You are on page 1of 19

Tugas Kelompok

Mata kuliah

: Promosi K3

Advokasi Promosi Kesehatan di Tempat Kerja


OLEH:

DESI ALVIONITA

K111 13 eee

NORMALIYA MAYA T

K111 13 eee

NUR AFIFAH

K11113307

DEPARTEMEN

KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Promosi K3 yakni Advokasi Promosi Kesehatan di
Tempat Kerja.
Dalam pembuatan tugas ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen pembimbing mata kuliah Promosi K3.
2. Teristimewa kedua orangtua penulis yang selalu memberi dukungan baik
moril maupun materil dan doa tulus kepada penulis.
3. Teman - teman yang memberikan saran dan semangatnya juga kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan
baru kepada para pembaca serta dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penyususnan makalah ini banyak memiliki
kekurangan dan kelemahan baik dalam segi penulisan maupun dalam segi penyajian
materi yang di paparkan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna untuk memperbaiki kualitas makalah ini.
Makassar, April 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan masalah......................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.

Definisi Advokasi .....................................................................................


Tujuan Advokasi .......................................................................................
Argumen Advokasi ...................................................................................
Metode dan Teknik Advokasi ...................................................................
Langkah-Langkah Advokasi .....................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang
berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan,
pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan
pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat
kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia,
pemerintah dan swasta bersama-sama.
Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang
hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan cara
melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah
tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis. Yang biasa
disebut dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan kesehatan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Apa definisi advokasi?
2. Apa tujuan advokasi?
3. Bagaimana argumen advokasi?
4. Bagaimana metode dan teknik advokasi?
5. Bagaimana langkah-langkah advokasi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah.

1.
2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui definisi advokasi.


Untuk mengetahui tujuan advokasi.
Untuk mengetahui argumen dalam advokasi.
Untuk mengetahui metode dan teknik advokasi.
Untuk mengetahui langkah-langkah advokasi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Advokasi
Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan
terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula
mula digunakan dibidang hukum atau pengadilan. Advokasi dalam kesehatan
diartikan upaya untuk memperoleh pembelaan, bantuan atau dukungan
terhadap program kesehatan.
Menurut Wobster Encyclopedia advokasi adalah act of pleading for
supporting or recommending active espousal atau tindakan pembelaan,
dukungan atau rekomendasi : dukungan aktif. Menurut ahli retorika ( foss and
foss , et al : 1980 ), advokasi diartikan sebagai upaya persuasi yang mencakup
kegiatan: penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut
mengenai sesuatu hal . Menurut John Hopkins (1990) Advokasi adalah usaha
untuk mempengaruhi kebijakan melalui bermacam-macam bentuk komunikasi
persuasif, dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.
Advokasi adalah strategi untuk mempengaruhi para pengambil keputusan
khususnya pada saat mereka menetapkan peraturan, mengatur sumber daya dan
mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut khalayak masyarakat.
Advokasi adalah membangun organisasi-organisasi demokratis yang kuat
untuk membuat para penguasa bertanggung jawab menyangkut peningkatan
keterampilan serta pengertian rakyat tentang bagaimana kekuasaan itu bekerja.
Upaya terorganisir maupun aksi yang menggunakan sarana-sarana demokrasi
untuk menyusun dan melaksanakan undang-undang dan kebijakan yang

bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang adil dan merata (Institut


Advokasi Washington DC).
Advokasi merupakan segenap aktifitas pengerahan sumber daya yang ada
untuk membela, memajukan, bahkan merubah tatanan untuk mencapai tujuan
yang lebih baik sesuai keadaan yang diharapkan. Advokasi dapat berupa upaya
hukum formal (litigasi) maupun di luar jalur hukum formal (nonlitigasi).
B. Tujuan Advokasi
Secara inklusif terkandung tujuan-tujuan advokasi, yakni:
1. Komitmen Politik (Political Commitment)
Komitmen para pembuat keputusan atau penent kebijakan di tingkat
dan di sektor manapun terhadap permasalahan kesehatan dan upaya
pemecahan permasalahan kesehatan tersebut. Pembangunan nasional tidak
terlepas dari pengaruh kekuasaan politik yang sedang berjalan. Oleh sebab
itu, pembangunan di sektor kesehatan juga tidak terlepas dari kondisi dan
situasi politik pada saat ini. Baik kekuasaan eksekutif maupun legislatif di
negara mana pun, ditentukan oleh proses politik utamanya hasil pemilihan
umum pada waktu yang lampau. Seberapa jauh komitmen politik para
eksekutif dan legislatif terhadap masalah kesehatan masyarakat ditentukan
oleh pemahaman mereka terhadap masalah-masalah kesehatan.
Komitmen politik dapat diwujudkan dengan pernyataan-pernyataan,
baik secara lisan maupun tulisan dari para pejabat eksekutif maupun
legislatif mengenai dukungan atau persetujuan terhadap isu-isu kesehatan.
Misalnya: pembahasan tentang naiknya anggaran untuk sektor kesehatan,
pembahasan Rencana Undang-Undang tentang lingkungan oleh parlemen,
dan sebagainya. Contoh konkret di Indonesia antara lain: perencanaan pekan

imunisasi nasional oleh presiden, pencanangan dan penandatanganan


deklarasi Indonesia Sehat 2010 oleh Presiden.
2. Dukungan Kebijakan (Policy Support)
Dukungan Kebijakan adalah dukungan nyata yang diberikan oleh para
pemimpin institusi disemua tingkat dan semua sektor yang terkait dalam
rangka mewujudkan pembangunan di sektor kesehatan. Dukungan politik
tidak akan berarti tanpa dilanjutkan dengan dikeluarkan kebijakan yang
konkrit dari para pembuat keputusan. Oleh sebab itu, setelah adanya
dukungan politik dari pemerintah daerah maka perlu ditindaklanjuti dengan
advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program
tersebut. Dukungan kebijakan ini dapat berupa Peraturan Daerah, Surat
Keputusan pimpinan institusi baik pemerintah maupun swasta, Instruksi
atau Surat Edaran dari para pemimpin lembaga /institusi, dan sebagainya.
3. Penerimaan Sosial (Social Acceptance)
Penerimaan Sosial adalah diterimanya suatu program oleh masyarakat.
Suatu program kesehatan apapun hendaknya memperoleh dukungan dari
sasaran utama program tersebut yakni masyarakat, terutama tokoh
masyarakat. Oleh sebab itu, apabila suatu program kesehatan yang telah
memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan, maka langkah selanjutnya
adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan
masyarakat. Untuk sosialisasi program ini maka para petugas tingkat
operasional atau lokal, misalnya Petugas Dinas Kesehatan dan puskesmas
mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh sebab itu, para petugas
tersebut juga memerlukan kemampuan advokasi. Untuk petugas kesehatan
lintas kabupaten/kota, sasaran advokasi adalah Kepala Daerah, DPRD,

pejabat lintas sektor ditingkat kabupaten/kota dan sebagainya. Sedangkan


sasaran advokasi puskesmas antara kepala wilayah kecamatan, pejabat lintas
sektor tingkat sub kabupaten/kota, para tokoh masyarakat setempat, dan
sebagainya.
4. Dukungan Sistem (System Support)
Dukungan sistem teridentifikasi dengan adanya sistem kerjaa tau
organisasi kerja yang memasukkan unit pelayanan kesehatan atau program
kesehatan dalam sektor pembangunan. Agar suatu program atau kegiatan
berjalan baik, maka perlu adanya sistem, mekanisme, atau prosedur kerja
yang jelas untuk mendukungnya. Oleh sebab itu sistem kerja atau organisasi
kerja yang melibatkan kesehatan perlu dikembangkan. Mengingat bahwa
masalah kesehatan adalah segala dampak dari berbagai sektor, maka
program untuk pemecahannya atau penanggulangannya harus bersama-sama
dengan sektor lain.
C. Argumen Advokasi
Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan
tidaklah mudah , memerlukan argumentasi yang kuat. Berhasil atau tidaknya
advokasi tergantung pada kuat atau tidaknya kita menyiapkan argumentasi.
Dibawah ini ada beberapa hal yang dapat memperkuat argumen dalam
melakukan kegiatan aplikasi antara lain:
1. Creadible
Kredibilitas adalah suatu sifat pada seseorang atau institusi yang
menyebabkan orang atau pihak lain mempercayainya atau meyakininya.
Seseorang itu creadible apabila mempunyai 3 sifat, yakni:
a. Capability (Kapabilitas) yakni mempunyai kemampuan

tentang

bidangnya. Seorang kepala Dinas Kesehatan kabupaten yang ingin


melakukan advokasi kepada para pejabat eksekutif maupun legislatif

Kabupaten,

dengan

sendirinya

harus

menguasai

benar

tentang

permasalahan kesehatan di wilayahnya.


b. Authority (otoritas) yakni adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki
seseorang berdasarkan aturan organisasi yang bersangktan.
c. Intergrity (integritas) adalah komitmen seseorang terhadap jabatan atau
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2. Layak ( feasibel ) Artinya program yang diajukan tersebut baik secara
tekhnik , politik , maupun ekonomi dimungkinkan atau layak. Secara teknik
layak artinya program tersebut dapat dilaksanakan. Artinya dari segi petugas
yang akan melaksanakan program tersebut, mempunyai kemampuan yang
baik atau cukup. Demikian pula sarana dan prasarana pendukung, baik
peralatan dan teknologi tersedia dengan cukup. Secara politis layak artinya
program tersebut tidak akan membawa dampak politik pada masyarakat
sedangkan layak secara ekonomi artinya didukung oleh dana yang cukup
dan apabila itu program pelayanan, masyarakat maupun membayarnya.
3. Relevan ( relevant ) Program yang diajukan tersebut paling tidak harus
mencakup 2 kriteria , yakni : memenuhi kebutuhan masyarakat , dan benar
benar memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat. Semua program
benar-benar relavan dalam arti membantu pemecahan masalah masyarakat
dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
4. Penting dan mendesak ( urgent ) Artinya program yang diajukan harus
mempunyai urgensi yang tinggi : harus segera dilaksanakan dan kalau tidak
segera dilaksanakan akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi.
5. Prioritas tinggi ( haigh priority ) Artinya program yang diajukan tersebut
harus mempunyai prioritas yang tinggi. agar para pembuat keputusan atau
penentu kebijakan menilai bahwa program tersebut mempunyai prioritas

tinggi, diperlukan analisis yang cermat, baik terhadap masalahnya sendiri


maupun terhadap alternatif pemecahan masalah atau program yang akan
ditujukan.
D. Metode dan Teknik Advokasi
Seperti yang telah diketahui bahwa tujuan adanya advokasi adalah untuk
meperoleh komitmen dan dukungan kebijakan para penentu kebijakan atau
pembuat keputusan di segala tingkat. Komitmen dan dukungan kebijakan
tersebut dapat terwujud dalam dua hal pokok yakni bentuk software dan
hardware. Komitmen dan dukungan dalam bentuk software misalnya: undangundang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, keputusan presiden, surat
keputusan dari institusi dan sebagainya yang mendukung terhadap program
kesehatan sedangkan komitmen dalam bentuk hardware antara lain
meningkatnya anggaran untuk kesehatan atau dilengkapinya sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan. Metode dan Teknik Advokasi untuk
mencapai untuk mencapai tujuan itu semua ada bermacam-macam, antara lain:
1. Lobi Politik
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para pejabat
untuk menginformasikan dan membahas masalah program kesehatan yang
akan dilaksanakan. Tahap pertama lobi ini adalah : petugas kesehatan
menyampaikan keseriusan masalah kesehatan yang dihadapi di wilayah
kerjanya, dan dampaknya terhadap keshidupan masyarakat. Kemudian
disampaikan alternatif terbaik utnuk memecahkan atau menanggulangi
masalah tersebut. Dalam lobi ini perlu dibawa atau ditunjukkan data yang
akurat (evidence based) tentang masalah kesehatan tersebut kepada pejabat
yang bersangkutan.

Contohnya saja DPRD yang berperan sebagai stakeholder, meskipun


DPRD tidak terikat langsung dengan program penurunan angka kematian
ibu dan anak namun, DPRD disini memiliki kekuatan besar untuk
keberlangsungan program KIBBLA, mereka dapat berfungsi sebagai
legislator (membentuk peraturan bersama kepala daerah) dan fungsi
pengawasan. Mengingat pentinganya penurunan angka kematian Ibu dan
bayi seperti yang diamanahkan pada MDGs poin 4 dan 5 yaitu harus turun
2/3 (75%) pada tahun 2015 dari tahun 1990. Maka DPRD bersama eksekutif
dapat membuta regulasi dalam bentuk Peraturan Daerah dalam pelayanan
KIA

terutama

masyarakat

miskin

yang

dapat

mengikat

semua

pihak/stakeholder untuk mengupayakan pencapaian AKI dan AKB tersebut.


2. Seminar dan atau Presentasi
Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program
dan lintas sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di
wilayah kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta
rencana program pemecahannya. Kemudian masalah tersebut dibahas
bersama-sama, yang akhirnya diharapkan akan diperoleh komitmen dan
dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan tersebut.
Contoh Pada akhir tahun 2005, bersamaan dengan sosialisasi
perpanjangan waktu Proyek DHS sampai dengan tahun 2008, diadakan
pertemuan dengan seluruh kepala dinas kesehatan dan kepala Bappeda
kabupaten/kota se Provinsi Bengkulu, serta beberapa pejabat eselon II dan
III di lingkungan Pemerintah Provinsi Bengkulu. Upaya advokasi pun
berlanjut di tingkat kabupaten. Banyak sekali kegiatan yang dilaksanakan
oleh dinas kesehatan melalui dana DHS dan dana dekon dalam rangka

sosialisasi dan advokasi program yang bertujuan untuk menggalang


dukungan dari para stakeholder lokal. Kegiatan pertemuan dalam rangka
sosialisasi dan advokasi yang dilaksanakan secara formal dan pelatihanpelatihan mulai dari tingkat provinsi, kabupaten hingga kecamatan, tidak
sedikit biaya yang telah dihabiskan. Waktu yang seharusnya lebih banyak
digunakan oleh tenaga kesehatan seperti bidan dan yang lainnya untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat, habis untuk mengikuti satu
pertemuan ke pertemuan lain, dari satu pelatihan ke pelatihan lain.
Kegiatan-kegiatan tersebut tidak sebanding dengan biaya yang telah
dikeluarkan, artinya upaya advokasi yang dilakukan di daerah tidak begitu
efektif dan efisien seperti yang dilakukan oleh agen-agen internasional,
kelompok-kelompok kepentingan, dan lembaga donor dalam mempengaruhi
kebijakan di tingkat pusat.
3. Media
Advokasi media (media advocacy) adalah melakukan kegiatan
advokasi dengan menggunakan media, khususnya media massa. Seperti
yang kita ketahui bahwa media massa mempunyai kemampuan yang kuat
untuk membentuk opini publik (public opinion), yang dapat mempengaruhi
bahkan merupakan tekanan (pressure) terhadap para penentu kebijakan dan
para pengambil keputusan. Contoh pada gambar di media massa tersebut
baik secara langsung maupun tidak langsung merupakan kegiatan dalam
advokasi dimana stakeholder menyampaikan pendapatnya mengenai
program untuk menekan angka kematian ibu dan anak.
4. Perkumpulan (asosiasi) peminat
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minta dan
keterkaitan terhadap masalah tertentu atau perkumpulan profesi adalah juga

merupakan bentuk advokasi. Contoh Ikatan Bidan Indonesia atau


Indonesian Midwives Assosiation adalah kumpulan orang-orang dengan
profesi yang sama yaitu bidan dan mereka sangat peduli ankan tingginya
Angka Kematian Ibu dan Bayi.
Kegiatan-kegiatan ini, di

samping

ikut

berpartisipasi

dalam

penanggulangan masalah tersebut, juga memberikan dampak terhadap


kebijakan-kebijakan yang diambil para birokrasi di bidang kesehatan dan
para pejabat lain untuk peduli terhadap Tingginya kasus kematian Ibu dan
Bayi.
E. Langkah-Langkah Advokasi
Advokasi adalah suatu proses atau kegiatan yang hasil akhirnya adalah
diperolehnya dukungan dari para pembuat keputusan terhadap program
kesehatan yang ditawarkan atau diusulkkan. Oleh sebab itu, proses ini antara
lain melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Persiapan advokasi yang palimh penting adalah menyusun bahan
(materi) atau instrumen advokasi. Bahan advokasi adalah: data informasi
bukti yang dikemas dalam bentuk tabel, grafik atau diagram, yang
menjelaskan:
a. Besarnya masalah kesehatan atau penyakit. Agar masalah kesehatan atau
penyakit tersebut mudah dipahami oleh para pembuat keputusan, maka
seyogianya data tersebut diperoleh dari suatu penelitian ilmiah (evident
based). Kemudian data tersebut dikemas dalam bentuk diagram atau
grafik yang menarik (berwarna-warni). Lebih baik lagi apabila didukung
dengan foto tentang kondisi atau keadaan kasus yang diambil langsung
dari lapangan.

b. Akibat atau dampak masalah (penyakit) tersebut terhadap kesejahteraan


masyarakat adalah dalam bentuk dampak sosial dan ekonomi. Dampak
sosial suatu penyakit adalah terganggunya hubungan sosial penderita
penyakit tersebut dengan orang lain atau masyarakat. Misalnya, beberapa
penyakit tertentu seperti kusta akan menimbulkan stigma di dalam
masyarakat. Baik penderita akan malu berinteraksi dengan orang lain,
maupun orang lain yang sehat akan merasa enggan berhubungan
dengan penderita tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi

sangat tergantung dari metode atau cara

advokasi. Cara advokasi yang paling sering digunakan adalah lobi dan
seminar atau presentasi. Lobi dapat dilakukan melalui kesempatan di dalam
jam kerja/dinas (formal), maupun di luar jam kegiatan kerja (informal).
Apabila menggunakan cara seminar atau presentasi, sebaiknya digunakan
sesuai dengan teknik-teknik presentasi umum digunakan.
3. Tahap Penilaian
Hasil advokasi yang diharapkan adalah adanya dukungan dari para
pembuat keputusan, baik dalam bentuk perangkat lunak (software), maupun
perangkat keras (hardware). Oleh sebab itu, untuk menilai atau
mengevaluasi keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikator-indikator
seperti di bawah ini:
a. Software (perangkat lunak): misalnya dikeluarkannya:
1) Undang-Undang
2) Peraturan Pemerintah
3) Peraturan Pemerintah Daerah
4) Keputusan Menteri
5) Surat Keputusan Gubernur/Bupati
6) Nota Kesepakatan (MOU), dan sebagainya.
b. Hardware (perangkat keras): misalnya:
1) Meningkatnya anggaran kesehatan dalam APBN atau APBI

2) Meningkatnya anggaran untuk satu program yang diprioritaskan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penulisan ini sebagai berikut:
1. Advokasi adalah strategi untuk mempengaruhi para pengambil keputusan
khususnya pada saat mereka menetapkan peraturan, mengatur sumber daya
dan

mengambil

keputusan-keputusan

yang

menyangkut

khalayak

masyarakat.
2. Secara inklusif terkandung tujuan-tujuan advokasi, yakni:
a. Komitmen Politik (Political Commitment)
b. Dukungan Kebijakan (Policy Support)
c. Penerimaan Sosial (Social Acceptance)
d. Dukungan Sistem (System Support)
3. Hal yang dapat memperkuat argumen dalam melakukan kegiatan aplikasi
yakni: Creadible, layak, relevan, penting dan mendesak, prioritas tinggi.
4. Metode dan Teknik Advokasi untuk mencapai untuk mencapai tujuan itu
semua ada bermacam-macam, antara lain:
a. Lobi Politik
b. Seminar dan atau Presentasi
c. Media
d. Perkumpulan (asosiasi) peminat
5. Langkah-langkah advokasi adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
c. Tahap Penilaian

B. Saran
Advokasi penting dilakukan di tempat kerja. Dengan Advokasi kita
mampu mengatur strategi untuk mempengaruhi para pengambil keputusan
khususnya pada saat mereka menetapkan peraturan dan mengambil keputusan.
Oleh karenanya, sebaiknya kita harus memperhatikan hal-hal yang dapat
memperkuat argumen kita dalam melakukan advokasi.

DAFTAR PUSTAKA
http://lrc.bbpkciloto.or.id/userfiles/file/modul/Modul%206%20Advokasi.pdf
Diakses pada tanggal 30 Maret 2016.
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta.

Notoatmodji, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

You might also like