You are on page 1of 8

LAPORAN KASUS

1. ANAMNESIS
Identitas Pribadi
Nama

: Mutia

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 21 tahun

Suku Bangsa

: Aceh

Agama

: Islam

Alamat

: Pulo Teungoh, Aceh Barat

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Pendidikan

: SD (Tidak Tamat)

Pekerjaan

: Wiraswasta

Tanggal Masuk

: 30 Agustus 2015

No CM

: 32-22-32

2. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT


KU : Nyeri Pinggang sebelah kanan sejak 1 tahun SMRS
Telaah : Pasien perempuan usia 21 tahun datang RSUD Cut Nyak Dien Meulaboh
dengan keluhan nyeri pinggan sebelah kanan sejak 1 tahun SMRS. Nyeri bersifat
hebat sehingga pasien senang untuk membungkus. Nyeri yang dirasakan hilang
timbul.
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- TBC (Tahun 2013)

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Di keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit yang sama seperti ini.
5. RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien belum pernah berobat sejak keluhan nya timbul.
6. RIWAYAT ANESTESI
Pasien tidak pernah dilakukan operasi dan anestesi sebelumnya.

7. PRIMARY SURVEY
A (Airway)
: Clear, Gurgling/Snoring/Crowing : -/-/B (Breathing)
: Suara Pernapasan : Vesikuler, Suara tambahan : Ronkhi (-),
Wheezing (-), RR 24x/menit
C (Circulation)

: Terpasang IV line, dilakukan Pemberian RL 20 gtt/i,


Frekuensi nadi 99x/i, t/v kuat dan cukup, Tekanan darah
100/70 mmgHg, Akral teraba hangat, merah, dan kering, t/v
kuat/cukup, Temperatur 36,8C

D (Disability)

: Kesadaran GCS 15, Pupil Isokor, Diameter 3|3 mm, Reflek


Cahaya +|+

8. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan tanggal 1 September 2015
Pemeriksaan
Leukosit
Eritrosit
Haemoglobin
Hematokirt
Trombosit

Hasil
10 500
3.6
11.5
34,2
312 000

Nilai normal
5000-10000/ul
4 6 jt/mm3
12-17g/dl
35-50%
150000-450000/mm3

Pemeriksaan Tanggal 31 Agustus 2015


Jenis Pemeriksaan
Urinalisis
Urin Lengkap :
Warna
Glukosa
Bilirubin
Keton
Berat Jenis
pH
Protein
Urobillinoge
n
Nitrit
Darah
Sedimen Urin
Eritrosit
Leukosit
Epitel
Casts

Satuan

LPB
LPB
LPB
LPB

Hasil

Rujukan

Kuning Keruh
(-)
(-)
(-)
1,020
6,0
(-)
(-)
(-)
(-)

Kuning
Negatif
Negatif
Negatif
1,005-1,030
5-8
Negatif

2-4
1-2
1-2

<3
<6

Negatif
Negatif

Negatif

Ginjal

Kristal
Lain-lain

LPB

Ureum
Kreatinin

mg/dL
mg/dL

26,87
1,24

15-45
0,45-0.9

9. KESIMPULAN
Wanita umur 21 tahun datang dengan diagnosis batu ginjal dextra.
ASA I karena pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan operasi.

10. RENCANA
Tindakan Operasi

: Nefrolitotomi

Jenis anestesi

: Anestesi umum endotrakeal tube napas kendali

Alasan : pada pasien dilakukan anestesi umum karena operasi yang dilakukan
adalah dalam posisi lateral dekubitus dan supaya pasien tidak bergerak sepanjang
operasi dan operasi yang dilakukan mengambil waktu yang lama.
Pada pasien tidak dilakukan anestesi spinal karena posisi sepanjang operasi
tidak enak bagi pasien sehingga tangan pasien bisa bergerak semasa operasi dan
mengganggu operasi. Selain itu jika dilakukan anestesi spinal, blok akan menjadi
tinggi karena posisi kepala pasien sedikit ke bawah.

11. TINDAKAN ANESTESI


PREOPERASI
Persiapan alat
Laringoskop
Stetoskop
ETT no. 6 1/2, 7, 7 1/2
Guedel
Plester
Suction
Balon/pump
Mesin anestesi dengan volatile liquid

EKG monitor
Sfigmomanometer digital
Oksimeter/saturasi
Infuse set
Spuit
Gel
Abocath no.18
Sungkup muka
Connector
Forcep mcgill
Kasa steril

Persiapan obat-obatan anestesi :


Premedikasi

: midazolam (0,01-0,1 mg/kgBB)


fentanyl (1-3ug/kgBB)

Fungsi premedikasi adalah :


1. menimbulkan rasa nyaman pada pasien
-

menghilangkan rasa khawatir


membuat sedatif
membuat amnesia
2. memudahkan atau memperlancarkan induksi
3. mengurangi jumlah pemberian obat induksi
4. menekan refleks-refleks yang tidak diinginkan
5. mengurangi sekresi kelenjar saliva dan lambung
6. mengurangi rasa sakit

Induksi

: propofol (sebagai induksi yaitu membuat

pasien dari sadar ke tidak sadar. Dosis induksi = 1-2.5mg/kgBB)


Relaksan

rocuronium

bromida

(merupakan

obat

pelumpuh otot non depolar yang relatif baru dan berfungsi untuk membuat
napas kendali pada pasien saat operasi)
Obat anestesi

: Isoflurane (salah satu efek isoflurane adalah

hipotensi tetapi pada pasien karena tekanan darahnya tinggi, masih bisa
digunakan isoflurane. Selain itu pasien tidak mempunyai riwayat asma

atau penyakit paru sshingga bisa menggunakan isoflurane karena efek dari
isoflurane adalah mendepresi respirasi)
N20 : O2 = 3 : 2 liter/menit
(N20 adalah sebagai maintainance anestesi dan merupakan weak anestesi
dan biasanya digabungkan volatile liquid)
obat emergency

: sulfas atropine (jika terjadi bradikardia dan juga dapat

sebagai reverse pelumpuh otot), efedrin( jika terjadi penurunan tekanan


darah)
anti emetic

: ranitidine, ondancentron (untuk mencegah muntah,

jika terjadi muntah akan menyebabkan aspirasi sehingga menganggu


pernapasan. Jadi lebih baik muntah dicegah sebelum timbul)
analgetik post op : ketorolac (sebagai anti nyeri setelah pasien sadar)
Obat reverse

: Prostigmin (untuk reversed pelumpuh otot jika pasien

masih belum bernapas spontan bila selesai operasi), sulfa atropine


(disebabkan prostigmin mempunyai efek meningkatkan sekresi kelenjar
saluran napas dan liur, maka SA berfungsi untuk menghambat efek
tersebut dan biasanya diberikan bersamaan prostigmin).

persiapan pasien :
1

Surat persetujuan operasi : merupakan bukti tertulis dari pasien atau


keluarga pasien yang menunjukkan persetujuan akan tindakan medis
yang akan dilakukan sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan keluarga pasien tidak akan mengajukan tuntutan.

Pasien dipuasakan sejak pukul 2.00 WIB dini hari tanggal 31 Agustus
2015 tujuannya untuk memastikan bahwa lambung pasien telah kosong
sebelum pembedahan untuk menghindari kemungkinan terjadinya
muntah dan aspirasi isi lambung yang akan membahayakan pasien.

Bila ada gigi palsu sebaiknya dilepaskan agar tidak mengganggu


kelancaran proses intubasi (pasien tidak memakai gigi palsu) dan
mengelakkan gigi palsu menjadi sumbatan jalan nafas jika terlepas.

Memakai pakaian operasi yang telah disediakan di ruang persiapan.

Memakai topi operasi.

Penatalaksanaan :
1
2

Pasien masuk ke OK I jam 12.00


Pemeriksaan tanda vital : tekanan darah 122/70 mmhg
Nadi 81x/menit
Saturasi oksigen 98%

3
4
5

Premedikasi mulai jam 12.05 : Petidine 7.5 mg IV


Dexametason 5 mg IV
Medikasi : Propofol 90mg
Setelah diberikan medikasi, ditunggu beberapa detik hingga refleks bulu mata

menghilang.
Berikan O2 7L secara sungkup muka sambil memompa kantong udara +- 3

menit sebagai cadangan oksigen untuk dilakukan intubasi.


7 Dilakukan intubasi dengan endotrakeal tube kinking no 7.0 dan cuff dipompa.
8 ETT dihubungkan dengan mesin anestesi dan kantong udara dipompa.
9 Suara napas kanan dan kiri diperiksa dengan stetoskop dan hasilnya simetris.
10 ETT difiksasi dengan hypafix di sudut mulut pasien supaya tidak terlepas.
11 Dilakukan pemeliharaan dengan membuka N2O 2l/menit , O2 diturunkan ke
2L/menit dan isoflurane dibuka 2%.
12 Respirasi : kendali dengan O2 2l/menit, N2O 2l/menit, isoflurane 2%
menggunakan ETT.
13 Kasa dimasukkan ke dalam laring untuk mencegah liur keluar karena posisi
pasien miring.
14 Guedel dipasang untuk mencegah ETT digigit
15 Meletakkan tape di kedua kelopak mata supaya mata tidak terbuka.
Disebabkan pasien dalam keadaan tidak sadar, matanya biasa tidak menutup
sempurna sehingga dapat menyebabkan kornea menjadi kering.
16 Jam 12.10 dipasang kateter urin no.16 untuk observasi cairan yang keluar.
17 Pasien diposisikan miring.
18 Tekanan darah, nadi dan saturasi oksigen di observasi setiap 10 menit.
Pemantauan :

Pasien masuk Ok : jam 12.00


Anestesi dimulai jam 12.05
Operasi dimulai jam 12.35
Operasi selesai jam 15.25

Tekanan darah dan denyut nadi selama operasi :

Pada jam 13.45 diberikan ondancetron IV.


Pada jam 13.55 diberikan ranitidin 50mg IV (sebagai pencegah muntah)
Pada jam 15.00 diberikan Nocoba IV
Pada jam 15.15 diberikan Ketorolac (sebagai analgetik)

Pemberian cairan :
I.
Jam I (saat masuk OK)
Diberikan NaCl mulai jam 12.00
II.
Jam II :
Diberikan RL mulai jam 12.50
III.
Jam III :
Diberikan RL mulai jam 13.35

Setelah selesai operasi :

Gas anestesi diturunkan hingga 0


Gas N2O diturunkan hingga 0
Gas O2 dinaikkan menjadi 6l
Diusahakan nafas spontan dengan cara mesin anestesi di set menjadi ventilasi manual.
Pernafasan pasien dibantu dengan memompa balon udara tetapi dilakukan
hipoventilasi 6-8x/menit untuk memancing pasien bernapas sendiri. Jika balon mulai
kembang kempis sendiri tetapi volume masih kecil, napas dibantu dengan memompa
balon saat inspirasi. Dilakukan sehingga balon kembang kempis dengan volume
adequat. Jika pasien masih tidak bernapas spontan dapat diberikan obat reverse untuk
menghentikan kerja obat muscle relaxant yang masih bekerja.

Diberikan obat reverse prostigmin 0.1mg IV dan sulfa atrophine 0.5mg


Ditunggu beberapa menit hingga napas spontan dan adekuat
Mengeluarkan kasa di laring
Lendir dikeluarkan dengan suction.
Cuff ETT dikempiskan dan dilakukan ekstubasi. Ekstubasi dilakukan ketika pasien

masih dalam anestesi dalam dan tidak sadar supaya tidak terjadi spasme laring.
Memasukkan guedel ke dalam mulut untuk mempertahankan jalan napas
Diberikan O2 7l/menit menggunakan sungkup muka +-4menit
Setelah semua peralatan dilepaskan pasien dibawa ke recovery room.

You might also like