Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal. Untuk perseorangan, istilah
ekuitas (ekuitas pemegang saham atau stockholders' equity) lebih merefleksi kata yang ingin
dikandungnya.Istilah modal sering digunakan pula sebagai padan kata equity walaupun
modal lebih dekat maknanya dengan istilah capital.Ekuitas mengandung unsur kepemilikan
(ownership), untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk
menghindari kesan adanya pemilikan.
karena konsep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan,
informasi tentang akuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut
menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. dari sudut
pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang
tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang
saham merupakan "utang" perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, ekuitas
pemegang saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antara perseroan
dan pemegang saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana
melaporkan atau menyajikan informasi elemen ini agar hubungan dan tanggung jawab
yuridis dapat dipertahankan.
karena konsep kesatuan usaha menuntut artikulasi
terdapat masalah semantik atau definisional dalam pembahasan ekuitas seperti halnya elemen
pendapatan, biaya dan laba. Teori ekuitas yang bersifat semantik adalah teori sudut pandang
atau teori entitas. Ekuitas pemegang saham itu sendiri terdiri atas dua komponen penting
yaitu modal setoran (paid-in atau contributed capital) dan laba ditahan (retained earnings).
sebagai pasangan modal setoran, laba ditahan dapat disebut sebagai modal bentukan atau
cioptaan (earned capital).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bentuk korporasi
Perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang
dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada
perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di dalamnya.
Dari segi kepemilikan, Perseroan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Perseroan Sektor Masyarakat;
unit-unit pemerintah atau operasi bisnis yg dimiliki unit-unit pemerintah (seperti
Federal Deposit Insurance Corp)
2. Perseroan Sektor Swasta
a. Bukan Saham: bersifat nirlaba & tak menerbitkan saham (seperti tempat
ibadah, yayasan sosial & sekolah)
b. Saham: yang beroperasi untuk mencari laba & menerbitkan saham
i. Perseroan tertutup (non-publik): saham dipegang oleh beberapa pemegang saham
(mungkin satu keluarga) & tak tersedia utk pembelian umum.
ii. Perseroan terbuka : saham dijual secara luas & dipegang oleh masyarakat umum
(a). Perseroan terdaftar : saham diperdagangkan pada suatu bursa efek/stock
exchange yang terorganisasi
(b).Perseroan
tak
terdaftar/paralel
(over-thecounter
corp):
saham
Saham ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim dibagi atas 2 yaitu :
Saham biasa (common stock)
Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling terakhir
terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi karena pemilik saham biasa ini tidak memiliki
hak-hak istimewa. Pemilik saham biasa juga tidak akan memperoleh pembayaran
dividen selama perusahaan tidak memperoleh laba.
Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham
/RUPS dengan ketentuan one share one vote. Pemegang saham biasa memiliki
tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan
memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain.
Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara
obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti
bunga obligasi). Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada 3 (tiga)
hal yaitu ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa
berlaku dari saham dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan
saham biasa.
Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki
hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu
Income Stocks
Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih
tinggi dari rata rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan
secara teratur membagikan dividen tunai.
Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.
Growth Stocks
(Well Known)
Saham saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi,
sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
(Lesser Known)
Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri
growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di
kalangan emiten.
Speculative Stock
Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh
penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan
penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
Counter Cyclical Stocks
Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis
secara umum.
Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu
memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam
memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
2.4 Saldo laba
Besarnya saldo laba merupakan klaim pemegang saham atas total asset perusahaan. Namun
bukan klaim suatu asset tertentu maupun nilai asetnya. Misalkan saldo laba bukan
mencerminkan nilai kas perusahaan. Hal ini disebabkan adanya dasar akrual dalam
melakukan pengakuan dan adanya investasi dilakukan perusahaan. Batasan Penggunaan
Saldo Laba Saldo laba biasanya dibagiakan dalam bentuk deviden, namun penggunaan saldo
laba dapat dibatasi. Pembatasan tersebut dapat dengan alasa yakni:
1. Batasan Legal Terdapat undang-undang yang membatasi penggunaan saldo laba untuk
pembelian saham treasuri. Hal ini menjaga keutuhan modal disetor dan ketika saham
treasuri dijual maka batasan tersebut tidak berlaku.
2. Batasan Kontraktual Kontrak hutang jangka panjang mungkin mensyaratkan batasan
penggunaan saldo laba, misalkan pembagian deviden. Hal ini mungkin perusahaan untuk
membayar hutangnya menjadi lebih baik.
3. Batasan Sukarela Dewan dereksi mungkin secara sukarela membatasi penggunaan saldo
laba untuk tujuan-tujuan tertentu. Misalkan ingin melakukan investasi pabrik, perusahaan
dapat saja tidak membagikan deviden kepada pemegang saham atas saldo laba.
Penyesuaain Periode Sebelumnyaa. Yang dimaksud periode sebelumnya adalah kesalahan
yang dilakukan pada periode sebelumnya yang diketahui dan dikoreksi pada periode
sekarang. Kesalahan tersebut dapat diakibatkan oleh kesalahan matematik atau hitungan,
kesalahan dalam menerapkan prinsip akuntansi, dan kesalahan akibat kekeliruan atau
kekhilafan menafsirkan fakta pada saat laporan keuangan disusun. Tidak termasuk
kesalahan perubahan umur aktiva tetap dan nilai residu, dan perubahan jumlah taksiran
kerugian piutang. Hal-hal yang disebutkan terakhir dilaporkan dalam laporan rugi-laba,
sedangkan untuk kesalahan-kesalahan sebelumnya didebitkan atau dikreditkan kelaba
yang ditahan.
Penyusaian tersebut akan nampak sebagai berikut:
Laba ditahan, saldo awal xxx
memperoleh dividen dan sudah boleh untuk menjual saham yang dimilikinya.
Date of Record/ Recording Date, yaitu tanggal dimana investor harus terdaftar atau
menentukan daftar nama dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan sehingga ia
Menemtukan tanggal dan jam pendaftaran pemegang saham yang berhak menerima
pembagian dividen tunai kepada perseroan/perusahaan yang bersangkutan.
Menentukan distribusi pembagian dividen tunai, dapat melalui:
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia atau KSEI (koloktif)
Broker
Hal ini tergantung lewat perantara mana pemegang saham mengalokasikan bagian
dividen tunainya.
Menentukan tanggal dan jam pembagian dividen tunai kepada pemegang saham
4
5
a Kontrak utang. Biasanya membatasi pembagian dividen dari laba yang dihasilkan setelah
pinjaman diberikan. Kontrak utang juga seringkali mengisyaratkan bahwa tidak ada dividen yang
dapat dibagikan kecuali kalau rasio lancar, rasio kemampuan membayar bunga, dan rasio-rasio
pengaman lain melebihi batas minimum yang ditetapakan.
b Pembatasan saham preferen. Biasanya, dividen saham biasa tidak dapat dibayarkan jika
perusahaan belum mambayarkan dividen untuk saham peferennya. Dividen saham preferen yang
tertunggak harus dilunasi sebelum dividen saham biasa dibayarkan.
c Ketidakcukupan laba. Pembayaran dividen tidak boleh melebihi laba yang ditahan pada pos
neraca.
d Ketersediaan kas. Dividen tunai dapat dibagikan hanya dengan uang kas. Jadi, kekurangan kas
di bank dapat membatasi pembagian dividen. Akan tetapi, hal itu bias diatasi apabila perusahaan
memperoleh pinjaman.
e Denda pajak atas penahanan laba yang tidak wajar. Untuk mencegah agar orang kaya tidak
menggunakan perusahaan untuk menghindari pajak pribadi, peraturan pajak membuat ketentuan
khusus mengenai penimbunan penghasilan yang tidak wajar. Jadi, apabila direktorat pajak dapat
menunjukan bahwa rasio pembayaran dividen perusahaan sengaja dibuat rendah untuk menolong
para pemegang saham menghindari pajak pribadi, perusahaan tersebut akan dikenakan denda
yang berat.
2. Tambahan modal disetor (modal yang melebihi nilai pari atau nilai ditetapkan)
3. Laba ditahan
Dua kategori pertama, yaitu modal saham dan tambhan modal disetor merupakan modal
kontribusi, sementara laba ditahan merupakan modal yang diperoleh perusahaan.
2. Penambahan
3. Pengurangan
4. Saldo pada akhir periode
ANALISIS
Beberapa rasio menggunakan jumlah yang berkaitan dengan ekuitas pemegang saham untuk
mengevaluasi profitabilitas dan solvensi jangka panjang terdiri dari :
1. Rasio Pengembalian atas ekuitas saham biasa
2. Rasio pembayaran
3. Rasio harga laba
4. Rasio nilai buku per saham
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisik dan konseptual antara manajemen dan
pemilik. Ekuitas pemegang saham menggambarkan hubungan yuridis antara perseroan
dengan para pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen yaitu
modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecahkan menjadi modal yuridis dan
modal setoran lain.
Ekuitas didefinisikan secara sintatik sebagai hak residual atas aset perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi secara sintatik bukan semantik
karena keperluan untuk memprtahankan artikulasi statemen keuangan. Ekuitas
mengandung makna pemilikan. Oleh karena itu, untuk organisasi nonbisnis ekuitas sering
disebut sebagai aset bersih.
Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal, yaitu hak atas penyelesaian klaim, hak
penggunaan aset, dan substansi perjanjian (yuridis). Walaupun demikian, atas dasar
konsep kesatuan usaha kreditor dan investor dipandang sebagai pihak luar perusahaan
yang terpisah dari manajemen.
Modal setoran perlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal setoran merupakan
suatu bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya sedangkan laba
ditahan merupakan modal yang tercipta atau terhimpun karena pemanfaatan aset. Modal
setoran merupakan perubahaan aset dalam rangka pendanaan (transaksi modal)
sedangkan laba ditahan merupakan perubahan aset dalam rangka produksi
(transaksi operasi).
Kontrak yang sesungguhnya antara pemegang saham dan perseroan ditunjukan oleh
keseluruhan dana yang disetor (modal setoran) tanpa memperhatikan adanya modal
yuridis atau modal saham yang sering dianggap sebagai batas perlindungan bagi pihak
lain. Pemisahan dan pelaporan modal yuridis tidak menjadi masalah secara teknis. Akan
tetapi, secara konseptual modal yuridis dan modal setoran lain harus ditotal untuk
menunjukan modal setoran yang harus dibedakan dengan laba ditahan. Dari segi
akuntansi, yang mendasarkan diri pada konsep dasar substansi di atas bentuk, ekuitas
pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik tertanam dalam perseroan
termasuk laba ditahan.
Modal setoran dapat bertambah karena pemesanan saham, konversi status obligasi,
konveersi status saham istimewa, dividen saham, dan hak beli saham. Trnsaksi yang
menyangkut hal-hal tersebut merupakan transaksi modal sehingga tidak melibatkan sama
sekali laba atau rugi meskipun dalam beberapa kasus dapat melibatkan laba ditahan.
Modal setoran dapat berkurang karena saham treasuri. Masalah yang berkaitan dengan
saham treasuri adalah:
Dua konsep dapat diterapkan yaitu konsep satu transaksi dan konsep dua transaksi.
Beberapa pos yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi laba ditahan dan dilaporkan
sebagai penyesuai laba ditahan
pengaruh perubahan akuntansi, dan kuasi reorganisasi. Secara umum, perubahan akibat
ketiga komponen pertama diperlakukan sebagai transaksi operasi sehingga dilaporkan
dalam statemen laba-rugi. Kuasi reorganisasi akan mempengaruhi laba ditahan secara
langsung.
Kuasi-reorganisasi dilakukan apabila terdapatdefisit yang sukup besar tetapi perusahaan
masih berjalan baik dan mempunyai prospek yang baik pula. Hal ini, dilakukan untuk
mengatasi keadaan yang disebut bangkrut secara teknis sehingga perusahaan bebas dari
kemungkian bangkrut. atau pailit yang secara hukum mengarah ke likuidasi.
3.2.
Saran
Alasan mendasar dianutnya pendekatan penyajian laba semua termasuk adalah konsep
pemanfaatan aset. statemen laba-rugi harus menyajikan secara efektif semua akibat dari
pemanfaatan aset yang diserahkan sepenuhnya kepada manajemen. Pemisahan laba
menjadi normal dan tidak normal dalam dua statemen (laba rugi dan laba ditahan) akan
cenderung mengalihkan pusat perhatian pemakai secara tidak semestinyake laba normal
dan dengan demikian secara tidak sadar mengurangi perhatian pembaca akan keefektifan