Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh
KELOMPOK 7
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pneumotoraks
merupakan
suatu
kegawatan di bagian paru. Pneumotoraks
spontan merupakan jenis pneumotoraks
yang paling sering terjadi. Komplikasi
penyakit paru seperti pneumonia, abses
paru, tuberkulosis paru, asma, PPOK,
keganasan paru dan penyakit interstisial
paru dapat mengakibatkan pneumotoraks.
Tuberkulosis paru merupakan penyebab
pneumotoraks spontan sekunder
tertinggi di beberapa negara berkembang.
Prevalensi TB paru yang masih tinggi
di Indonesia merupakan faktor penyebab
terjadinya PSS berhubungan dengan
kasus TB paru
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai konsep dasar teori dan
mengimplementasikan dalam asuhan keperawatan pada pasien
dengan pneumotoraks spontan sekunder (D) + TB Paru relaps
Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami konsep pneumotoraks spontan
sekunder (D) + TB Paru relaps (Pengertian, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostic, dan
penanganan medik).
2. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan
pneumotoraks spontan sekunder (D) + TB Paru relaps
Manfaat Penulisan
Meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan
pneumotoraks spontan sekunder (D) + TB Paru relap
TINJAUAN TEORI
PENGERTIAN
TINJAUAN TEORI
Etiologi
Menurut Rahajoe (2012), pneumothorak disebabkan karena robekan pleura atau
terbukanya dinding dada. Dapat berupa pneumothorak yang tertutup dan terbuka atau
menegang (Tension Pneumothorak) kurang lebih 75% trauma tusuk pneumothorak
disertai hemothorak.
1.
2.
3.
4.
Pneumotoraks spontan
a. Primer
Terjadi tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya
b. Sekunder
Terjadi karna komplikasi dari penyakit (misalnya TB Paru)
Pneumotoraks traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada
Ketegangan pneumothoraks
Pneumothorak progresif menyebabkan kenaikan tekanan intrapleural ketingkat yang menjadi
positif sepanjang siklus pernafasan dan menutup paru-paru, pergeseran mediastinum, dan
merusak vena kembali ke jantung
Pneumothorax iatogenik
Disebabkan oleh intervensi medik, termasuk jarum trausthoracic aspirasi, thoracentesis,
penempatan kateter vena pusat, ventilasi mekanik dan cardiopulmonary
TINJAUAN TEORI
Manifestasi Klinik
Menurut Morton (2012), manifestasi klinis pada pasien dengan pneumothorak adalah :
Pasien mengeluhkan awitan mendadak nyeri dada pleuritik akut yang terlokalisasi
pada paru yang sakit.
Nyeri dada pleuritik yang biasanya disertai sesak nafas, peningkatan kerja
pernafasan dan dispneu.
Gerakan dinding dada mungkin tidak sama
Perkusi dada menghasilkan suara hipersonor
Takikardi menyertai tipe pneumothorak
Tension pneumothorak
- Hipoksemia
- Ketakutan, gelisah
- Gawat nafas (takipneu berat)
- Peningkatan tekanan jalan nafas puncak dan merata, penurunan q
komplians, dan auto-tekanan ekspirasi akhir positif (auto-PEEP) pada
pasien yang terpasang ventilasi mekanis
- Kolaps kardiovaskuler (frekuensi jantung >140x/menit pada setiap hal
berikut : sianosis perifer, hipotensi, aktifitas tanpa denyut nadi)
TINJAUAN TEORI
WOC
TINJAUAN TEORI
Pemeriksaan Penunjang
Airway
Pemeriksaan apakah ada obstruksi jalan nafas yang disebabkan benda asing,
fraktur tulang wajah atau maksila dan mandibular, fraktur laring atau trakea. Jaga
jalan nafas dengan Jaw Thrust atau Chin Lift, proteksi C-Spine, bila perlu lakukan
pemasangan collar neck. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap
jalan nafas bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap
dilakukan.
2. Breathing
Needle decompresion, pemberian oksigen, dan pemasangan WSD
3. Circulation
Kontrol perdarahan dengan balut tekan, tapi jangan terlalu rapat
untuk
menghindari parahnya tension pneumothorak dan pemasangan IV
Line
4. Disability
Nilai GCS dan reaksi pupil
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
PNEUMOTHORAX SPONTAN SEKUNDER (D) + TB PARU RELAPS
DI RUANG PALEM I RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Tanggal MRS
: 22 Maret 2016
Jam Masuk
: 21.47 WIB
Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2016
No. RM
: 1246XX.XX
Jam Pengkajian
: 08.00
Hari Rawat ke
: Hari rawat ke 7
Diagnosa Masuk : Pneumothorax Spontan Sekunder (D) + TB Paru Relaps
IDENTITAS
Nama Pasien
Umur
Suku / Bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Sumber Biaya
: Tn. N
: 65 tahun
: Jawa / Indonesia
: Islam
: Tamat SD
: Pegawai swasta
: Surabaya
: Umum
KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh sesak nafas terutama saat beraktivitas
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengeluhkan sesak nafas terutama saat beraktivitas 1 minggu. Pasien
kemudian kontrol di RSU Haji Surabaya (22/03/2016), mendapatkan terapi OAT lini II
karena TB yang relaps, dan diputuskan untuk MRS namun tidak dapat MRS karena
rawat inap penuh. Pasien dirujuk ke RSUA Surabaya (22/03/2016) namun karena
instalasi rawat inap RSUA juga penuh maka pasien dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (22/03/2016) dan MRS di ruang Palem 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
(22/03/2016). Pasien dilakukan pemasangan WSD di ICS ke-4 (D) (23/03/2016).
Saat dilakukan pengkajian (29/03/2016) pasien mengeluhkan sesak nafas
terutama saat berkativitas sehari-hari, seperti mandi dan duduk yang terlalu lama dan
merasakan penurunan BB meskipun pasien makan dengan porsi habis.
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
Hasil
Kesadaran
Composmentis
Tekanan darah
120/70 mmHg
Suhu
36,8oC
Nadi
90 x/menit
RR
26. /menit
Sistem Pernafasan
Pemeriksaan
RR
Keluhan
- Keluhan batuk
- Sekret
- Warna
- Bau
- Konsistensi
Hasil
26 x/menit
Sesak nafas
Tidak ada
Tidak ada
Penggunaan otot
bantu nafas
PCH
Irama nafas
Fiction rub
Pola nafas
a. Suara nafas
b. Suara nafas
tambahan
Ya,
Pergerakan dada
Taktil fremitus
Ya
Tidak teratur
Tidak ada
Dispneu
Vesikuler (S) dan
vesikuler menurun (D)
Ditemukan suara nafas
tambahan: wheezing
dan ronkhi
b. Lokasi
pemasangan
c. Jumlah cairan
d. Undulasi
e. Tekanan
f. Keadaan insersi
luka
Nasal kanul
3 lpm
WSD 1 botol dengan 1
botol merupakan
continous suction
ICS Ke-4
Tidak ada
Tidak ada
20 mmHg
Area insersi luka tidak
ada kemerahan, tidak
ditemukan pus dan
krusta, dan kondisi
luka jahitan kering,
Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan
Keluhan nyeri dada
Irama jantung
Suara jantung
Ictus cordis
CRT
Akral
Sirkulasi perifer
Pemasangan infus:
a. Lokasi pemasangan
b. Jenis cairan
Hasil
Tidak ada
Reguler
Normal (S1/S2 tunggal)
Teraba di mid-klavikula
ICS ke-4
<2 detik
Hangat, kering, merah
Normal
Vena basilika
NaCl 0,9% : Aminofluid =
1 : 1 = 14 tpm
Sistem Persarafan
Pemeriksaan
Tingkat kesadaran
GCS
Reflek fisiologis
Hasil
Composmentis
4 5 6 (Total: 15)
Reflek patella, triceps,
dan biceps
Reflek patologis
Keluhan pusing
N1-N2 normal
Isokor
Anikterus
Ananemis
12 jam/hari
Tidak ada gangguan
tidur
Sistem Perkemihan
Pemeriksaan
Kebersihan genetalia
Sekret
Ulkus
Kebersihan meatus uretra
Keluhan kencing
Kemampuan berkemih
Pengeluaran urin
a. Produksi urin
b. Warna
c. Bau
Kandung kemih
Nyeri tekan
Intake cairan
a. Oral
b. Parenteral
Hasil
Bersih
Tidak ada
Tidak ada
Meatus uretra bersih
Tidak ada
Spontan
750 cc
Kuning jernih
Khas amoniak
Tidak membesar
Tidak ada nyeri teka
1500 cc/hari
1000 cc/hari
Sistem Pencernaan
Pemeriksaan
Status gizi:
a. TB
b. BB
c. Nilai IMT
d. Interpretasi
Hasil
160 cm
40 kg
15,6
Status gizi kurang
Mulut
Membran mukosa
Tenggorokan
Bersih
Kering
Tidak ada nyeri tekan,
kesulitan menelan, dan
pembesaran tonsil
Abdomen
Nyeri tekan
Luka operasi
Peristaltik
a.
b.
c.
BAB
Terakhir tanggal
Konsistensi
Diet
Diet khusus
Intake nutrisi:
a. Nafsu makan
b. Porsi makan
c. Frekuensi
d. Keterangan
1 x/hari
29 Maret 2016
Lunak
Diet lunak
TKTP 2100 kkal;
Protein 75 gr
Baik
Habis
3 x/hari
Tidak ada perubahan
nafsu makan sebelum
pasien MRS atau saat
MRS
Sistem Penglihatan
OD
Tidak ada edema
Pink kemerahan
Jernih
Isokor
OS
Palpebra
Konjungtiva
Kornea
Pupil
Sistem Muskuloskeletal
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Pasien menerima dengan ikhlas penyakit yang ia derita dan menganggap penyakit yang
dialami sebagai cobaan hidup. Pasien sangat kooperatif saat pemeriksaan
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN
Klien mampu memenuhi kebututuhan ADL : makan, minum, eliminasi, mandi,
berpakaian dengan dibantu sebagian
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Klien dan keluarga mengatakan selalu berdoa sebelum dan sesudah sakit dan
memasrahkan diri pada Tuhan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH LENGKAP tanggal 28 Mei 2016
Hemoglobin
16
g/dl
Lekosit
19.000
Cmm3
Trombosit
537.000
Cmm3
Hematokrit
50
%
WBC
5,1
x10^3/L
KIMIA KLINIK tanggal 28 Mei 2016
BUN
19
mg/dl
Albumin
4,43
g/dl
Glukosa
80
mg/dl
Kreatinin
0,85
mg/dl
TERAPI MEDIS
Nama obat
Kodein
Ceftriaxone
OAT kategori II
(3 tab 4KDT)
Dosis
10mg/8 jam
1gr/12 jam
Rute Pemberian
Per oral
IV
Per oral
NaCl 0,9% :
Aminofluid
1:1 = 14 tpm
IV
13,5-18,0
4.000-11.000
150.000-450.000
40-54
3,37-10,00
10-20
3,40-5,00
40-121
0,50-1,20
1.
2.
3.
4.
5.
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TERIMAKASIH