You are on page 1of 2

Mega Febia Suryajayanti

13/345714/KU/15661
Perbedaan antara Blanket Supplementary Feeding Program dan
Targeted Supplementary Feeding Program
Supplementary Feeding Programmes (SFPs) menyediakan makanan bergizi
sebagai tambahan pada ransum yang dibagikan. Tujuannya adalah untuk
merehabilitasi penduduk yang mengalami malnutrisi atau untuk mencegah
penurunan status gizi pada kelompok penduduk yang beresiko tinggi, yang
terfokus pada anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui. SPFs ini terdiri dari dua
yaitu blanket supplementary feeding programme (PMT darurat) dan targeted
supplementary feeding programme (PMT darurat terbatas). (WFP, 2009)
1. Blanket supplementary feeding programme (PMT darurat)
Pemberian makanan tambahan kepada seluruh kelompok rentan: anak balita,
wanita hamil, dan ibu menyusui (khususnya sampai 6 bulan setelah melahirkan)
yang bertujuan mencegah memburuknya keadaan gizi pengungsi (Kemenkes,
2011). Tujuan utama blanket supplementary feeding programme adalah untuk
mencegah penyebaran malnutrisi dan untuk mencegah mortalitas dari kelompok
beresiko dengan menyediakan suplemen makanan/miko nutrient untuk semua
anggota dalam kelompok beresiko (balita,
batita, ibu menyusui, ibu hamil dll) serta
menurunkan angka malnutrisi. (WFP, 2009)
Blanket SFPs diberikan jika salah satu
atau lebih kriteria: ransum general tidak
terdistribusi
dengan
baik,
prevalensi
malnutrisi akut >15%, prevalensi malnutrisi
akut dengan faktor pemberat 10-14%,
mengantisipasi meningkatnya angka gizi
buruk akibat epidemik musiman, meningkat
dan menyebarnya defisiensi mikronutrien.
(WFP, 2009)
2. Targeted supplementary feeding
programme (PMT darurat
terbatas)
Pemberian makanan tambahan kepada
kelompok rentan yang menderita gizi kurang
(Kemenkes, 2011). Targeted supplementary
feeding programme bertujuan untuk mencegah gizi buruk menjadi lebih parah
(moderatesevere). Progam ini biasanya memberikan tambahan makanan pada
gizi kurang, gizi buruk dan ibu hamil, ibu menyusui. (WFP, 2009)
Targeted SFPs diberikan ketika terdapat satu atau lebih kondisi: terdapat
banyak prevalensi malnutrisi (10-14% malnutrisi akut), terdapat banyak jumlah
anak-anak yang terprediksi menjadi malnutrisi karena faktor rendahnya
ketahanan pangan dan tingginya penyebaran penyakit. Prevalensi 5-9%
malnutrisi akut dengan faktor pemberat. (WFP, 2009)
Targeted SFPs berhenti diberikan jika: distribusi makanan telah mencukupi
dan memenuhi kebutuhan nutrisi, prevalensi malnutrisi akut dibawah 10% tanpa
faktor pemberat, penyakit infeksi dapat dikontrol dengan baik, tidak diharapkan
terjadinya penuruan status gizi. Jika prevalensi malnutrisi dibawah 10% dan
dibawah 5% dengan faktor pemberat namun jumlah dari anak-anak yang
menderita cukup banyak belum dapat menghentikan targeted SFPs. Kondisi yang
sama juga berlaku jika dalam keadaan tidak stabil dan tidak aman. (WFP, 2009)
Referensi

Depkes RI. 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat


Bencana. Jakarta: Depkes RI
WFP. 2009. Guidelines for Selective Feeding the Management of Malnutrition in
Emergencies. Geneva: UNHCR/WFP

You might also like