Professional Documents
Culture Documents
NAMA
: LOLA ADRIANA N.
NIM
: O111 14 003
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Mahasiswa
: Lola Adriana N.
NIM
: O111 14 003
Nama Asisten
: Rismayani
Waktu Asistensi
No.
Jadwal Asistensi
Saran Perbaikan
Paraf Asisten
Praktikan
Rismayani
Lola Adriana N.
JUDUL PRAKTIKUM
SISTEM INDERA
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui gerak refleks Patella, pupil mata, dan sensasi panas dingin.
2. Untuk mengetahui fungsi Vestibular melalui tes nistagmus dan tes jatuh
Sistem
Indera
3.
Untuk
mengetahui sistem Termoreseptor/termoregulasi pada tubuh katak.
Sistem indera dapat diartikan sebagai hirargi tertinggi susunan stuktur dan
fungsitubuh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur yang
secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.Sedangkan indera
merupakan reseptor rangsang. Selain itu indera juga dapa tdiartikan sebagai alat untuk
merasa, mencium bau, mendengar, melihat, meraba,dan merasakan sesuatu secara naluri
(intuitif). Macam indera sesuai dengan macam stimulus di alam: raba fisik, raba suhu
panas/dingin, raba arus angin/air,bau, kecap, bunyi, keseimbangan, nyeri dan cahaya
RUANG
LINGKUP
PRAKTIKUM
(Nurasiyyah,
2008).
Reseptor merupakan alat penerima rangsang yang memungkinkan hewan mampu
Ruang lingkup
dalamlingkungannya,
percobaan kali ini
ialah
sebagai berikut:
memantau
keadaan
baik
lingkungan
didalam maupun diluar tubuhnya.
1. Melakukan
pengamatan
pada reflekstanggapan
patella, refleks
mata, informasi/rangsang
dan sensasi panas
Efektor
berfungsi
untuk menimbulkan
hayati pupil
atas suatu
yangdingin.
diterima oleh hewan (Isnaeni, 2006).
2. Melakukan
fungsimerubah
vestibular
dengan
mengamati
adanya
nistagmus
dan
Berdasarkanpengamatan
kemampuannya
pacuan
mengenal
impuls,
reseptor
dibedakan
tes jatuh.kemoreseptor, termoreseptor, dan radio elektromagneik reseptor
atasmelakukan
mekanoreseptor,
3. Melakukan
(Sonjaya,
2013).pengamatan tentang termoreseptor/termoregulasi pada katak.
Informasi tentang lingkungan internal dan eksternal ditangkap oleh sistem saraf pusat
dari berbagai organ sensor. Organ sensor ini mengandung berbagai sel reseptor yang
menerjemahkan berbagai bentuk energi pada lingkungan menjadi aksi potensial dalam
saraf sensor. Bentuk bentuk energi yan diambil oleh reseptor-reseptor, termasuk energi
mekanik (tekanan dan rabaan), thermal (panas dan dingin), elektromagnetik (cahaya), dan
kimia (bau, rasa, kandungan CO2 dalam darah). Reseptor-reseptor suatu organ pada tingkat
nilai ambang yang lebih redah dibandingkan dengan reseptor organ indera lainnya
(Sonjaya, 2013).
Sistem indera merupakan alat untuk mengenal dunia luar. Alat indera mempunyai
lima indera yang dikenal dengan panca indera, yaitu mata, telinga, hidung, kulit dan lidah.
Alat indera tersebut dilengkapi dengan bagian bagian yang berfungsi untuk menerima
rangsangan dari luar, dan saraf-saraf pembawa rangsang ke saraf pusat ( otak )
(Nurasiyyah, 2008).
Alat indera dapat berfungsi dengan sempurna apabila (Nurasiyyah, 2008):
1. Saraf saraf yang berfungsi membawa rangsang ke sumsum saraf pusat bekerja
dengan baik.
2. Otak sebagai pusat pengolah rangsang bekerja dengan sempurna.
3. Secara anatomi alat-alat indera tidak mempunyai kelainan bentuk dan fungsinya.
II. Gerak Refleks
Gerak yang disadari timbul dari rangkaian penyaluran respon dan pengolahan diotak
sehingga timbul ritme gerakan
yang kita inginkan.
Berbeda dengan gerak yang disadari
TINJAUAN
PUSTAKA
dalam gerak refleks biasanya hewan vertebrata melakukan gerak yang tidak seperti
biasanya dilakukan karena rangkaian rangsang yang ditimbulkan lebih ke arah cepat dan
tanpa pengolahan respon di otak (Pangestiningsih, 2010).
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar
dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum
tulang belakang (Pangestiningsih, 2010).
Macam-macam gerak refleks, yaitu (Pangestiningsih, 2010) :
1. Refleks segmental adalah refleks yang hanya melewati sebagian kecil dari CNS.
Contohnya adalah refleks peregangan otot dan refleks cahaya pada pupil karena hanya
Baskom 3 buah
Kain penutup mata
Palu Hummer
Penlight
Thermometer air raksa
Bahan :
1. Air dengan suhu 20oC, 30oC, 40oC
2. Alkohol
3. Katak (Rana sp.)
II. Metode
II.1 Refleks (Patella, pupil mata, sensasi panas dingin)
1. Patella
a. Pelaku duduk di atas meja dengan kaki terjuntai bebas. Lalu memukul
Ligamentum patelaris di atas meja. Catatlah hasilnya.
b. Mengalihkan perhatian pelaku pada objek tertentu, kemudian memukul
Ligamentum patellaris-nya. Catatlah hasilnya.
2. Pupil mata
a. Pelaku menutup mata selama 2 menit.
b. Segera setelah membuka, lalu mengamati perubahan yang terjadi pada ukuran
pupil mata dengan menggunakan penlight. Mengamati selama beberapa detik.
Catatlah hasilnya.
3. Sensasi panas dingin
a. Sediakan 3 baskom bersuhu kira-kira 20o, 30o, dan 40o
b. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20 o dan tangan kiri ke dalam air
bersuhu 40o selama 2 menit.
c. Catat kesan apa yang dialami.
d. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak kedalam air bersuhu 30 o.
Catat kesan apa yang saudara alami.
e. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan dari jarak 10 cm.
f. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi
dengan kecepatan seperti diatas.
g. Bandingkan kesan yang saudara alami hasil tiupan pada sub. 5 dan 6.
h. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan eter atau alkohol. Kesan apa yang
saudara alami?
II.2 Fungsi Vestibular
1. Nistagmus
a. Probandus duduk tegak di kursi dengan kedua tangannya memegang erat
lengan kursi.
Pembahasan :
Pengujian fungsi Vestibular yaitu mengamati nistagmus dan tes jatuh, pada
pengujian nigtagmus probandus diputar sebanyak 5 kali dalam keadaan mata tertutup
dan kepala tunduk 30 derajat, hasilnya gerakan bola mata pada pelaku tidak normal yaitu
bergerak ke kiri dan ke kanan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan
nistagmus akan timbul bila ada ketidakseimbangan impuls yang masuk ke inti III, IV
dan VI dari mekanisme supranuclear terutama dari sistem vestibuler (Japari, 2002).
Kemudian pengujian tes jatuh yaitu pelaku diputar sebanyak 10 kali dalam
keadaan mata tertutup dan kepala tunduk 120o, hasilnya pelaku merasa pusing dan
linglung kemudian pelaku jatuh ke arah kiri. Sesuai dengan teori yang menyatakan
RANGKUMAN
seperti berpindah tempat, dan seakan
akan dunia serasa berputar karena faktor organ
telinga bagian dalam yaitu labyrinth merupakan organ yang berperan dalam mengatur
keseimbangan dan ini merupakan sistem yang bekerja didalam tubuh (vestibular). Ketika
tubuh berputar cairan endolymph didalam organ labyrinth menjadi tidak stabil sehingga
Berdasarkan
hasil
praktikum
mempengaruhi
keseimbangan
(Irfan,
2008). yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa gerak refleks yang terjadi pada lutu disebut gerak
sumsum tulang belakang. Gerakan pupil mata yang
I.3refleks
Termoreseptor/Termoregulasi
o
menyempit
karena
terkena rangsangan cahaya
- suhu tubuh dan
normal melebar
katak
: 33
C
o
o
merupakan
contoh
refleks
- suhu tubuh
di air 20gerak
C
: 22 C otak. Pupil mengecil ketika banyak
o
terpapar
cahaya
karena
pupil
untuk mengatur banyaknya
- suhu tubuh di air 40 C
: 34oberfungsi
C
cahaya yang
masuk kedalam mata. Pada lapisan dermis kulit terdapat
Pembahasan
:
reseptor panas, dingin, dan sebagainya. Sehingga pada percobaan
Berdasarkan hasil praktikum, katak diukur suhu tubuh normalnya selama 2 menit
sensasi
jugatidak
merasakan
refleks
o
danrefleks
didapatkan
suhu panasa
tubuh 33dingin
C, hasilkulit
tersebut
sesuai dengan
teori karena
yang
mempunyai
reseptor
panas
dan
dingin.
Posisi
kepala
dan
rotasi
akan
o
o
menyatakan suhu normal katak barada pada kisaran 34 -36 C. ada beberapa faktor yang
memberikan
rangsangan
terhadap
semisirkularis,
kemudian
menyebabkan
ketidaksesuaian
hasil
praktikumCanalis
dengan teori
yakni kesalahan
dalam
mata
dan
posisi
kepala
mempengaruhi
keseimbangan
seseorang
pada
menggunakan termometer yaitu tangan praktikan menyentuh badan termometer
uji vestibular.
Termoregulasi
pada katak pengukuran
termasuksuhu
dalam
sehingga
suhu tangan
bercampur dan mempengaruhi
tubuhpoikiloterm,
katak.
dimana
suhu
tubuh
berubah
sesuai
dengan
perubahan
suhu
Kemudian katak dimasukkan kedalam air es tanpa melepas temometer selama
2
lingkungan
di sekitarnya.
menit.
Hasil yang
diperoleh suhu tubuh katak menurun yaitu 22 oC dan tubuhnya
menjadi lebih dingin. Kemudian katak dimasukkan kedalam air panas tanpa melepas
termometer selama 2 menit yang terjadi adalah katak mengalami peningkatan suhu
tubuh yaitu 34oC atau katak berada pada suhu tubuh normal. Hal ini di karenakan pada
hewan poikiloterm, (katak) suhu internal tubuhnya akan bergantung pada suhu
lingkungan sekitarnya. Pemberian perlakuan suhu tersebut juga berpengaruh terhadap
laju konsumsi oksigen hewan uji, terutama katak selaku hewan poikiloterm,. Hal ini
berkaitan dengan hukum Vant Hoff, dimana Q10 = K (T+10) + K/T. Rumus ini
menunjukan bahwa kenaikan suhu, kecepatan reaksi akan bertambah besar sampai
batas tertentu. Hal ini berkaitan dengan kinetika reaksi, dimana panas akan
menyebabkan energi kinetik molekul menjadi bertambah besar, sehingga reaksi dapat
berlangsung dengan lebih cepat ( Putra, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., dkk. 2004. Biologi. Edisi kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Gunawan, A. 2002. Mekanisme Penghantaran Dalam Neuron (Neurotransmitter).
Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta. http://staff.uny.ac.id/sites/default/
files/mekanisme_penghantaran_dalam_neuron.pdf. Diakses pada tanggal 26
Oktober 2015 pukul 02.10 WITA
Haries, Yusron. 2015. Indera Peraba. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
http://dokumen.tips/documents/indera-peraba.html. Diakses pada 25 Oktober
2015 pukul 20.35 WITA
Hill, Faisal. 2015. Bullet. IPB Press : Bogor. https://www.academia.edu/9981217/
BULLET. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2015 pukul 17.30 WITA
Irfan dan Jemmy Susanti. Pengaruh Penerapan Motor Relearning Programme (Mrp)
Terhadap Peningkatan Keseimbangan Berdiri Pada Pasien Stroke Hemiplegi.
Universitas Esa Unggul : Jakarta. http://digilib.esaunggul.ac.id/pengaruhpenerapan-motor-relearningprogramme-mrp-terhadap-peningkatan-keseimba
ngan-berdiri--pada-pasien-stroke hemiplegi -3891.html. Diakses pada tanggal 26
Oktober 2015 pukul 23.45 WITA
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius
Japari, Iskandar. 2002. Kelainan Neurooptalmologik Pada Pasen Stroke. Universitas
Sumatera Utara : Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
1981/3/bedahiskandar%20japardi16.pdf. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2015
pukul 18.10 WITA
Mikrajuddin et.al. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Nurasiyyah. 2008. Perbedaan Penguasaan Konsep Sistem Indera Antara Siswa Yang
Diajar Dengan Metode Brainstorming dan Metode Tanya Jawab. UIN Syarif
Hidayatullah
:
Jakarta.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789
/21131/2/IIS
%20NURAISIYYAH-FITK.pdf. Diakses pada tanggal 26 Oktober pukul 23.33
WITA
Pangestiningsih, T. W. 2010. Mikroanatomi Sistem Saraf. Yogyakarta : Fakultas
Kedokteran
Hewan
UGM.
http://ugm.ac.id/user/archive/download/
24113/a52628g2101752b08161.pdf. Diakses pada tanggal 25 Oktober 23.16
WITA
Putra, Harya. 2012. Fisiologi Hewan Termoregulasi. Bali: Udayana University Press.
Sany, 2013. Makalah Termoregulasi. Universitas Airlangga : Surabaya.
https:// ml.scribd.com/doc/145626940/makalah-termoregulasi.
Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015 pukul 01.35 WITA
Sonjaya, Herry. 2013. Dasar Fisiologi Ternak. Bogor: Penerbit IPB Press
Sudjadi, bagod et.al .2009. Fisiologi Kehidupan. Jakarta: Yudhistira.
Wade, carole, dkk. 2008. Psikologi Jilid 1 Edisi 9. Universitas Erlangga : Jakarta.
http://file.ue.edu/Direktori/universitas_erlangga/download/456732/732639g25a6
LAMPIRAN
(1)
(2)
(3)
Gambar III.1.1 Mengukur suhu normal katak (1) suhu tubuh katak pada air dingin (2)
suhu tubuh katak pada air hangat (3)