You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang
berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang
tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW)yang
berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan
wilayah jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk
Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW
diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur
dari hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa
penyesuaian. Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat
KUHPer) terdiri dari empat bagian, yaitu:
Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum
perseorangan dan hukum keluarga, yaitu hukum yang mengatur
status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum.
Antara lain ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan
seseorang, kelahiran, kedewasaan, perkawinan, keluarga,
perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian
perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan
tidak berlaku dengan di undangkannya UU nomor 1 tahun 1974
tentang perkawinan.
Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum
benda, yaitu hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang
dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain
hak-hak kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud
dengan benda meliputi (i) benda berwujud yang tidak bergerak
(misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii)

benda berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya


selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak bergerak;
dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang).
Khusus untuk bagian tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya
telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU
nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian
mengenai penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak
berlaku dengan di undangkannya UU tentang hak tanggungan.
Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum
perikatan (atau kadang disebut juga perjanjian (walaupun istilah
ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum
yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum
di bidang perikatan, antara lain tentang jenis-jenis perikatan
(yang terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undangundang dan perikatan yang timbul dari adanya perjanjian),
syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu perjanjian. Khusus
untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang
(KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat
dengan KUHPer, khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah
bagian khusus dari KUHPer.
Makalah ini akan membahas mengenai hukum benda di
dalam hukum perdata. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.
B. Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.

Apakah devinisi dari hukum benda ?


Bagaimanakah dasar dari pada hukum benda ?
Seperti apakah asas-asas hukum benda ?
Bagaimanakah Macam-macam benda dalam perpekstif hukum
perdata ?

5. Bagaimana dan seperti apakah yang dimaksud hak


kebendaan ?
C. Tujuan penulisan
1.
2.
3.
4.

Mengetahui
Mengetahui
Mengethaui
Mengetahui

devinisi dari hukum benda


dasar dari pada hukum benda
asas-asas dari pada hukum benda
Macam-macam benda dalam perpektif hukum

perdata
5. Mengerti maksud dan pembahasan dari hak kebendaan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Yang dimaksud dengan Benda dalam konteks hukum perdata
adalah segala sesuatu yang dapat diberikan/diletakkan suatu Hak
diatasnya, utamanya yang berupa hak milik. Dengan demikian,
yang dapat memiliki sesuatu hak tersebut adalah SubyekHukum,
sedangkan sesuatu yang dibebani hak itu adalah Obyek Hukum.1
Benda yang dalam hukum perdata diatur dalam Buku II BWI,
tidak sama dengan bidang disiplin ilmu fisika, di mana dikatakan
bahwa bulan itu adalah benda (angkasa), sedangkan dalam
pengertian hukum perdata bulan itu bukan (belum) dapat
dikatakan sebagai benda, karena tidak / belum ada yang (dapat)
memilikinya.
1Soebekti,Pokok-Pokok Hokum Perdata.(Jakarta,Internusa, 2001). Hlm. 60
3

Pengaturan tentang hukum benda dalam Buku II BWI ini


mempergunakan system tertutup, artinya orang tidak
diperbolehkan mengadakan hak hak kebendaan selain dariyang
telah diatur dalam undang undang ini.Selain itu, hukum benda
bersifat memaksa (dwingend recht), artinya harus dipatuhi,tidak
boleh disimpangi, termasuk membuat peraturan baru yang
menyimpang dari yangtelah ditetapkan .
Lebih lanjut dalam hukum perdata, yang namanya benda itu
bukanlah segala sesuatu yang berwujud atau dapat diraba oleh
pancaindera saja, melainkan termasuk juga pengertian benda
yang tidak berwujud, seperti misalnya kekayaan seseorang.
Istilah benda yang dipakai untuk pengertian kekayaan, termasuk
didalamnya tagihan /piutang, atau hak hak lainnya, misalnya
bunga atas deposito .
Juga pengertian benda secara yuridis menurut pasal 499
B.W. adalah segala ssuatu yang dapat di haki atau menjadi objek
hak milik . oleh karena itu , yang dimaksud benda menurut
undang-undang hanyalah sesuatu yang dapat di haki atau yang
dapat di miliki orang . maka segala sesuatu yang tidak dapat
dimiliki orang bukanlah termasuk pengertian benda, seperti
bulan, matahari, bintang dan lain-lain.2
Meskipun pengertian zaak dalam BWI tidak hanya meliputi
benda berwujud saja,namun sebagian besar dari materi Buku II
tentang Benda mengatur tentang benda yangberwujud.
Pengertian benda sebagai yang tak berwujud itu tidak dikenal
dalam Hukum Adat kita, karena cara berfikir orang Indonesia
2Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional (Jakarta:
Kencana, 2010).Hlm. 143.

cenderung pada kenyataan belaka(concret denken),berbeda


dengan cara berfikir orang Barat yang cenderung
mengkedepankan apa yangada di alam pikirannya(abstract
denken).3 Selain itu, istilah zaak didalam BWI tidak selalu berarti
benda, tetapi bisa berarti yang lain, seperti : perbuatan hukum
(Ps.1792 BW), atau kepentingan (Ps.1354 BW),dan juga berarti
kenyataan hukum (Ps.1263 BW).
B. Dasar Hukum
Pada masa kini, selain diatur di Buku II BWI, hukum benda
juga diatur dalam:
a. Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana
diatur hak hak kebendaan yang berkaitan dengan bumi, air
dan kekayaan yang terkandung didalamnya.
b. Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur
tentang hak atas penggunaan merek perusahaan dan
merek perniagaan .
c. Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang
mengatur tentang hak cipta sebagai benda tak berwujud,
yang dapat dijadikan obyek hak milik .
d. Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang
mengatur tentang hak atas tanah dan bangunan diatasnya
sebagai pengganti hipotik dan crediet verband .4
C. Asas-Asas Hukum Benda
Asas-asas hukum benda berasal dari kata asas dan hukum
benda. Asas berarti pokok, dasar, prinsip. Sedangkan hukum
3Wirjdono Prodjodikoro dalam Riduan Syahrani, Seluk beluk dan Asas-asas
hukum perdata ( Bandung : Alumni, 1981) hal 108

4Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis,Memahami Prinsip Keterbukaan Dalam


Hokum Perdata.(Jakarta.Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.32

benda yaitu hubungan hukum antara sebyek hukum dengan


objek hukum (benda). Jadi yang yang dimaksud dari asas hukum
benda yaitu dasar-dasar atau pokok-pokok hubungan antara
sebyek hukum dengan objek hukum (benda).
Sebelum kita mulai membicarakan hak-hak kebendaan itu
satu persatu secara lebih mendalam, lebih dahulu asas-asas
umum dari hukum benda. Di dalam kita memperkenalkan atau
menafsirkan aturan-aturan dari hukum benda itu hendaklah
selalu ingat asas-asas umum itu. Dalam hukum benda (buku II
KUHPdt) diatur mengenai beberapa asas yang berlaku bagi hakhak kebendaan. Asas-asas tersebut adalah seperti diuraikan
berikut ini:
1.

Asas hukum pemaksa (dewingenrecht)


Hukum pemaksa artinya berlakunya aturan-aturan itu tidak

dapat disimpangi oleh para pihak. Hak-hak kebendaan tersebut


tidak akan memberikan wewenang yang lain daripada apa yang
sudah ditentukan oleh Undang-undang.5 Dengan kata lain, bahwa
kehendak para pihak itu tidak dapat memengaruhi isi hak
kebendaan. Hukum benda adalah merupakan dwigendrecht
(hukum memaksa), artinya bahwa berlakunya aturan-aturan itu
tidak dapat disimpangi oleh para pihak. Akan tetapi terhadap
asas tersebut terdapat pengecualiannya, ialah
a. Pasal 674 KUH perdata /BW mengenai pengabdian
pekarangan; di sini para pihak diberi kebebasan untuk
menentukan sendiri jenisnya, misalnya: hak jalan, hak
pemandangan, dan lain-lain.
b. Pasal 1165 KUH perdata /BW berkaitan dengan hipotek
khususnya mengenai ligkup / luas hipotek. Dalam hal ini para
5Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2013). Hlm. 40
6

pihak dapat mempengaruhi sedikit isi dari hak kebendaan


tersebut.
2.

Asas dapat di pindah tangankan


Menurut perdata barat, tidak semua hak kebendaan dapat

dipindahkan, kecuali hak pakai dan hak mendiami. Tetapi setelah


berlakunya UUHT, semua benda dapat dipindah tangankan.
Berlainan dengan pada tagihan, di sini para pihak dapat
menentukan bahwa tidak dapat dipindah tangankan. Namun
berhak juga menyanggupi akan tidak memperlainkan
(vervreemden) barangnya, Tetapi berlakunya dibatasi oleh
`etische causaliteitsregel [pasal 1337 KUH perdata]: tidak berlaku
jika tujuannya bertentangan dengan kesusilaan. Hak milik
kebendaan dapat dialihkan dari pemiliknya semula kepada pihak
lainnya, dengan segala akibat hukumnya.6
3.

Asas individualitas(individualiteit)
Objek hak kebendaan selalu benda tertentu atau dapat

ditentukan secara individual yang merupakan kesatuan. Artinya


orang hanya dapat sebagai pemilik dari barang yang berwujud
yang merupakan kesatuan, misalnya: rumah, meubel, dan hewan.
Tidak dapat atas barang yang ditentukan menurut jenis dan
jumlah, misalnya 10 buah kendaraan bermotor, 100 ekor burung.
Dengan kata lain seseorang tidak mempunyai hak kebendaan di
atas barang-barang yang hanya di tentukan menurut jenis dan
jumlahnya.7
4.

Asas totalitas (totaliteit)

6Ibid.. hlm 41
7Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata, ( Yogyakarta: Liberty,
1981 ).hlm. 37

hak kebendaan selalu terletak diatas seluruh objeknya


sebagai satu kesatuan (psl 500, 588, 606 KUHPdt). Siapa yang
mempunayai zakelijkrecht atas suatu zaak ia mempunyai
zakelijkrecht itu atas keseluruhan zaak itu, jadi juga atas bagianbagiannya yang tidak sendiri. Misalnya hak jaminan piutang atas
kendaraan bermotor mobil BE 2601 AA, sebagai satu kesatuan,
termasuk ban serep, kunci, dongkrak, tape recorder dalam mobil.
a. Demikian pula terhadap barang-barang yang tidak berdiri
sendiri. Akibatnya, jika suatu benda sudah terlebur dalam
benda lain, maka hak kebendaan atas benda pertama
menjadi lenyap. Terhadap akibat tersebut terdapat
pelunakan:
Adanya hak milik bersama atas barang baru (pasal 607
KUHPerdata / BW).
b. Jika pada waktu terlebur sudah ada hubungan antara kedua
pemilik yang bersangkutan (lihat pasal 714, 725,1567
KUHPerdata / BW).
c. Lenyapnya barang yang ternyata terjadi atas usaha
pemiliknya sendiri (pasal 602, 606, 608 KUHPerdata / BW).
5.

Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid)


Orang yang berhak tidak boleh memindah tangankan

sebagian dari kekuasaan yang termasuk suatu hak kebendaan


yang ada padanya. Misalnya pemillik kendaraan mobil tidak boleh
memindahtangankan sebagian kekuasaannya atas mobil itu
terhadap orang lain. Kekuasaannya atas mobil itu harus utuh
sesuai dengan kebendaan itu. Pemilik rumah menyewahkan
sebuah kamar kepada mahasiswa tidaklah termasuk dalam
pengertian memisahkan kekuasaannya sebagai pemilik, Hak
miliknya tetap utuh. pemilik Pemisahan daripada zakelijkrecht itu
8

tidak diperkenankan, tetapi pemilik dapat membebani hak


miliknya dengan iura in realina (pemilik diberi kewenangan untuk
membebani hak miliknya dengan hak kebendaan lainnya yang
bersifat terbatas). Ini kelihatannya seperti melepaskan sebagian
dari wewenangnya. Tetapi itu hanya kelihatannya saja, hak
miliknya tetap utuh.8

6.

Asas prioritas (prioriteit)


Hak prioriteit adalah hak yang lebih dahulu terjadinya

dimenangkan dengan hak hak yang terjadi kemudian. Semua hak


kebendaan memberi kekuasaan yang sejenis dengan kekuasaan
atas hak milik (eigendom) sekalipun luasnya berbeda-beda, dus
perlu diatur urutannya.Ius realiena meletakkan sebagai beban
atas eigendom. Sifat ini membawa serta bahwa iura in realiena
didahulukan [pasal 674, 711, 720, 756, dan 1150 KUHPer.].
misalnya atas sebuah rumah dibebani hipotik, kemudian dibebani
lagi dengan hak memungut hasil. Dalam hal ini hipotik
diprioritaskan karena terjadinya lebih dahulu daripada hak
memungut hasil. Artinya kreditur mempunyai hak
memperlakukan (melelang) benda jaminan itu tanpa
memperhatikan hak-hak yang terjadi lebih kemudian, seolah-olah
benda jamina itu tidak dibebani oleh hak yang lainnya.
Asas prioriteit sifatnya tidak tegas, tetapi akibat dari sifat ini
bahwa seorang itu hanya dapat membarikan hak yang tidak
melebihi apa yang dipunyai (asas nemoplis) yang artinya bahwa
orang dapat memberikan atau memindahkan kepada orang lain
8Ibid, Hlm. 38.
9

suatu hak yang lebih besar (banyak) daripada hak yang ada pada
dirinya. Vollmar berpendapat, bahwa orang yang memperoleh
peralihan hak tidak bisa memperoleh hak lebih daripada yang
dimiliki pemilik yang lebih dahulu. Berlakunya asas prioriteit
didalam praktek ternyata ada yang ditrobos, sehingga uruturutan hak kebendaan menjadi terganggu. Misalnya seseorang
memberikan wewenang pada temannya untuk menempati
rumahnya, tetapi malahan rumah itu dihipotekkan oleh yang
menempati (dijadikan tanggungan hutang). Disini asas prioriteit
ditrobos sebab yang didahulukan adalah hipotek recht-nya.9
7.

Asas percampuran (Verminging)


Hak kebendaan yang terbatas jadi selain hak milik hanya

mungkin atas benda orang lain. Tidak dapat orang itu untuk
kepentingan sendiri memperoleh hak gadai (menerima gadai) hak
memungut hasil atas barangnya sendiri. Apabila hak yang
membebani dan yang dibebani itu terkumpul dalam satu tangan ,
maka hak yang membebani itu lenyap (pasal 706, 718, 724, 736,
807 KUHPdt). Jadi orang yang mempunyai hak memungut hasil
atas tanah kemudian membeli tanah itu, maka hak memungut
hasil itu lenyap, contohnya ialah hak numpang karang lenyap
apabila tanah pekarangan itu dibeli oleh yang bersangkutan
(pasal 718 KUHPdt). Hak memungut hasil lenyap apabila
pemegang hak tersebut menjadi pemilik pekarangan itu. Misalnya
karena jual beli, karena pewarisan, karena hibah (pasal 807
KUHPdt).10
8.

Asas pengaturan dan perlakuan

9Ibid..hlm.39
10Ibid..hlm.40
10

yang berlainan terhadap benda bergerak dan tidak bergerak


Terhadap benda bergerak tak bergerak terdapat perbedaan
pengaturan dalam hal terjadi peristiwa hukum penyerahan,
pembebanan, bezit, kedaluarsa mengenai benda-benda roernd
dan Onroerend berlainan. Demikian menegenai Iura in realina
yang dapat diadakan, misalnya untuk benda bergerak maka hak
kebendaan yang dapat diadakan : gadai, hak memungut hasil;
sedangkan untuk benda tetap ; pengabdian pekarangan,
erfpacht, postal, hipotek, hak pakai dan mendiami.
9.

Asas publisitas (publiciteit)


Hak kebendaan atas benda tidak bergerak diumumkan dan

didaftarkan dalam register umum, misalnya hak milik, hak guna


usaha. sedangkan mengenai benda-benda yang bergrak cukup
dengan penyerahan nyata, tanpa pendaftaran dalam register
umum, misalnya hak milik atas pakaian sehari-hari, hak gadai.
Kecuali apabila ditentukan lain oleh Undang-undang bahwa hak
kebendaan itu harus didaftarkan, misalnya hak milik atas
kendaraan bermotor.11
10. Asas mengenai sifat perjanjiannya kebendaan / Asas bahwa
hak kebendaan mempunyai sifat (zakelijk overeenkomst)
Hak yang melekat atas benda itu berpindah, apabila
bendanya itu di serahkan kepada yang memperoleh hak
kebendaan itu. Untuk memperoleh hak kebendaan perlu
dilakukan dengan perjanjian zakelijk. Yaitu perjanjian
memindahkan hak kebendaan. Setelah perjanjian zakelijk selesai
dilakukan, tujuan pokok tercapai yaitu adanya hak kebendaan.
Tegasnya, hak yang melekat atas benda itu berpindah, apabila
11Rachmadi Usman, Op. cit., hlm. 46
11

bendahnya itu diserahkan kepada yang memperoleh hak


kebendaan itu. Misalnya hak sewa rumah. Hak mendiami rumah
hanya akan diperoleh apabila rumah itu diserahkan kepada
penyewa, diserahkan kepada yang mendiaminya. Sifat perjanjian
ini menjadi makin penting adanya dalam pemberian hak
kebendaan yang terbatas Iura in Realina sebagaimana
dimungkinkan dalam Undang Undang.12
D. Macam macam Benda
Doktrin membedakan berbagai macam benda menjadi :
1.

Benda berwujud dan benda tidak berwujud


Kebendaan berwujud adalah kebendaan yang bisa diraba

atau dilihat, sedangkan kebendaan tidak terwujud adalah


sebaliknya, seperti berupa hak-hak atau tagihan-tagihan.arti
penting pembedaan ini adalah pada saat pemindah tanganan
benda dimaksud, yaitu :
a) Kalau benda berwujud itu benda bergerak, pemindah
tanganannya harus secara nyata dari tangan ke tangan.
b) Kalau benda berwujud itu benda tidak bergerak, pemindah
tanganannya harus dilakukan dengan balik nama. Contohnya
jual beli rumah .
2.

Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak


Benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya dapat

dipindahkan (Ps.509 BWI). Benda bergerak karena ketentuan


undang undang adalah hak hak yang melekat pada benda
bergerak (Ps.511 BWI), misalnya hak memungut hasil atas benda
bergerak, hak memakai atas benda bergerak, saham saham
perusahaan.
Ada 2 golongan benda bergerak yaitu :
12Titik Triwulan Tutik, Op.,cit,.hal. 161
12

a. Benda yang menurut sifatnya bergerak dalam arti benda


itu dapat dipindah atau dipindahkan dari suatu tempat ke
tempat lain seperti sepeda motor, mobil dan lain-lain.
b. Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai
benda bergerak ialah segala hak atas benda-benda
bergerak. Seperti hak memetik hasil dan hak memakai, hak
atas bunga yang harus dibayar selama hidup seseorang.13
Benda tidak bergerak adalah benda yang menurut sifatnya
tidak dapat dipindahpindahkan, seperti tanah dan segala
bangunan yang berdiri melekat diatasnya. Benda tidak bergerak
karena tujuannya adalah benda yang dilekatkan pada benda
tidak bergerak sebagai benda pokoknya, untuk tujuan tertentu,
seperti mesin mesin yang dipasang pada pabrik.Tujuannya adalah
untuk dipakai secara tetap dan tidak untuk dipindah-pindah
(Ps.507 BWI). Benda tidak bergerakkarena undang undang adalah
hak hak yang melekat pada benda tidak bergerak tersebut,
seperti hipotik, crediet verband, hak pakai atas benda tidak
bergaerak,hak memungut hasil atas benda tidak bergerak (Ps.508
BWI).14
Ada 3 golongan benda tidak bergerak yaitu :
1. Benda yang menurut sifatnya tidak bergerak, dan dapat dibagi
menjadi 3
a. Tanah
b. Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karna tumbuh
atau berakar seperti tumbuh-tumbuhan.
c. Segal sesuatu yang tertanam dan bersatu dengan tanah
seperti bangunan
13Titik Triwulan Tutik, Op.cit, hlm. 147.
14Ibid, hlm. 149
13

2.

Benda tak bergerak yang menurut tujuan pemakaianya

supaya bersatu dengan benda tak bergerak seperti mesin-mesin


di pabrik.
3.
Benda tak bergerak yang menurut ketetapan undangundang seperti :
a. Hak hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tak
bergerak ( hak opstal, hak hipotek, hak tanggungan dan
sebagainya ).
b. Kapal-kapal yang berukuran 20 meter kubik keatas.
Arti penting pembedaan benda sebagai bergerak dan tidak
bergerak terletak pada :
a. penguasaannya (bezit), dimana terhadap benda bergerak
maka orang yang menguasai benda tersebut dianggap
sebagai pemiliknya (Ps.1977 BWI); azas ini tidak berlaku
bagi benda tidak bergerak.
b. penyerahannya (levering), yaitu pasal 612 BW terhadap
benda bergerak harus dilakukan secara nyata, sedangkan
pasal 616 BW pada benda tidak bergerak dilakukan
dengan balik nama.
c. kadaluwarsa (verjaaring), yaitu pada benda bergerak tidak
dikenal daluwarsa, sedangkan pada benda tidak bergerak
terdapat kadaluwarsa :
1. Dalam hal ada alas hak, daluwarsanya 20 tahun;
2. Dalam hal tidak ada alas hak, daluwarsanya 30 tahun
d. pembebanannya (bezwaring), dimana untuk benda
bergerak digunakan dengan lembaga jaminan gadai(pand),
sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan hipotik. ( pasal
1150 dan pasal 1162 BW ) kusus mengenai penyerahan hak milik
tanah, setelah berlakunya undang-undang pokok agraria ( UUPA ),
sudah merupakan yurisprudensi tetap, bahwa pemindahan hak

14

milik terjadi pada saat dibuatnya akta jual beli dimuka PPAT, jadi
bukan setelah adanya balik nama.15
e. dalam hal pensitaan (beslag), dimana revindicatoir beslag
(penyitaan untuk menuntut kembali barangnya),hanya dapat
dilakukan terhadap barang barang bergerak. Atau penyitaan
untuk menuntut kembali suatu benda bergerak milik pemohon
sendiri yang berada dikekuasaan orang lain. Hal ini tidak munkin
dilakukan kepada benda tak bergerak. executior beslag adalah
penyitaan yang dilakukan atas putusan pengadilan. Namun
apabila benda bergerak dinilai tidak mencukupi untuk menutupi
hutang debitor kepada kreditor barulah executior beslag
dilakukan terhadap benda-benda tak bergerak.16
Penyitaan untuk melaksanakan putusan pengadilan
(executoir beslah) harus dilakukan terlebih dahulu terhadap
barang barang bergerak, dan apabila masih belum mencukupi
untuk pelunasan hutang tergugat, baru dilakukan executoir
terhadap barang tidak bergerak.
3.

Benda dipakai habis dan benda tidak dipakai habis


Pembedaan ini penting artinya dalam hal pembatalan

perjanjian. Pada perjanjian yang obyeknya adalah benda yang


dipakai habis, pembatalannya sulit untuk mengembalikan seperti
keadaan benda itu semula, oleh karena itu harus diganti dengan
benda lain yang sama / sejenis serta senilai, misalnya beras, kayu
bakar, minyak tanah dan lain-lain.Pada perjanjian yang obyeknya
adalah benda yang tidak dipakai habis tidaklah terlalu sulit bila
perjanjian dibatalkan, karena bendanya masih tetap ada,dan
15Riduan Syahrani, Op. cit., hlm 159
16Titik Triwulan Tutik,Op.cit, hlm. 149.
15

dapat diserahkan kembali, seperti pembatalan jual beli televisi,


kendaraan bermotor, perhiasan dan lain-lain.
4.

Benda sudah ada dan benda akan ada


Arti penting pembedaan ini terletak pada pembebanan

sebagai jaminan hutang, atau pada pelaksanaan perjanjian.


Benda sudah ada dapat dijadikan jaminan hutang dan
pelaksanaan perjanjiannya dengan cara menyerahkan benda
tersebut. Benda akan ada tidak dapat dijadikan jaminan hutang,
bahkan perjanjian yang obyeknya benda akan ada bisa terancam
batal bila pemenuhannya itu tidak mungkin dapat dilaksanakan
(Ps.1320 btr 3 BWI) .
5.

Benda dalam perdagangan dan benda luar

perdagangan
Arti penting dari pembedaan ini terletak pada pemindah
tanganan benda tersebut karena jual beli atau karena warisan.
Benda dalam perdagangan dapat diperjual belikan dengan
bebas, atau diwariskan kepada ahli waris,sedangkan benda luar
perdagangan tidak dapat diperjual belikan atau diwariskan,
umpamanya tanah wakaf, narkotika, benda benda yang
melanggar ketertiban dan kesusilaan.

6.

Benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi


Letak pembedaannya menjadi penting dalam hal

pemenuhan prestasi suatu perjanjian.di mana terhadap benda


yang dapat dibagi, prestasi pemenuhan perjanjian dapat
dilakukan tidak sekaligus, dapat bertahap, misalnya perjanjian
memberikan satu ton gandum dapat dilakukan dalambeberapa

16

kali pengiriman, yang penting jumlah keseluruhannya harus satu


ton. Lain halnya dengan benda yang tidak dapat dibagi, maka
pemenuhan prestasi tidak dapat dilakukan sebagian demi
sebagian, melainkan harus secara seutuhnya, misalnya perjanjian
sewa menyewa mobil, tidak bisa sekarang diserahkan rodanya,
besok baru joknya dlsb.
7.

Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar


Arti penting pembeaannya terletak pada pembuktian

kepemilikannya. Benda terdaftar dibuktikan dengan bukti


pendaftarannya, umumnya berupa sertifikat/dokumen atas nama
si pemilik, seperti tanah, kendaraan bermotor, perusahaan, hak
cipta, telpon, televisi dlsb. Pemerintah lebih mudah melakukan
kontrol atas benda terdaftar, baik dari segi tertib administrasi
kepemilikan maupun dari pembayaran pajaknya. Benda tidak
terdaftar sulit untuk mengetahui dengan pasti siapa pemilik yang
sah atas benda itu, karena berlaku azas siapa yang menguasai
benda itu dianggap sebagai pemiliknya. Contohnya, perhiasan,
alat alat rumah tangga, hewan piaraan, pakaian dlsb.
E. Hak Kebendaan
Setiap manusia dapat memiliki atau menguasai dari pada
benda-benda untuk kepentingannya, oleh karena diperlukan
peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan benda-benda tersebut.17 Menurut buku II BW ( pasal 4991232) tentang benda, meletakkan dasar peraturan-peraturan
hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum antar
sesorang atau bdan hukum atau benda.18
17Ibid, hlm. 152
18Riduan Syahrani, Op. cit., hlm 162
17

1.

Sifat / Karakter Hak kebendaan.


Perbedaan antara hak kebendaan yang diatur dalam Buku II

BWI dengan hak perorangan yang diatur dalam Buku III BWI
adalah sebagai berikut :
A.

Hak kebendaan bersifat mutlak (absolut), karena berlaku

terhadap siapa saja, dan orang lain harus menghormati hak


tersebut, seperti halnya :
1. Hak kepribadian, misalnya: misalnya hak atas nama, hak
kehormatan, dan lain sebagainya.
2. Hak hak dalam hukum keluarga, misalnya hak-hak yang
timbul karena adanya hubungan suami istri
3. Hak mutlak atas suatu benda atau kebendaan
Sedangkan hak perorangan berlaku secara nisbi (relatief),
karena hanya melibatkan orang / pihak tertentu saja, yakni yang
ada dalam suatu perjanjian saja, seperti hak perutangan.19
B.
Hak kebendaan berlangsung lama, bisa jadi selama
seseorang masih hidup, atau bahkan bisa berlanjut setelah
diwariskan kepada ahli warisnya, sedangkan hukum perorangan
berlangsung relatif lebih singkat, yakni sebatas pelaksanaan
perjanjian telah selesai dilakukan.20
C.
Hak kebendaan terbatas pada apa yang telah ditetapkan
dalam peraturan perundangan yang berlaku, tidak boleh
mengarang / menciptakan sendiri hak yangl lainnya, sedangkan
dalam hak perorangan, lingkungannya amat luas, apa saja dapat
dijadikan obyek perjanjian, sepanjang tidakbertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Oleh karena
19Titik Triwulan Tutik, Op.cit, hlm.. 155.
20Soebekti,.Pokok-pokok hokum perdata, .(Jakarta: .Internusa, 2001)
18

itu sering dikatakan hokum kebendaan itu bersifat tertutup,


sedangkan hukum perorangan bersifat terbuka.
Ciri ciri Hak Kebendaan adalah :
a. mutlak / absolut
b. mengikuti benda dimana hak itu melekat, misalnya hak
sewa tetap mengikuti benda itu berada, siapapun yang
memiliki hak diatasnya
c. hak yang ada terlebih dahulu (yang lebih tua),
kedudukannya lebih tinggi; misalnya sebuah rumah
dibebani hipotik 1 dan hipotik 2, maka penyelesaian
hutang atas hipotik 1 harus didahulukan dari hutang atas
hipotik 2.
d. memiliki sifat diutamakan, misalnya suatu rumah harus
dijual untuk melunasi hutang, maka hasil penjualannya
lebih diutamakan untuk melunasi hipotik atas rumah itu.
e. dapat dilakukan gugatan terhadap siapapun yang
mengganggu hak yang bersangkutan.
f. pemindahan hak kebendaan dapat dilakukan kepada
siapapun .
2.

Penggolongan Hak Kebendaan


Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu :
1.

Hak Kebendaaan yang memberi kenikmatan .

Selain yang mengenai tanah, karena sudah diatur dalam


UUPA, maka hak kebendaan yang termasuk dalam kategori ini
adalah ;
- Bezit ; Hak Milik (eigendom) ; Hak Memungut Hasil ; Hak
Pakai ;
- Hak Mendiami
Hak atas tanah yang dengan berlakunya UUPA dinyatakan tidak
berlaku lagi :
19

Hak bezit atas tanah ; Hak eigendom atas tanah


Hak servitut ; Hak opstal ; Hak erfpacht ; Hak bunga atas

tanah
Hak pakai atas tanah

Dengan berlakunya UUPA, pengganti dari hak atas tanah


yang dihapus adalah :
Hak Milik ; Hak Guna Usaha ; Hak Guna Bangunan ; Hak
Pakai
Hak Sewa untuk bangunan ; Hak membuka tanah dan
memungut hasil hutan
Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan
Hak guna ruang angkasa
Hak hak tanah untuk kepentingan keagamaan dan social21
2. Hak Kebendaan Yang bersifat Memberi Jaminan
Hak kebendaan yang memberikan jaminan yaitu hak yang
memberi kepada yang berhak ( kreditor ), hak didahulukan untuk
mengambil pelunasan dari hasil penjualan barang yang
dibebani.22 Seperti:
Hak Gadai (pandrechts)
Hipotik
Credietverband
Privilege (piutang yang di istimewakan).
Fiducia
4.3. Perolehan Hak Kebendaan
Ada beberapa cara untuk memperoleh hak kebendaan,
seperti :
21Titik Triwulan Tutik, Op.cit, hlm.. 155.
22Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: Sinar Grafika, hlm
10

20

1.

Melaui Pengakuan

Benda yang tidak diketahui siapa pemiliknya (res nullius)


kemudian didapatkan dan diakui oleh seseorang yang
mendapatkannya, dianggap sebagai pemiliknya. Contohnya,
orang yang menangkap ikan, barang siapa yang mendapat ikan
itu dan kemudian mengaku sebagai pemiliknya, dialah pemilik
ikan tersebut. Demikian pula halnya dengan berburu dihutan,
menggali harta karun dlsb.
2.

Melalui Penemuan

Benda yang semula milik orang lain akan tetapi lepas dari
penguasaannya, karena misalnya jatuh di perjalanan, maka
barang siapa yang menemukan barang tersebut dan ia tidak
mengetahui siapa pemiliknya, menjadi pemilik barang yang
diketemukannya .
Contoh ini adalah aplikasi hak bezit.
3.

Melalui Penyerahan

Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui


penyerahan berdasarkan alas hak (rechts titel) tertentu, seperti
jual beli, sewa menyewa, hibah warisan dlsb Dengan adanya
penyerahan maka titel berpindah kepada siapa benda itu
diserahkan.
4.

Dengan Daluwarsa

Barang siapa menguasai benda bergerak yang dia tidak


ketahui pemilik benda itu sebelumnya (misalnya karena
menemukannya), hak milik atas benda itu diperoleh setelah lewat
waktu 3 tahun sejak orang tersebut menguasai benda yang
bersangkutan.
Untuk benda tidak bergerak, daluwarsanya adalah :

21

jika ada alas hak, 20 tahun


jika tidak ada alas hak, 30 tahun
5.

Melalui Pewarisan

Hak kebendaan bisa diperoleh melalui warisan berdasarkan


hukum waris yang berlaku, bisa hukum adat, hukum Islam atau
hukum barat.
6.

Dengan Penciptaan

Seseorang yang menciptakan benda baru, baik dari benda


yang sudah ada maupun samasekali baru, dapat memperoleh
hak milik atas benda ciptaannya itu.Contohnya orang yang
menciptakan patung dari sebatang kayu, menjadi pemilik patung
itu, demikian pula hak kebendaan tidak berwujud seperti hak
paten, hak cipta dan lain sabagainya.
7.

Dengan cara ikutan / turunan

Seseorang yang membeli seekor sapi yang sedang bunting


maka anak sapi yang dilahirkan dari induknya itu menjadi
miliknya juga. Demikian pula orang yang membeli sebidang
tanah, ternyata diatas tanah itu kemudian tumbuh pohon durian,
maka pohon durian itu termasuk milik orang yang membeli tanah
tersebut.
4.4. Hapusnya Hak Kebendaan
Hak kebendaan dapat hapus / lenyap karena hal hal :
1.

Bendanya Lenyap / musnah

Karena musnahnya sesuatu benda, maka hak atas benda


tersebut ikut lenyap, misalnya hak sewa atas sebuah rumah yang
habis/musnah ketimbun longsoran tanah gunung, menjadi

22

musnah juga. Atau, hak gadai atas sebuah sepeda motor, ikut
habis apabila barang tersebut musnah karena kebakaran .
2.

Karena dipindah-tangankan

Hak milik, hak memungut hasil atau hak pakai menjadi


hapus bila benda yangbersangkutan dipindah tangankan kepada
orang lain.
3.

Karena Pelepasan Hak

Dalam hal ini pada umumnya pelepasan yang bersangkutan


dilakukan secara sengaja oleh yang memiliki hak tersebut, seperti
radio yang rusak dibuangketempat sampah. Dalam hal ini maka
halk kepemilikan menjadi hapus dan bisa menjadi hak milik orang
lain yang menemukan radio tersebut.
4.

Karena Kadaluwarsa

Daluwarsa untuk barang tidak bergerak pada umumnya 30


tahun (karena ada alas hak), sedangkan untuk benda bergerak 3
tahun.
5.

Karena Pencabutan Hak

Penguasa publik dapat mencabut hak kepemilikan seseorang


atas benda tertentu, dengan memenuhi syarat :
harus didasarkan suatu undang undang
dilakukan untuk kepentingan umum (dengan ganti rugi
yang layak )

BAB III

23

PENUTUP
A. Kesimpulan
Benda dalam konteks hukum perdata adalah segala sesuatu
yang dapat diberikan/diletakkan suatu Hak diatasnya, utamanya
yang berupa hak milik. Dasar hukumnya ialah beberapa undangundang yang berlaku.
Asas-asas hukum benda
1. Asas
2. Asas
3. Asas
4. Asas
5. Asas
6. Asas
7. Asas
8. Asas
9. Asas
10.

hukum pemaksa (dewingenrecht)


dapat di pindah tangankan
individualitas (individualiteit)
totalitas (totaliteit)
tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid)
prioritas (prioriteit)
percampuran (Verminging)
pengaturan dan perlakuan
publisitas (publiciteit)
Asas mengenai sifat perjanjiannya kebendaan / Asas

bahwa hak kebendaan mempunyai sifat (zakelijk


overeenkomst)
Macam-macam benda
1.

Benda berwujud dan benda tidak berwujud

2.

Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak

3.

Benda dipakai habis dan benda tidak dipakai habis

4.

Benda sudah ada dan benda akan ada

5.

Benda dalam perdagangan dan benda luar perdagangan

6.

Benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi

7.

Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar


Hak kebendaa ada karenasetiap manusia dapat memiliki
atau menguasai dari pada benda-benda untuk kepentingannya,
oleh karena itu diperlukan peraturan-peraturan hukum yang
mengatur hubungan manusia dengan benda-benda tersebut.

24

DAFTAR PUSTAKA
HS, Salim. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta. Sinar
Grafika.tt.
Prodjodikoro, Wirjdono.dalam Riduan Syahrani. Seluk Beluk Dan
Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung. Alumni. 1981.
Soebekti. Pokok-Pokok Hokum Perdata. Jakarta.Internusa. 2001.
Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen. Hukum Perdata. Yogyakarta.
Liberty. 1981.
Tutik, Titik Triwulan. Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum
Nasional. Jakarta. Kencana. 2010.
Usman, Rachmadi. hukum kebendaan. Jakarta. Sinar Grafika.
2013.
Widjaja, Gunawan. Seri Hukum Bisnis,Memahami Prinsip
Keterbukaan Dalam Hukum Perdata. Jakarta. Raja grafindo
persada. 2007.

25

You might also like