Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kasus
Disusun oleh:
Mey Merry Sidauruk.
110100270
110100469
Pembimbing
dr. Christoffel L. Tobing, M.Ked(OG), Sp.OG(K)
Mentor
dr. Isnayu
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Preeklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of theories,
penelitian telah begitu banyak dilakukan namun angka kejadian preeklampsia
tetap tinggi dan mengakibatkan angka morbiditas dan mortilitas maternal yang
tinggi baik diseluruh dunia maupun di Indonesia.1 Preeklamsia didefinisikan
sebagai gangguan luas kerusakan endotel pembuluh darah dan vasospasme yang
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan dapat juga dijumpai pada akhir 4-6
minggu post partum. Hal ini secara klinis didefinisikan adanya hipertensi dan
proteinuria, dengan atau tanpa edema patologis.2
Di seluruh dunia preeklamsi menyebabkan 50.000 76.000 kematian
maternal dan 900.000 kematian perianal setiap tahunnya. 3 Hal ini terjadi pada 35% dari kehamilan dan merupakan penyebab utama kematian ibu, terutama di
negara-negara berkembang.4 Angka kejadian di Indonesia bervariasi di beberapa
rumah sakit di Indonesia yaitu diantaranya 5 9 % dan meningkat sebesar 40 %
selama beberapa tahun terakhir ini di seluruh dunia. Di Indonesia masih
merupakan penyebab kematian nomer dua tertinggi setelah perdarahan.5
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan
merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu
bersalin. Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga
masih cukup tinggi. Hal ini masih disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga
oleh perawatan dalam persalinan oleh petugas non-medik dan sistem rujukan yang
belum sempurna.4
Sampai sekarang penyebab preeklamsi masih belum diketahui dengan
jelas. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab preeklamsi
1.2.
Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memahami aspek teori
Manfaat Penulisan
a.
b.
Untuk menambah wawasan serta ilmu bagi penulis dan pembaca tentang
preeklampsia berat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
2.1.1
Definisi
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik
persalinan.
b. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
c.
koma.
d. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi
kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai
e.
proteinuria.
Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai
proteinuria
dan
hipertensi
menghilang
setelah
bulan
Primigravida
Hiperplasentosis, seperti molahidatidosa, kehamilan ganda, diabetes
c.
d.
e.
f.
Obesitas
spiralis relatif
mengalami
vasokonstriksi,
dan
terjadi
kegagalan
disfungsi endotel
kadar
fibronektin, faktor Von Willebrand, t-PA dan PAI-1 yang merupakan marker dari
sel-sel endotel. Patogenesis plasenta yang terjadi pada preeklampsia dapat
dijumpai sebagai berikut:8
a. Terjadi plasentasi yang tidak sempurna sehingga plasenta tertanam
dangkal dan arteri spiralis tidak semua mengalami dilatasi.
b. Aliran darah ke plasenta kurang, terjadi infark plasenta yang luas.
c. Plasenta mengalami hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat.
d. Deposisi fibrin pada pembuluh darah plasenta, menyebabkan penyempitan
pembuluh darah.
B.
oksidan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah
radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel
pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak, Peroksida lemak selain
akan merusak sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel endotel. Produksi
oksidan dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi anti
oksidan.7
C.
memproduksi
prostaglandin,
yaitu
menurunnya
produksi
E.
bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahanbahan vasopresor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan
vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan
vasopresor. Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi
dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu.
Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan.7
G.
Teori Genetik
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pereeklampsia, maka 26%
dari
ceruloplasmin,
alpha1
antitripsin,
dan
haptoglobin,
maternal preeklampsia.8
2.2.
Preeklampsia
Pada
primigravida
frekuensi
preeklampsia
lebih
tinggi
bila
10
usia 20-24 tahun dengan primigravida (17,5%). Diabetes melitus, mola hidatidosa,
kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Peningkatan
kejadian preeklampsia pada usia > 35 tahun mungkin disebabkan karena adanya
hipertensi kronik yang tidak terdiagnosa dengan superimposed PIH.
2.2.3. Faktor Risiko Preeklampsia
Wanita yang memiliki risiko sedang terhadap terjadinya preeklampsia,
memiliki salah satu kriteria dibawah ini:10
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Primigravida
Umur 40 tahun
Interval kehamilan 10 tahun
BMI saat kunjungan pertama 35 kg/m2
Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia
Kehamilan ganda
Wanita yang memiliki risiko tinggi terjadinya preeklampsia adalah yang
2.2.4. Patofisiologi11
Etiologi dan faktor pemicu timbulnya eklampsia masih belum diketahui
secara pasti. Teori timbulnya preeklampsia harus dapat menjelaskan beberapa hal,
yaitu sebab meningkatnya frekuensi pada primigravida, bertambahnya frekuensi
dengan bertambahnya usia kehamilan, terjadinya perbaikan dengan kematian janin
intrauterin, sebab timbulnya tanda-tanda preeklampsia. Itulah sebabnya kenapa
penyakit ini disebut the disease of theories.
11
12
2)
volume
plasma
menurun
500
ml
pada
preeklampsia
13
berat akan terjadi oligouria, uremia dan pada sedikit kasus dapat terjadi
nekrosis tubular dan kortikal.
Plasenta ternyata membentuk renin dalam jumlah besar, yang
fungsinya mungkin sebagai cadangan menaikkan tekanan darah dan
menjamin perfusi plasenta yang adekuat. Pada kehamilan normal renin
plasma, angiotensinogen,angiotensinogen II, dan aldosteron meningkat
nyata di atas nilai normal wanita tidak hamil. Perubahan ini merupakan
kompensasi akibat meningkatnya kadar progesteron dalam sirkulasi.
Pada kehamilan normal efek progesteron diimbangi oleh renin,
angiotensin, dan aldosteron, tetapi keseimbangan ini tidak terjadi pada
preeklampsia.
Sperof (1973) menyatakan bahwa dasar terjadinya preeklampsia
adalah iskemi uteroplasenter dimana terjadi ketidakseimbangan antara
massa plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi sirkulasi darah
plasenta yang berkurang. Apabila terjadi hipoperfusi uterus, akan
dihasilkan
lebih
vasokonstriksi
dan
banyak
renin
meningkatnya
uterus
yang
kepekaan
mengakibatkan
pembuluh
darah.
14
15
Hipertensi
Tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer pada lengan kanan
dalam keadaan berbaring terlentang setelah istirahat 15 menit. Disebut
hipertensi bila tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih, atau tekanan
darah diastolik 90 mmHg.
2)
Proteinuria
Pada wanita tidak hamil dijumpai protein dalam urin sekitar 18 mg/24 jam.
Disebut proteinuria positif/patologis bila jumlah protein dalam urin
melebihi 300 mg/24 jam. Proteinuria dapat dideteksi dengan cara dipstick
reagents test, tetapi dapat memberikan 26% false positif karena adanya
sel-sel pus. Untuk menghindari hal tersebut, maka diagnosis proteinuria
dilakukan pada urin tengah (midstream) atau urine 24 jam.Deteksi
proteinuria penting dalam diagnosis dan penanganan hipertensi dalam
16
Edema
Edema bukan merupakan syarat untuk diagnosa preeklampsia karena
edema dijumpai 60-80% pada kehamilan normal. Edema juga tidak
meningkatkan risiko hipertensi dalam kehamilan.Edema yang dijumpai
pada tangan dan muka selain pagi hari merupakan tanda patologis.
Kenaikan berat badan melebihi 1 kg per minggu atau kenaikan berat badan
yang tiba-tiba dalam 1 atau 2 hari harus dicurigai kemungkinan adanya
preeklampsia. Edema yang masif meningkatkan risiko terjadinya edema
paru terutama pada masa post partum. Pada 15-39 % kasus preeklampsia
berat tidak dijumpai edema.
4)
Oliguria
Urin normal pada wanita hamil adalah 600-2000 ml dalam 24 jam.
Oliguria dan anuria meurpakan tanda yang sangat penting pada
preeklampsia dan merupakan indikasi untuk terjadi terminasi sesegera
mungkin. Walaupun demikian, oliguria atau anuria dapat terjadi karena
sebab prerenal, renal dan post renal. Pada preeklampsia, hipovolemia
tanpa vasokonstriksi yang berat, intrarenal dapat menyebabkan oliguria.
Kegagalan ginjal akut merupakan komplikasi yang jarang pada
preeklamspia, biasanya disebabkan nekrosis tubular, jarang karena
nekrosis kortikal. Pada umumnya kegagalan ginjal akut ditandai dengan
jumlah urin dibawah 600 ml/24 jam dan 50% dari kasus tersebut terjadi
sebagai komplikasi koagulasi intravaskular yang luas disebaban solusio
plasenta.
17
5)
Kejang
Kejang tanpa penyebab lain merupakan diagnosis eklampsia, kejang
merupakan salah satu tanda dari gejala gangguan serebral pada
preeklampsia. Tanda-tanda serebral yang lain antara lain, sakit kepala,
pusing, tinnitus, hiperrefleksia, gangguan visus, gangguan mental,
parestesia dan klonus. Gejala yang paling sering mendahului kejang adalah
sakit kepala, gangguan visus dan nyeri perut atas.
6)
Asam Urat
Korelasi meningkatnya asam urat dengan gejala-gejala kilinis dari
toksemia gravidarum mula-mula didapatkan oleh williams. Kadar asam
urat juga mempunyai korelasi dengan beratnya kelainan pada biopsi ginjal.
Kelainan patologis pembuluh darah uteroplasenta dan berkorelasi dengan
luaran janin pada preeklampsia. Hiperuricemia menyebabkan kematian
perinatal.
7)
Gangguan Visus
Gangguan visus pada preeklampsia berat dapat merupakan flashing.
Cahaya berbagai warna, skotoma, dan kebutaan sementara. Penyebabnya
adalah spasme arteriol, iskemia dan edema retina. Tanpa tindakan operasi
penglihatan akan kembali normal dalam 1 minggu.8
2.2.6
Preeklampsia Ringan
Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ
yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi
endotel.
Diagnosa preeklampsia ringan ditegakkan dengan kriteria:
a) Hipertensi: Sistolik/diastolik 140/90mmHg.
b) Proteinuria: 300mg/24 jam atau 1+ dipstik.
18
Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160
mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih
5g/24 jam.
Diagnosa preeklampsia berat ditegakkan dengan kriteria:
a) Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110
mmHg.
HELLP
(Hemolysis,
Elevated
Trombositopenia)
Preeklampsia berat dibagi menjadi:
-
Liver
Enzyme,
19
Disebut impending eclampsia bila preeklampsia berat disertai gejalagejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntahmuntah, nyeri epigatrium, dan kenaikan progresif tekanan darah
2.2.7
Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan untuk setiap kehamilan dengan penyulit pre-
eklamsia adalah:
1. Mencegah kejang, perdarahan intrakranial, dan gangguan fungsi organ vital
pada ibu
2. Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan janinnya.
3. Melahirkan bayi sehat
4. Pemulihan sempurna kesehatan ibu.
Penanganan menurut berdasarkan klasifikasinya :
1. Pre-eklamsia Ringan
Rawat Jalan
Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat secara rawat jalan.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan kehamilan, sehingga mencapai
umur kehamilan yang memenuhi syarat janin dapat dilahirkan
Dianjurkan ibu hamil banyak beristirahat (berbaring/tidur miring ke kiri),
tetapi tidak harus mutlak tirah baring.
Pada kehamilan >20 minggu, tirah baring dengan posisi miring
menghilangkan tekanan rahim pada vena kava inferior, sehingga
meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal
ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan filtrasi glomeruli
dan
meningkatkan
diuresis.
Diuresis
dengan
sendirinya
akan
20
Rawat Inap
Kriteria preeklampsia ringan yang dirawat di rumah sakit yaitu:
a. Bila tidak ada perbaikan: tekanan darah, kadar proteinuria selama
2 minggu
b. Adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat.
c. Kenaikan berat badan ibu 1 kg perminggu selama 2 kali
berturut-turut
-
diizinkan pulang
Perawatan dirumah sakit:
1) Pemeriksaan dan monitoring setiap hari terhadap gejala klinik :
a) Nyeri kepala
b) Penglihatan kabur
c) Nyeri perut kuadran kanan atas
d) Nyeri epigastrium
2) Kenaikan berat badan dengan cepat
3) Menimbang berat badan ketika masuk rumah sakit dan diikuti
setiap harinya
4) Mengukur proteinuria ketika masuk rumah sakit dan diulangi
setiap 2 hari.
21
(USG)
khususnya
pemeriksaaan:
- Ukuran biometrik janin
- Volume air ketuban
7) Penderita boleh dipulangkan: Penderita dapat dipulangkan
apabila 3 hari bebas gejalagejala preeklampsi berat
Perawatan Obstetrik
a. Kehamilan preterm (kehamilan antara 22 minggu sampai 37
minggu),
bila
tekanan
darah
mencapai
normotensif,
22
23
4-7 mEq/liter
4,8-8,4 mEq/dl
10 mEq/liter
12 mg/dl
Terhentinya pernapasan
15 mEq/liter
18 mg/dl
Terhentinya jantung
> 30 mEq/liter
> 36 mg/dl
24
Terminasi kehamilan dilakukan 1-2 jam setelah pemberian MgSO4 atau setelah
terjadi stabilisasi hemodinamik. Pemberian MgSO4 diteruskan sampai 24 jam
pascapersalinan. Perawatan aktif dilakukan dengan indikasi :
a.
Ibu
- Kehamilan > 37 minggu
- Kegagalan pada perawatan konservatif, yaitu :
1) Dalam waktu atau selama 6 jam sejak dimulai pengobatan
medisinal terjadi kenaikan TD yang persisten, atau
2) Setelah 24 jam sejak dimulainya perawatan medisinal tidak ada
perbaikan gejala-gejala.
- Muncul tanda dan gejala Impending Eklampsia: PE berat disertai
gejala nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah, nyeri epigastrium,
b.
Manajemen persalinan
Persalinan pervaginam merupakan cara yang paling baik bila dapat dilaksanakan
cepat tanpa banyak kesulitan. Pada eklampsia gravidarum perlu diadakan induksi
dengan amniotomi dan infus pitosin, setelah penderita bebas dari serangan kejang
selama 12 jam dan keadaan serviks mengizinkan. Tetapi, apabila serviks masih
lancip dan tertutup terutama pada primigravida, kepala janin masih tinggi, atau
ada persangkaan disproporsi sefalopelvik, sebaiknya dilakukan seksio sesarea.
Jika persalinan sudah mulai pada kala I, dilakukan amniotomi untuk mempercepat
partus dan bila syarat-syarat telah dipenuhi, dilakukan ekstraksi vakum atau
cunam. Sikap dasar adalah bila kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi
(pemulihan). Stabilisasi hemodinamik dan metabolisme ibu dapat dicapai dalam
4-8 jam setelah salah satu atau lebih dari keadaan berupa 1.) setelah pemberian
25
obat anti kejang terakhir; 2.)setelah kejang terakhir; 3.) setelah pemberian obat
anti hipertensi terakhir; 4.) penderita mulai sadar (responsif dan orientasi).
Untuk memulai persalinan hendaknya diperhatikan hal-hal seperti kejang
sudah dihentikan dan diberikan antikejang untuk mencegah kejang ulangan,
tekanan darah sudah terkendali, dan hipoksia telah dikoreksi.
Pada ibu aterm namun belum inpartu, induksi persalinan dapat
dilakukan bila hasil KTG normal. Pemberian drip oksitosin dilakukan
bila nilai skor pelvik 5. Bila perlu, dilakukan pematangan cervix
dengan balon kateter no. 24 diisi dengan 40 cc aquadest. Pada skor
pelvik yang rendah dan kehamilan masih sangat preterm, seksio sesaria
lebih baik dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Seksio sesaria
dilakukan bila : (1) induksi persalinan gagal (6jam setelah diinduksi
penyimpangan partograf.
Seksio sesaria primer dilakukan apabila kontraindikasi persalinan
pervaginam atau usia kehamilan < 34 minggu.
2.2.8. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi dapat
terjadi pada ibu maupun janin/anak.8,12
Maternal
a)
Eklampsia
Eklampsia adalah kejang grand mal akibat spasme serebrovaskular.
Kematian disebabkan oleh hipoksia dan komplikasi dari penyakit berat
yang menyertai.
b)
Perdarahan serebrovaskular
Perdarahan serebrovaskular terjadi karena kegagalan autoregulasi aliran
26
darah otak pada MAP (Mean Arterial Pressure) diatas 140 mmHg.
c)
HELLP Syndrome
d)
Gagal ginjal
Diperlukan hemodialisis pada kasus yang berat.
e)
Edema paru
f)
Ablasio retina
g)
Solusio plasenta
h)
Koma
i)
Trombosis vena
Kematian maternal
Munculnya satu atau lebih dari komplikasi tersebut dan muncul secara
bersamaan, merupakan indikasi untuk terminasi kehamilan berapapun umur
gestasi.
Fetal
a)
b)
c)
d)
e)
Persalinan prematur
Perdarahan serebral
Pneumorhorax
Serebral Palsy
2.2.9. Prognosis
Kematian ibu pada preeklampsia 3x lipat dari kematian dalam obstetri dan
pada eklampsia angka kematian ibu berkisar 7-17%. Angka kematian perinatal
pada preeklampsia berkisar 10%. Prematuritas merupakan penyebab utama
kematian perinatal. Angka kejadian prematuritas pada preeklampsia paling sedikit
2x kehamilan normal. Angka kematian bayi prematur lebih kurang 22%. Kejang
merupakan faktor utama sebagai penyebab kematian ibu. Kriteria yang dapat
meningkatkan angka kematian ibu (Kriteria Eden) antara lain:8
1. Kejang 10x atau lebih
27
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.3.
Sindroma HELLP
Terminologi ini diperkenalkan oleh Weinsten tahun 1982 yang merupakan
kumpulan
gejala
multisistem
dengan
karakteristik
anemia
hemilitik,
Didahului tadna dan gejala yang tidak khas malaise, lemah, nyeri
kepala, mual, muntah (semuanya ini mirip tanda dan gejala infeksi
virus)
28
29
30
BAB 3
LAPORAN KASUS
STATUS IBU HAMIL
Anamnesa Pribadi
Nama
: Ny. H
Umur
: 24 tahun
Suku
: Jawa
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: SMP
Status
: Menikah
Tanggal masuk
: 20 Februari 2016
Jam masuk
: 01.26 WIB
Anamnesa Penyakit
Ny. H, 24 tahun, G1P0A0, Jawa, Islam, SMP, IRT, i/d Tn. G, 25 tahun, Jawa, Islam,
buruh, merupakan pasien rujukan dari RS luar dengan diagnosa PEB + PG + KDR
(32-34)mgg + PK + AH
Keluhan utama
Telaah
31
RIWAYAT HAID
-
HPHT : 25/7/2015
TTP : 2/5/2016
ANC : Bidan 2 X
RIWAYAT PERSALINAN
1. Hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENS
Sens
: compos mentis
Anemis
:-
TD
: 180/110 mmHg
Ikterik
:-
HR
: 88x/i
Sianosis
:-
RR
: 20x/i
Dyspnoe
:-
: 36,5 0C
Oedema
:+
STATUS GENERALISATA
Kepala : dbn
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Refleks pupil (+/+), isokor, ka=ki
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
TVJ R-2 cmH2O
Thorax : SP: vesikular
ST: -/-
32
: Membesar asimetris
TFU
Teregang
: Kanan
Terbawah
: Kepala
Gerak
:+
His
:-
DJJ
STATUS GINEKOLOGIS
VT
: Cervix tertutup
ST
USG TAS :
-
33
LABORATORIUM
20 Februari 2016 pukul 01:54
Pemeriksaan
Darah rutin
WBC
RBC
HGB
HCT
PLT
SGOT
SGPT
Alkaline Prospatase
Total Bilirubin
Direct Bilirubin
Albumin
LDH
Ureum
Kreatinin
Asam urat
Glukosa ad random
Hasil
Nilai Normal
10940
4,42
12,8
36,8
88000
175,00
90,0
143,0
1,62
0,60
1,9
1658
35
0,92
7,0
108
4000-1000/L
4-5 x 106/L
12-14 gr/dL
36-42 %
150000-440000/L
0,00-40 U/L
0,00-40 U/L
30,0- 142,0 U/L
0,00-1,20 mg/dl
0.05-0.30 mg/dL
3,6-5,0 g/dL
240-480 U/I
10-50 mg/dL
0,6-1,2 mg/dL
3,5-7,0 mg/dL
< 140 mg/dL
34
Natrium
Kalium
Chlorida
D-dimer
Fibrinogen
Urin rutin
Protein
130,00
3,1
111,00
3600
464
+++
Negatif
DIAGNOSA SEMENTARA
Preeklampsia berat + Sindroma HELLP + PG + KDR (28-30) minggu + PK + AH
TERAPI
-
RENCANA
-
EKG
Konsul toleransi operasi dengan anestesi, penyakit dalam dan kardiologi
Terminasi kehamilan
SC a/i PEB + Hellp Syndrome
Follow up
35
Pukul
Tekanan
Darah
(mmHg)
Gerak
HIS
DJJ (x/i)
Keterangan
03.00
180/110
144
Nifedipin 10 mg tab
04.00
170/110
156
05.00
170/110
156
Nifedipin 10 mg tab
06.00
170/110
164
Nifedipin 10 mg tab
07.00
170/110
168
36
Tindakan
: Seksio Caesaria
Uraian Pembedahan
-
Ibu dibaringkan diatas meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik.
Dilakukan tindakan aseptik dan antisepsis, seluruh tubuh di tutup doek steril
perdarahan.
Dilkukan reperitonealisasi. Kontrol perdarahan.
Lapisan abdomen dijahit lapis demi lapis dengan kontrol perdarahan
Operasi selesai
Kondisi umum ibu post SC stabil.
TERAPI
-
37
RENCANA
-
PEMANTAUAN POST SC
Jam ( WIB )
Nadi permenit
TD ( mmHg )
Pernafasan
09.30
112
170/110
22
09.45
116
170/110
20
10.00
110
170/110
22
10.30
112
160/110
22
11.00
116
160/110
22
permenit
Perdarahan
10cc
10cc
5cc
5cc
0cc
Kontraksi
Kuat
Kuat
Kuat
Kuat
Kuat
38
FOLLOW UP PASIEN
20 Februari 2016
Hasil Laboratorium 2 jam Post SC
Hb
Leukocyte
Hematocrit
Trombocyte
SGOT/SGPT
ALP
Billirubin Total
Direct bilirubin
Albumin
LDH
Ur
Cr
Uric Acid
Glukosa adr
Na
K
Cl
: 13,5 gr/dl
: 19,490/mm3
: 38,3%
: 83.000/mm3
: 175 / 90 U/L
: 143 U/L
: 1,62 mg/dl
: 0,60 mg/dl
: 1,9 g/dl
: 1658 U/L
: 35 mg/dl
: 0,92 mg/dl
: 7 mg/dl
: 108 mg/dl
: 130 mmol/L
: 3,1mmol/L
: 111 mmol/L
N: 12-14
gr/dl
N: 4000-11000 /uL
N: 36,0-42,0
%
N: 150.000-440.000 /uL
N: 0.00-40.00 U/L
N: 30-142 U/L
N: 0-1,2 mg/dl
N: 0,05-0,30 mg/dl
N: 3,6-5 g/dl
N: 240-480 U/L
N: 10-50 mg/dl
N: 0,60-1,20 mg/dl
N: 3,50-7-00 mg/dl
N: < 140 mg/dl
N: 136-155 mmol/L
N: 3,5-5,5 mmol/L
N: 95-103 mmol/L
Anemis
Dyspnoe
Oedem
Ikterik
Sianosis
:::::-
Status Lokalisata :
Kepala : Normocephal
Mata
: palpebral inferior anemis -/T/H/M
: dbn/nasal kanul terpasang/dbn
Thorax
: SP: vesikuler, ST: (-)
Abdomen
: Lihat status obstetri
Ekstremitas
: Akral Hangat, CRT <3dt ,Oedem pretibial (+)
Status Obstetrikus :
39
A
P
22 Februari 2016
S
O
A
P
Anemis
Dyspnoe
Oedem
Ikterik
Sianosis
:+
::::-
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel ,Peristaltik (+) N
TFU
: 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
L/O
: tertutup verban , kering
P/V
: (-) lochia (+) rubra
BAK
: (+) via kateter , UOP:750cc/12jam, berwarna kuning
keruh
BAB
: (-) flatus (+)
Post SC a/i PEB + HELLP Sindrome + NH2
Th/
40
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Cefotaxime 1 gr / 12 jam
- Inj. Gentamycin 80mg/12jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg / 12 jam
- Inj. Furosemid 10mg/ 12jam
- Nifedipine 4x10mg
- Captopril 2x25mg
- KSR tab 2x1
R/Cek panel HELLP
Hasil Laboratorium
Hb
Leukocyte
Hematocrit
Trombocyte
SGOT
SGPT
LDH
Ur
Cr
: 10,8 gr/dl
: 17.810 /mm3
: 31,9 %
: 159.000/mm3
: 40 U/L
: 35 U/L
: 762 U/L
: 35 mg/dl
: 0,78 mg/dl
N: 12-14
gr/dl
N: 4000-11000 /uL
N: 36,0-42,0
%
N: 150.000-440.000 /uL
N: 0.00-40.00 U/L
N: 0.00-40.00 U/L
N: 240-480 U/L
N: 10-50 mg/dl
N: 0,60-1,20 mg/dl
23 Februari 2016
S
O
A
P
Anemis
Dyspnoe
Oedem
Ikterik
Sianosis
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel ,Peristaltik (+) N
TFU
: 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
L/O
: tertutup verban , kering
P/V
: (-) lochia (+) rubra
BAK
: (+) via kateter, UOP:60cc/jam
BAB
: (+) flatus (+)
Post SC a/i PEB + HELLP Sindrome + NH3
R/ -Aff kateter
-Aff Infus
-Pasien minta PAPS
Th/ -Cefadroxil 2x500mg
-Metronidazol 2x500mg
:+
::::-
41
-B Comp 2x1
-Ranitidine 2x1
-Nifedipine 4x10mg
-Captopril 2x25mg
42
BAB 4
ANALISA KASUS
Seorang wanita, Ny.H, usia 24 tahun, G1P0A0 datang ke RSUPM pada
tanggal 20 Februari 2016 pukul 01.26 WIB dengan keluhan tekanan darah tinggi.
Os merupakan pasien rujukan RS luar dengan diagnose PEB + PG + KDR (3234)mgg + PK + AH. Waktu di RS luar tekanan darah 180/100mmHg. Riwayat
mual muntah (+) sejak 2 hari ini.
Pemeriksaan fisik didapati tekanan darah 180/110mmHg dan oedem pada
wajah dan ekstremitas. Pemeriksaan obstetrikus dengan kesan PK, AH dan DJJ
144kali/menit. Pemeriksaan ginekologis dengan kesan cervix tertutup.
Hasil USG-TAS dengan kesan IUP (29-30)mgg + PK + AH. Hasil
laboratorium dengan kesan thrombositopenia, peningkatan enzim hati dan
peningkatan LDH. Pemeriksaan urin dengan kesan proteinuria +3. Sehingga
pasien di diagnosa dengan PEB dan sindroma HELLP. Setelah dilakukan
stabilisasi, namun kondisi semakin memburuk, maka diputuskan untuk dilakukan
SC Cito, lahir bayi perempuan, BB 1400 gr, PB 42 cm . A/S : 6/9, anus (+).
DISKUSI KASUS
TEORI
Preeklampsia
berat
preeklampsia
dengan
ialah
Pada
KASUS
kasus ini
tekanan
tekanan
180/110
mmHg
tekanan
110
proteinuria
(+++)
ditemukan
riwayat
5g/24 jam.
sebelumnya
Pasien
mengeluhkan
darah
diastolik
eclampsia
bila
darah
ditemukan
saat
masuk
disertai
dan
tidak
hipertensi
mual
43
muntah,
nyeri
epigatrium,
dan
untuk
mengukur
pada
ibu
pemasangan
kateter
dan
pemberian
medikamentosa
antara
lain
pemeriksaan
eklampsia,
didadapati
trombosit
83.000/mm3, SGOT
175 U/I,
Syndrome
SGPT
kegagalan
pada
laboratorium
HELLP,
kemudian
stabilisasi, namun
PERMASALAHAN
44
1)
2)
45
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
June 2015]
Chappel, S. Morgan,L. Searching for genetic clues to the causes of
4.
Later
Cardiovascular.
2011.
Available
at
http://circ.aha
5.
6.
7.
8.
Available
at
http://www.nice.org.uk/guidance/cg107/resources/
9.
2004.
Indriani
N.
Analisis
Faktor-faktor
yang
Berhubungan
dengan
11.
Available
at
http://www.nice.org.uk/guidance/cg107/resources/
of
pre-eclampsia
and
eclampsia.
2011.
Available
at
http://www.hse.ie/eng/about/Who/clinical/natclinprog/obsandgynaeprogram
12.
46
L., editor. Obstetrics & Gynaecology. 3rd ed. Oxford: Blackwell Publishing,
13.
2008: 165-169.
Institute of Obstetricians and Gynaecologists. The Diagnosis And
Management Of Pre-Eclampsia And Eclampsia Clinical Practice Guideline.
2013. Available at http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/97892415483
14.