You are on page 1of 56

Ilmu Telinga Hidung dan

Tenggorok
CATATAN TUTORIAL OPTIMA

Pemeriksaan Telinga

Data
Pasien

Keluhan utama

Nama, usia, jenis


kelamin, alamat,
pendidikan,
pekerjaan, tgl
pemeriksaan

Vertigo/ pusing berputar


-

Nyeri/
otalgia
Gangguan
pendengaran
(tuli)

Tinitus/ suara
berdenging

Gangguan keseimbangan?

Timbul pada posisi tertentu?


- Disertai mual + muntah?
- Telinga berdenging dan
pendengaran penuh?
Riwayat Penyakit DM, hipertensi,
arteriosklerosis

Keluar cairan?

Warna
Bau
Frekuensi
Purulent/ serous
Mucoid/ mucupuruletn?
Berapa lama
Mulai kapan

Alat Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik

lampu kepala, corong telinga,


otoskop, pelilit kapas, pengait
serumen, pinset telinga dan
garputala

Pasien duduk dengan posisi badan condong


sedikit kedepan, dan kepala lebih tinggi
sedikit dari kepala pemeriksa untuk
memudahkan pemeriksa melihat liang
telinga dan membran timpani
Lihat keadaan dan bentuk daun telinga,
daerah belakang daun telinga, apa ada
tanda peradangan atau bekas sikatriks bekas
operasi.

Secara gentle tarik daun


telinga keatas dan ke
belakang, lihat keadaan
liang telinga dan membran
timpani
Gunakan otoskop untuk
lihat detail membran
timpani
Pegang dengan tangan kanan
untuk memeriksa telinga
kanan, dan sebaliknya

Bila terdapat serumen,


dalam liang telinga yang
menyumbat maka
dikeluarkan

Membran timpani
Warna putih mengkilat seperti mutiara
Perubahan warna

Merah :hiperemi akibat radang


Hitam : fungi
Kuning : fungi
Putih: fungi atau asidum borikum pulveratum

Perubahan posisi
Retraksi : malnubrium mallei memendek karena tertarik ke medial dan
lebih horizontal
Bombans: membrana timpani terdesak ke latera, cembung, warna
merah

Perubahan struktur
Perforasi :setral atau marginal, atik
Ruptura : akibat trauma (berbentuk bintang)
Sikatriks: bekas perforasi yang sudah menutup

Tes Pendengaran
Tes bisik
Syarat ruangan sunyi, tidak ada echo, serta ada
jarak sepanjang 6 M
Penderita
Mata ditutup agar tidak bisa lihat gerak bibir pemeriksa
Telinga yang akan diperiksa dihadapkan ke pemeriksa
Telinga yang tidak diperiksa ditutup agar tidak salah
hasil
Minta penderita mengulang dengan keras, kata kata
yang dibisikkan

Tehnik pemeriksaan :
Penderita dan pemeriksa sama sama berdiri,
penderita tetap ditempat, pemeriksa yang
berpindah tempat
Mulai jarak 1 m, dibisikkan 5 atau 10 kata
Bila semua kata dapat didengar pemeriksa
mundur kejarak 2 m disibisikkan lagi sampai jarak
dimana penderita mendengar 80% kata kata
mendengar 4 dari 5 kata yang dibisikkan), pada
jarak itulah tajam pendengaran dites

Hasil tes pendengaran dapat dinilai secara


kuantitatif (tajam pendengaran), dan secara
kualitatif (ketulian)

Uji pendengaran : memakai


garputala, dan hasil dari
pmeriksaan dapat diketahui
tuli konduktif, atau tuli
sensorineural.
Uji yang dilakukan Rhinne dan
Weber
Uji Rhinne
Getarkan garputala 512 HZ
dengan jari atau
menggetukkannya pada suku
atau lutut, taruh kaki garputala
di tulang mastoid telinga pasien
yang akan diperiksa selama 2
3 detik. Kemudian pindahkan ke
liang telinga 2 3 detik

Pasien menentukan mana yang terdengar


lebih keras
Telinga normal atau telinga tuli sensorineural
akan mendengar bunyi didepan telinga lebih
keras dari pada dibelakang telinga
Rhine negatif bila bunyi terdengar lebih keras
di tulang mastoid berarti tuli konduktif

Uji Webber
Garputala tigetarkan kemudian bagian kaku
diletakkan pada garis tengah wajah atau
kepala dan ditanyakan pada telinga mana yang
terdengar lebih keras.
Normal pasien mendengar suara ditengah
atau tidak dapat membedakan telinga mana
yang terdengar lebih keras

Tuli sensorineural : pasien


akan mendengar lebih baik
pada telinga yang baik/ tidak
dikeluhkan (lateralisasi ke
telinga yang baik)
Tuli konduktif : pasien
mendengar bunyi lebih keras
(lateralisasi ke telinga yang
sakit)

Tes Pendengaran & Tuli


Tes WEBER
Garpu tala digetarkan di linea
mediana, dahi atau di gigi insisivus
atas
Vibrator BC : tes Weber
audiometrik
Prinsip tes Weber : bunyi terdengar
di mana : di tengah kepala/sama
keras di kedua telinga/terdengar
lebih keras di salah satu telinga
Tidak ada lateralisasi (suara
terdengar di tengah / terdengar
sama di kanan dan kiri)
Lateralisasi ke kanan atau ke kiri

Tes RINNE
Membedakan persepsi hantaran
AC dan BC
AC : Garpu tala digetarkan 2,5-3
cm dari telinga (arah kedua kaki
garpu tala sejajar dengan arah
liang telinga)
BC : Garpu tala digetarkan di
prosesus mastoid
Rinne positif : hantaran AC lebih
keras / lama dari BC ( normal atau
SNHL)
Rinne negatif : hantaran BC lebih
keras / lama dari AC ( konduktif)
Sheehy :
Persepsi : AC dan BC sama
Rinne positif : AC lebih keras dari BC
Rinne negatif : BC lebih keras dar AC

Tes SCHWABACH
Membandingkan kepekaan hantaran tulang (BC) penderita dengan
pemeriksa (normal)
Interpretasi :
Schwabach sama : normal
Schwabach memanjang : konduktif
Schwabach memendek : SNHL

Noise induced hearing loss sensorineural deafness


Tympanic membrane rupture, hearing bones dislocation conductive deafness

Rinne
Positive

Weber
No lateralization

Negative

Lateralize to
deafer ear
Lateralize to
shortened
better hearing ear

Positive

Schwabach
The sama as
examiner
prolong

Diagnosis
Normal
Conductive
deafness
Sensorineural
deafness

Tuli konduktif
Kelainan di telinga luar :
Kelainan kongenital :
Atresia liang telinga
Mikrotia

Otitis Eksterna
Osteoma liang telinga
Sumbatan serumen

Kelainan di telinga tengah :


Gangguan fungsi tuba
eustakhius
Barotrauma
Otitis media
Otosklerosis,
Timpanosklerosis
Hemotimpanum
Dislokasi tulang pendengaran

Tuli Sensorineural
Tuli sensorineural
Tipe koklea
Tipe retrokoklea

Pemeriksaan Audiometri
khusus :
Berfungsi untuk membedakan
tuli tipe koklea atau
retrokoklea
Jenis tes :
SISI,ABLB,ToneDecay,
Tympanometri,Bekessy,BERA,
Elektrokokleografi,OAE

Presbiakusis
Atrofi & perubahan vaskuler pd
stria vaskularis. Degenerasi selsel rambut penunjang di organ
Corti. Berkurangnya jumlah &
ukuran sel ganglion & saraf
Klinis:
Usia >60 tahun
pendengaran berkurang perlahan
& progresif, simetris,
Telinga berdenging
Tidak enak berbicara di tempat
ramai(Cocktail party deafness)
Bila mendengar suara keras
terasa nyeri (recruitment)
Uji Penala : R: +, W tak ada
lateralisasi (tuli sensorineural)
Audiogram : tuli sensorineural
penurunan biasanya mulai
frek.>1000Hz
Audiometri tutur : gangguan
diskriminasi wicara

Tuli akibat bising


Kerusakan bagian organ Corti :
membran, stereosilia, sel rambut,
Klinis:
pendengaran terganggu biasanya
bilateral
Telinga berdenging
Riwayat terpajan bising
Riwayat bekerja di lingkungan
bising cukup lama
Bising > 85 dB >8 jam perhari atau
40 jam perminggu
Pada gangguan pendengaran
cukup berat, sukar menangkap
percakapan
Uji Penala : R: +, W : tak ada
lateralisasi, atau lateralisasi ke sisi
yg lebih baik (tuli sensorineural)
Audiogram : tuli sensorineural,
penurunan pada frek 30006000Hz, terdapat takik pd frek
4000Hz (Kahart Notch)
Audiometri tutur : gangguan
diskriminasi wicara

Tuli akibat obat ototoksik


Kerusakan sel rambut, stria vaskularis
Klinis:
pendengaran terganggu Kadang disertai vertigo
Telinga berdenging
Riwayat konsumsi obat ototoksik : aminoglikosida,
diuretik,anti inflamasi (salisilat),anti malaria
(Klorokuin), anti Kanker (CIS platinum)
Riwayat penyakit lain shg memakai obat ototoksik
Uji Penala : R: +, W : tak ada lateralisasi, atau
lateralisasi ke sisi yg lebih baik (tuli sensorineural)
Audiogram : tuli sensorineural, penurunan tajam pada
pada frekuensi tinggi
Audiometri tutur : gangguan diskriminasi wicara

Diagnosis

Clinical Findings

Rhinosinusitis

Two or more symptoms, included nasal obstruction or


nasal discharge as one of them and: facial pain/pressure
or hyposmia/anosmia.

KNF

Elderly with history of smoking, preservative food.


Tinnitus, otalgia epistaxis, diplopia, neuralgia trigeminal.
Posterior rhinoscopy: mass at fossa rosenmuller

Angiofbroma

Male, young adult, with recurrent epistaxis. Anterior


rhinoscopy: red shiny/bluish mass. No lymph nodes
enlargement.

Rhinorrhea

Ozaena/atrophi Caused by Klebsiella ozaena or staphyloccoc,


c rhinitis.
streptoccoc, P. Aerugonas in poor economic/hygiene
people. Thick, greenish secrete, foul breath, nasal
obstruction, decrease ability to smell, headache.
Rhinoscopy: hypotrophy or atrophy of konka inferior &
media, purulent secrete & greenish crust.
Th: wide spectrum AB or surgery if theres no
improvement
Traumatic
anosmia

Can occur in about 10% of patients with significant head


injury shearing action of olfactory fibers at the
cribiform plate.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Rhinitis
Rhinitis vasomotor: Suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa
adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal, dan
pajanan obat. Pencetus: asap rokok, bau menyengat, parfum.
Hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan.
Rhinitis medikamentosa: kelainan hidung yang disebabkan oleh
penggunaan vasokonstriktor topikal dalam waktu lama dan
berlebihan (drug abuse)
Rhinitis atrofi: infeksi hidung kronik yang ditandai adanya atrofi
progresif mukosa dan tulang konka.
Rhinitis akut: umumnya disebabkan oleh rhinovirus, sekret srosa,
demam, sakit kepala, mukosa bengkak dan merah.
Rhinitis alergi: penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi
dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator
kimia ketika terjadi paparan berulang.

Klinis
Pada rhinoskopi anterior:
mukosa edema, basah,
pucat/livid
Allergic shiner: bayangan
gelap dibawah mata
akibat stasis vena
Allergic salute: anak
menggosok-gosok hidung
dengan punggung tangan
karena gatal
Allergic crease:
penggosokan hidung
berulang akan
menyebabkan timbulnya
garis di dorsum nasi
sepertiga bawah

Tatalaksana
Hindari faktor pencetus
Medikamentosa
(antihistamin H1, oral
dekongestan, kortikosteroid
topikal, sodium kromoglikat)
Operatif konkotomi
(pemotongan sebagian konka
inferior)bila konka inferior
hipertrofi berat.
Imunoterapi dilakukan
pada kasus alergi inhalan
yang sudah tidak responsif
dengan terapi lain. Tujuan
imunoterapi adalah
pembentukan IgG blocking
antibody dan penurunan IgE

Rhinosinusitis
Diagnosis

Clinical Findings

Acute Rhinosinusitis

Two or more symptoms, included nasal obstruction or nasal


discharge as one of them and: facial pain/pressure or
hyposmia/anosmia.

Chronic sinusitis

Subacute: 4 weeks-3 months. Chronic: > 3 months. Symptoms


are nonspesific, may only consist of 1 or 2 from these
chronic headache, post nasal drip, chronic cough, throat
disturbace, ear disturbance, sinobronchitis.

Dentogen sinusitis

The base of maxilla are processus alveolaris, where tooth roots


are located. Tooth infection can spread directly to maxillary
sinus. Symptoms: unilateral sinusitis with purulent nasal secrete
& foul breath.

Fungal sinusitis

Predisposition: diabetes, neutropenia, AIDS, long term


treatment in hospital. Etiology: Candida or Aspergillus.
Symptoms/signs: unilateral sinusitis which not responded by
antibiotic, destroyed sinus wall, greyish white membrane
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Rhinosinusitis
Pemeriksaan penunjang rhinosinusitis:
Foto polos: posisi waters, PA, lateral. Tapi hanya
menilai sinus-sinus besar (maksila & frontal). Kelainan
yang tampak: perselubungan, air fluid level,
penebalan mukosa.
CT scan: mampu menilai anatomi hidung & sinus,
adanya penyakit dalam hidung & sinus, serta
perluasannya gold standard. Karena mahal, hanya
dikerjakan utk penunjang sinusitis kronik yang tidak
membaik atau pra-operasi untuk panduan operator.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Rhinosinusitis
Terapi rhinosinusitis
Tujuan:
Mempercepat penyembuhan
Mencegah komplikasi
Mencegah perubahan menjadi kronik

Prinsip:
Membuka sumbatan di kompleks osteomeatal (KOM) drainasi &
ventilasi pulih

Farmakologi:
AB amoksisilin 10-14 hari
Dekongestan
Lain-lain: analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal, NaCl

Operasi
untuk sinusitis kronik yang tidak membaik, sinusitis disertai kista atau
kelainan ireversibel, polip ekstensif, komplikasi (kelainan orbita,
intrakranial, osteomielitis, kelainan paru), sinusitis jamur.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Rontgen Rhinosinusitis

OTITIS MEDIA AKUT


(OMA)

Definisi

Radang akut telinga


tengah,
yang terjadi terutama
pada bayi dan anak,
yang biasanya
didahului infeksi sal.
napas atas

Faktor risiko
Sumbatan
tuba
eustachius

Tuba
eustachius
Infeksi
pendek, lebar,
saluran napas
letak agak
atas
horisontal
(pada bayi)

Etiologi
Bakteri piogenik:

H. influenza,
E. Coli
Proteus vulgaris,
Pseudomonas aeruginosa

Streptokokus
hemolitikus

Pneumokokus

Stafilokokus
aureus

Streptokokus anhemolitikus

Gambaran klinik

Keluhan tergantung dari stadium OMA:

Stadium oklusi tuba eustachius


Stadium hiperemis (pre-supurasi)
Stadium supurasi
Stadium perforasi
Stadium resolusi

Gejala OMA umumnya:


Anak gelisah, atau ketika sedang tidur tiba-tiba
terbangun, menjerit, memegang telinga
Demam dengan suhu tubuh tinggi kadang sampai
kejang
Kadang disertai muntah dan diare

Stadium OMA
Stadium oklusi tuba eustachius
Retraksi membran timpani (MT)
MT kadang tampak normal, atau keruh pucat
Refleks cahaya (RC) memendek atau
menghilang
Efusi mungkin telah terjadi, tapi tak bisa
terdeteksi

Stadium hiperemis (pre-supurasi)


MT tampak hiperemis dan edem
RC menghilang

Sekret mungkin masih bersifat eksudat,


sehingga sukar terlihat

Stadium supurasi
Edema hebat mukosa telinga tengah & sel epitel
superfisial hancur & terbentuk eksudat purulen di
cavum timpani MT bulging ke arah liang telinga
luar

Px tampak sangat sakit:


nadi dan suhu , nyeri hebat di telinga

Stadium perforasi
Jika pemberian antibiotik terlambat atau virulensi kuman
ruptur MT nanah keluar mengalir ke telinga luar

Otoskopi: MT perforasi

Anak menjadi tenang, suhu badan , anak dapat tidur


nyenyak

Stadium resolusi
Bila MT tetap utuh perlahan MT akan normal kembali
Bila MT perforasi sekret berkurang akhirnya kering
Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah
resolusi bisa terjadi walau tanpa pengobatan
Bila perforasi menetap & sekret keluar terus atau hilang
timbul OMSK

Bila sekret menetap di kavum timpani tanpa perforasi


sequele OM serosa

Penatalaksanaan
Bergantung pada stadium penyakit
Stadium oklusi

AB 7 hari: ampisilin 4dd1, amoksisilin 3dd1,


eritromisin 4dd1 PO
Obat tetes hidung dekongestan (misal: HCl
efedrin dalam larutan fisiologis {0,5% untuk
<12 tahun, dan 1% untuk >12 tahun})
Antihistamin bila ada tanda2 alergi
Antipiretik

Stadium hiperemis
AB 14 hari: ampisilin
4dd1, amoksisilin 3dd1,
eritromisin 4dd1 PO
Obat tetes hidung
dekongestan maks. 5
hari
Antihistamin bila ada
tanda2 alergi
Antipiretik, analgetik,
dan obat simptomatis
lain

Stadium supurasi
Rawat AB ampisilin
atau amoksisilin
parenteral dosis tinggi
3 hari, bila ada
perbaikan lanjut AB
PO 14 hari
Bila tidak ada fasilitas
rawat rujuk THT
untuk miringotomi

Stadium perforasi

Stadium resolusi

Antibiotik selama
14 hari
Obat cuci telinga
solutio H2O2 3%
frekuensi 2 3
x/hari selama 3 5
hari

Bila tidak terjadi


resolusi lanjut AB
hingga 3 minggu
Bila sekret keluar >
3 minggu OM
supuratif subakut
Bila perforasi
menetap&sekret
keluar > 1,5 atau 2
bulan OMSK

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

DEFINISI
Infeksi kronis pada sebagian atau seluruh
telinga tengah yang dikarakteristikkan dengan
perforasi permanen dari membran timpani dan
adanya sekret telinga yang keluar secara terus
menerus.

Waktu :
- Proctor (1980) 6 minggu
- Paparella (1983) 12 minggu

Etiologi dan Patogenesa


Infeksi

Bakteri aerob
:
Bakteri
anaerob

Infeksi aerob 42%


Infeksi anaerob 2%
Infeksi aerob-anaerob 55%
Pseudomonas aeruginosa 31 %,
Klebseilla pneumoniae 27%
Proteus mirabilis 16%
Bacteroides fragilis 71 %

Etiologi dan Patogenesis


Infeksi Akut Telinga Tengah
Respon peradangan: edema, ulserasi,
kerusakan jaringan epitel

Infeksi tidak dapat teratasi

Terbentuknya jaringan granulasi

Destruksi struktur sekitar

Perbedaaan OMSK Tipe Benigna dan


Maligna
Kelainan
Daerah terkena
Perforasi
Nanah
Granulasi
Polip
Tuli
Radiografi mastoid
Kolesteatoma

Tipe Benigna

Tipe Maligna

tubotimpanik
anterior atau sentral
mukoid, tidak berbau
tidak biasa didapat
jika ada, pucat, oedem
konduktif ringan-sedang
normal

atikoantral
atik atau marginal
tebal, berbau busuk
biasa didapat
jika ada, hiperemi, lunak
konduktif atau campuran
tidak ada sel udara

sangat jarang

sering

Kolesteatom?
Epitel kulit yang berada di tempat
yang salah.
Epitel fisiologis bertransfromasi
akibat:
Invaginasi membran timpani
Invasi epithelial
Metaplasia
Hiperplasia sel basal

Gejala
Otorrhea

Gangguan pendengaran
Demam, vertigo, atau nyeri dapat menunjukkan adanya
komplikasi intratemporal atau intrakranial.
Riwayat OMSK persisten harus dicurigai sebagai adanya
kolesteatoma.

Pemeriksaan Fisik
KAE: edema, krusta, radang
Otoskop: sekret, perforasi,
jaringan granulasi, kolesteatom

Mukosa telinga tengah yang


terlihat edema dan/atau pucat

Diagnosis OMSK
D/ OMSK tegak perforasi MT + riwayat
otore menetap atau berulang lebih dari 2
bulan

Pemeriksaan Penunjang

Lab

Pencitraan

Kultur
Resistensi

Stenver
Schuller
Lateral
CT Scan
Mri

Audiometri

OMSK Benigna
Prinsip terapi konservatif atau medikamentosa
larutan H2O2 3 % selama 3-5 hari sekret yang keluar terus
menerus
antibiotika dan kortikosteroid tetes telinga
oral ampisilin atau eritromisin atau ampisilin asam
klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah
diobservasi selama 2 bulan miringoplasti atau timpanoplasti
sumber infeksi diobati misalnya adenoidektomi dan
tonsilektomi.

OMSK Maligna
Prinsip terapi pembedahan, yaitu
mastoidektomi
mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanopplasti
konservatif dengan medikamentosa
sementara sebelum pembedahan

Tujuan pembedahan :
- Eradikasi penyakit yang
bertujuan tercapainya
drainase yang baik
- Menghindari rekurensi
infeksi
- Mencegah komplikasi
Mempertahankan/memp
erbaiki fungsi
pendengaran

Mastoidektomi
sederhana

Mastoidektomi radikal

Jenis Pembedahan

Mastoidektomi radikal
dengan modifikasi
(operasi Bondy)

Miringoplasti

Timpanoplasti

Epistaksis
Epistaksis anterior
Perdarahan dari arteri
eithmoidalis anterior atau
pleksus kisselbach
Biasanta diawali oleh
trauma atau infeksi
Penanganan awal berupa
penekanan digital selama
10-15 menit. Jika
perdarahanterlihat dapat
dikauter
Jika masih berdarah dapat
ditampon anterior 2x24
jam

Epistaksis posterior
Perdarahan dimulai dari
anterior eithmoidalis
posterior atau arteri
sphenopalatina
Mempengaruhi pasien
dengan hipertensi atau
arteriosklerosis
Terapi: aplikasi
tamponbelloq/posterior
selama 2-3 hari.

Tonsillitis
Acute tonsillitis:
Viral: similar with acute rhinitis +
sore throat
Bacterial: GABHS, pneumococcus, S.
viridan, S. pyogenes.
Detritus follicular tonsillitits
Detritus coalesce lacunar tonsillitis.
Sore throat, odinophagia, fever, malaise,
otalgia.
Th: penicillin or erythromicin

Chronic tonsillitis
Persistent sore throat, anorexia, dysphagia, &
pharyngotonsillar erythema
Lymphoid tissue is replaced by scar widened
crypt, filled by detritus.
Foul breath, throat felt dry.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.

You might also like