Professional Documents
Culture Documents
KESEHATAN HAJI
Disusun Oleh : Ahmad Kholid, S.Kep., Ns
LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan dilaksanakan oleh pemerintah secara
inter departemental.
bertanggung jawab dalam pembinaan dan pelayanan kesehatan calon/ jemaah haji Indonesia.
Tanggung jawab pelayanan ini sejak sebelum keberangkatan ke Arab Saudi, diperjalanan pergi/
pulang, selama di Arab Saudi dan setelah kembali ke tanah air.
Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan
yang sebaik-baiknya melalui sistem dan manajemen penyelenggaraan yang terpadu agar pelaksanaan
ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai deng an tuntunan agama
serta jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur.
Visi Indonesia sehat 2010, menyebutkan bahwa pembangunan di Indonesia harus berwawasan
kesehatan, dengan pendekatan paradigma sehat melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif) tanpa mengabaikan upaya pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Hal ini berarti
bahwa pembangunan bidang kesehatan menitik beratkan pada pembinaan kesehatan bangsa, yaitu
upaya kesehatan dalam jangka panjang menciptakan bangsa yang sehat, cerdas, terampil, mandiri dan
produktif.
Tantangan pelayanan kesehatan haji setiap tahun terus berubah dan bertambah, yaitu; meningkatnya
jumlah calon jemaah haji risiko tinggi, beragamnya latar belakang pendidikan, etnis dan sosial budaya
serta kondisi fisik yang kurang baik. Kondisi lingkungan di Arab Saudi yang berbeda secara bermakna
dengan kondisi di tanah air misalnya perbedaan musim (panas, dingin), kelembaban udara yang
rendah, perbedaan lingkungan sosial budaya, keterbatasan waktu perjalanan ibadah haji dan
kepadatan populasi jemaah haji pada saat wukuf di Arafah maupun melontar jumrah di Mina. Kesemua
ini dapat berdampak kurang baik terhadap kesehatan jemaah haji Indonesia. Oleh karena itu
pelayanan kesehatan kepada calon/ jemaah haji perlu ditingkatkan terus menerus secara
berkesinambungan, sistemik, sesuai dengan tuntutan calon/ jemaah haji Indonesia untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan paripurna.
Untuk dapat melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan calon/ jemaah haji Indonesia secara
profesional, berkualitas perlu didukung sumberdaya manusia yang berpengetahuan, terampil,
berdedikasi tinggi, sarana dan prasarana serta sistem informasi kesehatan haji terpadu (Siskohat)
bidang kesehatan.
13. Risiko tinggi (Risti) adalah suatu kondisi atau penyakit tertentu pada calon / jemaah haji yang dapat
memperburuk kesehatannya selama menjalankan ibadah haji.
14. Embarkasi haji adalah pelabuhan tempat pem berangkatan jemaah haji ke Arab Saudi.
15. Debarkasi haji adalah pelabuhan tempat kembalinya jemaah haji dari Arab Saudi pada waktu
pemulangan.
16. Embarkasi antara adalah pelabuhan tempat pemeriksaan pabean, imigrasi dan karantina calon jemaah
haji sebelum pemberangkatan ke embarkasi haji.
17. Asrama embarkasi/ debarkasi haji adalah penampungan sementara semua calon/ jemaah haji sebelum
keberangkatannya ke Arab Saudi dan sekembalinya dari Arab Saudi sebelum kedaerah asal jemaah
haji tersebut.
18. Asrama transito haji adal ah penampungan sementara semua calon jemaah haji sebelum
keberangkatan ke Asrama embarkasi/ debarkasi haji.
19. Meningitis meningokokus adalah penyakit radang selaput otak/ sumsum tulang belakang yang terjadi
secara akut dan menular dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, timbulnya bercak
merah di kulit yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis.
20. International Certificate of Vaccination (ICV) adalah surat keterangan imunisasi internasional yang
berlaku untuk perjalanan internasional dan m enerangkan bahwa seseorang telah mendapat imunisasi.
21. Surveilans epidemiologi (SE) adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data
secara sistematik dan terus menerus serta diseminasi/ penyebaran informasi kepada unit pengguna/
terkait yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
22. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
23. Bencana adalah peristiwa atau rangka ian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan,
penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan bantuan.
24. Musibah Masal adalah kejadian atau peristiwa yang mengakibatkan korban banyak oleh karena sebab
yang sama dan perlu mendapatkan pertolongan medik segera dengan menggunakan sarana, fasilitas
dan tenaga yang lebih dari pada yang tersedia sehari -hari.
25. Kesiapsiagaan adalah keadaan siap setiap saat dan tempat bagi setiap orang, petugas serta institusi
pelayanan untuk melakukan tindakan dan cara -cara menghadapi bencana, baik sebelum, sewaktu/saat
dan sesudah bencana.
26. Sistem kewaspadaan dini (SKD) dan Respon Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu pengamatan
terus menerus secara sistematik terhadap kejadian kesakitan, kematian pada jemaah haji dan faktor faktor yang mempengaruhinya, yang berpengaruh terhadap kecen derungan terjadinya KLB penyakit
atau kematian pada jemaah haji, agar terjadi sikap tanggap melakukan tindakan cepat serta tepat untuk
mencegah dan mengurangi jatuhnya korban.
27. Wabah adalah kejadian berjangkitnya penyakit menular dalam masyarakat yang jumla h penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
28. Jasa boga adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang
disajikan diluar tempat usaha atas dasar pesanan. Dalam pengertian ini termasuk jasaboga yang
melakukan pengelolaan makanan didapur asrama haji, dapur dan kantin perusahaan atau dapur lain
yang disediakan dalam kontrak kerja atau pesanan sesuai dengan peruntukannya.
Membuat Certificate of Death (COD) bila ada jemaah haji yang wafat.
b.
c.
d.
2) Melakukan rujukan ke RSAS dengan disertai laporan rujukan (Lru) dan laporan tanda terima
rujukan (Tru).
3) Memberikan pelayanan pulang dini atau tidak ber sama kloternya, perlu disertai resume
riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp).
4) Menyerah terimakan pasien pulang dini beserta resume penyakit dan pengobatannya (Rpp)
kepada dokter kloter yang akan mendampingi.
5) Menjawab konsultasi rujukan dari dokter klote r.
6) Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
c. Di Madinah
1) Di Airport Madinah (saat kedatangan dan pemulangan)
a) Melakukan rujukan ke BPHI Madinah atau ke RSAS dengan disertai laporan rujukan
(Lru).
b) Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
2) Di BPHI
a) Memberikan pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat inap bagi jemaah haji yang
memerlukan.
b) Melakukan rujukan ke RSAS dengan disertai laporan rujukan (Lru) dan laporan tanda
terima rujukan (Tru).
c) Memberikan pelayanan kesehatan gigi.
d) Memberikan pelayanan pulang dini atau tidak bersama kloternya, perlu disertai resume
riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp).
e) Menyerah terimakan pasien pulang dini beserta resume penyakit dan pengobatannya
(Rpp) kepada dokter kloter yang akan mendampingi.
f)
3) Di Makkah
a) Memberikan pelayanan rawat jalan.
b) Memberikan pelayanan rawat inap.
c) Memberikan pelayanan kegawat daruratan dan spesialistik.
d) Memberikan pelayanan rujukan ke RSAS disertai formulir Lru dan Tru.
10
Mendampingi Tawaf Ifadhah bagi jemaah haji sakit yang memerlukan pengawasan
petugas kesehatan.
j)
Memberikan pelayanan pulang dini atau pulang tidak bersama kloternya disertai resume
riwayat penyakit dan pengo batannya (Rpp).
k) Menyerah terimakan pasien pulang dini atau tidak bersama kloternya beserta resume
riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp) kepada dokter BPHI.
l)
Melaksanakan evakuasi jemaah sakit ke Jeddah dan Madinah disertai formulir evakuasi.
11
12
2) Bila terjadi syok dapat diatasi de ngan suntikan Adrenalin 1 : 1000 dengan dosis 0,2 0,3 cc secara
Intra Musculair (IM).
3) Untuk tindakan pengamanan bagi calon jemaah haji setelah diimunisasi meningitis meningokokus
tetravalen dianjurkan menunggu 30 menit.
Pencatatan
1) Setelah imunisasi meningitis meningokokus tetravalen kemudian dicatat pada kartu International
Certificate of Vaccination (ICV): nama calon jemaah haji, nomor paspor, tanggal imunisasi, nama
vaksin, nomor vaksin/batch number dan dosis.
2) ICV ditanda tangani oleh dokter, baik dokter Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau dokter
yang ditunjuk, dokter Kepala KKP Embarkasi/ dokter yang ditunjuk dan distempel Port Health
Authority (bukan stempel dinas kesehatan kabupaten/ kota atau puskesmas).
3) Bagi calon jemaah haji yang tid ak mempunyai bukti imunisasi Meningitis meningokokus tetravalen
harus imunisasi di pelabuhan Embarkasi dan diberi kartu ICV serta minum Cyprofloxacin 500 mg
dosis tunggal sebagai profilaksis.