Professional Documents
Culture Documents
Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Maka, kita sebagai orang tua bertanggung
jawab terhadap amanah ini. Tidak sedikit kesalahan dan kelalaian dalam mendidik anak telah
menjadi fenomena yang nyata. Sungguh merupakan malapetaka besar ; dan termasuk
menghianati amanah Allah.
Adapun rumah, adalah sekolah pertama bagi anak. Kumpulan dari beberapa rumah itu akan
membentuk sebuah bangunan masyarakat. Bagi seorang anak, sebelum mendapatkan
pendidikan di sekolah dan masyarakat, ia akan mendapatkan pendidikan di rumah dan
keluarganya. Ia merupakan prototype kedua orang tuanya dalam berinteraksi sosial. Oleh
karena itu, disinilah peran dan tanggung jawab orang tua, dituntut untuk tidak lalai dalam
mendidik anak-anak.
“Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya” [An-Nisa : 58]
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhamamd) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui” [Al-Anfal : 27]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban terhadap yang
dipimpin. Maka, seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap yang
dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan bertanggung jawab
terhadap yang dipimpinnya” [Hadits Riwayat Al-Bukhari]
“Artinya : Barangsiapa diberi amanah oleh Allah untuk memimpin lalu ia mati (sedangkan pada)
hari kematiannya dalam keadaan mengkhianati amanahnya itu, niscaya Allah mengharamkan
sorga bagianya” [Hadits Riwayat Al-Bukhari]
1/4
Sepuluh Kesalahan Dalam Mendidik Anak
jawab yang besar, tetapi masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah
ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian
terhadap perkembangan anak-anaknya.
Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari
aturan agama dan tatanan sosial, banyak orang tua mulai kebakaran jenggot atau justru
menyalahkan anaknya. Tragisnya, banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang
tuanyalah yang menjadi penyebab utama munculnya sikap durhaka itu.
Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ; yang tanpa kita sadari
memberi andil munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja.
Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik
anak-anaknya.
Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri.
Atau misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau
lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi
ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya, menampar wajahnya, atau
memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras
tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.
[2]. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu
Dianggap Sebagai Sikap Pemberani.
Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah,
tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau
congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila
memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong, karena ia tahu, jika Allah tidak
suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada binatang buas yang
membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan
kebenaran.
2/4
Sepuluh Kesalahan Dalam Mendidik Anak
Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa
memikirkan baik dan buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu
bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya si anak minta tas baru yang
sedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya
akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaanya,
maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya
mencari nafkah. Serta mereka akan menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya
dengan baik.
[5]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih Kecil.
Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita menolaknya karena suatu
alasan, ia akan memaksa atau mengeluarkan senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang tua
akan segera memenuhi permintaannya karena kasihan atau agar anak segera berhenti
menangis. Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi lemah, cengeng dan tidak punya jati
diri.
[6]. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran.
Misalnya dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan cacian,
ataupun dengan cara-cara keras lainnya. Ini kadang terjadi ketika sang anak sengaja berbuat
salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali melakukannya.
[8]. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka Mencari Kasih
Sayang Diluar Rumah Hingga Menemukan Yang Dicarinya.
Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam
pergaulan bebas –waiyadzubillah-. Seorang anak perempuan misalnya, karena tidak mendapat
perhatian dari keluarganya ia mencari perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya.
Dia merasa senang mendapatkan perhatian dari laki-laki itu, karena sering memujinya, merayu
dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan kehormatannya demi cinta semu.
3/4
Sepuluh Kesalahan Dalam Mendidik Anak
Demikianlah sepuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua. Yang mungkin kita juga tidak
menyadari bila telah melakukannya. Untuk itu, marilah berusaha untuk terus menerus mencari
ilmu, terutama berkaitan dengan pendidikan anak, agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan
dalam mendidik anak, yang bisa menjadi fatal akibatnya bagi masa depan mereka. Kita selalu
berdo’a, semoga anak-anak kita tumbuh menjadi generasi shalih dan shalihah serta berakhlak
mulia. Wallahu a’lam bishshawab.
[Disadur oleh Ummu Shofia dari kitab At-Taqshir Fi Tarbiyatil Aulad, Al-Mazhahir Subulul
Wiqayati Wal Ilaj, Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd]
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun VII/1424H/20004M, Penerbit Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta. Jl Solo – Purwodadi Km 8 Selokaton, Gondangrejo – Solo]
4/4