You are on page 1of 7

BAB I

LAPORAN KASUS
1.1. Identitas

Nomor RM

: 139725

Nama

: Ny. K

Jenis Kelamin

: Wanita

Usia

: 57 tahun

Alamat

: BALIMATRAMAN RT 001/006 MANGGARAI

TEBET

Agama

: Islam

Status Marital

: Menikah

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Tanggal MRS

: 24 Agustus 2014

Ruang Perawatan

: Poli Bedah

Tanggal Pemeriksaan

: 9 September 2014

1.2 Anamnesis (Autoanamnesis)

Keluhan Utama

Luka pada kaki kanan yang tidak kunjung sembuh

RPS

OS mengeluhkan luka yang tidak kunjung sembuh pada regio kruris dan
pedis dextra sejak 2 bulan yang lalu. Pada awalnya pasien mengeluhkan
adanya varises pada kaki kanan sejak 25 tahun lalu yang berada di bawah fosa
poplitea dan diatas luka sekarang. OS mengatakan bahwa varises yang ia
miliki mulai terlihat saat mengandung anak keenamnya. OS mengatakan
sebelum terjadi luka, bagian kaki yang luka terasa gatal. Setelah beberapa
lama bagian kaki mulai bergelembung dan saat gelembung pecah baru
timbulah luka.

OS mengatakan luka yang timbul terasa nyeri seperti tertusuk. OS juga


mengatakan bahwa kakinya terasa bengkak dan memerah serta berbau. OS
mengeluhkan kakinya sering terasa kram dan kesemutan, tetapi tidak ada
limitasi gerak.

RPD

o OS mengaku belum pernah mengalami keluhan dan penyakit yang


sama
o Riwayat Varises pada kaki kanan (+)
o Hipertensi (-)
o Diabetes Melitus (-)
o Alergi (-)

RPK

o OS menyangkal adanya penyakit yang sama pada anggota keluarga

Riwayat Kebiasaan:
o OS sering mencuci dengan posisi jongkok

Riwayat Penggobatan
o Antibiotik oral
o Debridement di PUSKESMAS

1.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum
o Kesadaran

: Compos Mentis

o Kesan sakit

: sakit sedang

o Kesan gizi

: baik

Tanda Vital
o TD

: 165/90 mmHg

o Nadi

: 93x/menit

o RR

: 20x/menit

o Suhu : 36,5C
o VAS

:6

Status Generalis
o Kepala : Normocephali
o Mata

Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, pupil isokor, Reflex


cahaya langsung -/o Telinga: Normotia
o Hidung

: tidak ada devormitas, deviasi septum (-), discharge

(-)
o Mulut

: OH baik, Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)

o Thoraks

Inspeksi

simetris,

pergerakan

napas

simetris,

pernapasan thorakoabdominal

Auskultasi

: vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-, BJ

I&II regular, gallop (-), murmur (-)


o Ekstremitas atas

: simetris, proporsional, deformitas (-),

oedem (-)
o Abdomen

Inspeksi

: Rata, ikterik (-), efloresensi bermakna (-)

Auskultasi

: BU 5x/menit, venous hump (-), Arterial

Bruit (-)

Perkusi

: Timpani 4 kuadran, shifting dullness (-)

Palpasi

: supel, Nyeri tekan kuadran kanan atas (+)

dan epigastrium (+), Hepar dan Lien sulit dinilai,


Ballotement ginjal sulit dinilai.
o Status Lokalis (Kruris dan Pedis Dextra)

Ulkus basah (+)

Jaringan granulasi (+)

Hiperemis (+)

Pus (+)

Oedem (+), terutama distal luka

Varises pada inferior fosa popliteal dextra

Limitasi gerak (-)

Nyeri (+)

1.4 Diagnosis Klinis


Ulkus Kruris et causa CVI dengan klasifikasi CEAP (C5 E Primer A Superficial P Combination)
1.5 Penatalaksanaan
Rawat jalan:
Pembersihan luka dengan prontosan liquid
Pemberian Sibro gel
Penutupan dengan kassa steril
Pembalutan dengan elastic verband
1.6 Prognosis

Ad Vitam

: Ad Bonam

Ad Fungsionam

: Ad Malam

Ad sanationam

: Dubia Ad Malam

1.7 Ringkasan
Pasien wanita usia 57 tahun datang dengan keluhan luka pada kaki kanan yang tidak
kunjung sembuh 2 bulan SMRS. OS mengatakan sebelum adanya luka, terdapat varises pada
dibawah lipat lutut dan diatas luka yang ada sekarang. Varises mulai muncul 25 tahun lalu. Luka
diawali adanya bula atau gelembung-gelembung pada kaki OS. Saat bula pecah luka-luka
bermunculan. Luka dirasakan nyeri dan kaki pasien dirasakan bengkak. Luka mengeluarkan bau
dan nanah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan didapatkan ulkus pada anterior krusris dextra dan
dorsum pedis dextra, ulkus basah, terdapat jaringan granulasi, hiperemis, dan bagian pedis distal
terlihat oedem. Dari pemeriksaan fisik juga ditemukan varises pada fosa popliteal dextra sampai
ke atas ulkus.
Diagnosa kerja pada pasien ini adalah ulkus kruris et causa CVI.

\
BAB II
PEMBAHASAN
Terdapat 2 teori yang menjelaskan terjadinya ulkus pada kaki penderita CVI akibat
peningkatan tekanan pada vena. Pertama adalah teori manset fibrin (Fibrin Cuff Theory) yang
menjelaskan bahwa ulkus terjadi karena adanya pelebaran kapiler dan pori-pori pada kapiler. Hal
tersebut menyebabkan adanya kepocoran fibrinogen. Fibrin akan dipolimerasikan menjadi fibrin
yang kemudian akan membentuk lapisan disekeliling kapiler layaknya manset. Deposit dari
perikapiler fibrin ini akan berpengaruh terhadap perfusi oksigen dan nutrient. Selain itu
disebutkan juga adanya kesulitan faktor pertumbuhan mencapai jaringan. Hal-hal tersebut
menyebabkan keadaan hipoksia dan kekurangan nutrisi pada jaringan terutama kulit. Sehingga
trauma kecil bisa berujung pada ulkus. Studi mengatakan pasien dengan resiko tinggi penyakit
vena tanpa tanda lipodermatosklerosis lebih mendukung terhadap teori ini.
Teori lain menjelaskan tentang adanya leukosit yang terperangkap di dinding endotel
kapiler yang terekspos oleh tekanan vena yang tinggi. Leukosit terikat dengan molekul
interseluler seperti intercellular adhesion molecule1. Lalu kemudian leukosit teraktivasi dan
melepaskan sitokin dan radikal bebas pada dinding vena. Hal ini menyebabkan adanya reaksi
inflamasi yang bisa berujung pada keruskan katup vena dan atau jaringan sekitar yang
kemungkinan menyebabkan ulkus.
Edema yang terjadi pada pasien ini adalah kelanjutan dari adanya hipertensi pada vena di
ektremitas. Hipertensi pada vena menyebabkan adanya inflmasi pada kapiler vena sehingga
merupa permebilitas dari kapiler. Hal tersebut berlanjut kepada ekstravasasi cairan sehingga
terjadilah oedem.
Penggunaan Prontosan sebagai larutan pada pembersihan luka ditengarai oleh kegunaan
dan mekanisme kerja dari komposisi pada larutan tersebut. Komposisi dari Prontosan terdiri dari
Betadine dan Polihexanide (PHMB). Betadine pada Prontosan bekerja sebagai surfaktan dan

bekerja seperti detergent. Betadine akan melakukan penetrasi, membersikan dan menghilangkan
biofilm (lapisan bakteri) dan debris dari luka. Mekanisme kerja yang dilakukan oleh betadin
adalah menurunkan tegangan permukaan dari luka sehingga debris akan terikat dengan molekul
betadin dan terlepas serta tidak terjadi rekontaminasi pada luka.
Sedangkan Polihexanide adalah anti mikroba spectrum luas. PHMB bekerja dengan cara
menghancurkan dinding sel dari bakteria sehingga struktur bakteri akan terdisornisir dan bakteri
lisis. Pada beberapa penelitian dikatakan juga bahwa PHMB ditoleransi dengan baik, memiliki
resiko sensitisasi pada sel yang rendah, dilaporkan juga belum ada resistensi bakteri pada
PHMB. PHMB juga memiliki efek mempersingkat proses penyembuhan luka karena mencegah
infeksi pada luka jika dilakukan sebagai terapi adjuvan setelah debridement luka dan tindakan
operatif yang mungkin perlu dilakukan. Pada suatu penelitian juga dilaporkan bahwa PHMB
menurunkan pH dari luka yang biasanya memiliki pH 8,9, dengan penggunaan PHMB pH turun
dan stabil sampai 7. Dimana keadaan tersebut efektif dalam desinfeksi, penyembuhan luka dan
menghilangkan bau luka.
Penggunaan Sibro gel atau MEBO (Moist Exposed Burn Ointment) ditengarai beberapa
kegunaannya yaitu sebagai, pelembab dari luka, antimikroba dan analgetik. Fungsi melembabkan
pada MEBO membuat keratinosit pada daerah luka lebih mudah bermigrasi dan pada suatu
penelitian dikatakan bahwa keratinosit menjadi lebih sensitive terhadap faktor pertumbuhan.
MEBO juga mempercepat penyembuhan luka dikarenakan MEBO menyebakan adanya
kehilangan air lebih sedikit terjadi pada luka. Efek antimikroba pada MEBO merupakan efek anti
mikroba spectrum luas, tetapi lebih mempengaruhi bakteri anaerob.
Penggunaan elastic band adalah sebagai pengganti stocking yang digunakan untuk
memeberikan kompresi pada ekstremitas bawah. Kompresi yang dilakukan dimaksudkan untuk
memberikan gradasi tekanan dari bagian distal dari bagian distal dan proksimal ekstremitas.
Bagian dengan tekanan tertinggi adalah kaki atau pergelangan kaki, dan bagian dengan tekanan
paling rendah adalah adalah bagian proksimal ektremitas yang tertutupi stocking atau elastic
verband yaitu lutut atau paha. Kompresi yang agresif diharapkan dapat menyatukan katup vena
yang rusak, menurunkan tekanan kapiler sehingga dapat mengefisiensikan pompa pada betis.
Pada pasien ini tekanan yang seharusnya diberikan adalah sebesar 40-50 mmHg atau 60 mmHg
dimana tekanan tersebut diperuntukan untuk CVI berat dengan komplikasinya seperti ulkus kaki.
Pengguna stocking adat balut harus didahului dengan pembersihan dan perwatan luka untuk

mencegah infeksi pada luka. Pada suatu penelitian juga menyebutkan penggunaan stocking atau
balut menurunkan insiden terjadinya ulkus dan rekurensinya.

Al-Meshaan M, Hamid MA, Dham R. Ann Burns Fire Disasters. 2008 Mar 31; 21(1):
2022
Romanelli M, Dini V, Barbanera S, Bertone MS. Evaluation of the efficacy and
tolerability of a solution containing propylbetaine and polihexanide. Skin
Pharmacol Physiol 2010;23(Suppl 1):41 44.
Eberlein T, Assadian O. Clinical use of polihexanide on acuteband chronic
wounds for antisepsis and decontamination. Skin Pharmacol Physiol
2010;23(Suppl 1):45 51.
Weingarten MS. State-of-the-Art Treatment of Chronic Venous Disease.
CLINICAL PRACTICE x CID 2001;32: 949-54.

You might also like