You are on page 1of 5

Tugas I Materi Kuliah

CLINICAL PHARMACOLOGY

Nama : Arif Yusuf Wicaksana


NIM : 15/ 387977/ PKU/ 15199

MATA KULIAH FARMAKOLOGI KLINIK


PROGRAM S2 ILMU KEDOKTERAN DASAR DAN BIOMEDIS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016

TUGAS I
MATA KULIAH CLINICAL PHARMACOLOGY
1. Jelaskan peran farmakologi klinik dalam meningkatkan keberhasilan terapi ?
2. Apa saja faktor-faktor yang berkaitan dengan keberhasilan terapi ?
3. Cari 1 paper tentang pengembangan suatu obat hingga diterima sebagai suatu
terapi ?
4. Cari 1 paper riwayat pengembangan obat yang gagal dikembangkan jadi
terapi ?
Jawab :
1. Peran Farmakologi Klinis dalam Meningkatkan Keberhasilan Terapi ?
a. Evaluasi
Keberhasilan suatu terapi tidak lepas dari peran farmakologi klinis, ketika
suatu pasien didiagnosa suatu penyakit lalu menjadi tanggung jawab
seorang farmakolog untuk mengevaluasi suatu terapi atau obat yang
diberikan, evaluasi yang dapat dilakukan adalah mempertimbangkan
faktor farmasetis (farmasetika), farmakodinamika, farmakokinetika, dan
Dosage Regimen yang dimana beberapa faktor tersebut menunjang
Efficacy (kemanjuran), Safety (Keamanan), dan Quality (Kualitas) suatu
obat dan terapi yang diberikan.
b. Konseling / Konsultan
Farmakologi klinis juga berperan dalam melakukan Konseling /
Bimbingan kepada pasien, terutama mengenai efek samping yang
mungkin dari obat, kepatuhan dalam terapi, dan faktor resiko yang
berpengaruh terhadap penyakit pasien dan keberhasilan terapi
c. Researchers
Seorang farmakologi klinis juga bertanggung jawab

terhadap

pengembangan obat, update ilmu terbaru dalam dunia pengetahuan dan


pengembangan potensi penyakit baru yang dimana akan berpengaruh
terhadap keberhasilan terapi, termasuk kemungkinan peningkatan
keberhasilan terapi dengan obat baru atau obat lama yang bisa
dikombinasikan dengan obat baru dengan tetap mempertimbangkan sisi
keamanan penggunaan untuk pasien.
d. Monitoring
Monitoring pola pemakaian obat (drug utilization studies) pada unit-unit
pelayanan sehingga dapat dinilai ketepatan dan keefektifan pemakaian

dalam populasi pasien. Dari sini dapat diambil tindakan untuk


peningkatan terapi pasien.
e. Evaluator, Konsultan dalam Kebijakan Obat Nasional
Farmakologi klinis berperan dalam penentuan formularium nasional,
peran untuk hal ini cukup sentral dimana seorang farmakologi klinis
membantu dalam approval maupun withdrawal suatu obat baru dan
dirancang untuk bisa masuk dalam formularium nasional. Panduan
formularium nasional ini yang dipakai oleh dokter / klinis untuk
melakukan terapi kepada pasien. Sehingga faktor efektivitas dan
kemanjuran penentuan obat dalam formularium nasional menjadi hal
yang sangat penting.
2. Faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan terapi :
a. Penentuan obat dan Dosis (Regimen Dosis)
Penentuan Obat dan Dosis yang benar merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu terapi, seorang farmakologi
klinis berhak menentukan besaran dosis yang dapat bermakna sebagai
dosis terapi (Therapetic Dose) untuk keberhasilan terapi pasien. Golongan
obat yang benar dan efektif juga sangat menunjang keberhasilan terapi.
b. Kepatuhan Pasien
Faktor ini sangat luas, dimana pasien juga wajib mengikuti anjuran dari
dokter / klinis terkait dengan kepatuhan penggunaan obat (dari berapa kali
penggunaan perhari, dosis yang diberikan hingga tata cara penggunaan
obat ). Kepatuhan pasien terhadap faktor resiko yang harus dihindari juga
penting karena hal tersebut juga merupakan aspek yang menunjang dari
keberhasilan suatu terapi.
c. Monitoring Terapi
Farmakologi klinis wajib melakukan monitoring terapi, melakukan
pengujian secara populasi suatu penyakit yang telah diterapi, hingga
konseling berkelanjutan terhadap terapi pasien.
3. SOFOSBUVIR , Obat Baru untuk Hepatitis C Virus.
Sofosbufir merupakan obat prodrugs dari uridine nucleotide analogue
inhibitor dari NS5B Polymerase. Sofosbufir disebut merupakan terobosan
baru pengobatan hepatitis C dengan adverse event yang lebih rendah (Nausea,
headache, diarrhea etc), serta penggunaan sofosbuvir menurunkan resiko atau
insiden kerusakan atau penurunan fungsi organ.

4. Buvanest Spinal : Produk anestesi spinal cord yang telah ditarik


dari pasaran oleh Kalbe Farma, semenjak kasus mal praktek yang
terjadi di RS SILOAM Tangerang.
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150219193455-2033424/kalbe-jamin-buvanest-spinal-sudah-ditarik-sepenuhnya/

You might also like