ali r.a. Syiah adalah paham
suatu golongan dalam Islam yang berpendapat bahwa hanya Ali bin Abi Thalib serta
keturunannya melalui Fatimah binti Muhammad yang berhak menjadi khalifah.
Sebagai kelompok paham, Syiah terdiri dari tiga aliran, yaitu Itsna Asyariyah,
12

Sabiyah,

dan

Zaidiyah.

4. Jabariyah. Berasal dari kata jabar yang artinya terpaksa. Golongan ini
berpendapat bahwa manusia terpaksa atau dipaksa melakukan sesuatu yang telah
ditentukan

oleh

Allah.

5. Qadariyah. Merupakan penentang aliran Jabariyah. Menurut paham ini manusia


bebas menentukan segala perbuatannya. Manusia bebas menentukan nasibnya
sendiri

dan

perbuatan

yang

baik

atau

yang

buruk

bagi

dirinya.

6. Muktazilah. Golongan ini mengajarkan ilmu kalam yang bersifat rasional,


mempergunakan filsafat dalam menjelaskan keyakinan agama. Karena itu, mereka
kritis

terhadap

Sunnah

Nabi

atau

hadis.

7. Ahlussunah wal Jamaah. Pada umumnya golongan ini disebut Sunni. Golongan
ini berpegang pada al-Quran, sunah Nabi Muhammad dan para sahabatnya
mengenai

akidah.

8. Ahmadiyah. Golongan ini terbagi dua aliran yakni Ahmadiyah Qadiyan (yang
berpendapat bahwa Mirza Gulam Ahmad merupakan Nabi dan Rasul Akhir zaman
yang mendapat wahyu dari Allah untuk menyempurnakan Islam) dan Ahmadiyah
Lahore (yang berpendapat bahwa Mirza hanya seorang mujaddid atau pembaharu
saja).
9. Salafiyah. Merupakan paham satu golongan dalam Islam yang masih termasuk ke
dalam kelompok Sunni juga, yang berpegang teguh kepada nash atau teks yang
tertulis dalam al-Quran mengenai akidah, tanpa mencampurkannya dengan filsafat.

SISTEM AKIDAH ISLAM


A.

Pengertian dan Hakikat Akidah

Menurut bahasa (etimology) akidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu kata
dasar al-aqd yaitu al-Rabith (ikatan), al-Ibram (pengesahan), al-Ahkam (penguatan),
al-Tawuts (menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan
al-Itsbat (penetapan). Sedangkan Aqidah secara istilah (terminologi) adalah perkara
yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga
13

menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh
keraguan dan kebimbangan.
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan
dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan
diutusnya pada Rasul. Dalam pengertian lengkapnya, aqidah adalah suatu
kepercayaan dan keyakinan yang menyatakan bahwa Allah SWT itu adalah Tuhan
Yang Maha Esa, Ia tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatupun
yang menyerupaiNya. Keyakinan terhadap keesaan Allah SWT disebut juga Tauhid,
dari kata Wahhada-Yuwahidu, yang artinya mengesakan. Jadi kesimpulannya, apa
yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu
benar atau pun salah.
Aqidah menurut hasan al-Banna adalah beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang tidak bercampur
sedikit dengan keraguan-raguan. Adapun aqidah menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy
adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia
berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam
hati serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
Hakikat Iman
Dalam menjelaskan definisi akidah ada disebut perkataan kepercayaan atau
keimanan. Ini disebabkan Iman merupakan unsur utama kepada akidah. Iman ialah
perkataan Arab yang berarti percaya yang merangkumi ikrar (pengakuan) dengan
lidah, membenarkan dengan hati dan mempraktikkan dengan perbuatan. Ini adalah
berdasarkan sebuah hadis yang bermaksud:
"Iman itu ialah mengaku dengan lidah, membenarkan di dalam hati dan beramal
dengan anggota." (al-Hadis)
Walaupun iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh orang lain
selain dari dirinya sendiri dan Allah SWT namun dapat diketahui oleh orang melalui
bukti-bukti amalan. Iman tidak pernah berkompromi atau bersekongkol dengan
kejahatan dan maksiat. Sebaliknya iman yang mantap di dada merupakan
pendorong ke arah kerja-kerja yang sesuai dan secucuk dengan kehendak dan
tuntutan iman itu sendiri.
B.

Pemahaman Akidah Secara Komprehensif

Aqidah Islam komprehensif (menyeluruh). Aqidah Islam telah menjawab seluruh


pertanyaan manusia tentang alam semesta, manusia, kehidupan, dan menetapkan
bahwa semuanya itu adalah makhluk. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa
sebelum kehidupan dunia ada Allah SWT, sedangkan setelah kehidupan dunia ada
hari kiamat. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa hubungan antara kehidupan
14

dunia dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah keterikatan manusia
dengan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah SWT. Sedangkan hubungan
antara kehidupan dunia ini dengan kehidupan sesudahnya adalah perhitungan,
surga dan neraka.
C.

Pengembangan Akidah Dalam Ilmu Kalam

Ilmu kalam atau bisa disebut juga Ilmu Teologi adalah suatu disiplin ilmu yang
mengkaji secara mendalam masalah ketuhanan dan sifat-sifatNya. Dengan kata lain,
objek pembicaraan dalam ilmu ini adalah Tuhan. Ilmu kalam berbicara secara
mendetail tentang aqidah Islam yang benar; menyangkut masalah keimanan,
keislaman, dan ketauhidan. Dapat dipahami bahwa objek dari ilmu kalam berkisar
pada masalah wahyu, akal, iman, kufur, kehendak dan perbuatan Tuhan, keadilan
dan sifat-sifat Tuhan. Ilmu kalam merupakan ilmu hasil ijtihad para ahli di bidang itu
untuk mempertahankan aqidah dan keimanan dengan menggunakan akal dan
pikiran. Karena ilmu ini berkaitan dengan akidah (keyakinan dan kepercayaan
kepada Tuhan) yang merupakan fondasi utama yang permanen, maka ilmu ini tidak
mengalami perubahan dari dulu hingga sekarang, misal tentang keesaan Tuhan.
Para ulama dari berbagai aliran pemikiran sepakat bahwa Allah adalah Tuhan Yang
Maha Esa, baik zat, sifat, maupun Afal-Nya.

Pengertian Aqidah dan Aqidah Islamiyah


A. Pengeritan Aqidah

a. Pengertian Aqidah secara bahasa (etimology)

Kata aqidah diambil dari kata dasar al-aqd yaitu al-Rabith (ikatan), al-Ibram
(pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-Tawuts (menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi
quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-Itsbat (penetapan).

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan
dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan
diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. [1]

15

Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti
adalah aqidah; baik itu benar atau pun salah.

b. Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)

Aqidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa
menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan
kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

Pengertian aqidah menurut hasan al-Banna

"Aqa'id bentuk jamak rai aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati, mendatangkan kekntentraman jiwa yang tidak bercampur
sedikit dengan keraguan-raguan". [2]

Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:

"Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia
di dalam hati serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak
segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. [3]

Untuk lebih memahami definisi diatas kita perlu mengemukakan beberapa catatan
tambahan sebagai berikut:

1. Ilmu terbagi dua:

Pertama ilmu dharuri yaitu Ilmu yang dihasilkan oleh indera, dan tidak memerlukan
dalil. Misalnya apabila kita melihat tali di hadapan mata, kita tidak memerlukan lagi
dalil atau bukti bahwa benda itu ada.
16

Kedua adalah ilmu nazhari yaitu. Ilmu yang memerlukan dalil atau pembuktian.
Misalnya ketiga sisi segitiga sama sisi mempunyai panjang yang sama, memerlukan
dalil bagi orang-orang yang belum mengetahui teori itu. Di antara ilmu nazhari itu,
ada hal-hal yang karena sudah sangat umum dan terkenal tidak memerlukan lagi
dalil. Misalnya kalau sebuah roti dipotong sepertiganya maka yang du pertiganya
tentu lebih banyak dari sepertiga, hal itu tentu sudah diketahui oleh umum bahkan
anak kecil sekalipun. Hal seperti ini disebut badihiyah. Jadi badihiyah adalah segala
sesuatu yang kebenarannya perlu dalil pemuktian, tetapi karena sudah sangat
umum dan mendarah daging maka kebenaran itu tidak lagi perlu pembuktian.

2. Setiap manusia memiliki fitrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera untuk


mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan memerlukan wahyu untuk
menjadi pedoman menentukan mana yang benar dan mana yang tidak. Tentang
Tuhan, musalnya, setiap manusia memiliki fitrah bertuhan, dengan indera dan akal
dia bisa membuktikan adanya Tuhan, tetapi hanya wahyulah yang menunjukkan
kepadanya siapa Tuhan yang sebenarnya.

3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum


seseorang sampai ke tingkat yakin dia akan mengalami beberapa tahap.

Pertama: Syak. Yaitu sama kuat antara membenarkan sesuatu atau menolaknya.
Kedua: Zhan. Salah satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya karena ada dalil yang
menguatkannya.

Ketiga: Ghalabatu al-Zhan: cenderung labih menguatkan salah satu karena sudah
meyakini dalil kebenarannya. Keyakinan yang sudah sampai ke tingkat ilmu inilah
yang disebut dengan aqidah.

4. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya lahirnya seseorang bisa


saja pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan
ketenangan jiwa, karena dia harus melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan
keyakinannya.

17

5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Artinya seseorang tidak akan bisa
meyakini sekaligus dua hal yang bertentangan.

6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahaman


terhadap dalil. Misalnya:

- Seseorang akan meyakini adanya negara Sudan bila dia mendapat informasi
tentang Negara tersebut dari seseorang yang dikenal tidak pernah bohong.

- Keyakinan itu akan bertambah apabila dia mendapatkan informasi yang sama dari
beberapa orang lain, namun tidak tertutup kemungkinan dia akan meragukan
kebenaran informasi itu apabila ada syubhat (dalil-dalil yang menolak informasi
tersebut).

- Bila dia menyaksikan foto Sudan, bertambahlah keyakinannya, sehingga


kemungkinan untuk ragu semakin kecil.

- Apabila dia pergi menyaksikan sendiri negeri tersebut keyakinanya semakin


bertambah, dan segala keraguannya akan hilang, bahkan dia tidak mungkin ragu
lagi, serta tidak akan mengubah pendiriannya sekalipun semua orang menolaknya.

- Apabila dia jalan-jalan di negeri Sudan tersebut dan memperhatikan situasi


kondisinya bertambahlah pengalaman dan pengetahuanya tentang negeri yang
diyakininya itu. [4]

Dalam pengertian lain aqidah berarti pemikiran menyeluruh tentang alam, manusia,
dan kehidupan, dan tentang apa-apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan
dunia, serta hubungan kehidupan dengan apa yang ada sebelum dan sesudah
kehidupan dunia.
Pemikiran menyeluruh inilah yang dapat menguraikan uqdah al-kubra
(permasalahan besar) pada diri manusia, yang muncul dari pertanyaan-pertanyaan;
siapa yang menciptakan alam semesta dari ketiadaannya? Untuk apa semua itu
diciptakan? Dan ke mana semua itu akan kembali (berakhir)? [5]
18

B. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah

Menurut Hasan al-Banna sistematika ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:

1. Ilahiyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi seperti
wujud Allah dan sifat-sifat Allah, ad'al Alah dan lain-lain

2. Nubuwat
Yaitu pembahasan tentang segala seuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
Rasul, termasuk pembahasan tentang Kitab-Kitab Alah, mu'jizat, dan lain
sebagainya.

3. Ruhaniyat
Yaitu pembahsasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya.

4. Sam'iyyat
Yaitu pembahahasan tentang segaa sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam'I
(dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur,
tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lainnya.

C. Aqidah Islamiyah

Aqidah Islamiyah telah memcahkan uqdah al-kubra (perkara besar) pada manusia.
Aqidah Islam juga memberikan jawaban aras pertanyaan-pertanyaan manusia,
sebab Islam telah menjelaskan bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan
19

adalah ciptaan (makhluk) bagi pencipta (al-Kahliq) yaitu Allah swt, dan bahwasannya
setelah kehidupan ini akan ada hari kiamat. Hubungan antara kahidupan dunia
dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah ketundukan manusia
terhadap printah-perintah Allah dan laranga-laranganNya sedangkan hubungan
antara kehidupan dunia dengan apa yang ada sesudah kehidupan dunia adalah
adanya Hari Kiamat, yang di dalamnya terdapat pahala dan siksa, serta surga dan
neraka. Al-Quran telah menetapkan rukun-rukun aqidah ini.

"Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan):
"Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasulrasul-Nya", (al-Baqarah, 285)

Didalam hadits yang panjang, Jibril as pernah bertanya kepada rasulullah saw,
Beritahukanlah kepadaku tentang iman! Lalu Rasul saw menjawab, Iman itu adlah
percaya kepada (adanya) Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat,
dan percaya kepadaal-qadr (takdir), baik dan buruknya berasal dari Allah swt. Jibril
berkata, Engkau benar (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud dan al-Nasai).
Aqidah Islam mempunyai kekhususan-kekhususan diantaranya adalah:

1. Aqidah Islam dibangun berlandaskan akal. Selama kita beriman kepada Allah, alquran, dan kepada kenabian Mihammad saw dengan jalan akal, maka wajib bagi
kita mengimani segala hal yang diberitakan al-Quran kepada kita. Sama saja apakah
yang diberitakan itu dapat dijabgkau oleh akal dan panca indera manusia, atau
berupa perkara-perkara ghaib yang sama sekali tidak dapat dijangkau oleh [anca
indera manusia seperti hari akhir, malaikat, dan perkara-perkara ghaib lainnya.

2. Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia. Beragama (al-tadayun) merupakan


hal yang fitri pada diri manusia. Perwujudan dari naluri beragama ini adalah
kenyatan bahwa dirinya penuh kelemahan, kekurangan, dan serva membutuhkan
terhadap sesuatu yang lain. Kemudian aqidah Islan hadir untuk memberikan
pemenuhan terjadap naluri beragama yang ada pada diri manusia, dan membimbing
mausia untuk mendapatkan kebenaran akan adanya Pencipta Yang Maha Kuasa.

20

Dimana, semua makhluk yang ada, keberadaanNya sendiri tidak berhantung pada
siapapun.

3. Aqidah Islam komprehensif (menyeluruh). Aqidah Islam telah menjawab seluruh


pertanyaan manusia tentang alam semesta, manusia, kehidupan, dan menetapkan
bahwa semuanya itu adalah makhluk. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa
sebelum kehidupan dunia ada Allah swt, sedangakn setelah kehidupan dunia
adakan ada hari kiamat. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa hubungan antara
kehidupan dunia dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah keterikatan
manusia dengan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah swt. Sedangakn
hubungan antara kehidupan dunia ini dengan kehidupan sesudahnya adalah
perhitungan, surga dan neraka.

Aqidah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.


Diantaranya;

1. Aqidah Islam telah memuaskan akal dan memberikan ketenangan pada jiwa
manusia. Sebab, aqidah Islam telah menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan
jawaban yang memuaskan dan shahih.

2. Aqidah Islam telah menciptakan keteguhan dan keberanian pada diri seorang
muslim. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang berbunyi:

Tidaklah mati seseorang sampai ditetapkan ajalnya, rezekinya dan apa-apa yang
menjadi takdirnya..

3. Aqidah Islam akan membentuk ketakwaan pada diri seorang muslim. Setelah
seorang muslim menyadari hubungannya dengan Allah, dan bahwa Allah swt akan
menghisab semua pernuatannya pada hari kiamat, maka ia akan menghindarkan diri
dari perbuatan yang diharamkan serta melakukan perbuatan baik dan yang
dihalalkan. Sebab, ia telah meyakini bahwa hari perhitungan pasti akan datang.

21

Aqidah juga mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup bermasyarakat,


yaitu:

1. Masyarakat akan beriman kepada Rabb Yang Esa, agama yang satu serta tunduk
pada aturan yang satu.
2. Akan mewujudkan masyarakat yang saling melengkapi, saling menjamin seperti
halnya satu tubuh, satu-kesatuan pemikiran dan perasaan. Rasulullah saw
bersabda:

Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal persahabatan dan kasih saying
adalah ibarat satu utbuh. Bila salah satu anggota tubuh terserang sakit, maka
seluruh anggota tubuh yang lain akan ikut terserang demam dan susah tidur.
3. akan tercipta ikatan ideologis yang kaut serta diantara individu-individu anggota
masyarakat, yakni ikatan ukhwah Islamiyah.

PENUTUP

a. Kesimpulan

Dari pemsbahasan di atas dapat kitarik kesimpulan bahwa aqidah secara bahasa
diambil dari kata . yang mempunyai arti ikatan, pengesahan, penguatan dan
penetapan. Maksudnya adalah apa yang menjadi ketetapan hati seseorang secara
yakin. Sedangkan pengertian aqidah secara istilah ada beberapa pendapat yang
mendefinisikannya. Salah satu diantaranya adalah al-Jazairy yang mengatakan
bahwa aqidah merupakan sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum
oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh
manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti
dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
Kita sebagai umat Islam hendaknya bersyukur karena pertanyaan-pertanyaan yang
sering mengusik hati manusia yang berakal dapat telah dijawab oleh Aqidah kita
yaitu Aqidah Islamiyah yang sekaligus menjadi pegangan kita untuk menjalani hidup
serta mengabdi kepada Allah saw.
b. Penutup

22

Demikianlah pembahasan yang dapat kami susun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Hadits Aqidah yang berjudul : "Pengertian Aqidah".
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
serta kejanggalan, oleh karena itu kritik serta saran yang membangun sangat kami
harapkan guna menambah kesempurnaan kita dalam menambah wawasan serta
dalam rangka menimba ilmu.

[1] Lihat kamus bahasa: Lisaanul Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mujamul
Wasiith: bab: Aqada
[2] Al-Banna, hal. 445
[3] al-Jazairy, Akidah al-Mukmin,1978. hal. 21
[4] Drs. Yunahar Ilyas, Lc Kuliah Aqidah Islam"LPPI
[5] Lihat Muhammad Husaim Abdullah Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam Pustaka
Thariqatul Izzah, hal 59.

Pengertian Akidah Islamiyyah


Ahlu SunnahAhlu Sunnah Wal JamaahAkidahAkidah Ahlu SunnahAkidah Ahlu
Sunnah Wal JamaahAkidah IslamiyahAswajaCiri Ahlu SunnahCiri Ahlu Sunnah Wal
JamaahCiri Aswaja

23

A. Definisi Aqidah
Aqidah ( .) menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-aqdu (.) yang
berarti ikatan, at-tautsiiqu( .) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat,
al-ihkaamu (
. )yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquwwah( (.) yang berarti mengikat dengan kuat.[1]
Sedangkan menurut istilah (terminologi): aqidah adalah iman yang teguh dan pasti,
yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
Jadi, Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada
Allah Subhanahu wa Taala dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid[2] dan
taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitabkitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang
telah shahih tentang Prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang
ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma (konsensus) dari Salafush Shalih,
serta seluruh berita-berita qathi (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah
yang telah ditetapkan menurut Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma
Salafush Shalih.[3]
B. Objek Kajian Ilmu Aqidah[4]
Aqidah jika dilihat dari sudut pandang sebagai ilmu -sesuai konsep Ahlus Sunnah
24

wal Jamaah- meliputi topik-topik: Tauhid, Iman, Islam, masalah ghaibiyyaat (hal-hal
ghaib), kenabian, takdir, berita-berita (tentang hal-hal yang telah lalu dan yang akan
datang), dasar-dasar hukum yang qathi (pasti), seluruh dasar-dasar agama dan
keyakinan, termasuk pula sanggahan terhadap ahlul ahwa wal bida (pengikut hawa
nafsu dan ahli bidah), semua aliran dan sekte yang menyempal lagi menyesatkan
serta sikap terhadap mereka.
Disiplin ilmu aqidah ini mempunyai nama lain yang sepadan dengannya, dan namanama tersebut berbeda antara Ahlus Sunnah dengan firqah-firqah (golongangolongan) lainnya.
Penamaan Aqidah Menurut Ahlus Sunnah:
Di antara nama-nama aqidah menurut ulama Ahlus Sunnah adalah:
1. Al-Iman
Aqidah disebut juga dengan al-Iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran dan hadits-hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, karena aqidah membahas
rukun iman yang enam dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Sebagaimana
penyebutan al-Iman dalam sebuah hadits yang masyhur disebut dengan hadits Jibril
Alaihissallam. Dan para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut istilah aqidah dengan
al-Iman dalam kitab-kitab mereka.[5]
2. Aqidah (Itiqaad dan Aqaa-id)
Para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut ilmu aqidah dengan istilah Aqidah
Salaf: Aqidah Ahlul Atsar dan al-Itiqaad di dalam kitab-kitab mereka.[6]
3. Tauhid
Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid
atau pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma wa Shifat.
Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan
utamanya. Oleh karena itulah ilmu ini disebut dengan ilmu Tauhid secara umum
menurut ulama Salaf.[7]

25

4. As-Sunnah
As-Sunnah artinya jalan. Aqidah Salaf disebut As-Sunnah karena para penganutnya
mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para
Sahabat Radhiyallahu anhum di dalam masalah aqidah. Dan istilah ini merupakan
istilah masyhur (populer) pada tiga generasi pertama.[8]
5. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah
Ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan masalah-masalah yang
qathi serta hal-hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama.[9]
6. Al-Fiqhul Akbar
Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al-Fiqhul Ashghar, yaitu
kumpulan hukum-hukum ijtihadi.[10]
7. Asy-Syariah
Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla
dan Rasul-Nya berupa jalan-jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok adalah
Ushuluddin (masalah-masalah aqidah).[11]
Itulah beberapa nama lain dari ilmu Aqidah yang paling terkenal, dan adakalanya
kelompok selain Ahlus Sunnah menamakan aqidah mereka dengan nama-nama
yang dipakai oleh Ahlus Sunnah, seperti sebagian aliran Asyaairah (Asyariyyah),
terutama para ahli hadits dari kalangan mereka.
Penamaan Aqidah Menurut Firqah (Sekte) Lain:
Ada beberapa istilah lain yang dipakai oleh firqah (sekte) selain Ahlus Sunnah
sebagai nama dari ilmu aqidah, dan yang paling terkenal di antaranya adalah:
1. Ilmu Kalam
Penamaan ini dikenal di seluruh kalangan aliran teologis mu-takallimin (pengagung
ilmu kalam), seperti aliran Mutazilah, Asyaairah[12] dan kelompok yang sejalan
dengan mereka. Nama ini tidak boleh dipakai, karena ilmu Kalam itu sendiri merupa-

26

kan suatu hal yang baru lagi diada-adakan dan mempunyai prinsip taqawwul
(mengatakan sesuatu) atas Nama Allah dengan tidak dilandasi ilmu.
Dan larangan tidak bolehnya nama tersebut dipakai karena bertentangan dengan
metodologi ulama Salaf dalam menetapkan masalah-masalah aqidah.
2. Filsafat
Istilah ini dipakai oleh para filosof dan orang yang sejalan dengan mereka. Ini adalah
nama yang tidak boleh dipakai dalam aqidah, karena dasar filsafat itu adalah
khayalan, rasionalitas, fiktif dan pandangan-pandangan khurafat tentang hal-hal
yang ghaib.
3. Tashawwuf
Istilah ini dipakai oleh sebagian kaum Shufi, filosof, orientalis serta orang-orang yang
sejalan dengan mereka. Ini adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam aqidah,
karena merupakan pe-namaan yang baru lagi diada-adakan. Di dalamnya
terkandung igauan kaum Shufi, klaim-klaim dan pengakuan-pengakuan khurafat
mereka yang dijadikan sebagai rujukan dalam aqidah.
Penamaan Tashawwuf dan Shufi tidak dikenal pada awal Islam. Penamaan ini
terkenal (ada) setelah itu atau masuk ke dalam Islam dari ajaran agama dan
keyakinan selain Islam.
Dr. Shabir Thaimah memberi komentar dalam kitabnya, ash-Shuufiyyah Mutaqadan
wa Maslakan: Jelas bahwa Tashawwuf dipengaruhi oleh kehidupan para pendeta
Nasrani, mereka suka memakai pakaian dari bulu domba dan berdiam di biara-biara,
dan ini banyak sekali. Islam memutuskan kebiasaan ini ketika ia membebaskan
setiap negeri dengan tauhid. Islam memberikan pengaruh yang baik terhadap
kehidupan dan memperbaiki tata cara ibadah yang salah dari orang-orang sebelum
Islam.[13]
Syaikh Dr. Ihsan Ilahi Zhahir (wafat th. 1407 H) rahimahullah berkata di dalam
bukunya at-Tashawwuful-Mansya wal Mashaadir: Apabila kita memperhatikan
27

dengan teliti tentang ajaran Shufi yang pertama dan terakhir (belakangan) serta
pendapat-pendapat yang dinukil dan diakui oleh mereka di dalam kitab-kitab Shufi
baik yang lama maupun yang baru, maka kita akan melihat dengan jelas perbedaan
yang jauh antara Shufi dengan ajaran Al-Qur-an dan As-Sunnah. Begitu juga kita
tidak pernah melihat adanya bibit-bibit Shufi di dalam perjalanan hidup Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam dan para Sahabat beliau Radhiyallahu anhum, yang
mereka adalah (sebaik-baik) pilihan Allah Subhanahu wa Taala dari para hambaNya (setelah para Nabi dan Rasul). Sebaliknya, kita bisa melihat bahwa ajaran
Tashawwuf diambil dari para pendeta Kristen, Brahmana, Hindu, Yahudi, serta kezuhudan Budha, konsep asy-Syuubi di Iran yang merupakan Majusi di periode awal
kaum Shufi, Ghanusiyah, Yunani, dan pemikiran Neo-Platonisme, yang dilakukan
oleh orang-orang Shufi belakangan.[14]
Syaikh Abdurrahman al-Wakil rahimahullah berkata di dalam kitabnya, Mashraut
Tashawwuf: Sesungguhnya Tashawwuf itu adalah tipuan (makar) paling hina dan
tercela. Syaithan telah membuat hamba Allah tertipu dengannya dan memerangi
Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam. Sesungguhnya
Tashawwuf adalah (sebagai) kedok Majusi agar ia terlihat sebagai seorang yang ahli
ibadah, bahkan juga kedok semua musuh agama Islam ini. Bila diteliti lebih
mendalam, akan ditemui bahwa di dalam ajaran Shufi terdapat ajaran Brahmanisme,
Budhisme, Zoroasterisme, Platoisme, Yahudi, Nasrani dan Paganisme.[15]
4. Ilaahiyyat (Teologi)
Illahiyat adalah kajian aqidah dengan metodologi filsafat. Ini adalah nama yang
dipakai oleh mutakallimin, para filosof, para orientalis dan para pengikutnya. Ini juga
merupakan penamaan yang salah sehingga nama ini tidak boleh dipakai, karena
yang mereka maksud adalah filsafatnya kaum filosof dan penjelasan-penjelasan
kaum mutakallimin tentang Allah Subhanahu wa Taala menurut persepsi mereka.
5. Kekuatan di Balik Alam Metafisik
Sebutan ini dipakai oleh para filosof dan para penulis Barat serta orang-orang yang

28

sejalan dengan mereka. Nama ini tidak boleh dipakai, karena hanya berdasar pada
pemikiran manusia semata dan bertentangan dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah.
Banyak orang yang menamakan apa yang mereka yakini dan prinsip-prinsip atau
pemikiran yang mereka anut sebagai keyakinan sekalipun hal itu palsu (bathil) atau
tidak mempunyai dasar (dalil) aqli maupun naqli. Sesungguhnya aqidah yang
mempunyai pengertian yang benar yaitu aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang
bersumber dari Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang
shahih serta Ijma Salafush Shalih.
Ditulis oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas [Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus
Sunnah Wal Jamaah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam
Asy-Syafii, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M]

29

Daftar Pustaka
http://library.usu.ac.id/download/fs/arab-nasrah3.pdf.
http://milaisma.blogspot.com/2009/11/pengertian-aqidah-dan-aqidah-islamiyah.html.
http://www.angelfire.com/in/elcom98/akidah.htm.
Mubarak, Zakky. 2007. Menjadi Cendekiawan Muslim. Jakarta: PT Magenta Bhakti
Guna.
Abdullah, Muhammad Husaim Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam Pustaka
Thariqatul Izzah. 2002
Al-Banna, Hasan, Majmu'atu ar-Rasail, Muassasah al-Risalah Beirut.
al-Jazairy, Abu Bakar Jabir, Aqidah al-Mukmin, Maktabah Kulliyat. Al-azhariyah.
Cairo. 1978
Ilyas , Yunahar, Lc Kuliah Aqidah Islam", LPPI ,Yogyakarta. 1992
Lisaanul Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mujamul Wasiith
http://abuamincepu.wordpress.com/category/definisiaqidah/

30

You might also like