Professional Documents
Culture Documents
Dalam beberapa tahun terakhir, angka ini membesar, sehingga untuk melahirkan pertumbuhan 1 persen
membutuhkan modal lebih besar. "Pertama, karena di tahun terakhir banyak yang membangun
infrastruktur," tuturnya.
Menurut Darmin, modal pembangunan infrastruktur memang lebih mahal untuk menghasilkan
pertumbuhan 1 persen. Kedua, volume output komoditas pertambangan turun, padahal modalnya naik.
"Jadi itu persoalan yang dilalui suatu negara, seperti yang kita lalui dalam tahun-tahun terakhir."
Darmin menilai, jika nanti infrastruktur sudah jadi dan ada investasi di sektor industri, angka itu akan
mengecil kembali. "Jadi bukan investasi tidak efektif, memang pilihannya harus buat infrastruktur
dulu."
Sebelumnya, Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Muliaman Hadad menilai pemanfaatan
modal di Indonesia tidak efisien, karena peningkatan investasi tak mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi. Ia mengatakan pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) naik dari 7,5 persen
menjadi 9,5 persen sepanjang 1985-2014.
Kontribusi terhadap produk domestik bruto juga baik dari 23 persen menjadi 33 persen pada periode
yang sama. Namun indeks akumulasi kapital dan penggunaan modal terhadap PDB atau ICOR naik
dari 4 persen menjadi 6 persen dalam 30 tahun terakhir.
Jika pada 1985 investasi sebesar 4 persen sudah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 1
persen, pada 2014 dibutuhkan investasi 6 persen untuk meraih pertumbuhan ekonomi 1 persen.
DIKO OKTARA
Sumber
: Internet (Tempo.co)
Link
: https://bisnis.tempo.co/read/news/2016/03/31/090758437/menteri-darmin-butuhmodal-besar-agar-ekonomi-tumbuh-1-persen