You are on page 1of 9

Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014

KARAKTERISTIK HABITAT DAN MAKANAN IKAN PUTAK (Notopterus notopterus)


DI RAWA BANJIRAN SIRAH PULAU PADANG
KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
Choirul Huda1, dan Sumantriyadi, 2

ABSTRAK
Penelitian karakteristik habitat dan makanan Ikan Putak (Notopterus notopterus) dilaksanakan pada
bulan Juli 2012 dan Juli 2013 di rawa banjiran Sirah Pulau Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Metode yang dilakukan bersifat survey lapangan dan penentuan stasiun dilakukan secara purposive
random sampling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat dan makanan Ikan
Putak (Notopterus notopterus) sebagai salah satu cara pendekatan biologi habitat melalui pengetahuan
tentang makanan untuk domestikasinya. Secara keseluruhan, jumlah Ikan Putak (Notopterus notopterus)
yang tertangkap di rawa banjiran Desa Belanti Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten Ogan
Komering Ilir sebanyak 139 ekor yang dijadikan sampel pengamatan. Pada bulan Juli tahun 2012
sebanyak 102 ekor sedangkan pada bulan Juli 2013 sebanyak 37 ekor. Hasil pengamatan isi lambung Ikan
Putak (Notopterus notopterus), makanan alami Ikan Putak pada bulan Juli 2012 adalah jenis serangga
dengan nilai Index of preponderance tertinggi 80,02 % sedangkan pada bulan Juli 2013 Index of
preponderance tertinggi 76,11 %, adapun jenis serangga yang banyak ditemukan dalam setiap
pengamatan isi lambung Ikan Putak adalah jenis serangga jenis kumbang (Coleoptera). Selain serangga
jenis makanan lain juga ditemukan diantaranya cacing, ikan, udang dan serasah.
Berdasarkan hasil pengamatan Ikan Putak (Notopterus notopterus) adalah ikan karnivor yang
makanan utama cenderung memakan hewan interbrata jenis serangga air sebagai pakan alami.
Karakteristik habitat Ikan Putak (Notopterus notopterus) di Desa Belanti Kecamatan Sirah Pulau Padang
Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah di rawa banjiran lebak yang berdekatan dengan sungai. Pada saat
hujan, rawa banjiran menyatu dengan perairan sekitarnya, namun saat musim kemarau rawa banjiran
tersebut mempunyai batasan yang jelas dan ikan akan berkumpul di rawa yang tidak mengalami
kekeringan/lebung. Untuk menjaga kelestarian Ikan Putak (Notopterus notopterus) agar berkembang
dimasa yang akan datang di rawa banjiran memerlukan kerjasama secara terpadu antara pemerintah
dengan masyarakat, seperti mencegah degradasi habitat, menghindari pencemaran perairan, pengaturan
musim tangkap serta adanya usaha budidaya Ikan Putak (Notopterus notopterus) diluar habitatnya.
Kata kunci : habitat Ikan Putak (Notopterus notopterus), rawa banjiran, makanan ikan.

1
2

Mahasiswa tingkat akhir Konsentrasi Budidaya Perikanan Fakultas Perikanan Universitas PGRI Palembang.
Staf Pengajar Fakultas Perikanan Universitas PGRI Palembang.

29

Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014

I. PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai karakteristik habitat
dan makanan ikan putak merupakan informasi
dasar yang penting untuk diketahui dalam
melestarikan ikan baik diperairan umum
maupun usaha budidaya sehingga bermanfaat
bagi mahasiswa, masyarakat dan pemerintah.

A. Latar Belakang
Ikan Putak (Notopterus notopterus)
dikategorikan sebagai ikan yang dilindungi
berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 7
Tahun 1999 tentang jenis hayati Indonesia yang
di lindungi. Hal ini berarti bahwa populasi Ikan
Putak di alam sudah sedikit (Wibowo et al.,
2009). Hal ini diperkuat oleh (Utomo et al.,
2010) Ikan Putak (Notopterus notopterus)
sedikit ditemukan pada Danau Ranau, Sungai
Selabung dan Sungai Musi.
Beberapa faktor diperkirakan mengancam
kelangsungan hidup ikan, yaitu perubahan atau
lenyapnya habitat (habitat alteration/habitat
loss), introduksi ikan asing (exotic special/alien
species), eksploitasi yang berlebih (over
fishing), pencemaran perairan, persaingan
penggunaan air (pembuatan bendungan atau
saluran irigasi), dan perubahan iklim global
(Dudgeon, 2000 dalam Gaffar dan Muthmainnah
2010). Pengaruh kumulatif atau gabungan dari
faktor-faktor tersebut lebih berbahaya daripada
pengaruh masing-masing faktor. Secara
gabungan, ancaman-ancaman tersebut dapat
memusnahkan ikan air tawar bila tidak
dilakukan berbagai upaya konservasi.
Guna memulihkan populasi jenis ikan
perlu dilakukan penelitian karakteristik habitat
dan makanan ikan terutama Ikan Putak
(Notopterus notopterus) sehingga ikan tersebut
dapat berkembang di masa yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
Ikan Putak sedikit ditemukan diperairan
umum, ada beberapa faktor diperkirakan
mengancam kelangsungan hidup Ikan Putak,
yaitu perubahan atau lenyapnya habitat,
eksploitasi yang berlebih, pencemaran perairan,
dan persaingan penggunaan air (pembuatan
bendungan atau saluran irigasi). Untuk
menghindari kepunahan perlu dilakukan
penelitian karakteristik habitat dan makanan
Ikan Putak sebagai modal dasar untuk
melestarikan ikan baik diperairan umum
maupun usaha budidaya.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui karakteristik habitat
dan makanan Ikan Putak (Notopterus
notopterus) sebagai salah satu cara pendekatan
biologi habitat melalui pengetahuan tentang
makanan untuk domestikasinya.

II. METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini bersifat survey lapangan
dilaksanakan dari bulan Juni 2012 dan bulan Juli
2013. Lokasi penangkapan Ikan Putak dilakukan
di rawa banjiran Desa Belanti Kecamatan Sirah
Pulau Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir.
B. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang akan digunakan
dalam pelaksanaan penelitian ini tertera pada
tabel dibawah ini :
Bahan; ikan putak, formalin 10 %, Formalin 4 %
Alat : Jaring insang hanyut (gill net), lukah,
pancing, serok dan pot trap (bubu ikan,
sengkirai), Timbangan digital, Gelas ukur 10 ml,
cawan petri, pipet tetes, tissue, Disecting set,
kamera.
C. Prosedur kerja
1. Sampling
Sampling dilakukan pada 4 stasiun,
metode penentuan stasiun dilakukan secara
purposive random sampling. Sampling pada 4
stasiun.
2. Cara Penangkapan
Penangkapan ikan dilakukan di rawa
banjiran pada sore dan malam hari dengan alat
tangkap jaring insang hanyut mesh size 1 inch
dan 2 inch, lukah, pancing dan bubu ikan
dikarenakan ikan tersebut mencari makan pada
malam
hari.
Penentuan
lokasi
untuk
mendapatkan ikan contoh dilakukan pada muara
sungai (inlet), pada lahan rawa banjiran (lebak)
yang tergenang air sangat tinggi saat musim
kemarau (tengah), dan pintu air keluar (outlet).
Penangkapan ikan dilakukan pada bulan Juli
2012 dan pada bulan Juli 2013. Setelah ikan
tertangkap, ikan kemudian dimasukkan dalam
ember plastik.
3. Uji Laboratorium
Ikan yang sudah dibawa ke Balai
Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
dianalisis di laboratorium ikan. Adapun tata cara
pengambilan isi lambung sebagai berikut :
a. Ikan ditimbang dan diukur, kemudian dicatat
bobot, panjang standar dan panjang totalnya.
30

Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014

b. Ikan diletakan di atas talenan, lalu dibedah


pada bagian perutnya mulai dari pangkal sirip
dada sampai ke lubang anus
c. Kemudian pengamatan kematangan gonad
ikan.
d. Kemudian lambung ikan dikeluarkan,
lambung ikan diambil secara hati-hati agar
isinya tidak keluar atau tercecer.
e. Selanjutnya isi lambung ikan dimasukkan
kedalam botol film dan diberi larutan
formalin 4 % sehingga terendam dalam
cairan formalin.
Selanjutnya, dilakukan pengamatan isi
lambung. Adapun tata cara pengamatan isi
lambung sebagai berikut :
a. Lambung ikan dikeluarkan dari botol film
kemudian dimasukkan ke dalam petridish
untuk dilakukan pencucian dengan air dan
dibilas tiga kali, sehingga bau formalin
hilang.
b. Lambung ikan diletakkan di dalam petridish
dan dibelah untuk diambil isinya.
c. Dilakukan pengukuran volume isi lambung
dan bobot.
d. Memilah dan mengelompokkan jenis
makanan ikan secara kasat mata, bila isi
lambung tidak teridentifikasi dengan kasat
mata maka diidentifikasi menggunakan
mikroskop atau luv.
e. Setiap jenis pakan dikelompokkan dan
dilakukan pengukuran volume per jenis
pakan yang ditemukan dengan menggunakan
gelas ukur.
f. Metode
estimasi
persentase
volume
organisme makanan dapat digunakan untuk
menduga volume yang sesungguhnya, hal ini
dilakukan karena volume sebenarnya tidak
dapat diukur secara langsung.
g. Data estimasi volume nantinya akan
digunakan sebagai dasar untuk menghitung
indeks
bagian
terbesar
(index
of
preponderance) suatu jenis makanan yang
dimanfaatkan oleh ikan.
h. Penggunaan metode ini adalah pada saat
mengamati
organisme
dan
mengelompokannya
berdasarkan
atas
jenisnya. Kemudian kelompok-kelompok
tersebut diukur volumenya menggunakan
gelas ukur. Persentase volume masingmasing organisme yang teramati jika
dijumlahkan akan mencapai 100%
i. Indeks
bagian
terbesar
(index
of
preponderance) makanan dihitung untuk
mengetahui persentase suatu jenis organisme
makanan yang dimanfaatkan oleh ikan.

D. Karakteristik Habitat
Karakteristik Habitat di rawa banjiran
lebak untuk mengetahui habitat jenis Ikan
dengan aspek lingkungan disekitar perairan
berupa :
1. Pengamatan jenis Ikan di rawa banjiran
2. Pengamatan jenis tumbuhan di sekitar rawa
banjiran
3. Pengamatan jenis serangga air disekitar rawa
banjiran
4. Pengamatan kualitas air
E. Analisis Data
Penghitungan indeks bagian terbesar
(Index of preponderance) dilakukan untuk
mengetahui presentase suatu jenis organisme
makanan yang dimanfaatkan oleh ikan.
Vi x Oi
IP = --------------- x 100%
(Vi x Oi)
Dimana :
IP
= Indeks bagian terbesar jenis organisme
makanan ke i
Vi
= Persentase volume jenis organisme
makanan ke i
Oi
= Persentase frekuensi kejadian jenis
organisme makanan ke i
Vi x Oi = Jumlah Vi x Oi dari jenis organisme
makanan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI WILAYAH
Lokasi penelitian karakteristik habitat dan
makanan Ikan Putak (Notopterus notopterus)
dilakukan pada rawa banjiran yang terletak di
Desa Belanti Kecamatan Sirah Pulau Padang
Kabupaten Ogan Komering ilir Provinsi
Sumatera Selatan. Menurut Nepri (2011), batas
wilayah Desa Belanti sebelah utara berbatasan
dengan Desa Rengas Pitu Kecamatan Sirah
Pulau Padang, sebelah selatan berbatasan
dengan Desa Mangun Jaya Kecamatan Sirah
Pulau Padang, sebelah timur berbatasan dengan
Desa Ulak Kemang Kecamatan Pampangan,
sebelah barat berbatasan dengan Desa Terate
Kecamatan Sirah Pulau Padang.
Rawa banjiran lebak lebung merupakan
kawasan lahan rendah yang senantiasa memiliki
kepekaan tergenang air pada kurun waktu
tertentu maupun sepanjang tahun. Menurut
Master Plan Pembangunan Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sumatera Selatan (2011),
luas rawa di Kabupaten Ogan Komering Ilir
74.480 hektar dengan nilai lelang lebak lebung
pada tahun 2010 sebesar Rp. 6.000.000.000,
31

Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014

bobot tangkapan 2.215.385 kg, tangkapan ratarata tahunan 30 kg/hektar. Penangkapan ikan di
perairan rawa lebak lebung diidentifikasi
merupakan salah satu penyumbang produksi
perikanan perairan umum daratan (PUD) yang
cukup tinggi di Provinsi Sumatera Selatan.

cabam/seruo/senggung, bubu kempek, dan


sangku. Bubu pada umumnya berbentuk agak
panjang dan biasanya mempunyai injab lebih
dari satu dan terletak di bagian dalam bubu.
Pengilar berbentuk empat persegi dan kadangkadang bagian belakangnya berbentuk silinder.
Bahan untuk membuat pengilar adalah bilahbilah bambu untuk pengilar kawat, serta injab
terletak di bagian depan dan sejajar dengan
dinding bagian depan dan panjangnya sama
dengan tinggi pengilar.
Tajur adalah alat tangkap yang sederhana,
baik bentuk maupun cara kerjanya. Tajur terdiri
dari mata pancing dengan nomor 11 13 yang
diberi umpan, tali pancing dari nilon yang
dilengkapi dengan pemberat dan pelampung,
serta joran (tangkai) dari bambu dengan panjang
berkisar 1 -1,5 m. Cara operasinya adalah
dengan menancapkan joran di tepi perairan
dengan tali pancing mengarah ke air dalam
posisi menggantung, ditunggu beberapa jam atau
semalaman baru diangkat. Jumlah tajur yang
dipasang berkisar antara 10-100 tajur. Tujuan
penangkapan adalah ikan-ikan buas (Nurdawati
et al., 2010).
Jenis perikanan tangkap di rawa banjiran
lebak di Desa Belanti Kecamatan Sirah Pulau
Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah
jenis ikan hitam (black fish) yang biasa
mendiami suaka perikanan tipe lebung. Hal ini
sesuai dengan Welcome (1979) dalam Asyari
dan Utomo (2005), jenis ikan yang biasa
mendiami suaka perikanan tipe lebung adalah
jenis ikan hitam (black fish), sedangkan jenis
ikan putih (white fish) biasa menghuni suaka
perikanan tipe sungai.

B. JUMLAH HASIL TANGKAPAN IKAN


PUTAK
Secara
keseluruhan,
Ikan
Putak
(Notopterus notopterus) yang tertangkap di rawa
banjiran di Desa Belanti Kecamatan Sirah Pulau
Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir
sebanyak 139 ekor yang dijadikan sampel
pengamatan,
penangkapan
Ikan
Putak
(Notopterus notopterus) pada Bulan Juli 2012
berjumlah 102 ekor sedangkan penangkapan
ikan Putak (Notopterus notopterus) pada bulan
Juli 2013 berjumlah 37 ekor.
C. KARAKTERISTIK HABITAT
Karakteristik
Habitat
Ikan
Putak
(Notopterus notopterus) di rawa banjiran lebak
dengan genangan airnya dangkal dan bersifat
tidak permanen, Namun mengalami genangan
banjir dari sungai atau pasang dari laut secara
periodik. Hal ini sesuai dengan Subagyo (2006)
dalam Husnah dan Prianto (2011), lahan rawa
adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama
waktu yang panjang dalam setahun, selalu jenuh
air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air
dangkal. Adapun hasil pengamatan di rawa
banjiran lebak di Desa Belanti Kecamatan Sirah
Pulau Padang Kabupaten Ogan komering Ilir :
1. Jenis Ikan di Rawa Banjiran
Penangkapan ikan di rawa banjiran lebak
di Desa Belanti Kecamatan Sirah Pulau Padang
Kabupaten Ogan Komering Ilir banyak dihuni
oleh beragam jenis ikan air tawar diantaranya
Ikan Putak (Notopterus notopterus). Hasil
tangkapan Ikan Putak (Notopterus notopterus)
pada bulan Juli 2012 dan Juli 2013 rata-rata 2
5 kg/hari dengan alat tangkap yang digunakan
berupa tajur (pakan yang diberikan berupa
udang) dan pot trap. Prinsip penangkapan
dengan pot trap dan tajur dengan memanfaatkan
sifat ikan yang pada malam hari berada di rawa
banjiran dekat muara sungai dan rawa banjiran
(tengah) berdekatan semak-semak dan hutan
rawa untuk mencari tempat perlindungan dan
mencari makan.
Menurut Nurdawati et al., (2010), alat
tangkap yang diklasifikasikan sebagai pot trap
adalah
bubu,
pengilar,
sengkirai,

2. Jenis Tumbuhan di Sekitar Rawa


Banjiran
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan
rawa banjiran di Desa Belanti Kecamatan Sirah
Pulau Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir
banyak dihuni oleh beragam jenis vegetasi
tumbuhan air, semak-semak, hutan rawa sampai
tumbuhan daratan. Tumbuhan air adalah
tumbuhan yang sebagian atau seluruh siklus
hidupnya berada di lingkungan perairan.
Sebagian dari tumbuhan air ini dapat
dikelompokkan ke dalam tumbuhan pengganggu
yang disebut dengan gulma air karena lebih
banyak kerugian ditimbulkan dibandingkan yang
menguntungkan terhadap ekosistem perairan
(Samuel, 2010). Dalam kondisi alami, profil
rawa banjiran di Desa Belanti Kecamatan Sirah
32

Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014

Pulau Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir


dapat dilihat pada (Gambar 1).

tumbuhan air. Tahapan serangga dalam daur


hidup berupa tahap telur, larva, nympha,
kepompong, dan dewasa (Asyari 2006). Hal ini
didukung oleh banyaknya ketersediaan pakan
alami di lahan tersebut.
Dalam kondisi alami, rawa banjiran di
Desa Belanti Kecamatan Sirah Pulau Padang
Kabupaten Ogan Komering Ilir banyak dihuni
oleh beragam jenis spesies serangga air
diantaranya : ordo odonata (bangsa capung),
ordo coleoptera (bangsa kumbang), ordo diptera
(nyamuk), Ordo lepidoptera (kupu-kupu), ordo
Hemiptera (kepik, kutu daun). Menurut Lilies
(1991),
dalam
Asyari
(2006),
telah
mengklasifikasikan serangga sebagai berikut sub
kelas Apterygota (serangga tanpa sayap) dibagi
atas 4 ordo ; Collembola, Diplura, Thysanura,
Protura, sub kelas Pterygota (serangga bersayap)
dibagi 2 yaitu kelompok Exopterygota dan
Endopterygota.

Gambar 1 : Profil rawa banjiran di Desa Belanti


Kecamatan Sirah Pulau padang
Kabupaten Ogan Komering Ilir
(sumber gambar Husnah dan Prianto,
2011)

Keterangan :
a. Tumbuhan daratan komersial
b. Hutan rawa
c. Semak-semak
d. Area rawa banjiran lebak yang banyak
ditumbuhi beragam jenis vegetasi tumbuhan
air diantaranya (Famili : Poaceae,
Salviniaceae,Pontederiacheae,Ceratophyllac
eae, Equisetaceae, Mimosaceae).
e. Area penangkapan ikan (rawa banjiran lebak)
f. Rawa lebak dalam
g. Hutan rawa
h. Badan sungai
Berdasarkan gambar 3 diatas, area
penangkapan ikan adalah di rawa banjiran yang
banyak ditumbuhi oleh jenis vegetasi tumbuhan
air, semak-semak, dan hutan rawa. Ekositem
tumbuhan air ini tergolong produktif
menghasilkan ikan air tawar dari aktifitas
penangkapan, salah satu penyebabnya adalah
banyaknya jenis-jenis tumbuhan air yang
berperan
sebagai
tempat
perlindungan,
pemijahan, asuhan, dan lain sebagainya bagi
ikan-ikan perairan umum yang bernilai
ekonomis penting (Samuel, 2010).
Selain tumbuhan air lokasi penangkapan
Ikan Putak (Notopterus notopterus) di rawa
banjiran Desa Belanti Kecamatan Sirah Pulau
Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir masih
banyak dijumpai hutan rawa hal ini sesuai
dengan Utomo dan Asyari (1999), di perairan
hutan rawa air tawar serangga air banyak
dijumpai pada serasah daun dan kayu mati yang
terendam dalam air.

4. Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati
merupakan data penunjang seperti pH, suhu,
kedalaman dan kecerahan dan DO, pengamatan
data kualitas air pada siang hari dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Kualitas air rawa banjiran Desa
Belanti Kecamatan Sirah Pulau
Padang Kabupaten Ogan Komering
Ilir.
No Parameter

Satuan

Juli
2012

Juli 2013

1. Suhu

28 31

27 30

2. Kecerahan

Cm

80 - 90

75 90

3. Kedalaman

Cm

110 130

110 135

4. pH

6 6,5

5,8 6,7

5. Oksigen
terlarut

mg/l

3,8 5,5

Suhu sangat berperan mengendalikan


kondisi ekosistem perairan, Derajat keasaman
(pH) mempengaruhi tingkat kesuburan perairan
karena mempengaruhi kehidupan jasad renik.
derajat keasaman (pH) juga menentukan
keragaman jenis ikan pada suatu perairan.
Menurut (Dermawan, 2009). Ikan Putak
(Notopterus notopterus) hidup di rawa-rawa
hutan yang agak dalam dengan pH 6,0 6,5 dan
suhu 24o 28 o C. Sedangkan menurut Asyari
dan Utomo (2005), Ikan Putak (Notopterus
notopterus) dapat ditemukan pada suaka
perikanan suak buaya dengan pH berkisar antara
6-6,5 dengan kedalaman antara 1,5 3 m.

3. Jenis Serangga Air di Rawa Banjiran


Pada umumnya serangga air berperan
sebagai pakan alami ikan-ikan karnivora dan
omnivora, bahkan ikan-ikan ini juga memakan
serangga darat yang suka berterbangan di antara
33

Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014

Suaka perikanan suak buaya merupakan


suaka perikanan tipe lebung yang berada di
perairan lubuk lampam yang berdekatan dengan
sungai utama (sungai lempuing). Pada saat hujan
(banjir) suaka perikanan suak buaya menyatu
dengan perairan sekitarnya, namun saat musim
kemarau suaka perikanan ini mempunyai
batasan yang jelas dan ikan akan berkumpul di
suaka tersebut karena tidak mengalami
kekeringan (Asyari dan Utomo 2005).
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan
karakteristik Habitat Ikan Putak (Notopterus
notopterus) di rawa banjiran Desa Belanti
Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten Ogan
Komering Ilir adalah di rawa banjiran lebak
berdekatan dengan Sungai Lebong Pinang,
Sungai Ulak Aur dan Sungai Harapan. Pada saat
hujan (banjir) rawa banjiran menyatu dengan
perairan sekitarnya, namun saat musim kemarau
rawa banjiran tersebut mempunyai batasan yang
jelas dan ikan akan berkumpul di rawa yang
tidak mengalami kekeringan/lebung. Dalam
kondisi alami, rawa banjiran banyak dihuni oleh
beragam jenis vegetasi tumbuhan air, semaksemak, hutan rawa dan tersedianya pakan alami
terutama spesies serangga air.

Ikan
Cacing
2,84
%
Udang 9,04 %
2,88 %
Serasah
5,22 %

Serangg
a
80,02 %

Gambar 2. Indexs of preponderance isi lambung


Ikan Putak (Notopterus notopterus)
pada bulan Juli 2012.
Cacing Ikan
Udang 4,44 % 5,42 %
7,36%
Serasah
6,67 %

D. MAKANAN IKAN PUTAK (Notopterus


notopterus)
Menurut Effendie (1979), kalau untuk
pertama kalinya mempelajari tabiat makanan
satu spesies ikan yang belum dikenal
makanannya, sebaiknya mengadakan seleksi di
lapangan untuk melihat apakah ikan itu
mempunyai lambung atau tidak, serta untuk
mendapat gambaran baku dari makananya.
Apabila ikan itu mempunyai lambung, cukup
diambil lambungnya saja untuk kelak dipelajari
di laboratorium.
Berdasarkan Pengamatan pada bagian
lambung, Ikan Putak (Notopterus notopterus)
mempunyai lambung besar, usus pendek, tebal
dan elastis, dapat dilihat pada (lampiran 5
gambar 13). Pengamatan pada bagian lambung
diasumsikan organisme makanan pada bagian
ini belum tercerna sempurna, sehingga
organisme makanan lebih mudah diidentifikasi.
Hasil pengamatan di laboratorium ikan
BPPPU Mariana, makanan pada Ikan Putak
dapat dikelompokkan dalam 5 jenis, yaitu
serangga, ikan, cacing, udang, dan serasah.

serangg
a
76,11 %

Gambar 3. Indexs of preponderance isi lambung


Ikan Putak (Notopterus notopterus)
pada bulan Juli 2013.
Isi lambung Ikan Putak (Notopterus
notopterus) pada bulan Juli 2012 dan pada bulan
Juli 2013 di dominasi jenis serangga. Serangga
yang paling banyak ditemukan dalam setiap
pengamatan
isi
lambung
menggunakan
mikroskop di laboratorium ikan BPPPU
didominasi ordo Coleoptera (bangsa kumbang)
terutama family Dytiscidae dan Hydrophillidae.
Menurut Asyari (2006), kumbang air
(famili Hydrophilidae) adalah serangga yang
bersifat herbivor, terdapat diperairan yang
tenang, telur diletakkan dalam kantung-kantung
pada tanaman air, larva hidup di air, selanjutnya
meninggalkan air untuk menjadi pulpa dalam
lubang dibawah tanah. Serangga dewasa
memakan bangkai, sedangkan larva memakan
binatang air yang kecil-kecil.
Kumbang penyelam (famili Dytiscidae)
kumbang ini termasuk predator. Larva dan
dewasa hidup dalam air, dan makan berbagai
binatang air termasuk ikan-ikan kecil.
Sedangkan kepompong muncul di tanah yang
34

Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014

lembab sekitar perairan, sering mengambil udara


di permukaan air, saat menyelam memakai
gelembung udara yang ada di bawah kelopak
sayap. Kumbang dewasa dapat dapat berukuran
3 cm, berwarna hitam, coklat atau kekuningkuningan (Asyari, 2006).
Makanan Ikan Putak (Notopterus
notopterus) pada bulan Juli 2012 dan Juli 2013
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya
faktor
lingkungan
yang
mempengaruhi ketersediaan makanan alami di
rawa banjiran lebak di Desa Belanti Kecamatan
Sirah Pulau Padang Kabupaten Ogan Komering
Ilir. Menurut Effendie (1979), satu spesies ikan
yang diambil contoh makanannya dapat saja
berbeda dengan waktu yang lain walaupun
pengambilannya dilakukan pada tempat yang
sama. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh
perubahan suasana lingkungannya.
Makanan utama Ikan Putak (Notopterus
notopterus) adalah serangga yang suka
menempel/hinggap pada batang dan dahandahan kayu didasar perairan serta serangga air
yang suka didasar perairan. Cara makan Ikan
Putak (Notopterus notopterus) yaitu dengan cara
agresif menyambar mangsanya (serangga) maka
dengan
itu
secara
tidak
sengaja
serasah/potongan daun ikut termakan. Selain
serangga jenis makanan lain juga ditemukan
diantaranya cacing, ikan, udang dan serasah.
Pengamatan isi lambung Ikan Putak (Notopterus
notopterus) sesuai dengan Arifin dan Utomo
(1987) dalam Asyari (2006), Ikan Putak
(Notopterus notopterus) adalah Ikan karnivor
yang makanan utama cenderung memakan
hewan invertebrata jenis serangga air sebagai
pakan alami.
Berdasarkan hasil pengamatan panjang
usus dan panjang total Ikan Putak (Notopterus
notopterus), panjang total Ikan Putak
(Notopterus notopterus) 3 kali lebih panjang
daripada panjang usus. Menurut Effendie
(2002), Ikan karnivor mempunyai lambung
benar, palsu, dan usus pendek, tebal dan elastis.

Kabupaten Ogan Komering Ilir masih


dikategorikan baik untuk domestikasikannya.
2. Ikan Putak (Notopterus notopterus) termasuk
ikan air tawar bersifat karnivor yang
cenderung memakan hewan invertebrata jenis
serangga air sebagai makanan utama.
B. SARAN
Saran yang ingin disampaikan adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menjaga kelestarian Ikan Putak
(Notopterus notopterus) diperlukan upaya
pemeliharaan ketersediaan makanan alami
dengan menjaga keseimbangan ekosistem
(flora dan fauna) di rawa banjiran di Desa
Belanti Kecamatan Sirah Pulau Padang
Kabupaten OKI.
2. Pengelolaan Ikan Putak (Notopterus
notopterus) yang lestari dan berkelanjutan
memerlukan kerjasama secara terpadu
antara pemerintah dengan masyarakat,
seperti mencegah degradasi habitat,
menghindari
pencemaran
perairan,
pengaturan musim tangkap serta adanya
usaha budidaya Ikan Putak diluar
habitatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asyari dan A. D. Utomo. 2005. Karakteristik
Habitat, Jenis, dan Stok Ikan pada
Beberapa Suaka Perikanan Sungai dan
Rawa Banjiran di Kabupaten OKI,
Sumatera Selatan. Prosiding Forum
Perairan Umum Indonesia Ke-1. Pusat
Riset Perikanan Tangkap. Hal 293-298.
Asyari. 2006. Peran Serangga Air Bagi Ikan Air
Tawar. Bawal Widya Riset Perikanan
Tangkap. Vol 1 (2) hal. 53-60.
Burnawi. 2011. Pengamatan Isi Lambung Ikan
Belida (Chitala Lopis) hasil Tangkapan
di Perairan Sungai Kampar, Riau:
Buletin Teknik Litkayasa Sumber Daya
dan Penangkapan. Vol 9 (2): 41-44.
Dermawan. A. 2009. Jenis-Jenis Ikan yang
Dilindungi dan Masuk dalam Appendiks
CITES. Direktorat Konservasi dan
Taman Nasional Laut. Direktorat
Jenderal Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Sumatera Selatan. 2011. Laporan Akhir
Master Plan Pembangunan Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sumatera Selatan

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian Ikan Putak
(Notopterus
notopterus)
maka
dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik habitat dan makanan Ikan Putak
(Notopterus notopterus) di rawa banjiran di
Desa Belanti Kecamatan Sirah Pulau Padang
35

Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014
Pembangunan Perikanan Perairan
Umum Daratan (PUD) . Palembang.
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan,
Yayasan Dewi Sri Bogor: 112 hal.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan
Pustaka Nusatama. Yogyakarta: 163 hal.
Gaffar A. K. dan D. Muthmainnah. 2010.
Pengelolaan Sumber Daya Perikanan
Sungai Musi. Balai Riset Perikanan
Perairan Umum (BRPPU), Palembang.
Hal. 246-254.
Ghufran M. dan A.B. Tancung. 2007.
Pengelolaan Kualitas Air dalam Budi
Daya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta:
Husnah dan E. Prianto 2011. Karakteristik
Lingkungan Perairan Rawa Perikanan
dan Kondisi Lingkungan Sumber Daya
Ikan Perairan Umum Daratan Riau.
Balai Penelitian Perikanan Perairan
Umum, Palembang. Hal 37-60
Kaban, S., S.N. Aida, dan A. Wibowo. 2011.
Karakteristik Lingkungan Perairan
Sungai:
Perikanan
dan
Kondisi
Lingkungan Sumber Daya Ikan Perairan
Umum Daratan Riau. Balai Penelitian
Perikanan Perairan Umum, Palembang.
Hal 9-36.
Kottelat, M., A.J. Whitten., S.R. Kartikasari dan
S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater
Fishes of western Indonesia and
Sulawesi. Periplus Edition (HK) Ltd.
Nepri, 2011. Buku Profil Desa/Kelurahan.
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan
Desa
Pemerintah
Kabupaten Ogan Komering Ilir : 78 hal.
Nulhakim, L. 2007. Laporan Inventarisasi Ikan
Langka Spesies Langka Perairan Umum
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Sumatera Selatan: 113 hal.
Nurdawati. S., Rupawan., Makmur. S., dan A.H.
Rais. 2010. Aktivitas Perikanan
Tangkap di Sungai Musi. Balai Riset
Perikanan Perairan Umum (BRPPU),
Palembang. Hal. 207-245.
Octaviana, D. 2012. Laporan Bulanan Penyuluh
Perikanan Triwulan Kedua Tahun 2012
Desa Belanti Kecamatan Sirah Pulau
Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir:
24 hal.
Prianto. E. dan N.K. Suryati. 2009. Kebiasaan
Makan dan Hubungan Panjang Bobot
Ikan
Gulamo
Keken
(Johnius
belangerii) di Estuari Sungai Musi:
Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap.
Vol 2 (6) 257-263.

Rahayu, E.L. 2009. Makanan Ikan Motan


(Tynnichthys thynnoides, Bleeker 1852)
di Perairan Rawa Banjiran Sungai
Kampar Kiri Riau. IPB. Bogor 2009. 32
hal.
Samuel. 2010. Sumber Daya Perairan Sungai
Musi (plankton, Bentos, dan Tumbuhan
air). Balai Riset Perikanan Perairan
Umum (BRPPU), Palembang. Hal. 6798.
Sarnita, A.S. 2001. Potensi dan Tingkat
Pemanfaatan Perikanan Perairan Umum
Sekitar Lahan Persawahan Pasang Surut
Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia Vol. 7 (2) 1-13.
Utomo. A.D., S. Adjie., S.N. Aida, dan K.
Fattah. 2010. Potensi Sumber Daya Ikan
di Daerah Aliran Sungai Musi Sumatera
Selatan: Perikanan Perairan Sungai Musi
Sumatera Selatan. Balai Riset Perikanan
Perairan Umum, Palembang. Hal. 99206.
Utomo, A.D. dan Asyari 1999 Peranan
ekosistem hutan rawa air tawar bagi
kelestarian sumber daya perikanan di
Sungai Kapuas, Kalimantan Barat.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.
Vol V no 3.

36

Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember


2014

37

You might also like