Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Kelompok VIII Kelas G (Jumat Siang)
Dyah Ayu Ratna Y.
1306377404
Khusnul Khotimah
1306377272
1306405420
Ratna Sulistiarini
1306376502
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum
teknologi sediaan semi solid dan liquid ini.
Adapun penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah praktikum teknologi sediaan semi solid dan liquid. Di samping itu,
penyusunan makalah ini dimaksudkan pula untuk memperkaya wawasan tim
penyusun maupun pembaca lainnya mengenai cara pembuatan sediaan semi solid
dan liquid, khususnya milk cleanser.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Iskandarsyah, M.S.
(dosen pembimbing dalam praktikum teknologi sediaan semi solid dan liquid),
atas bantuan saran dan masukan dalam penyusunan makalah ini. Terimakasih juga
penulis ucapkan kepada laboran di laboratorium serta asisten laboratorium, orang
tua kami tercinta dan teman-teman serta semua pihak yang telah membantu terkait
dalam pembuatan milk cleanser dan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam segi isi
maupun penulisan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari segenap pembaca.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua pihak. Sekaligus sebagai sumber ilmu pengetahuan dan
bahan rujukan untuk pembuatan sediaan semi solid dan liquid yang lain.
Depok,
Maret 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.4 Metodologi Penulisan ............................................................................2
1.5 Sistematika Penulisan. ...........................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................4
2.1 Kondisi Kulit..........................................................................................4
2.2 Kosmetik, Pembersih Wajah, dan Penggolongannya ............................5
2.3 Milk Cleanser. ........................................................................................8
BAB III PRAFORMULASI ....................................................................................13
3.1 Monografi Bahan ...................................................................................13
3.2 Alasan Pemilihan Bahan ........................................................................18
BAB IV FORMULASI ...........................................................................................21
4.1 Rancangan Formulasi.............................................................................21
4.2 Perhitungan Bahan .................................................................................21
4.3 Alat dan Bahan. ......................................................................................22
4.4 Cara Pembuatan. ....................................................................................23
BAB V EVALUASI .................................................................................................25
5.1 Evaluasi Fisik .........................................................................................25
5.2 Evaluasi Kimia .......................................................................................29
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................30
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sudah mengenal kosmetik sejak berabad-abad yang lalu. Pada
abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yakni selain untuk
kecantikan juga untuk kesehatan. Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,
rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut
terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik
(BPOM, 2003).
Salah satu sediaan kosmetik yang banyak dijumpai di masyarakat adalah
sediaan kosmetik dalam bentuk krim. Krim merupakan suatu sediaan berbentuk
setengah padat mengandung satu atau lebih bahan kosmetik terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai, berupa emulsi kental W/O atau emulsi
O/W ditujukan untuk pemakaian luar. Pada umumnya kosmetika dibuat dalam
bentuk sediaan emulsi O/W karena lebih enak dipakai, cepat menyebar ke
permukaan kulit, lebih mudah dibuat, dan juga harga yang lebih murah. Yang
diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak (water in oil, W/O), seperti
penyegar kulit dan minyak dalam air (oil in water, O/W), seperti susu pembersih
(milk cleanser).
Milk cleanser merupakan sediaan kosmetika yang digunakan dengan
maksud menghilangkan kotoran yang larut dalam air maupun yang larut dalam
minyak. Oleh karena itu, untuk mengetahui dan memahami tahapan-tahapan
dalam pembuatan milk cleanser, pada makalah ini penulis akan mencoba
membahas mengenai milk cleanser dari formulasi yang digunakan, cara
pembuatan, hingga evaluasi sediaan tersebut.
perhitungan bahan, cara kerja, evaluasi, serta pengemasan hasil produk milk
cleanser ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kondisi Kulit
Kulit manusia merupakan lapisan terluar manusia yang melindungi dari
lingkungan luar. Kulit merupakan bagian organ tubuh manusia yang memiliki
fungsi memproteksi manusia dari pathogen dan bahaya dari luar. Kulit manusia
terdiri atas beberapa lapisan pelindung. Sel keratin yang dimiliki kulit berfungsi
melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Selain itu,
lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi.
Bagian lain yang juga berfungsi sebagai pelindung adalah sebum. Sebum yang
berminyak yang berasal dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi untuk membunuh
bakteri pada permukaan kulit.
Epidermis merupakan lapisan kulit teratas yang melindungi tubuh dari
kontak dengan lingkungan luar. Epidermis terdiri atas beberapa lapisan stratum
antara lain stratum korneum yang terdiri atas lapisan sel mati yang terus menerus
mengelupas; stratum lucidum yang terdiri atas 2-3 lapis sel dengan inti yang tidak
tampak; stratum granulosum yang memiliki lapisan keratohyalin; stratum
spinosum dengan sel-sel yang berebentuk poligonal dengan inti yang berentuk
bulat panjang; dan stratum basale yang mengandung melanosit yang bertugas
dalam memproduksi melanin. Setelah epidermis terdapat lapisan dermis yang juga
disebut corium atau cutis vera. Terdiri atas jaringan yang rapat dan berhubungan
dengan saraf, pembuluh darah, limfe, kelenjar keringat dan kelenjar lemak.
Lapisan terdalam yakni subkutan yang terdiri atas jaringan ikat dan merupakan
lanjutan dari dermis. Di dalamnya terdapat liposit-liposit yang dapat menyimpan
lemak.
Secara normal kulit dilapisi oleh sebuah lapisan lemak yang sangat tipis.
Lapisan ini berfungsi melembutkan kulit, mencegah masuknya mikroorganisme
dan secara tidak langsung menghambat penguapan air. Bila lapisan ini terbuang,
maka air dan zat-zat yang terkandung di dalamnya juga akan meninggalkan
jaringan sehingga sifat hidrofilik dan elastisitas kulit akan hilang.
8
Kulit yang sehat dilindungi dari kekeringan oleh zat-zat larut dalam air
yang terdapat dalam kulit seperti asam amino, polipeptida, pentosa, kolin, dan
ion-ion anorganik dan deribat-derivat asam fosfat. Zat-zat ini dapat terbuang
melalui proses berkeringat dan pada waktu mencuci, jika tidak dilindungi oleh
lapisan lipid yang melapisi permukaan kulit.
Kulit kering disebabkan oleh dua hal, pertama terlalu banyak lemak pada
permukaan kulit yang terbuang kedua adalah terlalu banyak terjadinya penguapan
air dari permukaan kulit. Dari kedua hal tersebut yang paling berpengaruh
terhadap kekeringan kulit adalah kehilangan air (dehidrasi).
11
Dalam keadaan yang kurang baik, emulsi dapat mengalami inversi fasa
dan ketika itu terjadi, emulsi tipe o/w bisa berubah menjadi emulsi tipe w/o.
Secara teoritis, fase terdispersi dalam suatu emulsi hanya bisa maksimal 74%
dalam fase volumenya. Jika lebih dari 74% maka keadaan emulsi akan menjadi
terbalik. Selain itu, inverse emulsi bisa terjadi karena perubahan temperature.
Suatu milk cleanser yang baik harus memiliki pH yang sesuai dengan pH
kulit yakni 4,5-6,5. Walaupun demikian, kulit memiliki kapasitas buffer yang
dapat mengembalikan pH dari sediaan yang lebih asam atau lebih basa dari pH
kulit sehingga sesuai dengan pH kulit. Namun, sedapat mungkin diusahakan
bahwa sediaan yang dioleskan ke kulit memiliki pH sedekat mungkin dengan
range pH tersebut. Viskositas dari suatu milk cleanser juga harus diperhatikan,
karena lotion yang terlalu encer atau terlalu kental akan menyulitkan
pemakaiannya pada kulit. Hal lain yang juga penting adalah kestabilan milk
cleanser. Milk cleanser yang mudah pecah tentu tidak akan disukai oleh
konsumen. Maka harus dipastikan bahwa milk cleanser tersebut stabil dalam
jangka waktu yang lama setidaknya 12-18 bulan. Faktor lain yang tidak kalah
penting adalah tekstur milk cleanser yang dihasilkan. Tekstur milk cleanser harus
menimbulkan rasa lembut, segar, tidak lengket, dan tidak berminyak. Sehingga
timbul kenyamanan konsumen dalam menggunakannya.
Untuk mendapatkan lotion yang baik, diperlukan formula lotion yang
mengandung bahan-bahan yang cocok dengan konsentrasi yang sesuai. Adapun
persyaratan yang harus dipenuhi agar didapatkan milk cleanser yang baik adalah:
- mudah dioleskan merata pada kulit
- mudah dicuci bersih dari daerah lekatan
- tidak berbau tengik
13
Emolien
Merupakan suatu bahan yang jika dioleskan pada lapisan kulit
yang kering akan melembutkan lapisan tersebut dengan cara melumasinya
sehingga mengurangi penguapan air yang terjadi pada kulit. Contoh:
Lanolin dan derivatnya, sterol, phospolipid, hidrokarbon, asam lemak dan
lain-lain.
Barrier agent
Berfungsi sebagai pelindung kulit dan juga ikut mengurangi dehidrasi.
Contoh: asam stearat, bentonit, seng oksida, titanium oksida, tragakan dan
lain-lain.
Healing agent
Berfungsi menyembuhkan kulit yang retak-retak atau pecah-pecah.
Contoh: allantonin, urea, asam urea.
Humektan
Merupakan bahan yang mengatur pertukaran cairan antara milk cleanser
dengan udara, pada milk cleanser sendiri maupun setelah dipakai pada
kulit. Contoh: gliserol, proplienglikol, sorbitol.
Surfaktan
Berfungsi menurukan tegangan batas antara minyak dan air sehingga
minyak dapat bersatu dengan air. Emulsifier yang biasa digunakan dalam
formulasi milk cleanser dibagi menjadi tiga jenis, antara lain:
a) Anionik
14
Pengawet
Mengingat setiap sediaan yang disertai dengan kadar air dan kelembaban
yang cukup dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroba,
maka kedalam kosmetik termasuk milk cleanser umumnya diberi
tambahan pengawet. Adapun fungsi pengawet pada sediaan adalah untuk
memastikan atau menghambat pertumbuhan mikroba terutama yang
patogen. Tujuan mengawetkan sediaan adalah untuk memperpanjang daya
simpan sediaan terebut dengan jalan memperlambat atau menghambat
terjadinya penguraian akibat mikroba. Selain itu penggunaan pengawet
juga dimaksudkan untuk meningkatkan mutu higienitas sediaan. Contoh:
Asam benzoat, metil paraben, propil paraben dan lain-lain.
Parfum
Merupakan hal penting karena dapat meningkatkan ketertarikan konsumen
terhadap sediaan lotion yang dihasilkan. Parfum yang digunakan harus
bebas dari efek iritasi. Pewangi ini harus mampu menutupi bau tidak enak
yang berasal dari bahan atau bau tengik yang mungkin muncul selama
penyimpanan. Parfum harus stabil dan dapat bercampur dengan bahan lain
dalam lotion.
15
Zat warna
Pemakaian zat warna juga harus diperhatikan, karena merupakan salah
satu faktor yang dipertimbangkan konsumen saat memilih sediaan lotion.
Zat warna yang dipakai seharusnya relevan dengan wangi yang digunakan
pada sediaan agar dapat meningkatkan estetika sediaan. Contoh: FD&C
Red No.1, FD&C Blue No.4, D&C Yellow No.5, D&C Green No.5, dan
lain-lain.
Tidak semua bahan-bahan diatas harus ada dalam formulasi sediaan milk
cleanser, seperti halnya barrier agent dan healing agent yang hanya ada pada milk
cleanser tertentu saja.
16
BAB III
PRAFORMULASI
3.1. Tinjauan Pustaka
A. Paraffin liquid (Mineral oil)
Organoleptis : cairan kental yang tidak bewarna, transparan, dan tidak berasa
Kelarutan
: praktis tidak larut dalam etanol (95%), gliserin, dan air; larut dalam
aseton, benzene, kloroform, karbon disulfide, eter, dan petroleum
eter
Nilai HLB
: 10
Fungsi
: emollient, stabilizer
B. Asam stearat
Rumus empiris: C18H36O2
: larut dalam etanol (95%), heksan, dan propilen glikol; tidak larut
dalam air
Titik leleh
: 69 70 C
Densitas
: 0.980 g/cm3
Nilai HLB
: 15
Fungsi
: emulgator
17
C. Setil alkohol
Rumus empiris: C16H34O
Kelarutan
: praktis tidak larut dalam air; bila dilelehkan, larut dalam parrafin
liquid
Titik leleh
: 45 - 52 C
Densitas
: 0.908 g/cm3
Nilai HLB
: 15.5
Fungsi
: emulgator
Kelarutan
: larut dalam etanol dan air; tidak larut dalam mineral oil dan
minyak nabati
Titik leleh
: 45 - 52 C
pH
Nilai HLB
: 15
Fungsi
: emulgator
Penyimpanan
E. -Tocopherol (Vitamin E)
Rumus empiris : C29H50O2
: praktis tidak larut dalam air; larut dalam aseton, etaniol anhidrat,
metilen klorida dan minyak lemak
Titik leleh
: 3C
Nilai HLB
:6
Fungsi
: antioksidan
F. Trietanolamin (TEA)
Rumus empiris: C6H15NO3
Titik leleh
: 2021C
pH
Fungsi
garam
20
G. Metil Paraben
Rumus empiris: C8H8O3
Titik leleh
: 125128oC
Densitas
: 1.352 g/cm3
Fungsi
: pengawet antimikrobial
H. Gliserin
Rumus empiris: C3H8O3
Kelarutan
: larut dalam air, metanol dan etanol (95%); sedikit larut aseton;
praktis tidak larut dalam minyak, benzen dan kloroform.
Titik leleh
: 17,8 C
Fungsi
: kosolven, humektan
Merupakan : minyak volatile yang berasal dari bunga segar tanaman Rosa gallica,
R. damascena, R. alba, R. centifolia, dan spesies-spesies (Rosaceae)
yang lain
Pemerian : berwarna kuning atau tidak berwarna, dan berbau seperti bunga rosa,
berupa cairan kental
Penyimpanan harus dalam wadah tertutup rapat
b. Asam stearat
Asam stearat banyak digunakan dalam sediaan topikal sebagai
emulgator. Dalam preparasi krim, asam stearate akan dinetralisasi oleh suatu
alkali (TEA). Rasio asam stearate-alkali yang digunakan akan menentukkan
plastisitas atau kekentalan dari emulsi yang dibuat. Selain sebagai emulgator
asam stearat juga berfungsi sebagai agen penurun pH pada sediaan.
22
c.
Setil alkohol
Dalam lotio, setil alkohol diguankan karena memiliki sifat emolien,
sifat water-absorptive, dan sifat emulgator. Selain itu, setil alkohol dapat
meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi
milk cleanser.
Sebagi emulgator dalam emulsi O/W, setil alkhol diketahui dapat
meningkatkan stabiilitas dengan berinteraksi dengan emulgator larut air
dengan menghasilkan barrier mono-molekular yang kompak pada antarmuka
minyak-air sehingga membentuk suatu barrier mekanis yang mencegah
koalesens droplet.
-Tocopherol (Vitamin E)
Tokoferol merupakan bentuk aktif utama dari vitamin E. Dalam
sediaan kosmetik vitamin E berkhasiat sebagai antioksidan, pelembap, agen
anti inflamasi dan penyembuhan luka, dan memberikan efek anti-aging.
Sebagai antioksidan, vitamin E bersifat larut lemak dan dapat melindungi
membrane sel kulit dari lipid peroxidation oleh radikal-radikal bebas.
f.
Trietanolamin (TEA)
Jika dikombinasikan dengan asam lemak (antara lain asam stearate)
secara equimolar, TEA akan membentuk suatu sabun anionic dengan pH 8
yang dapat digunakan sebagai emulgator untuk menghasilkan emulsi O/W
yang stabil. Konsentrasi asam lemak yang digunakan adalah 2-5 kali dari
konsentrasi TEA yang digunakan. Adanya mineral oil akan membutuhkan 5%
v/v TEA dan tambahan asam lemak.
g.
Metil paraben
Metil paraben memiliki aktivitas antimicrobial pada dalam suasana pH 48. Efikasi dari fungsi pengawet menurun seiring dengan bertambahnya pH
karena terbentuknya anion fenolat. Aktivitas dari metil paraben dapat
23
Oleum rosae
Oleum rosae banyak digunakan dalam produk-produk parfum dan
toiletries, sebagai perasa, juga dalam aromaterapi. Oleum rosae mengandung
citronellol.
24
BAB IV
FORMULASI
4.1 Rancangan Formulasi
Pada praktikum formulasi sediaan semi padat ini, kelompok kami
membuat milk cleanser, di mana tiap sediaan memiliki volume 100 ml. Tiap botol
mengandung paraffin liquid, asam stearate, setil alkohol, tween 80, tokoferol,
TEA, metilparaben, propilparaben, gliserin, oleum rosae, dan aquadest.
Berikut rancangan formulasi milk cleanser:
Paraffin liquid
10 %
Asam stearat
18 %
Setil alkohol
2%
Tween 80
1%
Tokoferol
0.5 %
TEA
2%
Metilparaben
0.18 %
Gliserin
5%
Oleum rosae
0.1%
Propil paraben
0,02 %
Aquadest ad
100%
= 500 mL
No
Bahan
Persentase
Asam Stearat
18 %
18 % x 500 = 90
Parafin Liquid
10 %
10 % x 100 = 10
10 % x 500 = 50
Setil Alkohol
2%
2 % x 500
= 10
Tween 80
1%
1 % x 100 = 1
1 % x 500
=5
Tokoferol
0,5 %
Trietanolamin
2%
2 % x 100 = 2
2 % x 500
Metil paraben
0,18 %
= 10
25
Propil paraben
0,02 %
0,02 % x 500 = 1
Gliserin
5%
5 % x 100 = 5
5 % x 500
10
Oleum Rosae
0,1 %
11
Aquadest
ad 100 %
= 25
Asam Stearat
= 0,847 g/mL
berat yang harus ditimbang :
- Dalam 1 kemasan = 0,847 g/mL x 17,64 g = 14,94 g
- Dalam 1 batch = 0,847 g/mL x 90 g = 76,23 g
Cetyl Alkohol
= 0,810 g/mL
berat yang harus ditimbang :
- Dalam 1 kemasan = 0,810 g/mL x 1,82 g = 1,47 g
- Dalam 1 batch = 0,810 g/mL x 10 g = 8,1 g
Metil Paraben
= 1,46 g/mL
berat yang harus ditimbang :
- Dalam 1 kemasan = 1,46 g/mL x 0,24 g = 0,35 g
- Dalam 1 batch = 1,46 g/mL x 0,9 g = 1,31 g
7. Batang pengaduk
8. Cawan penguap
9. Kertas perkamen
4. Timbangan analitik
11. Sudip
12. Wadah
6. Sendok tanduk
13. Serbet
26
14. Spatel
17. Penetrometer
15. pH meter
27
7. Campur fase air larutan campuran metil paraben, gliserin dan tween 80 ke
dalam fase minyak pada lumpang aduk kuat menggunakan alu hingga
terbentuk basis lotion. Tambahkan larutan TEA sedikit demi sedikit ke
lampung sambil diaduk.
8. Tambahkan tokoferol dan oleum rosae, aduk hingga homogen.
9. Kemas sediaan dalam wadah yang sesuai.
b. Skala Besar
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Panaskan air hingga suhu 700C.
3. Siapkan bahan-bahan yang termasuk ke dalam fase air, antara lain:
- Larutkan metil paraben, gliserin, dan tween 80 dengan air panas bersuhu
70 0C. Aduk hingga homogen.
- Larutkan TEA ke dalam air panas bersuhu 700C.
4. Siapkan bahan-bahan yang temasuk ke dalam fase minyak.
5. Lebur asam stearat, paraffin liquidum, dan cetyl alcohol dalam cawan
penguap di atas waterbath.
6. Campur fase air larutan campuran metil paraben, gliserin dan tween 80 ke
dalam fase minyak pada gelas beaker. Gunakan homogenizer. Tambahkan
larutan TEA sedikit demi sedikit ke beaker sambil diaduk. Lakukan mixing
dengan kecepatan bertahap dari 1000, 2000, 4000 hingga 6000 rpm.
7. Tambahkan tokoferol dan oleum rosae. Aduk menggunakan homogenizer.
8. Lakukan evaluasi.
9. Kemas sediaan ke dalam wadah yang telah tersedia.
Catatan:
Untuk
pembuatan
milk
cleanser
400C,
langkah-langkah
28
BAB V
EVALUASI
Evaluasi sediaan merupakan suatu proses penilaian terhadap sediaan yang
diproduksi, untuk menentukan kelayakan penggunaan sediaan tersebut. Evaluasi
sediaan semi solid, khususnya lotion ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari
sediaan lotion yang dihasilkan serta untuk mengetahui keamanan dan kelayakan
sediaan untuk digunakan dan dipasarkan. Produk yang dipasarkan hasilnya harus
dapat diterima masyarakat, harus baik dan aman, mudah dikeluarkan dari wadah,
stabil, tidak berbau tengik, serta tidak berubah warna.
Evaluasi pada sediaan semi solid ini pada umumnya terbagi atas 3 jenis, yaitu:
a. Evaluasi fisik, berupa uji organoleptis (meliputi warna, kejernihan, bau,
dan tekstur), uji homogenitas, uji daya sebar, uji konsistensi, dan uji
stabilitas.
b. Evaluasi kimia, berupa pengujian terhadap pH.
c. Evaluasi biologi, berupa pengujian terhadap jumlah mikroba aerob dalam
semua jenis perbekalan farmasi, untuk menyatakan perbekalan farmasi
tersebut bebas dari mikroba tertentu.
Namun, tidak semua evaluasi dapat dilakukan untuk menguji kualitas dari
sediaan lotion yang telah kami buat, dikarenakan beberapa alasan diantaranya
keterbatasan waktu terutama untuk pengujian (evaluasi) yang membutuhkan
waktu lama dan keterbatasan alat yang terdapat pada laboratorium. Berikut secara
keseluruhan hasil evaluasi dari sediaan lotion yang telah diproduksi berdasarkan
metode evaluasi fisik, kimia, dan biologi.
5.1 Evaluasi Fisik
5.1.1 Uji Organoleptis
Evaluasi organoleptis merupakan pengamatan menggunakan panca indera.
Pengamatan organoleptis dilakukan untuk memberikan nilai estetika dari milk
cleanser yang diproduksi sebelum didistribusikan ke konsumen serta memberi
kepercayaan pada konsumen bahwa produk yang dibuat layak pakai. Pengamatan
organoleptis milk cleanser dilakukan dengan pengamatan menggunakan panca
indera terhadap penampilan, bau, warna, tekstur, dan setelah diaplikasikan ke kulit.
29
Idealnya, milk cleanser bertekstur lembut, tidak lengket, tidak berbau tengik, dan
tidak berminyak saat diaplikasikan ke kulit, serta dapat mengangkat atau
membersihkan kotoran atau sisa-sisa make up pada kulit.
5.1.2 Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat
proses pembuatan sediaan, bahan aktif serta bahan tambahan lain tercampur
secara homogen atau tidak. Uji homogenitas ini dilakukan dengan cara, krim
dioleskan di antara 2 kaca objek kemudian diamati secara visul apakah adanya
partikel kasar atau ketidakhomogenan di bawah cahaya.
5.1.3 Uji Viskositas
Viskositas adalah ukuran tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin
besar tahanan suatu zat cair untuk mengalir makin besar pula viskositasnya. Tipe
aliran sediaan semi solid dapat diketahui menggunakan viskometer Brookfield.
Macam-macam sifat aliran sediaan antara lain:
a) aliran plastik
b) aliran pseudoplastik
c) aliran dilatan
d) aliran tiksotropik
e) aliran rheopeksi
f) aliran anti tiksotropik
Milk cleanser merupakan aplikasi dari sediaan lotion. Aliran yang
diharapkan ada pada sediaan lotion adalah pseudoplastis tiksotropik (Farmasi
Fisik II hal 1095). Instrumen yang paling baik untuk menentukan sifat-sifat dari
rheologi dari sediaan semisolid ini adalah viskometer putar, contohnya viskometer
Brookfield (Farmasi Fisik II hal 1180).
Prosedur:
A. Pengukuran menggunakan Viskometer Brookfield
1. Isi wadah dengan sediaan yang akan diuji.
2. Pasang spindle yang sesuai, pastikan spindel tercelup sampai batas yang
ada pada spindle.
3. Untuk menghitung viskositas, angka pembacaan hendaklah dikalikan
dengan faktor yang sesuai dengan viscometer/spindle/speed yang
30
31
32
33
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil
Sediaan milk cleanser yang dihasilkan adalah 500 gram. Setelah melewati
proses evaluasi, sediaan yang tersisa adalah 200 gram, sehingga cukup untuk
dikemas kedalam 2 kemasan botol yang masing-masingnya mengandung 100
gram milk cleanser. Berikut hasil dari evaluasi yang dilakukan:
6.1.1 Hasil Evaluasi Sediaan Milk Cleanser Formulasi pada Suhu 70 0C
1. Uji Organoleptis
Tampilan : Kental, namun sedikit kental untuk sediaan milk cleanser
Bau
Tekstur
: Lembut
Warna
: Putih
2. Uji Homogenitas
Hasil evaluasi:
Hasil menunjukkan bahwa sediaan mempunyai homogenitas yang baik,
tidak mengalami perubahan dan tetap menunjukkan susunan yang homogen.
34
3. Uji Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan alat Viskometer Brookfield
menggunakan spindel 5, dimana hasil yang diperoleh sebagai berikut:
Spindel
Kecepatan
Dial
Faktor
Viskositas
Shearing
(rpm)
Reading
Koreksi
( = dr x
Stress
(dr)
5
(F)
F)
(F/A=dr
Rate of Shear
(dV/dr = F/A x
x
1/)
0,5
16000
144000
7,187)
64.683
17
4000
68000
122.179
1.797 x 10-3
22
1600
35200
158.114
4.492 x 10-3
10
26
800
20800
186.862
8.984 x 10-3
20
35
400
14000
251.545
1.797 x 10-2
20
34
400
13600
244.358
1.797 x 10-2
10
25
800
20000
179.675
8.984 x 10-3
20
1600
32000
143.74
4.492 x 10-3
13.5
4000
54000
97.025
1.797 x 10-3
0,5
16000
80000
35.935
4.492 x 10-4
4.492 x 10-4
Tabel 1. Data viskositas sediaan milk cleanser diukur dengan Viskometer Brookfield
35
Gambar 15. Hasil pengujian cycling test terhadap milk cleanser formulasi pada suhu 700C
36
37
Gambar 17. Alat dan hasil dari uji konsistensi dengan penetrometer
6. Uji pH
pH sediaan diukur dengan menggunakan pH meter. Pengukuran
dilakukan triplo, hasil yang diperoleh adalah:
1. 6,48
2. 6,43
3. 6,41
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pH sediaan memenuhi kriteria pH
kulit, yaitu berada dalam interval pH 4,5 - 6,5.
6.1.2 Hasil Evaluasi Sediaan Milk Cleanser Formulasi pada Suhu 40 0C
1. Uji Organoleptis
Tampilan : Kental, namun sedikit kental untuk sediaan milk cleanser dan lebih
encer dari yang 700C; terdapat gelembung-gelembung kecil
Bau
Tekstur
Warna
: Putih
38
2. Uji Homogenitas
Hasil evaluasi:
Hasil menunjukkan bahwa sediaan mempunyai homogenitas yang kurang
baik, karena terdapat gumpalan-gumpalan kecil yang tidak larut.
3. Uji Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan alat Viskometer Brookfield
menggunakan spindel 5, dimana hasil yang diperoleh sebagai berikut:
Spindel
Kecepata
n (rpm)
Dial
Faktor
Reading Koreksi
Viskositas
(=dr x f)
Shearing Stress
(F/A=dr x
7,187)
Rate of Shear
(dv/dr = F/A x 1/)
(dr)
(f)
0,5
16000
128000
57,496
0,00044919
14
4000
56000
100,62
0,0017968
16,5
1600
26400
118,59
0,0044920
10
20
800
16000
143,74
0,0089838
20
25
400
10000
179,68
0,017968
20
25
400
10000
179,68
0,017968
10
20
800
16000
143,74
0,0089838
15,5
1600
24800
111,40
0,0044919
11
4000
44000
79,057
0,0017968
0,5
5,5;5
16000
88000
39,529
0,00044919
Tabel 2. Data viskositas sediaan milk cleanser diukur dengan Viskometer Brookfield
39
40
Gambar 21. Hasil pengujian cycling test terhadap milk cleanser formulasi pada suhu 400C
. Pada saat pengujian, alat tidak dimulai dari angka 0, melainkan dari angka
10, sehingga hasil akhir pembacaan ditambahkan dengan angka awal menjadi
362, yang berarti 36,2 mm-1. Angka ini menunjukan nilai konsistensi untuk
41
sediaan milk cleanser adalah 362. Nilai konsistensi atau consistency value
dari sediaan milk cleanser (lotion) ini tidak terdapat di monografi, sehingga
mengujian ini dilakukan hanya untuk keperluan quality control dari setiap
batch pembuatan milk cleanser (lotion).
Gambar 23. Alat dan hasil dari uji konsistensi dengan penetrometer
6. Uji pH
pH sediaan diukur dengan menggunakan pH meter. Pengukuran dilakukan
triplo, hasil yang diperoleh adalah:
1. 7,73
2. 7,85
3. 7,99
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pH sediaan tidak memenuhi
kriteria pH kulit, yaitu berada dalam interval pH 4,5 - 6,5.
6.2 Pembahasan
6.2.1 Pembahasan Sediaan Milk Cleanser Formulasi pada Suhu 70 0C
Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan milk cleanser yang
merupakan jenis pembersih dengan bahan dasar campuran minyak-air, dan
merupakan bentuk aplikasi dari sediaan lotion. Adapun milk cleanser yang
dibuat mengikuti sistem emulsi o/w oleh karena penggunaan milk cleanser o/w
lebih nyaman diaplikasikan dibandingkan w/o karena emulsi tipe o/w ini tidak
akan menimbulkan rasa lengket.
Bahan-bahan yang digunakan beserta fungsi dan alasan pemilihan telah
dijelaskan pada bab sebelumnya. Pembuatan basis menggunakan kombinasi
TEA dan asam stearat sebagai emulsifier. Perbandingan komposisi keduanya
disesuaikan dengan perbandingan mol pada kesetaraan reaksi yang terjadi antara
42
TEA dan asam stearat agar menghasilkan basis lotion yang baik. Adapun
perbandingan TEA dan asam stearat yang digunakan adalah 1:6. Berikut reaksi
penyabunan yang terjadi di antara kedua bahan tersebut:
partikel. Viskositas emulsi akan menurun jika temperatur dinaikkan, dan akan
meningkat pada temperatur rendah. Hal ini dikarenakan adanya gaya panas akan
memperbesar jarak antar atom sehingga gaya antar atom akan berkurang, jarak
menjadi renggang mengakibatkan viskositas sediaan menjadi turun. Pada
praktikum ini, pengukuran sediaan menggunakan spindel 5. Hasil kurva sifat alir
sediaan yang terbentuk meenunjukkan bahwa sediaan memiliki sifat aliran
pseudoplastis tiksotropik. Pada kurva sifat alir terlihat bahwa kurva menurun ada
di sebelah kiri kurva menaik. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan memiliki nilai
viskositas lebih rendah pada setiap harga kecepatan geser dari kurva yang
menurun dibandingkan pada kurva menaik. Hal tersebut lebih dikenal dengan
sebutan tiksotropik, dimana tiksotropik merupakan suatu sifat alir yang
diharapkan dalam sediaan semisolid karena mempunyai konsistensi tinggi dalam
wadah namun dapat dengan mudah dituang dan mudah tersebar.
Kemudian dilakukan uji konsistensi atau kekerasan sediaan semisolid
dengan penetrometer. Semakin tinggi hasil pengukuran yang diperoleh maka
menunjukkan bahwa sediaan memiliki konsistensi semakin kecil dan lebih
mudah menyebar.
Pada uji stabilitas dipercepat, dilakukan dua metode yaitu cycling test dan
uji mekanik/uji sentrifugasi. Uji cycling test pada sediaan dilakukan untuk
menguji produk terhadap kemungkinan mengalami kristalisasi sebagai indikator
kestabilan emulsi. Hasil cycling test menunjukkan bahwa sediaan memiliki
stabilitas yang cukup baik. Pada 6 siklus perlakuan metode cycling test, sediaan
tidak menunjukkan terjadinya pemisahan fase. Sedangkan, uji mekanik atau uji
sentrifugasi merupakan salah satu indikator kestabilan fisik sediaan semisolid.
Dari uji yang dilakukan, sediaan memberikan hasil yang stabil, dimana tidak
terjadi pemisahan fase antara fase minyak dan fase air pada kondisi sentrifugasi
3000 rpm selama 15 menit.
6.2.2 Pembahasan Sediaan Milk Cleanser Formulasi pada Suhu 40 0C
Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan milk cleanser yang
merupakan jenis pembersih dengan bahan dasar campuran minyak-air, dan
merupakan bentuk aplikasi dari sediaan lotion. Adapun milk cleanser yang
44
dibuat mengikuti sistem emulsi o/w oleh karena penggunaan milk cleanser o/w
lebih nyaman diaplikasikan dibandingkan w/o karena emulsi tipe o/w ini tidak
akan menimbulkan rasa lengket.
Bahan-bahan yang digunakan beserta fungsi dan alasan pemilihan telah
dijelaskan pada bab sebelumnya. Pembuatan basis menggunakan kombinasi
TEA dan asam stearat sebagai emulsifier. Perbandingan komposisi keduanya
disesuaikan dengan perbandingan mol pada kesetaraan reaksi yang terjadi antara
TEA dan asam stearat agar menghasilkan basis lotion yang baik. Adapun
perbandingan TEA dan asam stearat yang digunakan adalah 2:18. Ketika
dilakukan uji pH secara triplo, sediaan yang dihasilkan menunjukkan pH yang
melebihi pH kulit seharusnya, yaitu 7,73 ; 7,85 dan 7,99. Hal ini bisa disebabkan
karena perbandingan TEA sebagai pH adjustment dan asam stearat kurang tepat,
sehingga menyebabkan pH nya tidak memenuhi persyaratan untuk pH kulit,
yaitu 4,5 - 6,5.
Setelah pembuatan milk cleanser selesai, dilakukan evaluasi. Beberapa
evaluasi tidak dilakukan disebabkan keterbatasan alat dan waktu. Evaluasi yang
dilakukan adalah uji organoleptis, uji homogenitas, uji viskositas, uji pH, uji
konsistensi, dan uji kestabilan dipercepat.
Pada uji homogenitas, di dalam sediaan milk cleanser terdapat gumpalangumpalan kecil yang tidak larut, hal ini dapat disebabkan karena pengaruh suhu
yang digunakan, yaitu pada suhu 400C belum semua bahan-bahan yang
digunakan larut secara homogen, sehingga menyebabkan banyaknya gumpalangumpalan kecil yang menyebabkan milk cleanser sedikit kasar. Sediaan milk
cleanser ini juga sedikit kental dari milk cleanser yang ada di pasaran, hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain karena kurangnya konsentrasi
asam stearat yang selain dapat mempengaruhi pH sediaan, juga berguna dalam
mengatur tekstur sediaan yang terbentuk. Adanya gelembung-gelembung kecil
yang terbentuk secara merata pada seluruh sediaan disebabkan oleh sifat dari
tween 80 yang dapat mengalami saponifikasi secara bertahap dengan adanya
asam kuat dan basa kuat. Selain itu, tidak ditambahkannya suatu eksipien antifoaming yang dapat mencegah terbentuknya busa atau gelembung.
45
BAB VII
KEMASAN DAN LABELLING
7.1 Kemasan dan Labelling
Pengemasan adalah seluruh rangkaian kegiatan mulai dari pengisian,
pembungkusan, pemberian etiket dan atau kegiatan lain yang dilakukan terhadap
produk ruahan untuk menghasilkan produk jadi. Kemasan primer merupakan
wadah yang berkontak langsung dengan sediaan. Harus dipilih wadah yang sesuai
dengan syarat penyimpanan yang tertera pada monografi semua komposisi dalam
sediaan milk cleanser.
Untuk kemasan primer milk cleanser dipilih wadah plastik yang dapat
menjaga sediaan tidak rusak. Pemilihan plastik sebagai bahan kemasan adalah
karena plastik relatif lebih ringan, tidak mudah bocor, mudah diberi label dan
bersifat inert. Botol plastik dipilih yang berkapasitas 100 ml karena sediaan akan
digunakan dalam jumlah yang besar dan dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Jenis wadah plastik yang digunakan adalah Low Density Polyethylene
(LDPE) plastic. Plastik LDPE bersifat kuat, fleksibel, kedap air, tidak jernih
(buram), tahan terhadap bahan kimia dan kelembaban, mudah diwarnai, diproses
dan dibentuk. LDPE dipilih sebab memiliki banyak sekali pilihan variasi dan
memberikan perlindungan terhadap sediaan dengan biaya yang murah.
Contoh aplikasi plastik LPDE sebagai pengemas adalah plastik roti, plastik
makanan beku (frozen plastic bags), produk kosmetik serta wadah untuk mentega
dan margarin. Kerugian dari LDPE yaitu tembus cahaya dan sulit dihancurkan,
oleh karena itu perlu diperhatikan sifat dan syarat penyimpanan terhadap
komposisi yang digunakan dalam sediaan dan bila perlu kemasan dapat disimpan
di tempat yang terlindungi dari cahaya.
47
menyesatkan.
Penandaan
sebagaimana
dimaksud
adalah
dengan
48
2. Nomor Batch
Nomor batch Batch adalah sejumlah produk kosmetika yang mempunyai
sifat dan mutu yang seragam yang dihasilkan dalam satu siklus produksi atas
suatu perintah produksi tertentu. Esensi suatu batch adalah homogenitasnya.
Ketentuan no. batch :
Digit no 1 Untuk produk (tahun)
Contoh: 1990 = 0 1991 = 1
Digit no 2 dan 3 Kode produk dari produk ruahan
Contoh : 01 : Kloramfenikol salep mata
02 : Sulfacetamid salep mata
Digit nomor 4, 5, dan 6 Urutan produk
001, 002, ..... 999 dan kembali ke 001
49
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi, sediaan milk cleanser yang dibuat pada suhu
700C memenuhi persyaratan secara fisik. Hal ini ditunjukkan dengan milk
cleanser yang teksturnya lembut, homogenitasnya baik, mudah dituang, tidak
berbau tengik, tidak lengket saat diaplikasikan ke kulit, dan memenuhi syarat
kestabilan. Milk cleanser mudah dituang dan disebar terbukti dari tipe aliran yang
dihasilkan yakni plastik tiksotropik. Dan hasil evaluasi kimia, pengukuran pH
menunjukkan sediaan memenuhi persyaratan, yakni memiliki pH di antara 4,5-6,5.
Sedangkan untuk sediaan milk cleanser yang dibuat pada suhu 400C,
berdasarkan hasil evaluasi, tidak memenuhi persyaratan. Hasil evaluasi kimia,
pengukuran pH tidak berada diantara rentang pH kulit yang seharusnya, yaitu 4,56,5 yang akan menyebabkan gatal-gatal dan kulit bersisik. Serta terdapat banyak
gumpalan-gumpalan kecil yang tidak larut sehingga menyebabkan teksturnya
sedikit kasar dan akan tidak disukai pengguna nantinya. Ini juga menunjukkan
sediaan tidak terhomogenkan dengan baik.
Namun, tidak semua evaluasi dilakukan sehingga analisis evaluasi milk
cleanser ini kurang lengkap. Hal ini disebabkan keterbatasan alat dan waktu yang
tersedia untuk melakukan evaluasi. Untuk kesimpulan, sediaan milk cleanser kami
yang dibuat pada suhu 700C layak untuk dipasarkan, sedangkan sediaan milk
cleanser kami yang dibuat pada suhu 400C tidak layak dipasarkan.
8.2 Saran
Dalam pembuatan sediaan milk cleanser ini, diperlukan penelitian lebih
lanjut lagi agar diperoleh hasil yang optimal. Ketersediaan dan kondisi alat-alat
yang diperlukan untuk membuat milk cleanser juga perlu diperhatikan agar
diperoleh sediaan milk cleanser yang dapat memenuhi persyaratan dan
tampilannya baik. Diperlukan juga penambahan waktu untuk evaluasi sehingga
praktikan bisa memenuhi seluruh evaluasi yang dipersyaratkan untuk lotion atau
sediaan semi solid lain.
50
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. The United States Pharmacopeia 32. USA: The United States
Pharmacopeial Convention.
Ansel, H.C. 2005. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Aulton, M.E. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design 2nd ed..
New York: Churchill Livingstone.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745
Tentang Kosmetik.
British Pharmacopoeia Commission. (2008). British Pharmacopoeia: Volume IV.
London: TSO.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Farmakope Indonesia Edisi V.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Kaihatu, Thomas S. (2014). Manajemen Pengemasan. Yogyakarta : Penerbit
ANDI.
Martin, A.,Swarbick, J. and Cammarata, A. 2002. Farmasi Fisik. Edisi kelima.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
Hk.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Tata Cara
Pengajuan Notifikasi Kosmetika.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor