You are on page 1of 47

Senida Ayu Rahmadika

Tindakan meniadakan nyeri disertai


kehilangan kesadaran dan bersifat
pulih kembali (reversible).
Komponen anestesia yang ideal
terdiri:
1. Hipnotik
2. Analgesia
3. Relaksasi otot.

Menjamin hidup pasien, yang


memungkinkan operator melakukan
tindakan bedah dengan leluasa dan
menghilangkan rasa nyeri.

Memberi induksi yang halus dan cepat.


Timbul situasi pasien tak sadar / tak
berespons
Timbulkan keadaan amnesia
Hambat refleks-refleks
Timbulkan relaxasi otot skeletal
Hambat persepsi rangsang sensorik
sehingga timbul analgesia yg cukup untuk
terapi operasi.
Berikan keadaan pemulihan yang halus
cepat dan tak timbulkan efek samping
obat yg berlangsung lama.

Infant dan anak usia muda.

Dewasa yang memilih anestesi umum


Pembedahannya luas
Penderita sakit mental
Pembedahan lama
Pembedahan di mana anestesi lokal
tidak praktis atau tidak memuaskan
Riwayat penderita toksik/alergi obat
anestesi lokal

Tergantung efek farmakologi pada


organ yang mengalami kelainan.

Hepar
Jantung
Ginjal
Paru
Endokrin

Tindakan untuk membuat pasien dari


sadar menjadi tidak sadar, sehingga
memungkinkan dimulainya anestesia
dan pembedahan.
Dikerjakan secara intravena,
inhalasi, intramuskular atau rektal.

Scope

Tube

Airway

Tape

Introducer

Connector

Suction

Hanya ketamin yang diberikan


Dosis: 5-7mg/kgBB dan setelah 3-5
menit pasien tidur.

Induksi Inhalasi

Inhalasi sungkup
Inhalasi sungkup laring
Inhalasi PET nafas spontan
Inhalasi PET nafas kendali
Anastesi Imbang

1. Lakukan langkah 1-7


2. Buka halotan diberikan dengan konsentrasi 2%
3. Berikan pelemas otot sesuai dosis
4. Lakukan laringoskopi dan pemasangan pipa
endotrakeal (intubasi)
5. Lakukan rumatan anestesi
6. Haloran/enfluran/isofluran/sevofluran dihentikan
beberapa menit sebelum operasi
7. N2O dihentikan ketika akhir penjahitan kulit
8. Berikan O2 saja sampai pasien terbangun.

Teknik anastesi Imbang

Pasien dipersiapkan
Pasang alat EKG dan Tensi
Siapkan alat dan obat resusitasi
Siapkan mesin anastesi dan gas anastesi yang diperlukan
Induksi Intravena
Berikan pelumpuh otot secara cepat
Berikan nafas buatan melalui sungkup
Laukan laringoskopi dan pasang PET
Fiksasi PET dan hubungkan dengan mesin anastesi
Berikan salah satu kombinasi inhalasi N2O + O2 dan narkotik
Berikan dosis maintenance
Kendalikan nafas pasien secara manual atau mekanik sesuai kebutuhan
pasien

1. Apabila operasi sudah selesai, hentikan aliran gas N2O dan berikan O2
100% selama 2-5 menit
2. Berikan penawar pelumpuh otot yaitu neostigmin
3. Ekstubasi bila pasien sudah bernafas spontan

Induksi dengan sevofluran lebih


disenangi karena pasien jarang
batuk, walaupun langsung diberikan
dengan konsentrasi tinggi sampai 8
vol%.

kebanyakan dipakai pada anak,


terutama untuk induksi anesthesia
atau tindakan singkat.
Menggunakan tiopental atau
midazolam.

Dilakukan pada anak atau bayi yang


sedang tidur.
Seperti induksi inhalasi biasa hanya
sungkup muka tidak ditempelkan
pada muka pasien, tetapi berikan
jarak beberapa sentimeter, sampai
pasien tertidur baru sungkup muka di
tempelkan.

Dapat secara intravena (anestesi


intravena total) atau dengan inhalasi
atau dengan campuran intravena
inhalasi.
Rumatan anestesia biasanya
mengacu pada trias anestesia

opioid dosis tinggi, fentanil 10-50ug/kgBB


opioid dosis biasa, tetapi pasien ditidurkan
dengan infus propofol 4-12mg/kgBB/jam.
Bedah lama dengan anestesia total
intravena menggunakan opioid, pelumpuh
otot dan dan ventilator.
Untuk mengembangkan paru dugunakan
inhalasi dengan udara + O2 atau N20 +
O2.

Anastesi Inhalasi
Nitrous Oxide

Halotan

Enflurane

Isoflurane

Sevoflurane

Tanda-tanda obstruksi jalan napas

Stridor ( mendengkur / snoring)


Napas cuping hidung
Retraksi trakea
Retraksi torak
Tak terasa ada udara ekspirasi

Laringoskop ialah alat yang


digunakan untuk melihat laring
secara langsung supaya kita dapat
memasukkan pipa trakea dengan
baik dan benar.
Bilah, daun (blade) lurus (Magill)
untuk bayi anak dewasa
Bilah lengkung (macintosh) untuk
anak besar dewasa.

Tindakan memasukkan pipa trakea


ke dalam trakea melalui rima glotis,
sehingga ujung distalnya berada
kira-kira di pertengahan trakea
antara pita suara dan bifurkasio
trakea

Menjaga patensi jalan napas oleh


sebab apapun
Mempermudah ventilasi positif dan
oksigenasi
Pencegahan terhadap aspirasi dan
regurgitasi.

Leher pendek berotot.


Mandibula menonjol
Maksila/gigi depan menonjol
Uvula tak terlihat
Gerak sendi temporo mandibular
terbatas
Gerak vertebra servikal terbatas

Selama intubasi

Trauma gigi geligi


Laserasi bibir, gusi, laring
Merrangsang saraf simpatis
Intubasi bronkus
Intubasi esofagus
Aspirasi
Spasme bronkus

Setelah ekstubasi

Spasme laring
Aspirasi
Gangguan fonasi
Edema glotis subglotis
Infeksi laring, faring, trakea

1. Ekstubasi ditunda sampai pasien


benar-benar sadar, jika
Intubasi kembali akan menimbulkan kesulitan
Pasca ekstubasi ada risiko aspirasi

Ekstubasi dikerjakan umumnya pada


anestesia sudah ringan dengan catatan
tak akan terjadi spasme laring.
Sebelum ekstubasi bersihkan rongga
mulut laring faring dari sekret dan cairan
lainnya.

Nilai

Kesadaran

Sadar,

1
orientasi Dapar

baik
Warna

0
Tidak

dibangunkan

Merah

muda Pucat

dapat

dibangunkan
atau Sianosis dengan

(pink) tanpa O2, kehitaman, perlu O2, SaO2 tatap <


SaO2 >92%
Aktivitas

O2, SaO2 >90%

ekstremitas 2

bergerak

90 %

ekstremitas Tak

bergerak

ada

ekstremitas
bergerak

Respirasi

Dapat

napas Napas

dalam, batuk
Kardiovaskuler

Tekanan

dangkal, Apnu

sesak napas

darah Berubah 20-30%

berubah 20%

obstruksi
Berubah 50%

atau

Premedikasi

Analgetik narkotik
Barbiturat
Antikolinergik
Obat penenang

Obat pelumpuh otot


Depolarisasi

Nondepolarisasi

Ada fasikulasi otot.

Tidak ada fasikulasi otot.

Berpotensi dengan antikolinesterase

Berpotensi dengan hipokalemia,


hipotermia, obat anestetik inhalasi, eter,
halotan, enfluran,isofluran

Tidak mununjukkan kelumpuhan yang


bertahap pada perangsangan tunggal atau
tetanik.

Menunjukkan kelumpuhan yang bertahap


pada perangsangan tunggal atau tetanik

Belum dapat diatasi dengan obat spesifik

Dapat diantagonis oleh antikolin esterase.

Kelumpuhan berkurang dengan pemberian


obat pelumpuh otot nondepolarisasi dan
asidosis

Obat Inhalasi

Dinitrogen Oksida
Halotan
Etil
Enfluran
Isoflurane
Sevoflurane

Obat anastesi Intravena

Natrium Tiopental
Ketamin
Droperidol
Propofol

You might also like