You are on page 1of 8

TINJAUAN LAPORAN KEUANGAN PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY

Disusun Oleh:
1. Dewi Rina Setyawati

F1315032

2. Faradina Dyah W S

F1315041

3. Ibnu Attoillah

F131505

KELAS B AKUNTANSI TRANSFER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dengan berkembang pesatnya instrumen keuangan, berkembang juga standar
akuntansi kompleks. Perusahaan-perusahaan di Indonesia dituntut untuk segera
mengimplementasikan standar-standar tersebut.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menerbitkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 revisi 2014 mengenai Instrumen Keuangan
Penyajian dan Pengungkapan dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 55 revisi 2014 mengenai Instrumen Keuangan Pengakuan dan Pengukuran
dimana PSAK 50 dan PSAK 55 tersebut akan berlaku efektif mulai 1 Januari 2014.
PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi mengacu pada International
Accounting Standard (IAS) 39 mengenai Recognition and Measurement of Financial
Instruments dan IAS 32 mengenai Presentation and Disclosures of Financial
Instruments. PSAK 50 dan 55 diharapkan dapat mendorong proses harmonisasi
penyusunan dan analisis laporan keuangan. Itu juga akan mendorong terciptanya
market discipline.
International Financial Reporting Standard (IFRS) adalah Standar Interpretasi dan
Kerangka yang diadopsi oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar
IFRS lebih dulu dikenal dengan nama International Accounting Standard (IAS). IAS
diterbitkan antara tahun 1973 dan 2001 oleh International Accounting Standard
Comittee (IASC). Pada tanggal 1 April 2001, yang baru mengambil alih IASB dari IASC
yang bertanggung jawab untuk menetapkan Standar Akuntansi Internasional. IFRS
dianggap sebagai "berdasarkan prinsip" dalam standar tersebut mereka menetapkan
aturan-aturan yang luas. Standar Pelaporan Keuangan Internasional terdiri dari:
Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) - standar yang dikeluarkan setelah
tahun 2001, Standar Akuntansi Internasional (IAS) - standar yang dikeluarkan sebelum
2001, Interpretasi berasal dari International Financial Reporting Interpretations
Committee (IFRIC) - yang dikeluarkan setelah 2001 Standing Interpretations
Committee (SIC) - yang dikeluarkan sebelum 2001.
Kewajiban merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari laporan
keuangan. Terdapat perubahan teori ekuitas pada kerangka pelaporan keuangan era

IFRS dengan PSAK yang sebelumnya yang mengacu pada US GAAP. Dimana
sebelumnya menerapkan teory kepemilikan, sedangkan IFRS menerapkan pada teori
entitas. Sucipto. 2012, proprietary theory adalah aktiva bersih (aktiva utang) yang
berarti pemilik lebih menekankan pada komponen laba rugi. Terdapat kekurangan pada
teori ini sehingga teori entitas muncul dengan maksud mengurangi kelemahankelemahan yang ada dalam proprietary theory di mana pemilik menjadi pusat
perhatian. Namun demikian, entity theory pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan
teori pendahulunya, proprietary theory.
Dalam pelaporan akuntansi membutuhkan definisi, pengukuran, penilaian dan
pengakuan untuk dapat disajikan dalam laporan keuangan agar laporan keuangan
yang dihasilkan dapat dipahami dan menghasilkan informasi yang dapat digunakan
sebagai pengambilan keputusan oleh semua pihak yang berkepentingan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas muncul rumusan masalah:
1. Bagaimana Kebijakan Akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan PT Ultrajaya Milk Industry ?
2. Komponen apa saja yang terdapat pada laporan keuangan?

BAB II
PEMBAHASAN

i.1. Laporan Posisi Keuangan


Berikut adalah laporan posisi keuangan PT Ultrajaya Milk Industry 3 (tiga) tahun
terakhir :

Aset Lancar
Kas
Saldo Kas terdiri dari saldo uang kas yang berada di kantor pusat dan
kantor-kantor cabang dan/atau kantor perwakilan, saldo Bank tersimpan di
beberapa bank dalam rekening rupiah dan US$, sedangkan saldo Deposito
disimpan di beberapa bank dalam bentuk simpanan rupiah, US$, dan A$. Hampir 60%
saldo pos Kas & Setara Kas tahun buku 2014 ini, yaitu senilai Rp. 288,6 milyar,
disimpan dalam bentuk Deposito. Perseroan tidak menggunakan saldo Kas dan Setara
Kas ini sebagai jaminan atas liabilitas dan pinjaman lainnya.
Piutang
Piutang yang dimiliki PT Ultrajaya dibagi menjadi Piutang Usaha dan Piutang Lain-Lain.
Piutang Lain-Lain terdiri atas Piutang Kepada Pihak Ketiga dan Piutang Kepada Pihak
Berelasi. Piutang usaha dan piutang lain-lain pada awalnya diakui sebesar nilai wajar
dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi, setelah dikurangi provisi
atas penurunan nilai.

Persediaan
Pos ini terdiri dari Persediaan Bahan Baku, Persediaan Barang Jadi, Persediaan Suku
Cadang, dan Pakan Ternak di entitas anak. Persediaan diakui atas harga perolehan
dan harga perolehan diperoleh melalui metode rata-rata tertimbang. PT Ultrajaya
menyajikan Penyisihan Persediaan Usang untuk mengurangi nilai tercatat persediaan
ke nilai realisasibersih berdasarkan hasil penelaahan berkala terhadapkondisi fisik
persediaan. Nilai Persediaan, setelah dikurangi Penyisihan Persediaan Usang,
meningkat sebesar 33,5% atau senilai Rp. 179,4 milyar, yaitu dari Rp. 535,0 milyar di
tahunbuku 2013 menjadi Rp. 714,4 milyar di tahun buku 2014.
Aset Keuangan Tidak Lancar
Aset Keuangan Tidak Lancar terdiri dari pos Bagian Jangka Panjang Piutang Kepada
Peternak dan pos Piutang Karyawan & Lainnya. Piutang Kepada Peternak merupakan
piutang yang berasal dari transaksi pemberian kredit 1.035 ekor sapi perah kepada 69
orang peternak yang merupakan penduduk di sekitar area peternakan di Pangalengan,
yang pada tanggal 31 Desember 2014 sudah lunas. Piutang Karyawan & Lainnya
merupakan tagihan kepada pihak ketiga dan terafiliasi atas pinjaman dana yang tidak
diikat secara pasti dan diberikan dalam jangka panjang. Saldo pada tanggal 31
Desember 2014 adalah sebesar Rp. 5,3 milyar.
Penyertaan Saham
Akun ini merupakan penjelasan investasi yang dilakukan PT Ultrajaya. PT Ultrajaya
memiliki penyertaan saham di beberapa entitas anak seperti PT Ultra Sumatera Dairy
Farm, PT Kraft Ultrajaya Indonesia, PT Toll Indonesia, PT ITO EN Ultrajaya Wholesale.
Tercatat per tanggal 31 desember 2014 terjadi berbagai peningkatan jumlah
penyertaan saham sebesar 30% dari modal disetor pada PT Kraft Ultrajaya Indonesia,
peningkatan penyertaan saham sebesar 49% dari modal disetor pada PT Toll
Indonesia, dan peningkatan penyertaan saham sebesar 45% dari modal disetor pada
PT ITO EN Ultrajaya Wholesale.
Hewan Ternak Produksi
Sumber daya alam yang digunakan PT Ultrajaya dalam aktifitas produksinya adalah
Hewan ternak produksi. Akun ini dicatat setelah dikurangi Deplesinya. Deplesi adalah
metode akuntansi yang digunakan dalam penurunan nilai sumber daya alam secara
bertahap. Deplesi dihitung berdasarkan seberapa banyak penghasilan yang didapat
dari jumlah asset yang diambil dari total cadangan sumber daya alam dalam satu
periode. Pada tanggal 31 Desember 2014 saldo akun ini terdiri dari saldo Hewan

Ternak Yang Telah Menghasilkan sebesar Rp. 51,2 milyar dan Hewan Ternak Yang
Belum Menghasilkan sebesar Rp. 14,1 milyar, dikurangi dengan Akumulasi Deplesi
sebesar Rp. 8,3 milyar. Kematian ternak dicatat dengan metode penghapusan
langsung dan tingkat kematian hewan ternak untuk tahun yang berakhir pada 31
Desember 2014 adalah sebesar 2%.
Aset Tetap
Aset tetap merupakan harta kekayaan atau sumber daya entitas bisnis (perusahaan)
yang diperoleh serta dikuasai dari hasil kegiatan ekonomi (transaksi) pada masa yang
lalu. aset tetap diguanakan dalam menjalankan aktivitas operasional usaha entitas
bisnis guna menghasilkan barang atau jasa. dalam menghasilkan barang dan jasa,
peranan aset tetap sangat signifikan. Nilai buku asset tetap diperoleh dengan
mengurangkan harga perolehan dengan penyusutannya. Penyusutan adalah salah
satu konsekuensi akibat dari penggunaan aset tetap. Menurut akuntansi, penyusutan
adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap ke dalam harga pokok produksi,
atau biaya operasional yang disebabkan penggunaan aktiva tetap tersebut.Aktiva tetap
akan mengalami penyusutan dari suatu periode ke periode berikutnya, jadi nilai
kegunaan dari aktiva tetap akan terus berkurang dari suatu periode ke periode
berikutnya, kecuali tanah. Penyusutan PT Ultrajaya dicatat dengan metode Garis Lurus
dengan membagi nilai buku dikurangi nilai residu dengan umur ekonomis asetnya. Nilai
buku Aset Tetap meningkat sebesar 3,9% senilai Rp 37,3 milyar, yaitu dari Rp. 966,0 di
tahunbuku 2013 menjadi Rp. 1.003,2 di tahunbuku 2014.
Liabilitas

Liabilitas Lancar
Liabilitas Lancar adalah kewajiban yang harus diselesaikan di masa datang, akibat
kejadian yang terjadi saat ini dalam jangka waktu kurang lebih 12 bulan atau 1 periode
akuntansi (Jangka Pendek). Current Liabilities ini dilunasi atau dibayar dari Aset
Lancar. Current Liabilities juga meliputi kewajiban bersyarat kemungkinan belum bisa
dipastikan atau diestimasi. Kewajiban jenis tersebut dalam akuntansi disebut sebagai
Kontinjensi/ Provisi. Total liabilitas lancar PT Ultrajaya menurun 22,5% senilai Rp.
142,8 milyar yaitu dari Rp. 633,8 milyar di tahunbuku 2013 menjadi Rp. 491,0 di
tahunbuku 2014.
Liabilitas Tidak lancer
Liabilitas tidak lancer adalah kewajiban yang harus diselesaikan di masa datang, akibat
kejadian yang terjadi saat ini dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan atau 1 periode
akuntansi (Jangka Panjang). Liabilitas tidak lancer ini juga berasal dari sisa Current
Liabilities yang belum terselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan. Liabilitas tidak
lancer PT Ultrajaya menurun 1,0% senilai Rp.1,7 milyar yaitu dari Rp. 162,7 milyar di
tahunbuku 2013 menjadi Rp. 161,0 milyar di tahunbuku 2014.
Ekuitas

Modal Saham Disetor

Modal disetor adalah modal ditempatkan yang selesai direalisasikan oleh


pemegang saham. Konkretnya, setiap saham yang dikeluarkan telah
dikompensasikan dengan setoran modal pemegang saham. Tidak ada
perubahan Modal Saham Disetor tahun 2013 dan 2014.

Saldo Laba
Akun Saldo Laba PT Ultrajaya terdiri dari Saldo laba yang sudah ditentukan
penggunaannya dan Saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya. Pos Saldo
Laba Yang Sudah Di tentukan Penggunaannya ini merupakan pos yang menampung
dana cadangan sebagaimana diatur dalam Undangundang Nomor 1/1995 tentang
Perseroan Terbatas, yang mewajibkan semua Perseroan Terbatas untuk membuat
penyisihan cadangan sebesar 20% dari jumlah Modal Yang Ditempatkan dan Disetor
dalam waktu yang tidak ditentukan. Saldo Laba Yang Sudah Ditentukan
Penggunaannya meningkat 43,7% senilai Rp. 32,5 milyar yaitu dari Rp. 74,3 milyar di
tahunbuku 2013 menjadi Rp. 106,8 milyar di tahunbuku 2014. Sedangkan pos Saldo
Laba Yang Belum Ditentukan Penggunaannya atau bias disebut dengan laba ditahan
meningkat 17,3% senilai Rp. 224,3 milyar yaitu dari Rp. 1.294,9 milyar di tahunbuku
2013 menjadi Rp. 1.519,2 milyar di tahunbuku 2014.

You might also like