You are on page 1of 17

MAKALAH

ALUTSISTA TNI

Di susun Oleh :
 Chandra Sasmita ( 209131007 )
 Darryl Valentino S ( 209131008 )
 Deka Siswoko ( 209131009 )

POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG


ABSTRAK

Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala usaha


untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan negara.

Kondisi pertahanan suatu negara tentu saja, salah satunya, bisa dilihat dari
kondisi alat utama sistem persenjataan ( alutsista ) angakatan bersenjatanya.
Semakin kuat, canggih, modern, efektif dan efisien alutsista suatu negara,
menunjukan semakin kuat pula pertahanannya. Superpower Amerika Serikat di dunia
selain didukung oleh kekuatan ekonominya selama bertahun-tahun pasca Perang
Dunia II, tentunya didukung pula oleh kemampuan alutsista militer mereka.

Alutsista sebuah negara berpengaruh terhadap pertahanan suatu negara, untuk


melindungi wilayah negara di perlukan sistem persenjataan yang memadai untuk
mencakup seluruh wilayah negara tersebut. Alutsista bahkan bisa berpengaruh
terhadap kedudukan suatu negara dalam politik internasional.

Namun, dalam proses pengadaan dan pemeliharaan alutsista di indonesia,


terdapat beberapa masalah kompleks dan berlarut – larut mulai dari masalah dana
yang tersedia sampai dengan sistem pengadaan yang bermasalah.
DAFTAR ISI

Abstrak.................................................................................................i
Daftar isi..............................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................1
1.1 Terminologi....................................................................................2
1.2 Latar belakang................................................................................3
1.3 Identifikasi masalah........................................................................4
1.4 Tujuan dan Manfaat.......................................................................4
1.4.1 Tujuan penulisan........................................................................4
1.4.2 Manfaat penulisan......................................................................5
1.5 Metode Penyusunan.......................................................................5
BAB II. PEMBAHASAN....................................................................6
2.1 Kondisi Alutsista TNI...................................................................6
2.2 Dana Alutsista TNI ......................................................................7
2.3 Pembagian Dana Alutsista TNI ....................................................9
2.4 Sistem Pengadaan Alutsista TNI .................................................10
2.5 Industri Militer Nasional..............................................................11
BAB III. PENUTUP...........................................................................13
3.1 KESIMPULAN............................................................................13
3.2 SARAN .......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Terminologi

Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala usaha


untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan negara.

Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta


yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga
negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.

Pertahanan negara dilakukan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini


dengan sistem pertahanan negara.

Pertahanan nasional merupakan kekuatan bersama (sipil dan militer)


diselenggarakan oleh suatu Negara untuk menjamin integritas wilayahnya,
perlindungan dari orang dan/atau menjaga kepentingan-kepentingannya. Pertahanan
nasional dikelola oleh Departemen Pertahanan.

Dalam bahasa militer, pertahanan adalah cara-cara untuk menjamin


perlindungan dari satu unit yang sensitif dan jika sumber daya ini jelas, misalnya
tentang cara-cara membela diri sesuai dengan spesialisasi mereka, pertahanan udara
(sebelumnya pertahanan terhadap pesawat: DCA), pertahanan rudal, dll. Tindakan,
taktik, operasi atau strategi pertahanan adalah untuk menentang/membalas serangan.
Pertahanan secara umum di bagi menjadi 2 bagian yaitu Pertahanan Militer
dan Pertahanan Nonmiliter

 Pertahanan Militer

Pertahanan militer merupakan kekuatan utama pertahanan negara yang


dibangun dan dipersiapkan untuk menghadapi ancaman militer, tersusun
dalam komponen utama serta komponen cadangan dan komponen
pendukung. Pendayagunaan lapis pertahanan militer diwujudkan dalam
penyelenggaraan operasi militer, baik dalam bentuk Operasi Militer Perang
(OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

Pertahanan militer sebagai kekuatan bersenjata ditampilkan melalui SDM


dan Alutsista, dibangun, dan dikembangkan secara profesional untuk
mencapai tingkat kekuatan sampai pada standar penangkalan. Namun,
pembangunan kekuatan pertahanan negara harus dipersiapkan untuk
menghadapi setiap ancaman militer yang sewaktu-waktu dapat timbul.

 Pertahanan Nonmiliter

Pertahanan nonmiliter disebut juga dengan pertahanan nirmiliter


merupakan kekuatan pertahanan negara yang dibangun dalam kerangka
pembangunan nasional untuk mencapai kesejahteraan nasional dan
dipersiapkan untuk menghadapi ancaman nirmiliter. Lapis pertahanan
nirmiliter tersusun dalam fungsi keamanan untuk keselamatan umum yang
mencakup penanganan bencana alam dan operasi kemanusiaan lainnya,
sosial budaya, ekonomi, psikologi pertahanan, yang pada intinya berkaitan
dengan pemikiran kesadaran bela negara, dan pengembangan teknologi.
Inti pertahanan nirmiliter adalah pertahanan secara nonfisik yang tidak
menggunakan senjata seperti yang dilakukan oleh Lapis pertahanan
militer, tetapi pemberdayaan faktor-faktor ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan teknologi melalui profesi, pengetahuan dan keahlian,
serta kecerdasan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan.

Pertahanan nirmiliter diwujudkan dalam peran dan lingkup fungsi


departemen/lembaga pemerintah nondepartemen (LPND) di luar bidang
pertahanan melalui penyelenggaraan pembangunan nasional sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Dalam kerangka pertahanan berlapis, lapis
pertahanan militer menyokong lapis pertahanan nirmiliter, yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan isu atau ancaman militer guna
mencapai hasil yang maksimal.

1.2 Latar Belakang

Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala usaha


untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan negara.

Pertahanan militer merupakan kekuatan utama pertahanan negara yang


dibangun dan dipersiapkan untuk menghadapi ancaman militer, tersusun dalam
komponen utama serta komponen cadangan dan komponen pendukung.
Pendayagunaan lapis pertahanan militer diwujudkan dalam penyelenggaraan operasi
militer, baik dalam bentuk Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer
Selain Perang (OMSP).

Dalam pertahanan militer, peran alat utama system persenjataan (alutsista)


terbilang sangat vital, karena selain untuk sarana pertahanan Negara alutsista juga
menjadi bagian penting dalam menjaga keamanan suatu Negara dari ancaman Negara
– Negara lain yang datang. Alutsista juga berguna dalam pengembangan
profesionalitas militer Indonesia, karena salah satu ciri tentara yang modern adalah
tentara yang bisa memahami berbagai persenjataan yang terus berkembang setiap
waktu.

Oleh karena sebab – sebab di atas, penulis memilih judul Alat Utama Sistem
Persenjataan ( ALUTSISTA ) sebagai topik utama dalam pembahasan makalah kali
ini.

1.3 Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas,maka penulis bermaksud membahas mengenai


hal-hal yang berkaitan dengan alutsista TNI khususnya alutsista di Indonesia, maka
timbul pertanyaan yang dapat dirinci sebagai berikut:
1. Bagaimana Kondisi alutsista di Indonesia?
2. Apakah dana yang dikeluarkan pemerintah mencukupi untuk pemeliharaan
dan pengembangan alutsista di Indonesia?
3. Bagaimana sistematika pembagian dana anggaran pertahanan indonesia?
4. Apa saja masalah yang dihadapi dalam sistem pengadaan alutsista?
5. Apakah industri militer nasional telah optimal dalam pemenuhan kebutuhan
alutsista?
Permasalahan tersebut akan dibahas pada bab selanjutnya, dengan demikian
pembaca dapat mengetahui lebih lanjut mengenai alutsista di Indonesia.

1.4 Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan Penulisan

Semua hal yang dilakukan pasti memiliki suatu tujuan.sama halnya dengan
pembuatan makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk memaparkan mengenai kondisi
alutsista TNI di Indonesia dan menguraikan permasalahan yang dihadapi dalam
pemeliharaan dan pengembangan alutsista di Indonesia, sehingga pembaca dapat
mengerti dan memahami lebih jauh tentang alutsista di Indonesia.
1.4.2 Manfaat penulisan

Manfaat yang akan di dapat pembaca setelah membaca makalah ini antara lain :

1. Dapat mengetahui tentang kondisi alutsista di Indonesia


2. Mengetahui pembagian dana terhadap masing – masing matra dalam TNI

3. Mengetahui permasalahan yang terjadi dalam pengadaan alutsista

4. Mengetahui peran industri militer nasional dalam pengembangan alutsista.

1.5 Metode Penyusunan

Studi Literatur

melakukan studi pustaka dari artikel – artikel guna menambah wawasan bagi
penulis mengenai pertahanan khususnya alutsista di Indonesia agar
mempermudah penulis dalam penyusunan laporan ilmiah ini. Selain itu
dilakukan studi literatur yang diperoleh dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Alutsista TNI


Dimata negera-negara Asia Tenggara, Indonesia memang disebut-sebuut sebagai
bangsa yang besar. Besar karena luas wilayah darat dan perairannya, besar juga
karena jumlah penduduknya. Siapa tak bangga menjadi anak indonesia, dimana bumi
pertiwi-nya terhampar kekayaan alam yang tak ada tandingnya.

Indonesia memang hebat, semua kekayaan alam menumpuk di bumi khatulistiwa.


Mulai dari emas, uranium, tembaga, gas, minyak, batubara, timah, bouksit, besi, intan,
dan berbagai hasil tambang lainnya. Jumlah alutsista (alat utama sistem senjata) untuk
melakukan pengamanan, tak sebanding dengan luas wilayah NKRI.
Kondisi alutsista Indonesia yang memprihatinkan terlihat dari semua matra TNI,
contohnya pada TNI – AU, Indonesia saat ini hampir tak punya skuadron utuh yang
berkekuatan 16 pesawat siap terbang. Yang ada hanya skuadron tak utuh, yaitu 6
skuadron tempur, 5 skuadron angkut, 3 skuadron heli, dan sebuah skuadron intai.
Kalau mau dimasukkan juga masih ada skuadron pendidikan dan Satudtani (Satuan
Udara Pertanian). . Total jumlah pesawat kita yang siap terbang dari berbagai jenis
sekitar 100 unit.
Demikian pula bagi angkatan laut, dimana Indonesia hanya memiliki 2 kapal
selam uzur, 6 fregate dan 23 corvettes. Selain itu hanya ada kapal militer berjenis
pendukung seperti untuk logistik, patrol dan amfibi dengan total jumlah kapal sekitar
140 kapal berbagai jenis.
TNI – AD juga tidak kalah memprihatinkan, Meski memiliki jumlah anggota atau
personel paling banyak, akan tetapi peralatan tempur yang dimiliki kebanyakan hanya
bersifat angkut personel. Indonesia bahkan sama sekali tidak punya satu pun Main
Battle Tank (MBT) sebagai kavaleri paling kuat. Kondisi alat utama sistem senjata
(alutsista) milik TNI AD yang dalam keadaan layak digunakan hanya 60%. Sisanya
sebanyak 40% alutsista masih harus diperbaiki agar layak digunakan.
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa kondisi alutsista TNI sudah sangat
memprihatinkan dan sangat tidak memadai untuk mengamankan seluruh wilayah
Indonesia, tercatat hasil kekayaan laut hilang triliunan rupiah per tahun, karena kita
tak bisa melakukan pengamanan terhadap wilayah Indonesia. Belum lagi perawatan
yang dilakukan masih bersifat sementara dan kanibalisme kerap kali di lakukan untuk
menutupi keterbatasan dana yang di berikan pemerintah.

2.2 Dana Alutsista TNI


Salah satu unsur utama dalam rumusan strategi pertahanan adalah rumusan
mengenai jumlah anggaran pertahanan negara. Selain postur dan struktur
pertahanan, komponen anggaran menjadi sangat vital karena anggaran adalah
salah satu kunci dari implementasi total kekuasaan negara dalam gelar kekuatan
bersenjata. Misi departemen pertahanan mengembangkan kekuatan tiga matra :
Darat, Laut, dan Udara, yang dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional tahun 2005 – 2025, sangat bergantung pada jumlah anggaran
yang dikeluarkan negara.
Harus diakui, jumlah anggaran yang disediakan negara disektor pertahanan
relatif kecil. Di tahun 2000, pemerintah hanya memberikan Rp. 10,5 triliun
rupiah. Di tahun 2004, alokasi anggaran pertahanan mulai meningkat menjadi Rp.
21 triliun. Anggaran Rp. 21 triliun itu terdiri atas belanja rutin Rp. 13,74 triliun
dan belanja pembangunan Rp. 7,68 triliun.
Baru di era pemerintahan SBY, menteri pertahanan Juwono Sudarsono
mengusulkan adanya peningkatan jumlah anggaran pertahanan. Di tahun 2005,
dephan/TNI mendapat alokasi anggaran Rp.21,97 triliun terdiri atas belanja
pegawai sebesar Rp. 9,62 triliun, belanja barang jasa sebesar Rp. 4,38 triliun, dan
belanja modal sebesar Rp. 7,96 triliun. Adapun rincian menurut organisasai
progran adalah sebagai berikut :

Mabes TNI : Rp. 2,16 Triliun


TNI – AD : RP. 9,08 triliun
TNI – AL : Rp. 3,23 triliun
TNI – AU : Rp. 2,38 triliun
Dephan : Rp. 5,11 triliun

Di tahun 2006 sesuai UU no 13 tanggal 31 November 2005 tentang APBN


2006. Dephan dan TNI mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 28,22 triliun. Ini
terdiri atas belanja pegawai Rp. 12,14 triliun, belanja barang Rp.6,49 triliun dan
belanja modal Rp. 9,59 triliun.
Dana anggaran pertahanan setiap tahunnya memang meningkat tetapi pada
tahun 2009 mengalami penurunan dari Rp. 36, 39 triliun pada tahun 2008 menjadi
Rp. 35 triliun pada tahun 2009 yang dibagikan kepada tiga matra : Darat, Laut,
Udara. Berikut rincian dana nya :
Mabes TNI : Rp. 4,5 Triliun
TNI – AD : Rp. 16,1 triliun
TNI – AU : Rp. 3,98 triliun
TNI – AL : Rp. 5,5 triliun
Dephan : Rp. 6,3 triliun

Bila dilihat sekilas, anggaran yang diterima dephan dan TNI cukup besar,
tetapi dana Rp. 35 triliun sangatlah kecil karena sekitar 80% anggaran habis
hanya untuk menggaji para tentara dan pegawai dan hanya sekitar 20% yang bisa
di alokasikan untuk perawatan dan pengembangan alutsista. Alokasi dana yang
seharusnya diperlukan dephan dan TNI untuk kebutuhan minimal departemen
pertahanan dan TNI sekitar Rp. 100,53 triliun.
Bila dibandingkan dengan negara lain, anggaran pertahanan Indonesia sangat
tidak memadai.China menganggarkan sekitar 70 miliar dolar AS untuk anggaran
pertahanan mereka, singapura menganggarkan sekitar 6,148 miliar Dolar AS.
Ditahun yang sama indonesia hanya menganggarkan 4,160 miliar dolar AS.
Ini jelas menunjukan bahwa dana yang didapatkan Dephan dan TNI sangatlah
kecil sehingga untuk melakukan suatu ‘Military Build-up’ dirasakan sangatlah
tidak mungkin.
2.3 Pembagian Dana Alutsista TNI
Dana sekitar Rp.35 triliun yang dianggarkan pemerintah untuk dana pertahanan
dibagikan kepada 5 bagian yaitu Dephan, Mabes TNI, TNI – AD, TNI – AU, TNI –
AL.
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa pembagian anggaran pertahanan ‘berat
sebelah’, banyak yang berpendapat bahwa TNI – AD mendapatkan porsi dana
pertahanan yang paling besar dari matra yang lain, bahkan dana yang diterima
angkatan darat hampir setara dengan 4 kali jumlah anggaran untuk TNI – AU yang
cakupan wilayahnya lebih luas dibanding dengan angkatan darat. Ada pula doktrin
yang mengatakan bahwa TNI selalu berorientasi ke TNI Angkatan Darat.
Tetapi pendapat yang beredar itu tidak sepenuhnya benar, TNI – AD memang
mendapat porsi anggaran terbesar sekitar Rp 16,1 triliun. Akan tetapi dana itu
dialokasikan untuk 129 satuan kerja (Satker). TNI Angkatan Laut dialokasikan
sebesar Rp5,5 triliun yang akan didistribusikan ke 47 satker dan untuk TNI Angkatan
Udara menerima alokasi anggaran sebesar Rp3,98 triliun, yang didistribusikan ke-58
Satker.
Untuk Dephan, yang mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 6,3 triliun, besaran
dana itu didistribusikan hanya ke dua satker yang ada sementara untuk Mabes TNI,
dari total alokasi anggaran yang diterima sebesar Rp4,5 triliun, besaran itu
didistribusikan untuk 11 satker.
TNI – AD bahkan mendapatkan jatah anggaran yang baru untuk pengadaan alat
utama sistem persenjataan (alutsista) paling kecil dibanding matra angkatan lain. TNI
AD mendapat sekitar Rp1 triliun, bandingkan dengan jatah pengadaan alutsista TNI
AL yang mencapai Rp3 triliun, sedangkan TNI AU mendapat jatah anggaran
pengadaan alutsista Rp2 triliun.
2.4 Sistem Pengadaan Alutsista TNI
Sistem pengadaan Alutsista TNI terkesan tersembunyi dan tidak transparan,
Hal ini mengingat siar kabar yang mengatakan banyak “broker” senjata yang
memanfaatkan kedekatannya dengan “oknum” khusus di pemerintahan, yang
berupaya mempengaruhi belanja pemerintah pada alutsista sebagaimana juga
terjadi di banyak negara.
Tercatat selama rentang tahun 2008-2009 terjadi sekitar 12 pengadaan alutsista
dan hanya 5 transaksi yang dapat di telusuri penggunaan dan transparansi danany
sedangkan yang lain masih belum ada kejelasan. Berikut transaksi pengadaan
alutsista selama rentang tahun 2008 – 2009.

2.5 Industri Militer Nasional


Dalam sistem pengadaan alutsista TNI, Indonesia sering sekali memesan
persenjataan dari luar negeri tanpa mengetahui dampak yang ditimbulkan dari hal
tersebut. Industri militer nasional kita menjadi rapuh dan tidak seproduktif dulu.
Indonesia sudah punya hampir semuanya dalam industri militer, yaitu PT DI
(pesawat), PT PAL (kapal laut), PT Pindad (alutsista darat), dan PT Dahana
(bahan peledak). Kita bahkan juga punya industri hulunya seperti PT Krakatau
Steel (besi dan baja). Tercatat indonesia mempunyai sekitar 17 industri militer
nasional. Berikut adalah daftar industri militer nasional :
 Iae
 Pindad
 PAL
 LEN Industri
 Dahana
 Dok Kodja Bahari
 Lundin
 SSE Armored
 RCS Solusi 247
 Jakarta Aerospace
 Robo Aero
 Pacific Tech
 Aviator
 UAVindo
 Rekayasa Teknologi
 Amadani
 RMTindo
 Sari Bahari

Ini bukan saja membanggakan, tapi sangat potensial untuk dikembangkan.


Bahkan hal ini sudah dilakukan sejak lama oleh negara – negara maju.
China misalnya, yang kini punya setidaknya 11 BUMN di industri militer.
Selain untuk memenuhi kebutuhan angkatan bersenjatanya yang memiliki jumlah
personel terbesar di dunia (lebih dari 1 juta tentara aktif dengan sekitar 200 ribu
cadangan dan rakyat terlatih), RRC juga sudah mampu mengekspor alutsista.
Maka, alutsista bukan lagi pemborosan, malah memberikan devisa bagi negara.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
kondisi alutsista TNI sangat memprihatinkan dan sangat tidak memadai untuk
mengamankan seluruh wilayah Indonesia. Banyak alutsista yang tidak
berfungsi dengan baik dan rusak sehingga mengakibatkan pertahanan militer
Indonesia menjadi semakin melemah.
Anggaran dana pertahanan yang diberikan pemerintah kepada dephan dan TNI
untuk perawatan dan pengadaan alutsista masih sangat kecil dan tidak
memadai untuk negara seluas Indonesia dan dana yang diberikan juga tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum dana pertahanan negara sebesar
Rp. 100 triliun.
Pembagian dana pertahanan dibagikan kepada lima pihak yaitu dephan, mabes
TNI, TNI AD. TNI AU,dan TNI AL. Dengan besar anggaran yang bervariasi
berdasar kepada banyaknya satuan kerja yang dimiliki oleh sebuah pihak.
Sistem pengadaan alutsista di Indonesia masih menemui banyak kendala dan
permasalahan. Banyaknya “broker” dan oknum dalam sistem pengadaan
disinyalir membuat sistem pengadaan alutsista di Indonesia menjadi
bermasalah.
Walaupun industri militer nasional sampai saat ini masih tetap berproduksi,
tetapi belum optimal dalam memenuhi kebutuhan alutsista TNI.
3.2 Saran
Kondisi alutsista di Indonesia sebaiknya diperbaiki dengan membuang
alutsista yang sudah tidak terpakai dan menggantinya dengan yang baru.
Selain itu perlu diadakan perawatan secara intensif dan berkala
Anggaran pertahanan mutlak perlu ditambah setidaknya memenuhi 50% dari
kebutuhan minimal pertahanan negara sekitar Rp. 50 triliun.
Pembagian dana pertahanan seharusnya diatur lebih baik lagi sehingga tidak
menimbulkan opini negatif dari masyarakat. Selain itu, perlu ditambahkan
anggaran biaya untuk matra dengan cakupan wilayah yang lebih luas.
Sistem pengadaan harus segera dibenahi, transparansi aliran dana yang
digunakan untuk pengadaan alutsista harus jelas.
Industri militer nasional harus lebih dioptimalkan. Pengadaan alutsista harus
menitik beratkan kepada produksi industri militer nasional agar bisa
membangun perindustrian militer dan menghemat biaya.
Daftar pustaka
http://politikana.com/baca/2009/10/05/mimpi-tni-yang-kuat.html(29 januari 2010)
http://forum.detik.com/showthread.php?t=134291(29 januari 2010)
http://idsps.org/headline-news/publikasi-idsps/masalah-alutsista-di-indonesia-dan-
kebutuhan-grand-strategy/(29 januari 2010)
http://www.sumbawanews.com/berita/internasional/inilah-perbandingan-kekuatan-
militer-indonesia-vs-malaysia-3.html(29 januari 2010)
http://web.pab-indonesia.com/content/view/12872/60(29 januari 2010)
http://alutsista.blogspot.com/2009/11/menhan-masih-banyak-permasalahan-di.html(29
januari 2010)

You might also like