You are on page 1of 11

ANALISIS FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN

A. Analisa Filsafat Dalam Masalah Pendidikan

Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan adalah


merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehiupan manusia. Pendidikan
merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya, dalam membimbing,
melatih,mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi
muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas
hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan cirri-ciri kemanusianya Dan pendidikan
formal disekolah hanya bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas
kaitanya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya .
Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidkan pun mempunyai
ruang lingkup yang luas pula.yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
Memang diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang sederhan
yang menyangkut praktyek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula diantaranya yang
menyangkut masalah yang bersipat mendasar dan mendalam, sehingga sehingga memerlikan
bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalanpersoalan yang rtidak mungkin terjawab dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, teta[I
memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.
Berikut ini akan dikemukakan bebarapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat
dalam memahami dan memecahkannya,antara lain:
1. Masalah kependidkan pertama dan yang mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu.
Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia itu. Dan
bagaimana hubungan anatara pendidkan dengan hidup dan kehidupan manusia.
2. Apakah pendidkan itu berguna untuk membawa kepribadian manusia, apakah potensi hereditas
yang menentukan kepribadian manusia itu, ataukah faktorfaktor yang berasal dari luar/
lingkungan dan pendidikan. Mengapa anak yang mempunyai potensi hereditas yang baik pula tidak
mencapai kepribadian yang diharapkan: dan kenapa pula anak yang mempunyai potensi hereditas
yang tidak baik, walaupun mendapatkan pendidkan dan lingkungan yang baik, tetap tidak
berkembang.
3. Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau untuk
kepentingan masyarakat. Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia
ataukah untuk Pembinaan masyarakat.apakah pembinaan manusia itu semata-mata untuk dan demi
kehidupan riel dan material di dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak diakhirat yang kekal ?
4. Siapakah hakikatnya yang bertanggung jawab terhadap pedidikan itu,dan sampai dimana

tanggung jawab tersebut.bagaimana hubungan tanggung jawab antar keluarga, masyarakat, dan
sekolah terhedap pendidikan, dan bagaimana tanggung jawab pendidikan tersebut setelah manusia
dewasa,dan sebagainya.
5. Apkah hakikat pribdi manusia itu. Manakah yang lebih utama untuk dididik: akal, perasaan atau
kemauannya, pendidikan jasmani atau pendidikan mentalnya, pendidikan skil ataukah
intelektualnya ataukah kesemuannya itu.
6. Apakah isui kuriulum yang relavan dengan pendidikan yang ideal, dalam masyrakat.
7. Apakah isi kurikulum yang relaevan dengan pendidikan yang ideal, apakah kurikulum yang
mengutamakan pembinaan kepribadian dan sekaligus kecakapan untuk memangku suatu jabatan
dalam masyarakat, ataukah kurikulum yang luas dengan konsekusnsi yang kurang intensife,p
ataukah deangan kurikulum yang terbatas tetapi intensif penguasaanya dan bersipat praktis pula.
8. Bagaimana metode pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentrlisasi, ataukah otonomi;
apakah oleh Negara ataukah oleh swasta, dan sebagainya.)
9. Bagaimana asas penyelenggara pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentralisasi, ataukah
otonomi; apakah oleh negara ataukah oleh swasta, dan sebagainya.)
Masalah-masalah tersebut, merupakan sebagian dari contohcontoh problematika pendidikan, yang
dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan systemmatis, atau
analisa filsapat. Dalam memecahkan masalah-masalah tersebut,analisa filsafat mnggunakan
berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahanya. Di antara pendekatan (approach)
yang digunakan antara lain :
1. Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif, berarti:
memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan menggambarkan. Ini adalah teknik
pendekatan dalam filsafat pada umumnya. Dengan teknik pendekatan ini, dimaksudkan adalah
memikirkan, mempertimbangkan dan menggambarkan tentang sesuatu obyek untuk mencari
hakikat yang sebenarnya. Masalah- masala kependidikan memang berhubungan dengan halhal
yang harus diketahui hakikat yang sebenarnya, misalnya apakah hakikatnya mendidik dan
pendidikan itu, hakikat manusia, hakikat hidup, masyarakat individu, kepribadian,kurikulum,
kedewasaan dan sebagainya.
2. Pendekatan normatif, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang brlaku dan dijunjung tinggi
dalam hidup dan kkehidupan manusia. Norma- norma tersebut juga merupakan masalah-masalah
kependidikan, di samping dalam usaha dan proses pendidikan itu sendiri, sebagai bagai dari
kehidupan manusia, juga tidak lepas dari ikatan norma- norma tertentu. Dengan teknik Pendekatan
normatif, dimaksudkan adalah berusaha untuk memahami nilai-nilai noma yang berlaku dalam
hidup dan kehidupan manusia dan dalam proses pendidikan, dan bagaimana hubungan antara nilainilai dan norma-norma tersebut dengan pendidikan. Dengan demikian akan dapat dirumuskan
petunjuk-petunjuk ke arah mana usaha pendidikan diarahkan.
3. Pedekatan analisa konsep Artinya pengertian, atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu obyek.
Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda mengenai yang sama,

tergantung pada perhatian, keahlian dan kecenderungan masing-masing. Konsep seorang pedagang
tentang kerbau misalnya, berada dengan konsep seorang seniman tentang kerbau yang sama,brbeda
pula dengan konsep seorang petani, peternak,seoramg guru,seorang anak dan sebagainya. Dengan
analisa konsep sebagai Pendekatan dalam pilsafat pendidijkan, dimaksudkan adalah usaha
memahami konsep dari para ahli pendidikan, para pendidik dan orang-orang yang menaruh
perhatian atau minat terhadap pendidikan, tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan
pendidikan. Misalnya konsep mereka tentang anak, tentang jiwa, masyarakat, sekolah, tentang
berbagai hubungan (interaksi) yang bersipat pendidikan, serta nilai-nilai dan norma-norma yang
berkaitan dengan proses pendidikan, dan segalanya .
4. Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang actual (scientific analysis of current
life) Pendekatan ini sasaranya adalah masalah-masalah kependidikan yang actual, yang menjadi
problema masa ini. Dengan menggunakan mtode-metode ilmiah, dapat didiskripsikan dan
kemudian dipahami permasalahan permasalahan yang hidup dan berkembang dalam masyrakat
dan dalam proses pendidikan serta aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.
Selanjutnya harry schofield,sebagaimana dikemukakan oleh imam barnadib dalam bukunya filsafat
pendidikan, menekankan bahwa dalam analisa filsapat terhadap maslah-masalah pendidikan
digunakan 2 macam Pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan filsafat histories dan
2. Pendekatan dengan menggunakan fisafat kritis.
Denagan Pendekatan filsafat histories (historiko filosofis), yaitu dengan cara mengadakan deteksi
dari pertanyaan- pertanyaan filosofis yang diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dan
para ahlip filsafat sepanjang sejarah. Dalam sejarahny filsafat telah berkenbang dalam sistematika.,
jenis dan aliran aliran filsafat yang tertentu. Oleh karna itu, kalau diajukan pertanyaan tentang
berbagai masalah filosofis dalam bidang pendidikan, jawabanya melakat pada masing-masing
system, jenis dan aliran filsapat tersebut. Dari sekian jawaban tersebut, kemudian dipilih jawaban
mana yang sesuai dan dibutuhkan.
Adapun cara Pendekatan filsafat kritis, dimaksudkan dengan cara mengajukan pertanyaanprtanyaan filosofis dan diusahakan jawabannya secara filosofis pula, dengan menggunakan metode
dan Pendekatan filosofis, selanjutnya schofild, mengemukakan ada dua cara analisa dalam
Pendekatan filsafat kritis, yaitu
1. Analisa bahasa (lingualistik) dan
2. Analisa konsep
Analisa bahasa adalah usaha untuk mengadakan interpetasi makna yang dimilikinya.
Sedangkan analisa konsep adalah suatu analisa mngenai istilah- istilah (kata-kata) yang mewakili
gagasan atau konsep.
B. FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN

Tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan mengunakan metode ilmiah sematamata. Banyak diantara masalah- masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaanpertanyaan filosofis, yang memerlukan Pendekatan filosofis pula dalam memecahkannya. Analisa
filsafat terhadap masalah- masalah kependidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara
sistematis teori- teori pendidikan.disamping itu jawaban- jawaban yang telah dikemukakan oleh
jenis dan aliran fisafat tertentu sepanjang sejarah terhadap problematika pendidikan yang
dihadapinya, menunjukan pandangan- pandangan tertentu, yang tentunya juga akan memperkaya
teori-teori pendidikan. Dengan demikian, terdapat hubungan fungsional antara filsafat dengan teori
pendidikan.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut, secara legih rinci dapapt
diuraukan sebagai berikut :
C. Filsafat, dalam rati analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara Pendekatan yang digunakan
oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori- teori
pendidikannya, disamping menggunakan metode- metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan
filsafat, sebagi pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek, misalnya filsafat idelisme, realisme,
materialisme dan sebaginya, akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teoriteori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu terhadap teori- teori pendidikan
yang di kembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori- teori dan
pandangan- pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh fillosof, tentu berdasarkan dan
bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan airan filsafat yang dianutnya.
D. Filsafat, juga berpungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh
para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai
relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat
pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai
dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Di samping itu,
adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan filsafat hidupnya
sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya akan
menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan
dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori
pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari
masyarakat.
E. Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk
dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik.
Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu,
akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu
pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Analisa
filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut,
dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori pendidikan yang realistis dan

selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik).


Di samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga terdapat
hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saifullah dalam bukunya
Antara Filsafat dan Pendidikan, sebagai berikut :
a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakikat
manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik
pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan
pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat
dan Negara.
Definisi di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan yaitu, filsafat pendidikan dan system atau
teori pendidikan, dan hubungan antara keduanya adalah bahwa yang satu supplemen terhadap
yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai
pengajar di bidang studi tertentu.

LANDASAN FILSAFAT
Filsafat, Ilmu, dan Ilmu Pendidikan
Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai
keakar-akarnya. Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka
dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan
dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif.
Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat, yaitu :
1. Metafisika ialah filsafat yang meninjau tentang hakikat segala sesuatu yang
terdapat dialam ini.
2. Epistemologi ialah filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan kebenaran.
3. Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia berfikir dengan
benar.
4. Etika ialah filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia, nilai, dan norma
masyarakat serta ajaran agama.
Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu

Suatu ilmu baru muncul setelah terjadi pengkajian dalam filsafat. Filsafat merupakan
tempat berpijak bagi kegiatan pembentukan ilmu itu. Karena itu filsafat dikatakan
sebagai
induk dari semua bidang ilmu. Pada taraf selanjutnya, ilmu menyatakan dirinya otonom,
ia bebas sama sekali dengan konsep-konsep dan norma-norma filsafat.
Jujun (1981) membagi tingkat perkembangan ilmu menjadi dua bagian :
1. Tingkat empiris ialah ilmu yang baru ditemukan di lapangan.
2. Tingkat penjelasan atau teoritis ialah ilmu yang sudah mengembangkan suatu
struktur teoritis.
Pendidikan adalah merupakan salah satu bidang ilmu. Sama halnya dengan ilmu-ilmu
yang lain pendidikan lahir dari induk-nya yaitu filsafat.
Sikun Pribadi (1989) menggambarkan hubungan filsafat, filsafat pendidikan, ilmu
pendidikan, ilmu pendidikan praktis, pebuatan mendidik, pengalaman mendidik, dan
keyakinan mendidik, sebagai berikut :
1. filsafat umum menjadi sumber segala kegiatan manusia.
2. filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat.
3. ilmu pendidikan dijabarkan dari filsafat pendidikan.
4. ilmu pendidikan praktis dijabarkan dari teori-teori pendidikan.

5. perbuatan mendidik menerapkan teori pendidikan praktis.


6. sebagai akibat dari perbuatan mendidik, akan mendapatkan pengalaman tentang
mendidik.
7. pengalaman mendidik memberi umpan balik kepada teori pendidikan yang
terdapat dalam ilmu mendidik.
8. ilmu pendidikan memberi umpan balik kepada filsafat pendidikan.
9. ilmu pendidikan juga mengadakan hubungan dengan pengalaman mendidik.
10. perbuatan-perbuatan mendidik bisa menimbulkan keyakinan tersendiri tentang
pendidikan.

Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
keakar-akarnya mengenai pendidikan. Filsafat itu akan menjawab tiga pertanyaan pokok
sebagai berikut : (Ateng Sutisna, 1990)
1. apakah pendidikan itu ?
2. apa yang hendak ia capai ?
3. bagaimana cara terbaik merealisasi tujuan-tujuan itu ?
Zanti Arbi (1988) menceritakan tentang maksud filsafat pendidikan sebagai berikut :
1. Menginspirasikan, maksudnya memberi inspirasi kepada para pendidik untuk
melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan.
2. Menganalisis, maksudnya memeriksa secara teliti bagian-bagian pendidikan agar
dapat diketahui secara jelas validitasnya.
3. Mempreskiptifkan, maksudnya upaya menjelaskan atau memberi pengarahan
kepada pendidik melalui filsafat pendidikan.
4. Menginvestigasi, maksudnya memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori
pendidikan.
Filsafat pendidikan juga mengingatkan kepada kita agar sangat hati-hati menyusun suatu
teori. Struktur teori itu harus jelas, tidak tumpang tindih, dianalisis bagian-bagiannya,
cabang-cabangnya dan ranting-rantingnya, pengertian dan tujuan pendidikan itu serta
cara-cara mencapai tujuan.

Agar

uraian tentang filsafat pendidikan ini menjadi lebih lengkap, berikut akan

dipaparkan tentang beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan adalah :


1.Esensialis
2.Perenialis
3.Progresivis
4.Rekonstruksionis
5.Eksistensialis
Filsafat pendidikan esensialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabadabad lamanya. Filsafat pendidikan perenialis tidak jauh berbeda dengan filsafat
pendidikan esensialis.Kalau kebenaran yang esensial pada esensialis ada pada
kebudayaan klasik dengan great book-nya, maka kebenaran perenialis ada pada wahyu
tuhan.Aliran progresivisme mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika,
ilmiah , dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini , tidak ada tujuan yang pasti, begitu
pula tidak ada kebenaran yang pasti. Filsafat pendidikan rekonstruksionis merupakan
variasi dari progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus
diperbaiki (Callahan, 1983). Filsafat pendidikan eksistensialis berpendapat bahwa
kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri.
B. FILSAFAT PENDIDIKAN DI INDONESIA

Bangsa Indonesia baru memiliki filsafat umum atau filsafat Negara ialah Pancasila.
Sebagai filsafat Negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi
semangat dalam berkarya pada segala bidang, dan mewarnai segala segi kehidupan dari
hari ke hari.Bisa saja pemasyarakatan dan pembudayaan Pancasila dilakukan dengan cara
memasukkannya ke dalam setiap tindakan atau kegiatan manusia sehari-hari, termasuk ke
dalam mengajarkan suatu bidang studi, tetapi cara ini tidak akan menjamin efektivitas
dan efisiensi pekerjaan itu.Belum ada upaya mengoperasionalkan Pancasila agar mudah
diterapkan dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat, termasuk, penerapanya dalam dunia
pendidikan.Sementara itu dunia pendidikan di Indonesia belum mempunyai konsep atau
teori-teori sendiri yang cocok dengan kondisi , kebiasaan atau budaya Indonesia tentang
pengertian pendidikan dan cara-cara mencapai tujuan pendidikan . Ilmu pendidikan tidak
persis sama dengan ilmu-ilmu yang lain.Kalau ilmu-ilmu yang lain bersifat empiris yaitu

menerapkan apa adanya dari data yang didapat di lapangan dan bila mungkin
meramalkan hal-hal yang akan terjadi, maka ilmu pendidikan disamping bersifat empiris,
ia juga bersifat normatif.
Untuk dapat membentuk teori pendidikan Indonesia yang valid terlebih dahulu
dibutuhkan filsafat pendidikan yang bercorak Indonesia yang memadai.Filsafat ini akan
menguraikan tentang :
1.Pengertian pendidikan yang jelas, yang satu, dan berlaku di seluruh tanah air.
2.Tujuan pendidikan yaitu pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang diwarnai
oleh sila-sila Pancasila.
3.Model pendidikan,yang membahas tentang model pendidikan di Indonesia yang tepat.
4.Cara mencapai tujuan yaitu segi teknik dari pendidikan itu sendiri.

Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di Indonesia.


Upaya-upaya merumuskan filsafat pendidikan di Indonesia baru dalam tahap perhatian.
Perhatianperhatian terhadap perlunya filsafat pendidikan itupun baru muncul disan-sini
belum terkoordinasi menjadi suatu perhatian besar untuk segera mewujudkannya.
Upaya mendorong pemerintah untuk memberi isyarat akan pentingnya merumuskan
filsafat pendidikan dan teori pendidikan yang bercorak Indonesia sudah pernah dilakukan
menjelang sidang umum MPR (Kompas , 27 Nopember 1992) sebagai satu sumbangan
untuk bahan sidang umum itu. Namun GBHN 1993 sebagai produk sidang itu , tidak
mencantumkan perlunya perumusan filsafat dan teori pendidikan itu.Itu menunjukkan
kemauan politik pemerintah belum ada. Di samping kunci utama untuk memulai
kegiatan pengembangan filsafat pendidikan itu belum ada, kunci kedua yang membuat
sulitnya mengembangkan filsafat dan teori pendidikan itu, yaitu kesulitan menjabarkan
sila-sila Pancasila agar mudah diterapkan di lapangan.
Andaikan isyarat untuk mewujudkan filsafat pendidikan sudah ada atau sudah ada suatu
kelompok yang berupaya merumuskan filsafat itu,maka ada beberapa hal yang perlu
dipikirkan .
1.Apakah filsafat pendidikan yang akan dibentuk,yang sesuai dengan kondisi dan budaya
Indonesia akan diberi nama Filsafat Pendidikan Pancasila atau dengan nama lain?

2.Apakah filsafat pendidikan itu diambil dari filsafat pendidikan internasional yang sudah
ada.Sehingga tinggal merevisi agar cocok dengan kondisi Indonesia.
3.Ataukah filsafat itu dimunculkan bersumber dari filsafat-filsafat umum yang berlaku
secara internasional.

Dampak Konsep Pendidikan


Pembahasan tentang landasan kependidikan dalam segi filsafat, yang mencakup filsafat
pada umumnya, filsafat-filsafat pendidikan internasional, filsafat Pancasila dan
kemungkinan terbentuknya filsafat pendidikan yang bercorak Indonesia, memberi
dampak konsep tertentu.
Karena filsafat pendidikan yang cocok dengan alam dan budaya Indonesia belum
terbentuk, yang ada baru filsafat Negara yaitu Pancasila, maka tidak banyak konsep
pendidikan yang bias diturunkan dari sini.Memang benar ada sejumlah filsafat
pendidikan internasional yang sudah tentu berdampak terhadap pendidikan, namun
filsafat itu tidak mesti cocok bila diterapkan di Indonesia.Oleh sebab itu dampak konsep
pendidikan yang akan dituangkan adalah merupakan penjabaran nilai-nilai yang
terkandung dari sila-sila Pancasila, baik dalam segi kognitif, afektif dan psikomotor.

Referensi :
Pidarta, Made. 2000. Landasan Kepedidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

You might also like