You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sistem energi Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan serius.
Setidaknya dalam tiga kelompok besar permasalahan energi nasional yaitu tingkat
elektrifikasi yang masih rendah, ketergantungan pada sumber energi fosil, dan
rendahnya pemanfaatan energi baru terbarukan. Untuk mengejar kebutuhan energi
dimasa mendatang kebijakan yang harus dilakukan adalah dengan mengintegrasikan
energi yang terbarukan dan tak terbarukan, dengan perubahan komposisi penggunaan
yang semakin besar pada jenis energi yang terbarukan. Namun yang tidak kalah
pentinggnya adalah keseriusan dalam pendukung penyediaan energi dimasa
mendatang yang tercermin dari sinkronisasi antara program pengembangan teknologi
energi dengan penyediaan dana yang cukup potensial sehingga tidak menimbulkan
masalah publik.
Ketimpangan kondisi persediaan energi dengan kebutuhan energi nasional,
terutama sektor migas dan upaya pemenuhan kebutuhan energi nasional secara
berkelanjutan merupakan permasalahan utama bangsa ini pada bidang energi. Mutlak
diperlukan upaya-upaya strategis dalam bidang penciptaan energi baru dan
terbarukan, dukungan yang kuat dan sinergi kebijakan pengembangan ipteks untuk
bidang energi. Menjadi tidak kalah penting pula adalah upaya yang memastikan
efektifitas kebijakan diversifikasi, efisiensi dan konversi energi.
Mempertahankan keamanan pasokan energi dalam jangka panjang merupakan
tugas berat di tengah kemampuan pasokan minyak bumi dalam memenuhi kebutuhan
energi nasional yang kian terbatas. Hal ini tentu tidak terlepas dari begitu cepatnya
transisi energi yang dialami oleh Indonesia. Di tahun 1990 rasio konsumsi dan
produksi minyak mencapai 0,55 namun demikian di tahun 2004 rasio ini sudah
mencapai sekitar 0,92. Hasil ini dapat terjadi karena dua sebab. Pertama, tingkat

produksi minyak Indonesia terus mengalami penurunan. Kedua, tingkat konsumsi


minyak sebagai sumber energi primer terus menunjukkan peningkatan yang lebih
besar dibandingkan dengan tingkat produksi. Sebagai konsenkuensinya, tingkat impor
minyak terus mengalami peningkatan dan pada sisi lainnya ekspor terus mengalami
penurunan. Hingga saat ini BBM masih menjadi pemasok tersebesar kebutuhan
energi nasional dengan kontribusi total.
Terhadap total energi primer mencapai 59%. Hal ini mengindikasikan jika
dalam jangka panjang sumber minyak baru tidak dieksplorasi dan dimanfaatan,
demikian juga energi alternatif pengganti BBM tidak berhasil dikembangkan maka
dalam jangka waktu kurang dari 20 tahun Indonesia akan mengalami krisis energi.
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:
Bagaimana langkah-langkah kebijaksanaan sumber daya energi tak terbarukan dalam
pola upaya intensifikasi, diversifikasi, konservasi dan indeksasi ?

1.3.

Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :
Mengetahui langkah-langkah kebijaksanaan sumber daya energi tak terbarukan dalam
pola upaya intensifikasi, diversifikasi, konservasi dan indeksasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Energi Tak Terbarukan


Dengan semakin berkembangnya peradaban dunia, kebutuhan akan energi juga
semakin meningkat. Pasokan energi di dunia tahun 2006 bisa dilihat pada gambar di
bawah ini. Pasokan energi di dunia pada tahun 2006. (Btu adalah satuan energi yang
kepanjangannya adalah British Thermal Unit; 1 Btu = 1055 J = 0.252 kcal). Pasokan
energi di dunia pada tahun 2006. (Btu/British Thermal Unit adalah satuan energi,
dengan konversi Btu = 1055 J = 0.252 kcal).
Energi di dunia diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu energi yang
terbarukan (renewable energy) dan energi yang tidak terbarukan (non-renewable).
Energi terbarukan dapat didefinisikan sebagai energi alam dengan persediaan yang
tak terbatas. Energi terbarukan dapat digunakan terus-menerus dan tidak akan pernah
habis. Contohnya adalah energi surya (solar), biomassa (biomass), geotermal
(geothermal), air (hydroelectric), dan angin (wind).
Sementara itu, energi tak terbarukan dapat didefinisikan sebagai energi yang
diperoleh dari sumber daya alam yang waktu pembentukannya sampai jutaan tahun
sehingga sulit diperoleh kembali jika habis digunakan. Contohnya adalah energi fosil
(fossil energy) seperti gas alam (natural gas), batu bara (coal), dan minyak bumi
(petroleum). Sumber-sumber energi ini dikenal dengan istilah energi fosil karena
mengandung karbon yang berasal dari tumbuhan dan hewan.
Ada beberapa pertanyaan yang menggelitik untuk dijawab. Mengapa batu bara
dan minyak bumi termasuk ke dalam kategori sumber energi tak terbarukan?
Bukankah telah disebutkan bahwa batu bara dan minyak bumi berasal dari sisa
tumbuhan dan hewan yang terdekomposisi jutaan tahun yang lalu? Bukankah dengan
demikian akan selalu ada proses pembentukan minyak bumi dan batubara yang baru?

Memang betul, jika dilihat dari asal muasal pembentukannya, batu bara dan
minyak bumi bisa dikategorikan sebagai sumber energi terbarukan (renewable energy
resources) karena sifat pembentukannya yang terus-menerus meskipun memerlukan
beberapa kondisi tertentu dalam prosesnya dan pembentukannya yang sangat lambat
(dalam satuan jutaan tahun). Namun, jika dilihat dari relativitas waktu terbentuknya
yang memerlukan waktu jutaan tahun (geology time scale) dan memperhatikan faktor
umur manusia (human time scale) yang umumnya kurang dari 100 tahun, telah
disepakati bahwa batu bara dan minyak bumi diklasifikasikan ke dalam kategori
sumber energi tak terbarukan. Faktor geology time scale dan human time scale ini
yang menjadi dasar International Standard Organization (ISO) mengklasifikasikan
batu bara dan minyak bumi ke dalam kategori depleting energy resources (sumber
energi yang akan habis).
2.2

Distribusi Sumber Energi Fosil di Dunia


Jika kita melihat pasokan energi di dunia pada tahun 2006, kebutuhan energi di
dunia sangat tergantung pada minyak bumi, batu bara, dan gas alam. Menurut U.S.
Energy Information Administration, jumlah cadangan energi fosil di seluruh dunia
ada sekitar 5638,9 miliar barel pada tahun 2007. Bagaimana distribusi sumber energi
fosil tersebut? Dan di manakah posisi Indonesia dalam peta kekayaan sumber energi
fosil di dunia?. Berdasarkan data distribusi persebaran cadangan energi fosil yang
ditunjukkan U.S. Energy Information Administration, cadangan minyak bumi dan gas
alam terbesar di dunia ada di kawasan Timur Tengah, seperti Saudi Arabia, Iran, Irak,
dan Kuwait. Akan tetapi, kawasan Timur Tengah yang mendominasi kepemilikan
cadangan minyak bumi dan gas alam di dunia tercatat tidak mempunyai cadangan
batu bara. Amerika Serikat, Rusia, dan Cina adalah negara-negara yang mempunyai
catatan fantastis akan kekayaan sumber energi fosil berupa batu bara.
Bagaimana dengan kekayaan cadangan energi fosil di Indonesia? Cadangan
energi fosil yang terkandung dalam bumi pertiwi ternyata tidaklah sebesar yang kita
bayangkan. Cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2007 tercatat hanya 4
4

miliar barel atau 1,5% cadangan minyak bumi Saudi Arabia yang mempunyai
cadangan minyak bumi terbesar di dunia (266,8 miliar barel). Gas alam yang
terkandung di Indonesia adalah sebesar 18,8 BOE (BOE = billions of barrels of oil
equivalent atau satuan yang setara dengan 1 milar barel minyak bumi). Jika
dibandingkan dengan cadangan gas alam Rusia, negara yang mempunyai cadangan
gas alam terbesar di dunia sebesar 297,7 BOE, cadangan gas alam Indonesia hanya
setara 6,31% cadangan gas alam Russia. Untuk batu bara, Indonesia memang
termasuk dalam daftar negara yang memiliki cadangan batu bara terbesar. Meski
demikian, dibandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki cadangan batu bara
terbesar di dunia dengan jumlah 906,3 BOE, cadangan batu bara Indonesia hanya
sebesar 16,5 BOE atau 1,82% cadangan batu bara Amerika Serikat.
Dari seluruh data cadangan energi fosil pada tahun 2007, total cadangan energi
fosil terbesar terdapat di Amerika dan Rusia, yaitu lebih dari 900 miliar barel. Cina
berada di peringkat ketiga dengan total cadangan 465,6 miliar barel, disusul oleh
Saudi Arabia dan Iran yang masing-masing mempunyai cadangan sebesar 311,6
miliar barel. Sementara itu, Indonesia mempunyai total cadangan energi fosil sebesar
39,2 miliar barel. Distribusi total cadangan energi fosil di dunia pada tahun 2007
Benarkah energi fosil akan habis dalam waktu kurang dari 150 tahun?
Berdasarkan data total cadangan energi fosil yang telah diketahui dan laju
pemakaiannya dalam mencukupi kebutuhan energi dunia saat ini, telah diperkirakan
bahwa minyak bumi akan habis digunakan dalam waktu 43 tahun ke depan,
sedangkan gas alam akan habis digunakan selama 61 tahun, dan batu bara 148 tahun
ke depan. Namun, ada pertanyaan, apakah energi fosil tersebut akan benar-benar
habis pada tahun-tahun yang telah disebutkan di atas?. Jawabannya sangat bergantung
pada laju ekplorasi yang ada, yaitu kegiatan mencari cadangan energi fosil. Selama
kita masih melakukan eksplorasi dan menemukan cadangan baru, anggapan yang
menyatakan bahwa cadangan energi fosil akan segera habis seperti yang diperkirakan
di atas tidaklah berlaku sepenuhnya.

Dari uraian ini sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang menarik untuk
dijelaskan dan dicari jawabannya, seperti mengapa kebutuhan energi meningkat
seiring dengan berkembangnya peradaban dunia? Bagaimana energi fosil terbentuk?
Mengapa minyak bumi dan gas alam banyak ditemukan di Timur Tengah dan
mengapa di Timur Tengah tidak ada batu bara? Dengan keterbatasan sumber energi
fosil Indonesia dibandingkan dengan Amerika Serikat, Rusia, Cina, dan negaranegara Timur Tengah, apa dan bagaimana strategi pemerintah Indonesia untuk
menjamin terjaganya sumber energi di masa mendatang? Mari pecahkan persoalan ini
bersama-sama.
2.3

Bauran Sumberdaya & Konsumsi Energi Dunia


Bauran sumber daya energi dunia menunjuk pada situasi ketimpangan
penggunaan sumberdaya energi. Masyarakat dunia masih sangat tergantung dengan
sumberdaya energi fosil. Tiga bentuk energi fosil yang menjadi tumpuan masyarakat
dunia adalah minyak bumi, gas dan batubara. Ketiga sumberdaya energi ini
mendominasi sumber-sumberdaya energi lainnya. Bauran energi yang didominasi tiga
sumber energi primer ini menjadikan adanya persaingan yang kuat antara negaranegara maju untuk menguasi pasaran energi ketiganya. Negara-negara maju dan
penghasil energi berusaha memonopoli pasar energi dunia. Pada sisi lain, permintaan
yang besar terhadap energi fosil pada akhirnya tidak mampu diimbangi ketersediaan
energi yang memadai. Gambaran bauran penggunaan energi dunia dapat dilihat pada
grafik berikut.

Pada gambar tersebut, terlihat bahwa Minyak bumi menjadi sumber energi
utama dunia, disusul dengan gas dan batubara. Sumberdaya energi lain seperti nuklir,
panas bumi dan energi non-fosil lainnya belum banyak dilirik oleh masyarakat dunia.
Tingginya permintaan dunia terhadap minyak, gas dan batubara berdampak pada
fluktuasi harga yang cenderung naik.
2.5

Kondisi Energi Nasional


Kondisi ketergantungan masyarakat dunia terhadap energi fosil terutama
minyak bumi, gas dan batubara juga dirasakan oleh Indonesia. Bahkan bauran energi
nasional jauh lebih homogen untuk pembelian teknologi dalam bentuk cost recovery
USD 22 juta per hari ~ Rp 200 milyar per hari. Devisa sebanyak ini mayoritas
ditransfer ke luar negeri, karena memang teknologinya import. Fenomena yang
menarik terkait dengan konsumsi energi di sektor rumah tangga dalam kurun waktu
1990-2005 adalah sisi pertumbuhan (growth) untuk masing-masing jenis energi.
Konsumsi terhadap energi komersial (minyak tanah, LPG, Gas bumi dan listrik) di
sektor rumah tangga memang masih kecil dari sisi jumlah, namun dari sisi rata-rata
pertumbuhan per tahun terlihat sangat signifikan, yaitu minyak tanah sebesar 3,14%,
LPG sebesar 7,77%, gas bumi sebesar 9,45% dan listrik sebesar 10,04%. Sedangkan
rata-rata pertumbuhan per tahun untuk konsumsi kayu bakar hanya sebesar 1,70%
meskipun secara jumlah konsumsinya cukup besar. Untuk arang, rata-rata
pertumbuhan konsumsi per tahun justru bernilai negatif yaitu sebesar -6,80%.
Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (2006) mencatat terjadinya
pertumbuhan yang cukup substansial dalam permintaan energi final (termasuk
biomassa) di Indonesia pada kurun waktu 1990-2005, yaitu dengan rata-rata
pertumbuhan konsumsi sebesar 4,08% per tahun. Pada akhir tahun 2005, konsumsi
energi final di Indonesia mencapai angka sekitar 816.762 ribu SBM. Jika biomassa
turut diperhitungkan, maka terlihat
adanya dominasi sektor rumah tangga dan komersial dalam konsumsi energi final
sedangkan jika biomassa tidak diperhitungkan, maka sektor industri yang
7

mendominasi.
Permintaan energi final diproyeksikan akan terus meningkat, seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, perubahan gaya hidup (life
style) maupun peningkatan standar kesejahteraan sosial. Studi Comprehensive
Assessment of Diferent Energy Source for Electricity Demand (CADES) (2000)
memproyeksikan bahwa permintaan energi akan mengalami pertumbuhan dimulai
sekitar 4.028 Peta Joule pada tahun 2000 dan mencapai angka sekitar 8.200 Peta
Joule pada tahun 2025.
Pertumbuhan yang substansial dalam permintaan energi nasional ini tentu akan
menjadi tantangan besar bagi sektor pasokan energi Indonesia. Minyak menjadi jenis
energi yang dominan dalam bauran pasokan energi pada kurun waktu 1990-2005,
disusul oleh biomassa dan gas, seperti terlihat pada Gambar 11. Pada akhir tahun
2005, pasokan minyak tercatat sebesar 524.045 ribu SBM, gas sebesar 212.790 ribu
SBM dan biomassa sebesar 270.122 ribu SBM. Melihat tantangan yang besar bagi
sektor pasokan energi Indonesia, maka simulasi neraca permintaan dan pasokan
energi yang dikembangkan harus mempostulatkan pengembangan dan diversifikasi
semua opsi energi termasuk energi baru dan terbarukan.
2.6

kebijaksanaan sumber daya energi tak terbarukan


1. Diversifikasi
Diversifikasi energi Indonesia sebagai aset luar biasa pengembangan
teknologi energi nasional. Sangat sedikit negara di Dunia yang punya keberagaman
(diversity) jenis sumber energinya, Pada umumnya keberagaman luar biasa ini tidak
diikuti dengan jumlah (volume) yang besar per jenisnya, Keberagaman ini menjadi
aset luarbiasa untuk pengembangan teknologi energi berskala dunia, aset luar biasa
untuk pendidikan berbasis pengembangan teknologi energi berlevel dunia. Berbagai
teknologi energi baru terbarukan diperkirakan akan berkembang secara komersial dan
kompetitif terhadap energi konvensional. Teknologi sel bahan bakar akan diproduksi
secara komersial yang dapat menggantikan pembangkit listrik skala kecil. Teknologi
8

nuklir fisi yang baru akan berkembang sehingga berpotensi untuk lebih banyak
dimanfaatkan. Teknologi hidrogen, Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC),
Magneto Hydro Dynamics (MHD), Dimethyl Ether (DME), Gas to Liquid (GTL), Oil
Shale, sel bahan bakar, bio diesel, Coalbed Methane (CBM) dan Coal Liquifaction
diperkirakan mempunyai potensi sebagai energi baru.
Seperti halnya pemerintah-pemerintah sebelumnya, saat ini pemerintah juga
turut memperlihatkan niatnya dalam usaha diversifikasi energi nasional. Pemerintah
menyadari ketergantungan yang tidak sehat dalam bidang energi terhadap minyak dan
gas. Oleh karenanya, pemerintah mencoba mengintervensi perubahan bauran energi
nasional melalui kebijakan publik. Pada tahun 2006 pemerintah mengeluarkan
Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Muatan kebijakan
energi pada produk peraturan ini pada dasarnya adalah keamanan energi melalui
diversifikasi energi nasional. Proyeksi bauran Jenis Energi pada konsumsi energi
nasional Tahun 2025 berdasarkan kebijakan tersebut adalah: K/30/MEM/2002); (5)
Pedoman Pembangkit Listrik Energi Terbarukan Skala Medium (Permen ESDM No.
002/2006); (6) Pengembangan Bahan Bakar Nabati (Inpres No. 1/2006).
UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025 Bab IV.1.2. Bagian D. No.
32 dinyatakan bahwa pengembangan diversifikasi energi untuk pembangkit listrik
yang baru terutama pada pembangkit listrik yang berbasis batubara dan gas secara
terbatas dan bersifat jangka menengah dan dalam jangka panjang akan
mengedepankan energi terbarukan, khususnya bioenergi, geothermal, tenaga air,
tenaga angin, tenaga surya, bahkan tenaga nuklir dengan mempertimbangkan faktor
keselamatan secara ketat; Pengembangan sumber-sumber energi alternatif seperti
energi nuklir, panas bumi, biomassa, biogas, mikrohidro, energi matahari, arus laut
dan tenaga angin Memerhatikan komposisi penggunaan energi (diversifikasi) yang
optimal bagi setiap jenis energi.

Diperlukan pengawasan dan monitoring yang efektif bagi pelaksanaan


peraturan-peraturan tersebut. Pengawasan dilakukan untuk menjamin bahwa amanat
konstitusi serta UU yang telah ditetapkan benar-benar dilakanakan; Peningkatan
Pengawasan terhadap kinerja pengelolaan dan pemanfaatan sumber energi semakin
diperlukan, akibat semakin kompleksnya permasalahan sektor energi nasional,
terutama dikaitkan dengan beberapa hal berikut: belum optimalnya pengelolaan
sumber energi, yang dapat dilihat antara lain melalui beberapa indikator seperti,
perkembangan cadangan dan tingkat produksi; belum optimalnya

alokasi

pemanfaatan sumber energi, yang dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain,
tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap BBM, volume gas bumi dan batubara
untuk ekspor masih terlalu besar yang menyebabkan terjadinya kekurangan pasokan
untuk kebutuhan di dalam negeri serta rendahnya share energi yang berasal dari
sumber energi baru dan terbarukan, yaitu di bawah 10% di dalam total energy
(primer) mix nasional.
Terdapat beberapa obyek strategis yang bisa dijadikan pengawasan. Obyek
Pelaksanaan pengawasan di dalam pengelolaan dan pemanfaatan energi, terutama
pada beberapa aspek berikut: Proporsionalitas pengembangan berbagai sumber
energi; Efisiensi manajemen pengelolaan di sektor energi; Perkembangan cadangan
dan produksi energi; Pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri; Akses masyarakat
terhadap energi; Optimalisasi penerimaan negara dari sektor energi; Kemampuan
SDM dan tingkat penyerapan tenaga kerja domestik di sektor energi; Kemampuan
industri dan tingkat kemandirian di dalam pengelolaan sektor energi; Perlindungan
lingkungan hidup
2.

Konsevasi
Pertumbuhan ekonomi mempercepat dan memperbesar konsumsi energi sehingga
ketersediaan energi menjadi sangat strategis. Undang-Undang No 30 Tahun 2007
Tentang Energi menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh energi dan

10

merupakan

kewajiban

pemerintah

untuk

melakukan

pengelolaan

sehingga

ketersediaan energi dapat terjamin. Peranan energi sangat penting artinya bagi
peningkatan kegiatan ekonomi dan ketahanan nasional, sehingga pengelolaan energi
yang meliputi penyediaan, pemanfaatan, dan pengusahaannya harus dilaksanakan
secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional, optimal, dan terpadu. Konservasi dan
diversifikasi energi merupakan kunci bagi ketahanan energi.Begitu penting dan
strategisnya ketahanan energi diungkapkan Menteri ESDM, Darwin Zahedy Saleh
beberapa waktu lalu. Menurut Beliau ketahanan energi dan kestabilan pasokan energi
masa kini dan dimasa mendatang merupakan suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar
lagi. Ketergantungan terhadap minyak bumi baik untuk bahan bakar pembangunan
maupun untuk meningkatkan penghasilan negara menjebak Indonesia dan untuk
keluar dari kondisi tersebut Indonesia perlu dan mampu menjadi ekonomi energi yang
solid.
Menteri ESDM di era KIB I, Purnomo Yusgiantoro menguraikan beberapa langkah
untuk dapat keluar dari kondisi tersebut, pertama mengubah mentalitas minyak bumi
menjadi mentalitas energi. Pengalihan mentalitas tersebut sudah dilakukan melalui
program diversifikasi dan konservasi energi secara nasional, sistematis, cepat dan
terukur. Diversifikasi termasuk upaya konversi atau peralihan dari energi minyak
menjadi non minyak seperti gas dan batu bara. Keberhasilan pemerintah dan
masyarakat selama 2 tahun terakhir dalam mendukung konversi minyak tanah
menjadi elpiji perlu diteruskan dan ditingkatkan. Konservasi energi termasuk upaya
penghematan konsumsi BBM secara terencana dan terukur. Pengurangan subsidi
BBM telah memaksa konsumen rumah tangga dan industri untuk lebih hemat dalam
mengonsumsi BBM. Langkah selanjutnya adalah memasukkan program konservasi
dan diversifikasi energi ke dalam struktur pembangunan nasional. Caranya antara lain
dengan memaksa konversi penggunaan energi fosil yang tidak terbarukan ke energi
terbarukan seperti bahan bakar nabati, panas bumi, tenaga air dan tenaga surya atau
bahkan nuklir. Dan langkah terakhir yaitu, mempersiapkan infrastruktur energi

11

termasuk perangkat hukum, riset, pembiayaan. dan sumber daya manusia yang
dibutuhkan. Kalau tidak disiapkan sejak sekarang, sulit bagi Indonesia untuk
memasuki tahapan konversi energi yang berikutnya yaitu dari energi fosil menjadi
energi terbarukan. Peranan energi sangat penting artinya bagi peningkatan kegiatan
ekonomi dan ketahanan nasional, sehingga pengelolaan energi yang meliputi
penyediaan,

pemanfaatan,

dan

pengusahaannya

harus

dilaksanakan

secara

berkeadilan, berkelanjutan, rasional, optimal, serta terpadu. Ketergantungan terhadap


energi fosil perlu diakhiri dengan memanfaatkan potensi sumber-sumber energi
alternatif yang ada sehingga ketersediaan energi lebih terjamin.
3.

Intensifikasi
Langkah intensifikasi adalah suatu langkah awal peningkatan survei dan eksplorasi
sumber energi. Eksplorasi cadangan baru minyak dan gas bumi, batu bara, panas
bumi, tenaga air, mineral radio aktif dan biomassa akan ditingkatkan
Data migas merupakan milik negara yang dikuasai pemerintah. Kegiatan pengelolaan
dan pemanfaatan data migas bertujuan untuk menunjang penetapan wilayah kerja
migas, perumusan kebijakan teknis, penyelenggaraan urusan pemerintah dan
pengawasan di bidang eksplorasi dan eksploitasi, pelaksanaan eksplorasi dan
eksploitasi serta pemasyarakatan data bagi para pengguna dan pertukaran data. Ruang
lingkup

pengelolaan

data

meliputi

perolehan,

pengumpulan,

penyimpanan,

pemeliharaan, peningkatan kualitas data dan pemusnahan media data. Kegiatan


tersebut memerlukan investasi dan waktu untuk merealisasikannya. Banyak unsur
serta perangkat di dalamnya yang menunjang ketersediaan data migas dalam tata
kelola yang baik di Indonesia. Ketersediaan dan kualitas data yang baik sangat
penting dalam mendukung kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas. Data hulu
migas yang dikelola di storage pemerintah saat ini, meliputi data seismik 2D, seismik
3D, data sumur, laporan kegeologian yang berasal dari kegiatan survei umum,
eksplorasi dan eksploitasi. Pemerintah mendorong agar badan usaha kegiatan survei
umum melakukan survei seismik di Indonesia melakukan kegiatan survei seismik di
Indonesia, khususnya di daerah-daerah frontier dan daerah yang ketersediaan dananya
12

masih minim. Hingga saat ini, sektor migas masih menjadi salah satu tulang tunggung
perekonomian nasional, sebagai sumber penerimaan negara dan devisa, bahan bakar
bagi industri, mendorong investasi dan penyerapan tenaga kerja, wahana alih
teknologi, pemenuhan energi domestik dan peningkatan kemampuan sumber daya
manusia serta sumber pengembangan ekonomi daerah. Dengan masih pentingnya
sektor migas bagi penerimaan negara, maka manajemen dan pengelolaan data migas
yang baik, akurat, lengkap dan aman akan membantu pemerintah dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan bidang migas serta memberikan peluang bagi stakeholder
khususnya investor untuk meningkatkan investasi yang berdampak kepada
meningkatnya produksi migas.(TW)
4.

Indeksasi
Pada tahapan langkah ini, dengan cara ilmiah ditentukan untuk tiap sektor kegiatan
jenis energi mana yang paling tepat untuk dipergunakan.

13

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Energi tak terbarukan adalah energi yang diperoleh dari sumber daya
alam yang waktu pembentukannya sampai jutaan tahun. Dikatakan tak terbarukan
karena, apabila sejumlah sumbernya dieksploitasikan, maka untuk mengganti sumber
sejenis dengan jumlah sama, baru mungkin atau belum pasti akan terjadi jutaan tahun
yang akan datang. Hal ini karena, disamping waktu terbentuknya yang sangat lama,
cara terbentuknya lingkungan tempat terkumpulkan bahan dasar sumber energi inipun
tergantung dari proses dan keadaan geologi saat itu. Contoh dari Energi tak
terbarukan yang sangat dikenal, yaitu minyak bumi. Dari cara terbentuknya, Minyak
bumi atau minyak mentah merupakan senyawa hidrokarbon yang berasal dari sisasisa kehidupan purbakala (fosil), baik berupa hewan, maupun tumbuhan. Dewasa ini
di berbagai negara di belahan dunia termasuk Indonesia, aktivitas pencarian energi
alternatif untuk menggantikan energi tak terbarukan tengah digalakkan, biasanya
dengan melakukan penelitian mengenai kandungan senyawa kimiawi
terhadap spesies tumbuhan tertentu, dilanjutkan dengan berbagai proses percobaan,
agar energi yang dihasilkan setara dengan atau paling tidak, mendekati besarnya
energi yang diperoleh dari sumber energi tak terbarukan itu
3.2.

Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan referensi dalam memahami dunia fisika khususnya mengenai langkah
langah kebijaksanaan energi tak terbarukan. Makalah ini juga dapat dijadikan
sebagai bahan ajar dalam memberikan pengajaran kepada murid-murid Anda.Dan
mudah-mudahan dapat bermanfaat dalam kehidupan Anda.

14

DAFTAR PUSTAKA
Sridianti. 2010. Pengertian Sumber Daya Alam Tak Terbarukan.
http://www.sridianti.com/pengertian-sumber-daya-alam-tak-terbarukan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_tak_terbarukan
http://id.wikipedia.org/wiki/kebijakan_sumber_daya
http://id.wikipedia.org/wiki/hukum_sumber_daya_energi

15

16

You might also like