Professional Documents
Culture Documents
id
Panel Diskusi: Mendorong Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Melalui Sinergi Pengawasan
Intern Pemerintah Dalam Rangka Audit BPK.<br>
Tempat: Aula BPKP - Tanggal: 11 Januari 2007<br>
_PDF_POWERED
kormonev.menpan.go.id
Oleh karena itu, perbaikan sistem pengendalian intern pemerintah perlu segera diperbaiki agar kelemahan-kelemahan
sebagaimana yang ditemukan oleh BPK tersebut di atas tidak terulang kembali sehingga kualitas laporan keuangan
pemerintah dapat lebih ditingkatkan. Dalam hal ini, BPKP bersama dengan beberapa Kementerian/Lembaga akan
merancang berbagai action plan berupa bimbingan teknis, asistensi, monitoring, evaluasi dan berbagai bentuk bantuan
lainnya dari quality assurance. Sebagai contoh, yang sudah dilakukan saat ini, antara lain:
? Bersama Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan jajarannya melakukan sosialisasi dan asistensi implementasi
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) kepada Satker di lingkungan Departemen Agama dan Departemen Koperasi dan UKM;
? Mendampingi empat LPND dalam review Laporan Keuangan
Saya selaku Kepala BPKP, memberikan apresiasi yang tinggi kepada BPK, karena BPK sebagai auditor ekstern
pemerintah telah menemukan kelemahan di dalam sistem pengendalian intern, yang seharusnya hal ini menjadi
tanggung jawab kita semua sebagai auditor intern pemerintah untuk mengungkapkannya kepada pimpinan
pemerintahan untuk segera diperbaiki.
Reformasi di dalam manajemen keuangan negara, dengan diberlakukannya Undang-Undang 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan Undang-Undang No.1 tahun 2004, kita sadari banyak hal yang harus disiapkan oleh pemerintah
(departemen/lembaga), perangkat-perangkat pendukung harus disiapkan mulai dari sistem pengelolaan keuangan
negara yang lebih transparan dan akuntabel sejalan dengan standar akuntansi pemerintahan yang telah diberlakukan
dengan PP No 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, sampai kepada penyiapan SDM yang kompeten
dalam pengelolaan keuangan negara.
Bila kita mencermati UU 17/2003, mulai tahun anggaran 2006, BPK akan melakukan pemeriksaan atas laporan
keuangan departemen/lembaga, yang terdiri dari neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas dan catatan atas
laporan keuangan. Tidak ada alasan bagi kita (departemen/lembaga), untuk mengatakan belum siap untuk diperiksa,
kita harus saling bahu membahu, agar amanat Undang-Undang bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, baik oleh
BPK sebagai auditor maupun pemerintah sebagai pihak yang diperiksa.
Sementara di sisi lain, aliran dana APBN ke daerah demikian besarnya, APBN tahun 2006 mencapai Rp 647 triliun
rupiah, 68 % atau sekitar Rp.442 triliun dikelola di pusat, 32 % nya atau sekitar Rp 205 triliun dialokasikan ke daerah
sebagai Dana Perimbangan. Dari dana yang dikelola di pusat sebesar Rp 442 triliun tersebut, sebesar 25% nya atau
sekitar Rp 110 triliun dialirkan lagi ke daerah sebagai dana dekonsentrasi. Demikian pula APBN tahun 2007 sebesar Rp
763 triliun, 68 % dikelola di pusat atau sekitar Rp 520 triliun, 32% atau sekitar Rp 243 triliun dialirkan ke daerah sebagai
dana perimbangan, dan dari dana yang dikelola di pusat, akan dialirkan lagi sebagai dana Dekon 2007 sekitar 25 % atau
sebesar Rp 130 trilun.
Dana aliran yang begitu besar dan pertanggungjawabannya yang tidak tertib karena lemahnya sistem pengendalian
intern, serta fungsi pengawasan intern pemerintah yang belum berjalan efektif, jelas hal ini akan menjadikan potensi
terjadinya penyimpangan-penyimpangan di dalam pengelolaan keuangan negara.
Sebagai aparat pengawasan intern pemerintah, tentunya kita tidak ingin ada korban-korban lain dari pejabat/pegawai
pemerintah yang harus masuk penjara karena kelalaiannya di dalam melakukan pengelolaan keuangan negara,
membuat laporan keuangan yang tidak benar misalnya. Sanksi pidana dalam UU Nomor 17 tahun 2004, pasal 34,
sangat jelas bagi pejabat/ pimpinan departemen/lembaga apabila melakukan penyimpangan atau penyalahgunaan
wewenang yang berakibat timbulnya kerugian negara.
Reviu atas Laporan Keuangan Departemen/Instansi syarat dengan masalah akuntansi sehingga harus benar-benar
dilakukan secara profesional agar Laporan Keuangan yang ditandatangani oleh pimpinan kementerian/lembaga benar
disajikan bebas dari segala salah saji atau rekayasa yang akan berdampak pada masalah hukum. Kami, BPKP dengan
kompetensi SDM yang dimiliki dibidang akuntansi mempunyai tanggungjawab moral untuk melakukan pendampingan
Itjen/Inspektorat Utama dan Bawasda di dalam melakukan revieu atas laporan keuangan departemen/ lembaga dan
pemda.
Disamping itu, BPKP sebagai APIP yang bertanggungjawab kepada Presiden juga merasa mempunyai tanggungjawab
moral untuk melakukan reviu terhadap laporan keuangan pemerintah sebelum diperiksa oleh BPK sehingga kekurangankekurangan atau kelemahan-kelemahannya yang ditemukan dalam penyajian laporan keuangan, dapat ditindaklanjuti
perbaikannya oleh pemerintah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
Oleh karenanya, diskusi panel pada hari ini, yang akan disajikan oleh pembicara Direktur Jenderal Perbendahaaran
Negara, Kepala BPKP, Anggota BPK dan Inspektur Jenderal Departemen Pekerjaan Umum, sangatlah relevan sebagai
upaya kita membantu pimpinan departemen/lembaga di dalam menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan, yang pada gilirannya upaya ini tentunya akan membantu efektifitas pelaksanaan audit
BPK atas laporan keuangan departemen/lembaga tahun 2006.
/ebhtml/joomla
_PDF_POWERED
kormonev.menpan.go.id
Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih atas kehadiran Bapak, Ibu dan Saudara-saudara sekalian memenuhi
undangan kami dan selamat mengikuti Diskusi Panel ini, semoga Tuhan Yang Kuasa meridhoinya. Wabalillahi Taufiqwal
Hidayah, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokattuh.
Jakarta, 11 Januari 2007
Kepala BPKP
Didi Widayadi.
/ebhtml/joomla
_PDF_POWERED