Professional Documents
Culture Documents
tanggung jawab tersebut.bagaimana hubungan tanggung jawab antar keluarga, masyarakat, dan
sekolah terhedap pendidikan, dan bagaimana tanggung jawab pendidikan tersebut setelah manusia
dewasa,dan sebagainya.
5. Apkah hakikat pribdi manusia itu. Manakah yang lebih utama untuk dididik: akal, perasaan atau
kemauannya, pendidikan jasmani atau pendidikan mentalnya, pendidikan skil ataukah
intelektualnya ataukah kesemuannya itu.
6. Apakah isui kuriulum yang relavan dengan pendidikan yang ideal, dalam masyrakat.
7. Apakah isi kurikulum yang relaevan dengan pendidikan yang ideal, apakah kurikulum yang
mengutamakan pembinaan kepribadian dan sekaligus kecakapan untuk memangku suatu jabatan
dalam masyarakat, ataukah kurikulum yang luas dengan konsekusnsi yang kurang intensife,p
ataukah deangan kurikulum yang terbatas tetapi intensif penguasaanya dan bersipat praktis pula.
8. Bagaimana metode pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentrlisasi, ataukah otonomi;
apakah oleh Negara ataukah oleh swasta, dan sebagainya.)
9. Bagaimana asas penyelenggara pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentralisasi, ataukah
otonomi; apakah oleh negara ataukah oleh swasta, dan sebagainya.)
Masalah-masalah tersebut, merupakan sebagian dari contohcontoh problematika pendidikan, yang
dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan systemmatis, atau
analisa filsapat. Dalam memecahkan masalah-masalah tersebut,analisa filsafat mnggunakan
berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahanya. Di antara pendekatan (approach)
yang digunakan antara lain :
1. Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif, berarti:
memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan menggambarkan. Ini adalah teknik
pendekatan dalam filsafat pada umumnya. Dengan teknik pendekatan ini, dimaksudkan adalah
memikirkan, mempertimbangkan dan menggambarkan tentang sesuatu obyek untuk mencari
hakikat yang sebenarnya. Masalah- masala kependidikan memang berhubungan dengan halhal
yang harus diketahui hakikat yang sebenarnya, misalnya apakah hakikatnya mendidik dan
pendidikan itu, hakikat manusia, hakikat hidup, masyarakat individu, kepribadian,kurikulum,
kedewasaan dan sebagainya.
2. Pendekatan normatif, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang brlaku dan dijunjung tinggi
dalam hidup dan kkehidupan manusia. Norma- norma tersebut juga merupakan masalah-masalah
kependidikan, di samping dalam usaha dan proses pendidikan itu sendiri, sebagai bagai dari
kehidupan manusia, juga tidak lepas dari ikatan norma- norma tertentu. Dengan teknik Pendekatan
normatif, dimaksudkan adalah berusaha untuk memahami nilai-nilai noma yang berlaku dalam
hidup dan kehidupan manusia dan dalam proses pendidikan, dan bagaimana hubungan antara nilainilai dan norma-norma tersebut dengan pendidikan. Dengan demikian akan dapat dirumuskan
petunjuk-petunjuk ke arah mana usaha pendidikan diarahkan.
3. Pedekatan analisa konsep Artinya pengertian, atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu obyek.
Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda mengenai yang sama,
tergantung pada perhatian, keahlian dan kecenderungan masing-masing. Konsep seorang pedagang
tentang kerbau misalnya, berada dengan konsep seorang seniman tentang kerbau yang sama,brbeda
pula dengan konsep seorang petani, peternak,seoramg guru,seorang anak dan sebagainya. Dengan
analisa konsep sebagai Pendekatan dalam pilsafat pendidijkan, dimaksudkan adalah usaha
memahami konsep dari para ahli pendidikan, para pendidik dan orang-orang yang menaruh
perhatian atau minat terhadap pendidikan, tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan
pendidikan. Misalnya konsep mereka tentang anak, tentang jiwa, masyarakat, sekolah, tentang
berbagai hubungan (interaksi) yang bersipat pendidikan, serta nilai-nilai dan norma-norma yang
berkaitan dengan proses pendidikan, dan segalanya .
4. Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang actual (scientific analysis of current
life) Pendekatan ini sasaranya adalah masalah-masalah kependidikan yang actual, yang menjadi
problema masa ini. Dengan menggunakan mtode-metode ilmiah, dapat didiskripsikan dan
kemudian dipahami permasalahan permasalahan yang hidup dan berkembang dalam masyrakat
dan dalam proses pendidikan serta aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.
Selanjutnya harry schofield,sebagaimana dikemukakan oleh imam barnadib dalam bukunya filsafat
pendidikan, menekankan bahwa dalam analisa filsapat terhadap maslah-masalah pendidikan
digunakan 2 macam Pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan filsafat histories dan
2. Pendekatan dengan menggunakan fisafat kritis.
Denagan Pendekatan filsafat histories (historiko filosofis), yaitu dengan cara mengadakan deteksi
dari pertanyaan- pertanyaan filosofis yang diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dan
para ahlip filsafat sepanjang sejarah. Dalam sejarahny filsafat telah berkenbang dalam sistematika.,
jenis dan aliran aliran filsafat yang tertentu. Oleh karna itu, kalau diajukan pertanyaan tentang
berbagai masalah filosofis dalam bidang pendidikan, jawabanya melakat pada masing-masing
system, jenis dan aliran filsapat tersebut. Dari sekian jawaban tersebut, kemudian dipilih jawaban
mana yang sesuai dan dibutuhkan.
Adapun cara Pendekatan filsafat kritis, dimaksudkan dengan cara mengajukan pertanyaanprtanyaan filosofis dan diusahakan jawabannya secara filosofis pula, dengan menggunakan metode
dan Pendekatan filosofis, selanjutnya schofild, mengemukakan ada dua cara analisa dalam
Pendekatan filsafat kritis, yaitu
1. Analisa bahasa (lingualistik) dan
2. Analisa konsep
Analisa bahasa adalah usaha untuk mengadakan interpetasi makna yang dimilikinya.
Sedangkan analisa konsep adalah suatu analisa mngenai istilah- istilah (kata-kata) yang mewakili
gagasan atau konsep.
B. FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN
Tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan mengunakan metode ilmiah sematamata. Banyak diantara masalah- masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaanpertanyaan filosofis, yang memerlukan Pendekatan filosofis pula dalam memecahkannya. Analisa
filsafat terhadap masalah- masalah kependidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara
sistematis teori- teori pendidikan.disamping itu jawaban- jawaban yang telah dikemukakan oleh
jenis dan aliran fisafat tertentu sepanjang sejarah terhadap problematika pendidikan yang
dihadapinya, menunjukan pandangan- pandangan tertentu, yang tentunya juga akan memperkaya
teori-teori pendidikan. Dengan demikian, terdapat hubungan fungsional antara filsafat dengan teori
pendidikan.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut, secara legih rinci dapapt
diuraukan sebagai berikut :
C. Filsafat, dalam rati analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara Pendekatan yang digunakan
oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori- teori
pendidikannya, disamping menggunakan metode- metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan
filsafat, sebagi pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek, misalnya filsafat idelisme, realisme,
materialisme dan sebaginya, akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teoriteori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu terhadap teori- teori pendidikan
yang di kembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori- teori dan
pandangan- pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh fillosof, tentu berdasarkan dan
bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan airan filsafat yang dianutnya.
D. Filsafat, juga berpungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh
para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai
relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat
pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai
dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Di samping itu,
adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan filsafat hidupnya
sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya akan
menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan
dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori
pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari
masyarakat.
E. Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk
dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik.
Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu,
akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu
pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Analisa
filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut,
dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori pendidikan yang realistis dan
LANDASAN FILSAFAT
Filsafat, Ilmu, dan Ilmu Pendidikan
Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai
keakar-akarnya. Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka
dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan
dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif.
Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat, yaitu :
1. Metafisika ialah filsafat yang meninjau tentang hakikat segala sesuatu yang
terdapat dialam ini.
2. Epistemologi ialah filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan kebenaran.
3. Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia berfikir dengan
benar.
4. Etika ialah filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia, nilai, dan norma
masyarakat serta ajaran agama.
Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu
Suatu ilmu baru muncul setelah terjadi pengkajian dalam filsafat. Filsafat merupakan
tempat berpijak bagi kegiatan pembentukan ilmu itu. Karena itu filsafat dikatakan
sebagai
induk dari semua bidang ilmu. Pada taraf selanjutnya, ilmu menyatakan dirinya otonom,
ia bebas sama sekali dengan konsep-konsep dan norma-norma filsafat.
Jujun (1981) membagi tingkat perkembangan ilmu menjadi dua bagian :
1. Tingkat empiris ialah ilmu yang baru ditemukan di lapangan.
2. Tingkat penjelasan atau teoritis ialah ilmu yang sudah mengembangkan suatu
struktur teoritis.
Pendidikan adalah merupakan salah satu bidang ilmu. Sama halnya dengan ilmu-ilmu
yang lain pendidikan lahir dari induk-nya yaitu filsafat.
Sikun Pribadi (1989) menggambarkan hubungan filsafat, filsafat pendidikan, ilmu
pendidikan, ilmu pendidikan praktis, pebuatan mendidik, pengalaman mendidik, dan
keyakinan mendidik, sebagai berikut :
1. filsafat umum menjadi sumber segala kegiatan manusia.
2. filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat.
3. ilmu pendidikan dijabarkan dari filsafat pendidikan.
4. ilmu pendidikan praktis dijabarkan dari teori-teori pendidikan.
Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
keakar-akarnya mengenai pendidikan. Filsafat itu akan menjawab tiga pertanyaan pokok
sebagai berikut : (Ateng Sutisna, 1990)
1. apakah pendidikan itu ?
2. apa yang hendak ia capai ?
3. bagaimana cara terbaik merealisasi tujuan-tujuan itu ?
Zanti Arbi (1988) menceritakan tentang maksud filsafat pendidikan sebagai berikut :
1. Menginspirasikan, maksudnya memberi inspirasi kepada para pendidik untuk
melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan.
2. Menganalisis, maksudnya memeriksa secara teliti bagian-bagian pendidikan agar
dapat diketahui secara jelas validitasnya.
3. Mempreskiptifkan, maksudnya upaya menjelaskan atau memberi pengarahan
kepada pendidik melalui filsafat pendidikan.
4. Menginvestigasi, maksudnya memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori
pendidikan.
Filsafat pendidikan juga mengingatkan kepada kita agar sangat hati-hati menyusun suatu
teori. Struktur teori itu harus jelas, tidak tumpang tindih, dianalisis bagian-bagiannya,
cabang-cabangnya dan ranting-rantingnya, pengertian dan tujuan pendidikan itu serta
cara-cara mencapai tujuan.
Agar
uraian tentang filsafat pendidikan ini menjadi lebih lengkap, berikut akan
Bangsa Indonesia baru memiliki filsafat umum atau filsafat Negara ialah Pancasila.
Sebagai filsafat Negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi
semangat dalam berkarya pada segala bidang, dan mewarnai segala segi kehidupan dari
hari ke hari.Bisa saja pemasyarakatan dan pembudayaan Pancasila dilakukan dengan cara
memasukkannya ke dalam setiap tindakan atau kegiatan manusia sehari-hari, termasuk ke
dalam mengajarkan suatu bidang studi, tetapi cara ini tidak akan menjamin efektivitas
dan efisiensi pekerjaan itu.Belum ada upaya mengoperasionalkan Pancasila agar mudah
diterapkan dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat, termasuk, penerapanya dalam dunia
pendidikan.Sementara itu dunia pendidikan di Indonesia belum mempunyai konsep atau
teori-teori sendiri yang cocok dengan kondisi , kebiasaan atau budaya Indonesia tentang
pengertian pendidikan dan cara-cara mencapai tujuan pendidikan . Ilmu pendidikan tidak
persis sama dengan ilmu-ilmu yang lain.Kalau ilmu-ilmu yang lain bersifat empiris yaitu
menerapkan apa adanya dari data yang didapat di lapangan dan bila mungkin
meramalkan hal-hal yang akan terjadi, maka ilmu pendidikan disamping bersifat empiris,
ia juga bersifat normatif.
Untuk dapat membentuk teori pendidikan Indonesia yang valid terlebih dahulu
dibutuhkan filsafat pendidikan yang bercorak Indonesia yang memadai.Filsafat ini akan
menguraikan tentang :
1.Pengertian pendidikan yang jelas, yang satu, dan berlaku di seluruh tanah air.
2.Tujuan pendidikan yaitu pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang diwarnai
oleh sila-sila Pancasila.
3.Model pendidikan,yang membahas tentang model pendidikan di Indonesia yang tepat.
4.Cara mencapai tujuan yaitu segi teknik dari pendidikan itu sendiri.
2.Apakah filsafat pendidikan itu diambil dari filsafat pendidikan internasional yang sudah
ada.Sehingga tinggal merevisi agar cocok dengan kondisi Indonesia.
3.Ataukah filsafat itu dimunculkan bersumber dari filsafat-filsafat umum yang berlaku
secara internasional.
Referensi :
Pidarta, Made. 2000. Landasan Kepedidikan. Jakarta : Rineka Cipta.