Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai bahan utama scaffold yang digunakan untuk regenerasi tulang namun
biodegradabilitasnya yang rendah, kekerasannya dan modulusnya yang tinggi
membuat para peneliti mempelajari alternatif lain seperti penggunaan polimer.
Polimer alam, seperti kitosan, alginate dan kolagen muncul sebagai solusi yang
baik dan penggunaannya cenderung semakin meningkat. (Serafim et al.,2010
p.371)
Sebuah scaffold yang ideal digunakan untuk teknik rekayasa jaringan
harus memiliki karakteristik berupa biokompabilitas yang sangat baik,
mikrostruktur yang pori-porinya berukuran berkisar antara 100-200 mm, ukuran
dan porositasnya diatas 90%, diodegradabilitas yang terkontrol, dan kekuatan
mekanis yang sesuai. Maka, digunakanlah kolagen yang dikenal sebagai bahan
yang paling menjanjikan dan telah ditemukan beragam aplikasinya
dalam
dan menunjukkan banyak sifat biologis yang menarik. Selain itu, oligomer dari
kitosan didegradasi oleh enzim jaringan yang menjadi keunggulan pada regenerasi
jaringan area jaringan kulit dengan luka. Selain itu, berbeda dengan kolagen yang
memiliki sifat degradasi cepat, kitosan ditemukan bahwa memiliki sifat degradasi
yang lebih perlahan-lahan pada in vitro (Ligia L.,2011 p.1)
Pada matriks ekstraseluler alami, proteoglycans dan glycosaminoglycans
mempunyai peran yang penting dalam terjalinnya matriks seluler dengan struktur
fibrous kolagen untuk mendapatkan stabilitas mekanis dan compressive strength
(Tan et al, 2003 p.201). Ditambah lagi, grup amino dari chitosan berfungsi sebagai
binding sites dengan collagen untuk memperbaiki kestabilannya, tanpa mengubah
karakteristik kimia dari kedua polimer secara signifikan (Zhu et al, 2009 p.799).
oleh karena hal itu, maka pencampuran antara kolagen dengan kitosan pada
scaffold memiliki karakteristik yang lebih baik. Selain itu, pada penelitian
sebelumnya, telah disebutkan bahwa pada perbandingan kitosan kolagen 1:1
(w/w) dan 4:1 (w/w) didapatkan hasil scaffold yang memiliki sifat morfologi,
fisik, mekanis, dan
penetrasi sel dan pembentukan jaringan dalam tiga dimensi. Scaffold yang tepat
untuk teknik jaringan akan menjadi salah satu yang dibuat dengan konsep biologi.
Tujuannya adalah tumbuhnya jaringan baru pada scaffold untuk diingintegrasikan
dengan jaringan host. Scaffold harus menyediakan jalur sementara untuk
regenerasi dan akan berkurang selama atau setelah penyembuhan, sehingga
menghindarkan kebutuhan untuk mengeluarkan bahan sesudah dilakukannya
tindakan dan menghilangkan kemungkinan efek samping yang berhubungan
dengan meninggalkan suatu material di dalam tubuh. Tentu saja, harus ada
perhatian khusus untuk memastikan bahwa produk degradasinya bersifat nonsitotoksik (Chakkalakal, 2001 p.161)
Scaffold harus memiliki compressive strength yang baik, karena salah satu
sifat ideal scaffold ialah harus mempunyai kekuatan mekanis yang konsisten
dengan struktur anatomi yang akan diimplatasi, dan dari perspektif praktisnya,
scaffold harus cukup kuat untuk memungkinkan tindakan bedah selama tindakan
implantasi. Memproduksi scaffold yang memadai secara sifat mekanisnya
merupakan suatu tantangan besar dalam rekayasa jaringan tulang atau kartilago.
Karena hal ini, maka implan scaffold harus memiliki integritas mekanik yang
cukup untuk berfungsi mulai dari waktu implan sampai dengan sempurnanya
proses remodelling (Serafim, 2010 p.371)
Kekuatan mekanik rendah dari scaffold berbasis kolagen adalah masalah
penting yang membatasi penggunaan lebih lanjut dari bahan ini (OBrien, 2005
p.435). Telah diteliti bahwa kekuatan mekanis compressive dan tensile dari
kolagen dan scaffold kolagen-gycosaminoglykan (CG) dapat diperbaiki dengan
metode cross-linking secara fisika dan kimia (OBrien,2011 p.91).
DAFTAR PUSTAKA
Chalonglarp Tangsadthakun, Sorada Kanokpanont, Neeracha Sanchavanakit,
Tanom
Banaprasert,
Siriporn
Damrongsakkul,
2006.
Properties
of
Prayitno. 2007. Ekstraksi kolagen cakar ayam dengan berbagai jenis larutan asam
dan lama perendaman. Animal Production. 9(2) : 99104.
Serafim M. Oliveira, Rushali A. Ringshia, Racquel Z. Legeros, Elizabeth Clark,
Michael J. Yost,Louis Terracio, Cristina C. Teixeira. 2010. An improved collagen
scaffold for skeletal regeneration. Wiley Periodicals Inc. p.371
Suryana, A. 2004. Ketahanan Pangan Cukup Baik Meski Belum Sempurna. Sinar
Tani Edisi 31 Desember 2003 6 Januari 2004. No. 3028 Th XXXIV.
Tan, W.; Krishnaraj, R. & Desai, T. A. - Tissue Eng., 7, p.203 (2001).