You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang

Histologi adalah salah satu cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mengenai
jaringan secara detail dengan memakai mikroskop mengamati jaringan yang
dipotong tipis. Histologi dikenal juga dengan ilmu anatomi makroskopis. Histologi
berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi dan sel-sel dalam tubuh manusia, hewan
dan juga tumbuhan (Junqueira, 1995)
Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan
fungsi yang sama. Jaringan-jaringan yang berbeda dapat bekerja sama untuk suatu
fungsi fisiologi yang sama dan membentuk organ. Jaringan dipelajari dalam suatu
cabang ilmu biologi yang dinamakan histologi.Histologi merupakan salah satu
cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail dengan
menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat
juga disebut ilmu anatomi mikroskopis. Histologi sangat berguna dalam mempelajari
fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh baik manusia, hewan dan tumbuhan (Linda,
1988).
Manusia dalam kesehariannya banyak melakukan aktivitas seperti bekerja,
berlari, berjalan, duduk dan berdiri. Untuk melakukan kegiatan tersebut tubuh
manusia ditunjang dengan adanya rangka. System rangka adalah suatu system organ
yang memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup. Rangka manusia dibentuk
dari tulang tunggal atau gabungan (seperti tengkorak) yang ditunjang oleh struktur
lain seperti ligament, tendon, otot, dan organ lainnya (Purnomo,2008).
Protein struktural dasar berkembang selama proses evolusi, yang diubah
menjadi berbagai tingkat kekerasan, elastisitas dan kekuatan, tergantung kepada
pengaruh lingkungan dan keperluan fungsional dari organisme tersebut. Protein ini
adalah kolagen dan contoh-contoh utama diantara berbagai modifikasinya adalah
kulit, membran basalis, tulang rawan dan tulang keras. Tulang merupakan salah satu
jaringan terkeras didalam tubuh manusia. Sebagai unsur utama kerangka tubuh,
tulang ini menyokong struktur-struktur berdaging, melindungi organ-organ vital
seperti yang terdapat dalam rongga tengkorak dan dada dan mengandung sumsum
tulang dimana sel darah dibentuk. Disamping fungsi-fungsi ini, tulang membentuk
suatu sistem yang melipat gandakan kekuatan yang timbul selama kontraksi otot
rangka dan mengubahnya menjadi gerakan tubuh (Harjana, 2011).
Tulang juga merupakan organ yang mengandung mineral kalsium paling
banyak diantara organ tubuh lainnya. Rangka tubuh manusia tersusun atas berbagai
bentuk tulang yang saling berhubungan. Secara garis besar tulang-tulang yang
menyusun rangka pada tubuh dikelompokkan menjadi tulang-tulang tengkorak,
tulang-tulang badan, dan tulang-tulang anggota badan (Junqueira, 1995).

Tulang disebut alat gerak pasif karena tulang tidak dapat melakukan
pergerakannya sendiri. Tanpa adanya alat gerak aktif yang menempel pada tulang,
maka tulang-tulang pada manusia dan hewan akan diam dan tidak membentuk alat
pergerakan yang sesungguhnya, tetapi walaupun tulang merupakan alat gerak pasif,
ia mempunyai peranan yang besar dalam sistem gerak manusia dan hewan
(Tambajong, 1995).
Tulang juga merupakan organ yang mengandung mineral kalsium paling
banyak diantara organ tubuh lainnya. Rangka tubuh manusia tersusun atas berbagai
bentuk tulang yang saling berhubungan. Secara garis besar tulang-tulang yang
menyusun rangka pada tubuh dikelompokkan menjadi tulang-tulang tengkorak,
tulang-tulang badan, dan tulang-tulang anggota badan (Junqueira,1995).
Menurut Widarto (1997), jaringan tulang tersusun oleh osteosit dan matriks
tulang. Osteosit banyak mengeluarkan senyawa kapur dan phosphat ke dalam matriks
tulang sehingga menyebabkan tulang menjadi keras. Bila matriks tulang ini padat
dan rapat maka yang terbentuk adalah tulang keras, misalnya tulang pipa. Sedangkan
bila matriks tulang tidak rapat maka akan terbentuk tulang spons, misalnya tulang
pipih dan tulang pendek. Selain dari matriks ini, tulang juga dapat dibedakan menjadi
dua berdasarkan bahan pembentuknya yaitu tulang rawan (kartilago) dan tulang
keras (osteon).
Segala sistem dari penggerakan tubuh secara aktif dilakukan oleh sistem
rangka. Sistem rangka merupakan suatu sistem yang amat penting sistem
penggerakan tubuh. Sistem rangka manusia juga tidak hanya melakukan tugasnya
sebagai sistem gerak pasif saja melainkan juga melakukan fungsi lain, seperti
pemberi bentuk tubuh, tempat mineral dan kalsium, tempat melekatnya otot, tempat
pembentukan sel darah merah, tempat perlindungan organ organ tubuh yang vital
seperti jantung, paru-paru, hati, pankreas dan yang lain lain (Bloom,2002).
Otot disebut alat gerak aktif karena otot memilik senyawa kimia yaitu protein
aktin dan myosin yang bergabung menjadi satu membentuk aktomiosin. Dengan
aktomiosin inilah otot dapat bergerak, sehingga pada saat otot menempel pada tulang
dan bergerak dengan otomatis tulang juga akan ikut bergerak. Sel-sel kerangka dalah
sel-sel silindris berbentuk prisma yang rata-rata 3 cm panjangnya tetapi yang
bervariasi dari sekitar 1 mm. serat-seratnya bersatu dalam kelompok menjadi berkasberkas disebut fasikili yang beraneka ragam dalam ukuranya. Otot-otot dari
penampilan morfologi yang persis sama dengan otot kerangka di jumpai pada
berbagai tempat dimana ia tidak terikat pada tulang (Adnan, 2011).
Untuk lebih mengetahui dan memahami hal-hal sehubungan dengan jaringan
tulang, rangka, otot dan integument, maka dilakukanlah praktikum dengan
menggunakanmikroskop, agar lebih mempermudah mahasiswa mengetahui dengan
tidak hanya mempelajari buku pegangan saja. Hal-hal tersebut yang melatar
belakangi praktikum kali ini, agar praktikan dapat melihat secara langsung bagianbagian histologi dari jaringan rangka, tulang, otot dan integumen serta mampu
membandingkan strukturnya masing-masing.

1.2.

Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar praktikan mampu


mengetahui, memahami, mengamati, dan mengidentifikasi histologi tulang, rangka,
otot dan integumen dari vertebrata.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada
makhluk hidup. Sistem rangka umumnya dibagi menjadi tiga tipe: eksternal, internal,
dan basis cairan (rangka hidrostatik), walaupun sistem rangka hidrostatik dapat pula
dikelompokkan secara terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur
penunjang. Rangka manusia dibentuk dari tulang tunggal atau gabungan (seperti
tengkorak) yang ditunjang oleh struktur lain seperti ligamen, tendon, otot, dan organ
lainnya. Rata-rata manusia dewasa memiliki 206 tulang, walaupun jumlah ini dapat
bervariasi antara individu (Bloom,2002).
Tubuh manusia diperkuat, disangga, dan ditegakkan oleh
bagian-bagian yang tidak bisa kita lihat yaitu tulang. Tanpa tulang
tubuh akan terkulai seperti ubur-ubur. Tulang melakukan banyak
tugas. Tulang panjang di lengan bekerja seperti pengungkit untuk
mengulurkan tangan. Tulang jari membuat kita bisa menggenggam
dan memegang. Tulang kaki juga bekerja seperti pengungkit ketika
kita berjalan dan berlari. Tulang melindungi bagian tubuh yang
lebih lunak. Tengkorak yang berbentuk kubah melindungi otak.
Tulang rusuk didada sepeti jeruji kurungan untuk melindungi
jantung dan paru-paru di dalamnnnya. Tulang juga menghasilkan
sel-sel darah. Tulang berisi benang yang terbuat dari zat yang kuat
dan sedikit bercabang yang di sebut kalogen(Steve Parker, 2003).
Susunan sistem kerangka terdiri dari kira-kira 206 buah yang satu sama
lainnya berhubungan. Tulang-tulang ini secara umum terdiri dari: tulang
kepala/tengkorak (8 buah), tulang wajah (14 buah), tulang telinga dalam (6 buah),
tulang lidah (1 buah), tulang dada (25 buah), tulang belakang dan gelang panggul (26
buah), tulang anggota gerak atas (64 buah), dan tulang anggota gerak bawah (62
buah)(Campbell, 1974).Tulang merupakan jaringan luar biasa karena ia terusmenerus dibentuk kembali dan di organisasi dalam proses pelaksanaan fungsi
penumpu dan pengaturan kalsium. Dari awal permulaannya, tulang itu berperan
sebagai jaringan yang luar biasa dinamisnya, hal ini karena tulang itu memiliki
struktur yang terus menerus berubah-ubah (Tambajong, 1995). Menurut Linda
(1988), tulang secara arsitektural direncanakan sebagai jaringan yang ringan tetapi
luar biasa kuat untuk menanggung beban yang bergaris-garis tekanan diakibatkan
oleh dukungan beban yang kuat. Untuk melaksanakan ini, matriksnya termineralisasi
sepanjang susunan-susunan serat yang tinggi pengorganisasiannya.
Pada kedua jaringan itu, sel-sel membentuk dan memelihara matriks
terperangkap didalam kulit keras matriks yang disebut lacuna, tetapi bentuk lacuna
ini bersifat khas untuk masing-masing jenis jaringan. Kedua jaringan itu tertutup oleh

suatu lembar jaringan penyambung padat dan teratur yang mengandung persendian
darah dan suatu populasi sel-sel batang yang terus menerus melahirkan sel
pembentuk matriks baru, sel kondrogen dan sel osteon, masing-masing untuk tulang
rawan dan tulang. Kedua jaringan itu dapat tumbuh dengan pembentukan lapis-lapis
mulai dari tepi (Bevelander, 1988).Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri
atas materi intersel yang mengapur, yaitu matriks tulang, dan 3 jenis sel, osteosit
yang terdapat dalam rongga atau (lakuna) di dalam matriks, osteoblast yang
membentuk komponen organik dari matriks, dan osteoklast yang merupakansel
raksasa berinti banyak yang berperan pada resorpsi dan pembentukan kembali
jaringan tulang (Junqueira, 1995).
Tulang selalu terbentuk dalam kerangka jaringan penyambung yang telah ada
sebelumnya. Perbedaan-perbedaan dalam perkembangan terjadi karena embrio
beberapa dari tulang-tulang itu di endapkan dalam mesenkima yang belum
terdiferensiasi, sedangkan di bagian lain dari tulang terjadi pembentukan tulang yang
didahului oleh sistem tulang rawan penumpu yang sementara. Proses penting
pembentukan matriks tulang dan osifikasi adalah sama dalam hal kedua tersebut.
Osifikasi membran terutama terjadi dalam tulang tengkorak pipih dan klavikula,
sedangkan osifikasi endokondral bersifat khas untuk sebagian besar sisa kerangka
tubuh (Dellmann, 1992).Menurut Bloom (2002), berdasarkan letak tulang-tulang
terhadap sumbu tubuh, rangka manusia dapat dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu: rangka aksial yaitu rangka yang berada di bagian tengah sumbu tubuh, terdiri
atas kepala dan badan, termasuk tulang tengkorak, tulang belakang, tulang dada, dan
tulang iga. Rangka apendikular yaitu rangka yang terdiri atas anggota gerak atas dan
anggota gerak bawah.
Rangkasumbuterdiriatastengkorak
(cranium),
tulangbelakang
(columnavertebralis), tulangrusuk (costa) dantulang dada (sternum). Yang
rangkaanggotayaitugelangbahu
(gelang
pectoral)
denganrangkaanggotadepandangelangpinggul
(gelang
pelvic)
denganrangkaanggotabelakang. Costae jumlahnya 12 pasang yang melindungi thorax
yang terdiriatas costa verum 7 pasang yang salingberhubungandengan sternum.Costa
puriatidakberhubungandengan
sternum,
tigapasangbagiansternanyaberhubungandengan
sternum
danduapasang
yang
melayang.Setiaprusukmempunyaikepala
yang
disebutcapitulumbersendiandengansentrum
vertebra
dantuberculumbersendiandengandiapophyses(Bloom,2002). Jaringan tulang sebagai
unsur dari kerangka dewasa menunjang struktur berdaging, melindungi organ-organ
vitalseperti terdapat dalam rongga dada,dan mengandung sumsum tulang, tempat selsel darah dibentuk. Tulang juga berfungsi dalam sebagai cadangan kalsium,
fosfat,dan ion lain yang dapat dibebaskan atau ditimbun secara terkendali untuk
mempertahankan konsentrasi ion-ion penting ini dalam cairan tubuh
(Junquiera,1995).

Menurut Saktiono (1989), matriks tulang mengandung unsur-unsur yang


sama seperti jaringan-jaringan penyambung lainnya yaitu serat-serat dan bahan dasar.
Pengendapan matriks ini oleh osteoblast disebut osifikasi. Pengendapan garamgaram kalsium dalam matriks ini di sebut kalsifikasi, suatu proses yang terjadi
normal pada tulang tetapi dapat terjadi patologis dalam jaringan pengangkut lainnya,
seperti tulang rawan dan pembuluh.
Tulang juga dapat di klasifikasikan sebagai spons atau kompak. Tulang itu
berpori karena ia terbentuk disekitar ruang-ruang vaskuler, dan bila mana ruangruang itu terlihat, maka bentuk seperti sarang madu ini disebut cancellus. Pada tulang
yang kompak ruang-ruang yang berpori itu kecil-kecil, sedangkan pada tulang spons
ruang-ruang lebih besar dan dapat terlihat dengan mata telanjang. Sedangkan untuk
susunan seratnya cenderung berbeda pada dua jenis tulang (Adnan, 2011).
Dalam jaringan penunjang seperti tulang rawan dan tulang, sifat matriks nya
bervariasi. Dalam tulang rawan, bahan dasarnya setengah rapuh dan mengandung
suatu kompleks protein-karbohidrat yang di kenal sebagai kondromukoid. Pada
hidrolisis parsial kondromukoid itu menghasilkan asam sulfat
kondrotin.
Kondrmukoid adalah PAS positif dan basofil dan berwarna biru secara metakromatis
dengan toluidin, karena ia mengandung kondroitin sulfat sebagai proteoglikan yang
terkemuka dalam bahan dasar (Widarto, 1997).
Tulang rawan merupakan kerangka embrio dan pada individu dewasa,
gelang-gelang trakea menjadi contohnya. Sel-selnya terletak dalam ruangan kecil
dalam matriks yang di sebut lacuna. Lacuna Ini beraneka ragam bentuk tergantung
pada posisi dalam lempengan tulang rawan, lebih besar dan lebih bulat dekat pusat
lempengan (Agarwal, 1975).Menurut Fishelson (1972), Tulang rawan terdapat dalam
tiga bentuk berserat, hialin, dan elastis, betuk-bentuk ini di bedakan karena sifat-sifat
serat mereka, perbandingan relative dari jenis-jenis seratnya, konsistensi matriksnya
yang bervariasi dari lentur dan luwes sampai elastis dan mudah di bentuk sampai ulet
dan kuat mendukung beban. Dari ketiga jenis tulang rawan ini, tulang rawan berserat
merupakan tulang yang paling menyerupai jaringan penyambung yang sebenarnya.
Dalam lempengan-lempengan tulang punggung, tulang rawan berserat membentuk
lapisan antar kapsul jaringan penyambung dari lempengan itu dan tulang rawan
hialin yang terdapat di atas permukaan bertulang dari vertebrata.Fungsi tulang rawan
beraneka ragam dan berguna untuk organisme dalam banyak cara. Tulang rawan
hialin merupakan sebagian besar dari kerangka sementara embrio. Varietas tulang
rawan ini merupakan permukaan yang berartikulasi dari sendi-sendi. Dalam
kapasitas sendi ia memperlihatkan sifat-sifat kekuatan luar biasa untuk menunjang
dan juga memungkinkan tulang-tulang bergerak bebas.Tulang rawan elastis serupa
dengan tulang rawan hialin dalam susunan perikondriumik matriks, sel dan
lakunanya perbedaannya ialah bahwa tulang rawan elastis, di samping serta kolagen
yang tak terlihat, mengandung suatu anyaman serat elastis yang segera dapat di
tunjukkan dengan menggunakan warna yang sesuai (Bevelander, 1988).

Sel- sel otot spesialisasi untuk kontraksi yaitu mengandung protein kontraktil
yang dapat berbeda dalam ukuran panjang pendek. Otot di bedakan 3 jenis otot: otot
polos, otot kerangka, dan otot jantung. Otot kerangka dijumpai pada otot tersebut
yang bersambungan dengan kerangka tubuh dan berkaitan dengan gerakan badan.
Sel-sel kerangka dalah sel-sel silindris berbentuk prisma yang rata-rata 3 cm
panjangnya tetapi yang bervariasi dari sekitar 1 mm. serat-seratnya bersatu dalam
kelompok menjadi berkas-berkas disebut fasikili yang beraneka ragam dalam
ukuranya. Otot-otot dari penampilan morfologi yang persis sama dengan otot
kerangka di jumpai pada berbagai tempat dimana ia tidak terikat pada tulang. Otot
jantung menyusun bagian dinding jantung yang kontraktil terlibat dalam pemompaan
darah. Otot polos ditemukan sebagian besar dari dinding alat viscera yang berfungsi
untuk mengubah keteguhan dinding organ-organ berongga (Dellmann, 1992).
Integumen berasal dari bahasa latin integumentum, yang berarti penutup.
Sistem integument adalah system organ yang membedakan, memisahkan, melindungi
dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali
merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu,
sisik, kuku, kelenjar dan produknya (keringat atau lendir) (Bloom, 2002).

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Histologi Tulang, Rangka, Otot dan Integumen ini dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 27 Oktober 2015, pukul 10.30 WIB di Laboratorium Pendidikan II,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Andalas, Padang.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop, buku gambar,
tisu, alat-alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan adalah preparat
permanen trakea, laring, kulit tipis Macaca sp., kulit tebal Lepus sp., kulit Mus
musculus, subkutan Cavia sp., dan otot lurik Bos taurus.
3.3. Cara Kerja
Alat dan bahan praktikum seperti miktoskop dan preparat permanen disiapkan.
Setelah itu, preparat permanen beberapa jaringan diamati di bawah mikroskop
dengan teliti. Setelah diamati, bagian-bagian histologinya diidentifikasi dan tidak
lupa untuk mengambil gambar objek dengan kamera. Kemudian histologi yang telah
diamati, digambarkan pada buku gambar dengan baik dan benar.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Histologi Trakea

b
c
e
a
d
Sumber: www.repository.undip.ac.id
Gambar 1. Histologi trakea, (a) tunika mukosa, (b) otot polos, (c) submukosa, (d)
tunika adventitia, (e) lamina propria
Pada praktikum kali ini, dari preparat trakea dapat dilihat bagian-bagian yang
terdapat pada trakea adalah otot polos, kondrosit dan isogenus seperti yang bisa
dilihat pada gambar 1. Dari hasil yang didapat maka dapat dibedakan dengan jelas
mana bagian-bagian dari trakea tersebut baik itu otot polos yang merupakan
penyusun dari tunika muskularis, kondrosit dan isogenus nya, hal ini bisa dilihat dari
2 hasil yang didapat dengan perbesaran yang berbeda yaitu perbesaran 4 kali dan
perbesaran 10 kali, dimana bagian-bagian dari trakea ini dapat terlihat jelas pada
perbesaran 10 kali. Dan untuk perbesaran yang 40 kali tidak praktikan dapatkan, hal
ini dikarenakan pada perbesaran 40 kali tidak terlihat dengan jelas bagian-bagian dari
trakea tersebut.
Trakea terdiri dari beberapa lapisan penyusun yaitu lapisan tunikamukosa,
tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika adventitia. Tunika mukosa terdiri
atas epitel pseudo kompleks bersilia dengan membran basalis, lamina propia dan
lapisan serabut elastis. Tunika submukosa kaya akan serabut elastis dan lemak yang
melekat pada perikhondrium cincin kartilago. Cincin kartilago dibungkus oleh
membran fibrosa, cincin ini menjaga trakea, terutama saat esophagus dilalui bolus
makanan. Cincin kartilago ini dibentuk oleh kartilago hialin. Untuk tunika
muskularisnya disusun atas muskulus transversus trakea berupa otot polos dengan
arah melintang pada bagian dorsal. Sedangkan untuk tunika adventitia terdiri atas
serabut elastis dan kolagen yang longgar dengan banyak jaringan lemak (Dellman
(1992).

Berdasarkan gambar 1 dilihat bahwa terdapat otot polos yang merupakan


penyusun pada lapisan tunika muskularis. Dari gambar 1, otot polos ini terlihat
dengan bentuk seperti sel-sel otot yang menyerupai gelondong dimana bagian
ujungnya cenderung runcing. Otot polos ini memiliki fibril atau serabut yang
cenderung homogen. Karena itu jika mengamatinya dengan menggunakan
mikroskop, maka akan dijumpai otot tersebut tampak polos tanpa garis-garis atau
pola. Otot polos ini biasa dijumpai pada semua organ dalam tubuh salah satunya
adalah trakea yang merupakan salah satu organ dalam sistem respirasi.
Selain dari empat lapisan diatas, pada trakea ditemukan pula adanya
kondrosit, seperti yang bisa dilihat pada gambar 1. Kondrosit ini merupakan
kondroblas yang sudah tua dan matriks penyusun daripada kartilago serta letaknya
terpisah satu kondrosit dengan kondrosit lainnya. Sedangkan untuk isogenus sendiri
merupakan kumpulan dari beberapa kondrosit yang letaknya berdekatan (Bevelander,
1988).
4.2. Histologi Laring
e
d
c

b
a

Sumber: www.eprints.undip.ac.id
Gambar 2. Histologi laringMacacus sp., (a) kondrosit, (b) isogenus, (c) tulang rawan
hyalin, (d) lamina propria, (e) epitel
Pada praktikum kali ini, untuk preparat laring didapatkan bagian-bagian sebagai
berikut otot lurik, kondrosit dan isogenus dan bagian-bagian ini dapat dilihat pada
gambar 3 dengan dua macam perbesaran yaitu perbesaran 4 kali dan perbesaran 10
kali. Sama seperti pembahasan pada trakea, pada preparat laring ini ditemukan juga
adanya kondrosit dan isogenus. Dimana seperti yang telah dibahas sebelumnya kalau
kondrosit itu merupakan kondroblast yang sudah tua sedangkan isogenus merupakan
kumpulan dari dua atau lebih kondrosit.
Menurut Saktiono (1989), laring merupakan tabung ireguler yang
menghubungkan faring dengan trakea. Dalam lamina propia terdapat sejumlah rawan
laring, struktur yang paling rumit pada sistem respirasi. Rawan-rawan yang
menyusun dari pada laring ini sebagian besar adalah rawan hialin dan sebagian kecil

10

adalah rawan elastin. Laring dibalut oleh mukosa dan ditunjang oleh tulang rawan.
Tulang rawan laring berhubungan satu sama lain dengan trakea dan hyoid apparatus
ligamen. Pada laring otot lurik ini dibagi menjadi 2 yaitu otot lurik ekstrinsik, yang
menggerakan laring selama menelan berlangsung sedangkan otot lurik intrinsik, yang
menggerakan tulang rawan laring secara individu selama pernafasan dan bersuara.
Pada mukosa epiglotis, vestibulum laring dan plikavokalis dibalut oleh epitel pipih
banyak lapis bertanduk. Pada lamina propia dan submukosa terdapat kelenjar
tubuloasinar sederhana bercabang (Agarwall, 1975).
4.3. Histologi Kulit

b
a
d
c
e

Sumber:www.eprints.undip.ac.id
Gambar 3. Histologi kulit tipis Macaca sp., (a) stratum corneum, (b) stratum
lusidum, (c) stratum granulosum, (d) folikel rambut, (e) kelenjar sebaceous, (f) basal

11

A
B
Gambar 4.A) Histologi kulit tebal Lepus sp.; B) Histologi kulit Mus musculus, (a)
stratum corneum, (b) stratum granulosum, (c) basal

Gambar 5. Subkutan Cavia sp.


Pada preparat permanen kulit didapatkan bagian-bagian histologi dari kulit, seperti
stratum corneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum basal, kelenjar
sebaceous dan folikel rambut. Perbesaran mikroskop yang digunakan adalah
perbesaran 4x dan telah memperlihatkan dengan jelas bagian-bagian dari histologi
kulit.
Kulit terdiri atas epidermis, lapisan epitel yang berasal dari ectoderm dan
dermis, selapis jaringan ikat yang berasal dari mesoderm. Batas dermis dan
epidermis tidak teratur, dan tonjolan dermis yang disebut papilla saling mnegunci
dengan tonjolan epidermis yang disebut rabung epidermis (epidermal ridges). Dalam
bentuk tiga dimensi, pengikatan ini dapat berbentuk peg-and-socket (kulit tipis) atau
dibentuk oleh rabung-rabung dan alur-alur (kulit tebal). Turunan epidermis meliputi
rambut, kuku, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Dibawah dermis terdapat
hipodermis, atau jaringan subkutan, yaitu jaringan ikat longgar yang dapat
mengandung bantalan sel-sel lemak, disebut panikulus adiposus. Hipodermis, yang
tidak dipandang sebagai bagian dari kulit, mengikat kulit secara longgar pada

12

jaringan di bawahnya dan sesuai dengan fasia superfisialis pada anatomi makro
(Junqueira, 1995)
4.4. Histologi Otot

b
a
c
Sumber: www. pojokilmu.com
Gambar 1. Otot lurik Bos taurus(a) nukleus, (b) sarkolema, (c) myofibril
Dari hasil praktikum pada preparat otot lurik yang dengan dua perbesaran yaitu
perbesaran 4 kali dan perbesaran 10 kali, sedangkan untuk perbesaran 40 kali tidak
bisa didapatkan, hal ini dikarenakan pada perbesaran 40 kali hasil yang diamati tidak
terlihat jelas atau kabur. Jadi pada preparat ini hanya digunakan 2 perbesaran yang
cukup mewakili untuk mengetahui bagian dari otot lurik tersebut.
Otot lurik atau yang lebih dikenal sebagai otot rangka, hal ini disebabkan otot
ini pada umumnya menyusun bagian-bagian dari sistem gerak atau rangka, sehingga
disebutlah dengan otot rangka. Otot ini dikatakan otot lurik karena jika dilihat
dengan menggunakan mikroskop, otot ini memiliki 2 daerah yaitu daerah gelap
(myosin) dan daerah terang (aktin). Akan tetapi, pada hasil yang didapat tidak terlihat
dimana daerah-daerah tersebut, pada gambar 2 warna yang dihasilkan sama saja
untuk keseluruhan gambarnya sehingga tidak dapat dibedakan kedua daerah tersebut
seperti apa yang ada di literatur.
Menurut Campbell, (2000) otot lurik terlihat seperti serabut dalam jumlah
ribuan yang tersusun membentuk jaringan otot. Serabut tersebut secara teratur
tampak sejajar seperti berkas yang disusun rapi, bentuknya cenderung silindris dan
memiliki sel yang banyak. Pada gambar 2, terlihat bahwa serat-serat otot lurik
masing-masing mempunyai banyak nukleus, mengandung banyak nukleus pucat
berbentuk bulat telur yang terdesak pada sisi-sisi sel. Sebuah sel dapat mengandung
beberapa ratus dari nukleus ini. Selain itu, sel pada otot lurik ini dibungkus oleh
sarkolema yang terlihat pada tingkat mikroskopik. Selain nukleus dan sarkolema, ada
juga bagian dari otot lurik yang dikenal dengan nama myofibril. Myofibril merupakan
aparat sel yang kontraktil.

13

14

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun yang didapat pada praktikum histologi tulang, rangka, otot dan integument
adalah:
1. Pada preparat trakea didapatkan adanya tunika mukosa, otot polos, submukosa,
tunika adventitia, dan lamina propria, dimana otot polos ini merupakan penyusun
pada tunika muskularis dan otot polos ini terlihat dengan bentuk seperti sel-sel
gelondong dengan ujung runcing tanpa garis-garis atau pola.
2. Pada preparat laring ditemukan adanya epitel, lamina propria, tulang rawan
hyalin,kondrosit dan isogenus yang merupakan penyusun utama laring.
3. Pada preparat kulit tipis Macaca sp., kulit tebal Lepus sp., kulit Mus musculus,
dan subkutan Cavia sp., ditemukaan bagian-bagian seperti stratum corneum,
stratum lusidum, stratum granulosum, stratum basal, kelenjar sebaceous dan
folikel rambut. Bagian-bagian tersebut terbagi kedalam 2 bagian utama, yaitu
epidermis dan dermis.
4. Pada preparat otot lurik didapatlah bagian-bagian berikut ada nukleus, myofibril
dan sarkolema, otot lurik ini dapat diamati seperti serabut-serabut dan biasa
terdapat pada rangka.
5.2.

Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya:


Adapun saran untuk praktikum histologi tulang, rangka, otot dan integument
selanjutnya adalah hati-hati dalam menggunakan mikroskop dan preparat permanen.
Serius dan konsentrasi dan jangan ceroboh dalam menggunakan alat dan bahan
praktikum. Ikuti prosedur kerja dengan baik dan jangan lupa untuk selalu
membersihkan alat dan bahan setelah pengamatan selesai.

15

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, 2011. Penuntun Praktikum Struktur Hewan. Makassar: FMIPA UMM


Agarwall, 1975. Histologi. India: Banara Hindu University
Bevelander, G. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga
Bloom dan Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi. Ahli Bahasa Tambayong.Jakarta:
Erlangga
Campbell, Reece. 1974. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
______________. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Dellmann, D. 1992. Histologi Veteriner. Jakarta: Universitas Indonesia
Fishelson, L. 1972. Histologi dan Ultrastruktur. Yogyakarta: Pustaka Tama
Harjana, T. 2011. Buku Ajar Histologi. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta
Junqueira, L. Carlos. 1995. Histologi Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Linda. 1988. Histologi Dasar. Jakarta:Erlangga
Purnomo, Yudi. 2008. Biologi Umum. Surakarta: Tiga Serangkai
Saktiono. 1989. Biologi. Jakarta:Erlangga
Steve Parker. 2003. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Tambajong, J. 1995. Sinopsis Histologi Edisi 1. Jakarta: EGC
Widarto, H . 1997. Fakta tubuh. Jakarta : Erlangga
www.eprints.undip.ac.id. Diakses pada 2 Oktober 2015
www. pojokilmu.com. Diakses pada 2 Oktober 2015
www.repository.undip.ac.id. Diakses pada 2 Oktober 2015

16

You might also like