You are on page 1of 35

MAKALAH DIAGNOSTIK

About Non Strees Test

Dosen Pembimbing Mata Kuliah :


Sari Luthfiyah, S.Kp, M.Kes
Oleh :
DEWI LARASATI P

(P27838113001)

CITA SARRISTA E

(P27838113002)

DEFRY DIBA F

(P27838113004)

AKHMAD DZULFIQRI

(P27838113005)

Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya


Jurusan Teknik Elektromedik
2015

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa pula kita kirimkan salam serta shalawat
kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sebagai uswatun hasanah dimuka Bumi ini.
Izinkan penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu dosen yang telah memberikan
tugas makalah ini sebagai tempat pemebelajaran dalam Mata Kuliah Diagnostik . Dan
penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang senantiasa amanah dalam
melaksanakan tugas yang diberikan, semoga kedepannya lebih ditingkatkan lagi ukhuwah
dalam kelompok ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca khususnya
Dosen Pengajar Mata Kuliah ini. Agar dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih
baik lagi.
Surabaya, 18 Oktober 2015

Penulis Diploma 4

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang

disebabkan oleh

penyakit penyulit hipoksia janin dalam rahim antara lain dengan melakukan pemantauan
kesejahteraan janin dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi
adanya gangguan yang berkaitan hipoksia janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan
tersebut dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.
Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar, persalinan
berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut tak pelak
lagi dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur.
Sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk
kesejahteraan janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk mendeteksi dini jika
ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya; mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan selama kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik dalam
menghadapi persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya,
juga bila kehamilannya dikategorikan dalam risiko tinggi, sehingga dapat segera
ditentukan pertolongan persalinan yang aman kelak."
Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin
dan mencegah janin lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun
mengalami kematian saat baru lahir.
Pemeriksaan non-stress (NST) telah diterima luas sebagai metode pengevaluasi status janin.
Pemeriksaan tersebut melibatkan bagaimana frekuensi jantung janin (FHR) bervariasi dalam
hubungannya dengan gerakan janin. Variasi ini tidak terdapat atau berkurang bila janin
prematur, tidur, dipengaruhi oleh pemberian sedatif pada ibu, dan tidak menerima cukup
oksigen. Peningkatan variasi menandakan sistem saraf otonom atau pusat normal dan janin
tidak menderiat hipoksia.

Pemeriksaan NST biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya terdiri
dari :
1. IBU
Pre-eklampsia-eklampsia,

Ketuban pecah,

Diabetes melitus,

Kehamilan 40

minggu, Vitium cordis, Asthma bronkhiale, Inkompatibilitas Rhesus atau ABO,


Infeksi TORCH, Bekas SC, Induksi atau akselerasi persalinan, Persalinan preterm,
Hipotensi, Perdarahan antepartum, Ibu perokok, Ibu berusia lanjut, Lain-lain :
sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit
jantung, dan penyakit tiroid.
2. JANIN
Pertumbuhan janin terhambat (PJT), Gerakan janin berkurang, Suspek lilitan tali
pusat, Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin, Hidrops fetalis, Kelainan presentasi,
termasuk pasca versi luar, Mekoneum dalam cairan ketuban, Riwayat lahir mati
Kehamilan ganda Dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari Kardiotokografi (KTG) ?
2. Bagaimana mekanisme dari Kardiotokografi (KTG) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dari Kardiotokografi (KTG)
2. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme dari Kardiotokografi (KTG)

BAB II
PEMBAHASAN

D. DASAR TEORI
NST atau juga disebut CTG ( Kardiotokografi ) merupakan salah satu alat elektronik yang
digunakan untuk tujuan melakukan pemantauan kesejahteraan dan kondisi kesehatan janin.
Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat
persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin
(DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim.
TUJUAN : Pemeriksaan dengan kardiotokografi merupakan salah satu upaya untuk
menurunkan angka kematian bayi yang disebabkan oleh penyakit penyulit hipoksi janin
dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan
yang berkaitan hipoksi janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya
menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut. Pada saat bersalin kondisi janin
dikatakan normal apabila denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan
dibarengi dengan kontraksi rahim yang adekuat.
E. REFERENSI MENGENAI KTG
Kardiotokografi berasal dari dua kata kardiografi dan tokografi. Kardiografi adalah grafik
dari pemeriksaan ultrasound untuk mengukur frekuensi denyut jantung janin. Sedangkan
tokografi adalah grafik dari pemeriksaan tonometer untuk mengukur kontraksi otot rahim dan
gerakan janin.
Jadi, Kardiotokografi adalah seperangkat
alat elektronik yang dapat dipergunakan
dalam

memantau

kesejahteraan

janin

melalui penilaian denyut jantung janin


(DJJ), kontraksi uterus, dan gerak janin
dalam waktu bersamaan.

Bila pada doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu juga
terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan diluar kontraksi.
Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi
plasenta yang sudah tidak baik.
Cara pengukuran CTG hampir sama dengan doppler hanya pada CTG yang
ditempelkan 2 alat yang satu untuk mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi
kontraksi, alat ini ditempelkan selama kurang lebih 10-15 menit Pada saat pemeriksaan
CTG, posisi pasien tidak boleh tidur terlentang, tetapi harus setengah duduk atau tidur
miring.
Dikenal

dua

jenis

kardiotokografi,

yaitu

CTG

konvensional

dan

CTG

kardiotokografi

yang

hasil

terkomputerisasi (Computerized cardiotocography).


1. Kardiotokografi

konvensional

adalah

peralatan

interpretasinya dilakukan oleh dokter pemeriksa.


2. Kardiotokografi terkomputerisasi adalah peralatan kardiotokografi yang sebagian
hasil interpretasi pemeriksaan CTG dilakukan oleh komputer yang ada didalam
peralatan CTG tersebut berdasarkan suatu data-base.
a. Mekanisme Kardiotokografi (KTG)
i.

Karakteristik Gambaran DJJ


Gambaran DJJ dalam pemeriksaan CTG dapat digolongkan ke dalam 2 bagian
besar, yaitu:
1) Denyut jantung janin dasar (baseline fetal heart rate). Yang termasuk disini
adalah frekuensi dasar dan variabilitas DJJ.
2) Perubahan periodik / episodik DJJ. Yang dimaksud dengan perubahan
periodik djj adalah perubahan djj yang terjadi akibat kontraksi uterus;
sedangkan perubahan episodik djj adalah perubahan DJJ yang bukan
disebabkan oleh kontraksi uterus (misalnya gerakan janin dan refleks
tali pusat).
a. Frekuensi dasar DJJ
Frekuensi dasar DJJ adalah frekuensi rata-rata DJJ yang terlihat selama periode
10 menit, tanpa disertai periode variabilitas DJJ yang berlebihan (lebih dari 25
dpm), tidak terdapat perubahan periodik atau episodik DJJ, dan tidak terdapat
perubahan frekuensi dasar yang lebih dari 25 denyut per menit (dpm).

1) Dalam keadaan normal, frekuensi dasar DJJ berkisar antara 120 160
dpm (pendapat ini yang dianut di Indonesia). Frekuensi dasar DJJ yang lebih
dari 160 dpm disebut takhikardia; bila kurang dari 120 dpm disebut
bradikardia.
2) Ada juga yang memakai batasan normal 115 160 dpm, atau 110 - 160 dpm
(RCOG, National Institute for Clinical Excellence UK, 2001).
Takhikardia dapat terjadi pada keadaan hipoksia janin, akan tetapi gambaran
tersebut

biasanya tidak berdiri sendiri. Bila takhikardia diserta dengan

variabilitas DJJ yang normal, biasanya janin masih dalam keadaan baik.
Bradikardia dapat terjadi sebagai respons awal keadaan hipoksia akut. Pada
hipoksia ringan frekuensi DJJ berkisar antara 100-120 dpm dan variabilitas DJJ
masih normal. Hal ini menunjukkan bahwa janin masih mampu mengadakan
kompensasi terhadap stres hipoksia. Bila hipoksia semakin berat janin akan
mengalami dekompensasi terhadap stres tersebut. Pada keadaan ini akan terjadi
bradikardia yang kurang dari 100 dpm, disertai dengan berkurang atau
menghilangnya variabilitas DJJ.
b. Variabilitas Djj
Variabilitas DJJ dapat dijabarkan sebagai tidak teraturnya irama jantung normal
yang terlihat pada rekaman DJJ. Fisiologi terjadinya variabilitas DJJ masih
mengandung perdebatan, diduga akibat adanya keseimbangan interaksi sistem
saraf simpatis (kardioakselerator) dan parasimpatis (kardiodeselerator). Tetapi
ada bukti lain bahwa variabilitas DJJ terjadi akibat stimulus di daerah korteks
serebri yang merangsang pusat pengatur denyut jantung di batang otak
dengan perantaraan nervus vagus. Penilaian variabilitas DJJ yang paling mudah
adalah dengan mengukur besarnya amplitudo dari variabilitas (long term
variability). Berdasarkan besarnya amplitudo tersebut, variabilitas DJJ dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1) Variabilitas normal: amplitudo berkisar antara 5 25 dpm.
2) Variabilitas berkurang: amplitudo 2 5 dpm.
3) Variabilitas menghilang: amplitudo kurang dari 2 dpm.
4) Variabilitas berlebih(saltatory): amplitudo lebih dari 25 dpm.

Pemeriksaan KTG
1) Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
2) Waktu pemeriksaan maksimal selama 20
menit
3) Selama pemeriksaan, posisi ibu berbaring
nyaman

dan

tak

menyakitkan

ibu

maupun bayi.
4) Bila ditemukan kelainan maka pemantauan
dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai.
5) Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil untuk pemantauan
kondisi janin terutama dalam keadaan :
a. Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit
infeksi kronis, dll)
b. Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth
Retriction)
c. Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
d. Polihidramnion (air ketuban berlebih)

Kontra Indikasi Kardiotokografi


Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan Cardiotokografi
terhadap ibu maupun janin.
Syarat Pemeriksaan KTG
1) Janin hidup dengan usia kehamilan 28 minggu.
2) Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
3) Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
4) Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada KTG
terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.

Persiapan Pasien
1) Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara
pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak
medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan
lisan).
2) Kosongkan kandung kencing.
3) Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
4) Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat
janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
5) Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum
maksimum DJJ
Pemeriksaan Kardiotokografi
1) Hitung DJJ selama satu menit, bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah
kontraksi berakhir.
2) Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah
punktum maksimum.
3) Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet
bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh
ibu selama perekaman CTG.
4) Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.
5) Lama perekaman adalah 20 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang
ingin dicapai).
6) Lakukan pencetakkan hasil rekaman CTG.
7) Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
8) Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali
alat pada tempatnya.
9) Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
10) Berikan hasil rekaman CTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedik
membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap.

Alat Kardiotokografi
Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor adalah alat yang
digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat
dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan
CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan
janin dan kontraksi rahim. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila
denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi
dengan kontraksi rahim yang adekuat.
Apabila kemungkinan terdapat masalah pada janin maka dokter akan melakukan
pemeriksaan NST (non stress test) dengan memberikan infus oksitosin untuk
menimbulkan kontraksi rahim (his) dan denyut jantung janin diperiksa dengan CTG.
Apabila tampak kelainan pada hasil pemeriksaan CTG maka dokter kandungan akan
melakukan tindakan persalinan dengan segera.
Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada fasilitas pelayanan
persalinan. Dengan adanya kemajuan teknologi dan produksi harga peralatan CTG
dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu hanya rumah sakit yang menyediakannya.
Sekarang tidak lagi! Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil dan bersalin berjalan
dengan baik rumah bersalin, klinik dokter bahkan bidan praktek swasta sebaiknya
memiliki CTG agar tidak ada kasus keterlambatan dalam mendiagnosis adanya
masalah pada ibu hamil dan melahirkan.

F. FUNGSI SERTA PENGGUNAAN ALAT


i.

Fungsi
Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran djj dalam hubungannya
dengan gerakan / aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap
frekuensi dasar denyut janin (baseline, variabilitas (variability) dan timbulnya
akselerasi yang sesuai gerakan /aktifitas janin (Fetal Activity Determination/ FAD).
Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah
bayi menerima cukup oksigen. Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin
( djj ) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat
yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan
frekuensi denyut jantung janin.
Baseline :
1. Normal = 110 160 beats/min
2. Tachycardia Moderate 160 180 beats/min
3. Severe > 180 beats/min
4. Bradycardia Moderate 100 110 beats/min
Severe < 100 beats/min
Variability:
Normal

>5

beats/min

Reduced

3 5 beats/min

Absent

<3

beats/min

Gambar 2.3 Output Fetal Heart Monitor

ii.

Indikasi
Beberapa indikasi tes antepartum pada ibu, yaitu : Sindrom antifosfolipid
Hipertiroidisme

Hemoglobinopati

Penyakit

jantung

sianosis

Lupus

aritematosus sistemik Penyakit ginjal kronis Diabetes mellitus tipe I


Gangguan hipertensi.
Indikasi obstetri untuk tes antepartum pada ibu, yaitu : Kecurigaan
pertumbuhan intrauteri terhambat (IUGR) pada kehamilan saat ini. Riwayat
IUGR pada kehamilan sebelumnya. Diabetes sebelum hamil. Diabetes
kehamilan. Hipertensi kronis. Hipertensi kehamilan. Pre- eklamsia.
Kehamilan kembar. Oligohidramnion. Kehamilan pascamatur. Isoimunisasi
Rh. Ketuban pecah dini. Penurunan gerakan janin. Kelahiran mati pada
kehamilan sebelumnya.
Dugaan Terjadinya ganguan
Dugaan terjadinya gangguan kesehatan janin adalah indikasi untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan janin:
-

Ibu berbaring dan miring kiri.

DJJ dan kontraksi uterus dipantau terus menerus melalui transduser pada
dinding abdomen ibu.

Ibu diminta memencet tombol khusus saat merasakan adanya gerakan janin

Ditentukan adanya perubahan pada frekuensi DJJ akibat gerakan janin dan
kontraksi uterus: 1) NORMAL: Respon perubahan DJJ saat ada gerakan
janin adalah > 15 dpm diatas nilai dasar dan sekurang kurangnya
berlangsung selama 15 detik
2) REAKTIF : Bila terdapat 2 akselerasi dalam periode 20 menit dan janin
dalam keadaan baik

iii.

Patofisiologi
Aktifitas dinamika jantung dipengaruhi oleh sistem saraf autonom yaitu
simpatis dan parasimpatis. Bunyi jantung dasar dan variabilitas dari jantung janin
normal terjadi bila oksigenasi jantung normal. Bila cadangan plasenta untuk nutrisi
(oksigen) cukup, maka stres intrinsik (gerakan janin) akan menghasilkan akselerasi
bunyi jantung janin, dan stres ekstrinsik (kontraksi rahim) tidak akan
mengakibatkan deselerasi.

a. Hasil Pengukuran dan Cara Membaca Hasil Perekaman NST


Hasil NST non REAKTIF adalah indikasi untuk pemeriksaan PROFIL BIOFISIK.
Contraction stress test
- CST mengukur respon frekuensi DJJ terhadap kontraksi uterus yang
dibangkittan secara artifisial (oksitosin infus). Sekurangnya diperlukan
adanya 3 his kontraksi utrerus dalam 10 menitgar dapat meng
interpretasi test ini.
- CST NEGATIF : Tidak ada deselerasi yang bersamaan dengan his ( hasil
ini meyakinkan)
- CST POSITIF: terjadi deselerasi variabel berat atau deselerasi lanjut
pada > 50% his yang terjadi. Hal ini terkait dengan outcome perinatal
buruk pada 35 40% kasus
- Tingkat positif palsu mencapai 50%
- CST equivokal harus diulang dalam waktu 24 72 jam dan lebih dari
80% hasil ulangan memperlihatkan hasil negatif

Grafik gerak janin kick chart


- Hasil penilaian dapat diandalkan
- Gerak janin semakin lambat dengan:
o

Usia kehamilan

Olgohidramnion

Merokok

Terapi kortikosteroid

- Grafik kicck chart : semua gerakan janin yang dirasakan ibu selama
11 jam.
Profil biofisik
Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi dan kardiotokografi dan
menentukan 5 parameter :
- Gerakan pernafasan janin ( gerakan dinding torak )
- Aktivitas janin ( gerakan kasar tubuh atau ekstrimitas janin)
- Amniotic Fluid Index

- Tonus Janin (fleksi atau ekstensi sendi ekstrimitas janin)


- Reaktivitas ( non-stress test )
Masing masing parameter diberi skore 0 1 2 dan profil disebut
normal bila jumlah skore 8 10.
Catatan:
-

Skor 6 , harus dilihat skore AFI ; bila hasilnya baik maka keadaan
janin normal

Skor 2 , kehamilan harus segera diakhiri dengan seksio sesar

Skor 4 , harus segera diterminasi sesuai dengan syarat dan indikasi


yang ada saat itu.

Amniotic fluid index - afi


Cairan amnion berperanan penting dalam perkembangan paru,
perlindungan

terhadap

trauma

dan

infeksi.

Selaput ketuban yang utuh tidak menjamin tidak terjadinya infeksi intra
uterin oleh karena pada 10% pasien kehamilan aterm dengan selaput
ketuban utuh ditemukan adanya kolonisasi bakteri AFI ditentukan dalam
PBF dan menggambarkan volume cairan amnion. Perhitungan AFI adalah
dengan membagi abdomen ibu dalam 4 kuadran, pada masing masing
kuadran diukur panjang vertikal kantung maksimal dengan USG dalam
sentimeter dan kemudian dijumlahkan pada 4 kuadran.
Volume cairan amnion normal :
-

Volume pada minggu ke 28 < 800 ml

> 28 minggu : jumlah cairan amnion

Minggu ke 40 jumlah cairan amnion 500 ml

Volume cairan amnion abnormal :


-

OLIGOHIDRAMNION : AFI < 5


o Ketuban Pecah Dini
o 60% kasus berkaitan dengan PJT

(poli) HIDRAMNION : AFI > 20 ( 2 liter )

Pola detik jantung janin


- HIPOKSEMIA : kadar oksigen darah < normal
- HIPOKSIA : kadar oksigen jaringan menurun
- ASIDEMIA : Kadar ion H+ darah meningkat
- ASIDOSIS : Kadar ion H+ jaringan meningkat
- ASFIKSIA : Hipoksia janin disertai dengan asidosis
Metabolik
REAKTIVITAS dan DJJ NORMAL
Frekuensi DJJ normal 110 160 dpm. Nilai dasar ( base line rate
adalah frekuensi DJJ selama 10 menit ) secara normal memiliki variasi
periodik berupa akselerasi (nilai diatas base line) dan deselerasi (nilai
dibawah base line).

Gambar 2.4 Grafik Base Line Normal


Pemeriksaan DJJ janin REAKTIF dan NORMAL : Terdapat 2
akeselerasi sebesar sekurangnya 15 dpm yang berlangsung sekurangnya
selama 15 detik dalam observasi DJJ selama 20 menit.

Penilaian nilai dasar denyut jantung janin


- Ini memerlukan penentuan NILAI yang diambil (denyut per menit )
dan VARIABILITAS.
- Nilai normal dan tidak normal terlihat dibawah ini.

Tabel 2.1 DPM Janin


Nilai dasar variabilitas dapat dibagi menjadi interval jangka pendek dan
interval jangka panjang :
1. Variabilitas jangka pendek atau beat to beat variablity
Fluktuasi variabilitas jangka pendek normal adalah
antara 5 25 dpm
Fluktuasi < 5 dpm cenderung dikatakan abnormal dan bila disertai
dengan deselerasi maka keadaan ini menunjukkan adanya gawat
janin berat.
2. Variabilitas jangka panjang
Variabilitas jangka panjang normal adalah antara 3 10 dpm
Variabilitas ini merupakan penurunan fisiologis yang terjadi pada
janin tidur dan umumnya berlangsung tidak lebih dari 25 menit.
Perubahan denyut jantung janin periodik
Terjadi perubahan pada nilai dasar DJJ yang berhubungan dengan
kontraksi uterus. Respon terhadap kontraksi uterus dapat digolongkan
sebagai berikut :
-

Tidak terjadi perubahan

Akselerasi : peningkatan frekuensi DJJ terkait dengan kontraksi


utrerus (respon normal)

Deselerasi : penurunan frekuensi DJJ terkait dengan kontraksi uterus


(respon abnormal) , terbagi menjadi
o Dini
o Lambat
o Variabel
o Campuran

Tabel 2.2 Pola Detak Jantung Janin


Deselerasi
Deselerasi selama persalinan di interpretasi sesuai dengan saat
terjadinya berkaitan dengan kontraksi uterus.
DESELERASI DINI
-

Saat terjadinya, puncak dan akhir kejadian sejalan dengan kontraksi


uterus.

Derajat deselerasi sebanding dengan kekuatan kontraksi .

Efek terjadi akibat aktivasi nervus vagus

Merupakan keadaan normal dan disebabkan oleh kompresi kepala.

Tidak memerlukan intervensi

Gambar 2.5 Deselerasi Dini

DESELERASI LAMBAT
-

Perhatikan gambar dibawah

Kejadian dimulai saat puncak kontraksi uterus dan berakhir sesaat


setelah kontraksi uterus berakhir

Terjadi akibat insufisiensi uteroplasenta (kurangnya pasokan darah


uteroplasenta) selama kontraksi.

Tindakan :
o Ibu berbaring miring.
o O2 sungkup.
o Hentikan oksitosin.
o Tokolitik.
o Bila berlangsung > 30 menit periksa pH darah dan
pertimbangkan SC

Gambar 2.6 Deselerasi Lambat

DESELERASI VARIABEL
-

Keadaan abnormal dan dapat bersifat sedang atau berat.

Terjadi akibat kompresi talipusat/kepala

Bila berulang : lilitan talipusat ?

Intervensi :
o Amnioinfusion
o Merubah posisi ibu : Trendelenburg

Takikardia janin
RINGAN = 161 180 dpm
BERAT = 181 dpm
etiologi :
-

Infeksi intrauterin

Hipoksia berat janin

Penyakit jantung congenital

Beat To Beat Variability

Variasi dikendalikan terutama oleh sistem saraf otonom : salah satu


petunjuk dari intergritas sistem saraf pusat janin.

Pada kehamilan < 28 minggu, janin masih neurologically immature


sehingga dapat mudah terlihat adanya penurunan variabilitas.

SHORT-TERM VARIABILITY

Variabilitas dikendalikan oleh otak janin melalui pengaruh simfatis &


parasimpfatis.

Penurunan variabilitas merupakan keadaan normal selama janin tidur dan


segera kembali ke nilai normal dalam waktu 20 40 menit.

Penurunan varibilitas dapat terjadi pada:


-

Pasca pemberian obat narkotik

Keadaan hipoksia dan asidosis dan disertai dengan kelainan DJJ lain
seperti deselerasi lambat, takikardia, bradikardia dan deselerasi
variabel yang berat.

Gambar 2.7 Variabilitas Jangka Pendek

LONG-TERM VARIABILITY

Gambar 2.8 Variabilitas Jangka Panjang

Bentuk dari variabilitas jangka panjang adalah berupa sayap yang


lebar dan terjadi beberapa kali dalam satu menit.

Salah satu bentuk dari variabilitas jangka panjang yang bermakna


disebut sebagai akselerasi.

Keadaan diatas umumnya merupakan respon dari gerakan janin dan


biasanya berkisar sekitar 15 dpm diatas nilai dasar dan berlangsung
selama 10 20 detik.

VJP kadang dapat ditimbulkan dengan merangsang kulit kepala janin


selama VT atau dengan stimulasi akustik.

Adanya akselerasi DJJ adalah menunjukkan bahwa janin dalam


keadaan sehat dan dapat mentoleransi lingkungan uterus dengan baik.

Interpretasi hasil.
a. Reaktif:
1) Terdapat gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit, disertai
dengan akselerasi sedikitnya 15 dpm.
2) Frekuensi dasar djj di luar gerakan janin antara 120 160 dpm.
3) Variabilitas djj antara 5 25 dpm atau 6 atau lebih per menit.

4) Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola omega pada NST yang
reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu
kemudian.
5) Pada pasien diabetes mellitus tipe IDDM pemeriksaan diulang tiap hari, tipe
yang lain dulang tiap minggu
b. Non-reaktif:
1) Gerakan janin kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit,
2) Tidak terdapat akselerasi pada denyut jantung janin meskipun diberikan
rangsangan dari luar
3) Frekuensi dasar djj abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih dari 160 dpm).
4) Variabilitas djj kurang dari 2 dpm.
c. Meragukan:
1) Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat
akselerasi yang kurang dari 15 dpm.
2) Frekuensi dasar djj abnormal.
3) Variabilitas djj antara 2 5 dpm.

d. Sinusoidal, bila :
2) Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal.
3) Tidak ada gerakan janin
4) Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin
matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasiRH.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi
dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction
Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu
pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.

e. Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif)
apabila ditemukan :
1) Bradikardi
2) Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm, yang
lamanya 60 detik atau lebih.
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin
sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable

Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti dengan keadaan janin yang baik sampai 1
minggu kemudian (spesifisitas 95% - 99%). Hasil NST yang non-reaktif disertai
dengan keadaan janin yang jelek (kematian perinatal, nilai Apgar rendah, adanya
deselerasi lambat intrapartum), dengan sensitivitas sebesar 20%. Hasil NST yang
meragukan harus diulang dalam waktu 24 jam. Oleh karena rendahnya nilai
sensitivitas NST, maka setiap hasil NST yang non-reaktif sebaiknya dievaluasi lebih
lanjut dengan contraction stress test (CST), selama tidak ada kontraindikasi.
2. Janin
Hal Yang Mempengaruhi Gerakan Janin
- Kapan gerakan muncul
- Usia kandungan
- Kadar glukosa
- Stimulus suara
- Penggunaan obat-obatan & kebiasaan merokok
- Asidemia
- Polihidramnion
- Oligohidramnion
Cara Menghitung Gerakan Janin
Pengkajian riwayat merupakan langkah yang penting. Klien sering melaporkan
penurunan gerakan janin karena mereka lupa merasakan aktivitas janin selama periode
waktu tertentu dan juga tidak terlalu perhatian terhadap hal ini. Anjurkan klien untuk
fokus pada aktivitas janin selama periode waktu satu jam, terutama saat ia sedang
beristirahat, dalam kondisi gizi baik, dan asupan cairan cukup. Apabila klien mampu
membaca dan memahami prosedur grafik dasar, maka dapat menggunakan
metode menghitung sampai 10 :
1) Jadwalkan satu sesi perhitungan per hari
2) Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari.
3) Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi dalam 1 jam.
4) Apabila gerakan kurang dari 10 kali dalam 1 jam, jika dibutuhkan waktu lebih
lama untuk mencapai 10 kali gerakan, atau jika tidak terasa gerakan dalam 1 jam,
maka hubungi bidan.

Bunyi Yang Sering Terdengar Ketika Memeriksa Denyut Jantung Janin


a. Desir tali pusat
Disebabkan semburan darah melalui arteri umbilikalis. Suara ini terdengar
seperti siulan nyaring yang singkron dengan denyut jantung janin. Suara ini tidak
konstan, kadang-kadang terdengar jelas ketika diperiksa pada suatu waktu namun
pada pemeriksaan di lain tidak terdengar.
b. Desir uterus
Terdengar sebagai suara hembusan lembut yang singkron dengan denyut ibu.
Bunyi ini biasanya paling jelas terdengar saat auskultasi segmen bawah uterus.
Suara ini dihasilkan oleh pasase darah melalui pembuluh-pembuluh uterus yang
berdilatasi dan dijumpai tidak saja pada kehamilan tetapi juga pada setiap keadaan
yang menyebabkan alirah darah ke uterus meningkat, hingga pengaliran darah
menjadi luas.
c. Suara akibat gerakan janin
Suara gerakan ini seperti suara pukulan, dikarenakan janin mendapat reaksi
dari luar.
d. Gerakan usus
Suara ini seperti berkumur-kumur, dihasilkan oleh berjalannya gas atau cairan
melalui usus ibu.
Frekuensi Denyut Jantung
a. Bradikardi
Frekuensi denyut jantung janin yang kurang dari 110 denyut/menit. Keadaan
ini dianggap sebagai tanda akhir hipoksia janin.
Penyebabnya :
- hipoksia janin tahap lanjut
- obat-obatan beta-adrenergetik (propanolol; anestetik untuk blok epidural,
spinal, kaudal, dan pudendal)
- hipotensi pada ibu
- kompresi tali pusat yang lama
- blok jantung kongenital pada janin
b. Tacikardi
Frekuensi denyut jantung janin yang lebih dari 160 denyut/menit. Keadaan ini
dianggap sebagai tanda awal hipoksia janin.

Penyebabnya :
- hipoksia janin dini
- demam pada ibu
-

obat-obatan parasimpatik (atropin, hidroksizin)

- obat-obatan beta-simpatomimetik (ritodrin, isoksuprin)


- hipertiroid pada ibu
- anemia pada janin
- gagal jantung pada janin
- aritmia jantung pada janin
c. Variabilitas
Variabilitas denyut jantung janin digambarkan sebagai ketidakteraturan irama
jantung normal. Variabilitas denyut demi denyut normal dianggap antara 6 dan 25
denyut/menit. Variabilitas jangka pendek yaitu ketidak samaan satu denyut
dengan denyut berikutnya. Variabilitas jangka panjang yaitu tampak sebagai
siklus ritmik/ gelombang dasar dan biasanya terdapat tiga sampai lima siklus
permenit.
Penyebab variabilitas meningkat :
- hipoksia ringan dini
- stimulasi janin oleh palpasi rahim, kontraksi rahim, aktivitas janin, dan
aktivitas ibu
Penyebab variabilitas menurun :
- hipoksia/asidosis
- depresi sistem saraf pusat oleh obat-obatan tertentu
- prematuritas
- siklus tidur janin
- aritmia jantung janin
Uterine Fetal Kontraksi dapat mempengaruhi Fetal Heart Rate (FHR) dengan
meningkatkan atau menurunkan tingkat dalam hubungan dengan kontraksi yang
diberikan.
3 mekanisme primer yang UCs dapat menyebabkan penurunan FHR adalah dengan
kompresi :

Kepala janin

Tali pusar

Pembuluh miometrium uterus

Gambar 2.9 Janin


Periodik dan Episodic Karakteristik FHR
Periodik: Mengacu pada perubahan DJJ yang terjadi dengan atau dalam hubungan
dengan kontraksi
Episodik: Mengacu pada perubahan DJJ yang terjadi independen dari kontraksi

Gambar 2.10 Contoh Perubahan Periodik

Gambar 2.11 Variable Decelerations

Gambar 2.12 Early Deceleration


Akhir Perlambatan
Terjadi sebagai respon terhadap insufisiensi utero-plasenta. Aliran darah ke
janin terganggu dan ada kurang oksigen tersedia untuk janin).

Gambar 2.13 Contoh Grafik Akhir Perlambatan

Gambar 2.14 Late Decelerations

Perlambatan berkepanjangan

Perlambatan dari FHR dari baseline yang berlangsung lebih dari 2 menit
tapi kurang dari 10 menit.

Tidak ada penjelasan mengapa ini terjadi

Umumnya terkait dengan hiperstimulasi uterus.

Bisa juga terjadi tanpa aktivitas uterus apapun

Gambar 2.15 Contoh Prolong Deceleration


Karakteristik Kontraksi
Frekuensi: dihitung dari awal kontraksi ke awal kontraksi berikutnya.
Keteraturan: Apakah pola ritmis atau tidak
Durasi: Dari awal sampai akhir - Berapa lama setiap kontraksi berlangsung?
Intensitas: Dengan palpasi ringan, sedang, atau kuat.
Dengan

IUPC

(kateter

intra-uterus

tekanan)

intensitas

Subyektif: deskripsi Pasien

Gambar 2.16 Uterine Contraction

dalam

mmHg

Fisiologi Janin

Gambar 2.17 Pengaturan Denyut Jantung Janin

G. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN


Kardiotokografi (KTG) Sonicaid System 8002adalah suatu kardiotokograf
terbaru yang terkomputerisasi dimana sebagian besar interpretasi hasil
rekaman penilaian kesejahteraan janin dilakukan oleh komputer yang
terdapat di dalamnya. Cara pembacaan hasil rekaman KTG ini ada
perbedaan dengan KTG yang konvensional.Pada KTG Sonicaid S ystem
8002, dokter pemeriksa akan memperoleh sejumlah hasil interpretasi
komputer terhadap semua data rekaman aktivitas / kondisi janin dan ibu
serta

anjuran

yang

diperlukan.

Keputusan

akhir

tetap

ada

pada

tangandokter yang bersangkutan setelah juga menila i keadaan klinis dan


memberikan penjelasan pada pasien/keluarganya (informed consent).
Pemeriksaan ini ditujukanuntuk menilai kesejahteraan janin dan dapat
dimulai sejak kehamilan 28 minggu (setelah fungsi sistem saraf otonom
berfungsi sempurna)

H. BLOK DIAGRAM

Transmiter

Ocilator

Receiver

Filter

O
B
Y
E
K

M
I
K
R
O
K
O
N
T
R
O
L
E
R

Printer

Display

I. STANDART OPERASIONAL PROCEDURE


Prosedur Pelaksanaan :
1) Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
2) Tekanan darah diukur setiap 10 menit
3) Dipasang kardio dan tokodinamometer
4) Frekuensi jantung janin dicatat
5) Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi
6) Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
7) Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak
reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang
2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)
8) Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara
individual

Prosedur Pembacaan hasil :


a. Reaktif, bila :
1. Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
2. Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
3. Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam
20 menit
4. Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola omega pada NST yang reaktif
berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian
5. Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe
yang lain diulang setiap minggu
b. Tidak reaktif, bila :
1) Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
2) Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
3) Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
4) Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar
Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif.
Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti :

barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa


Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan
NST diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan
pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT)
c. Sinusoidal, bila :
1) Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal
2) Tidak ada gerakan janin
3) Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin matur,
janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam
waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test).
Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih
lanjut mungkin diperlukan.

Prosedur Persiapan Alat :

Prosedur Pemeliharaan Alat / Maintenance

Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga tetap baik.
Hidupkan peralatan CTG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan oleh pabrik pembuat
peralatan tersebut. Panduan pengoperasian peralatan CTG sebaiknya diletakkan di dekat
mesin CTG, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat ketidaktahuan
operator CTG.

Perhatikan tegangan listrik pada RUANGAN CTG, karena tegangan yang terlalu naikturun akan membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang stabilisator
tegangan listrik.

Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan CTG, bersihkan semua peralatan dengan hatihati, terutama pada transduser (penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser
dengan memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak
merusak transduser (informasi ini dapat diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin
CTG).

Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan dan bersihkan kabelkabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah semua rapih, tutuplah mesin CTG
dengan plastik penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah mesin CTG dari siraman air
atau zat kimia lainnya.

Prosedur Penempatan Alat


Pastikan bahwa CardioTocoGraphy disimpan di tempat yang berventilasi baik di mana
kelembaban dan suhu terjaga agar alat lebih awet dan terMinimalisir dari Trouble.

J. TROUBLESHOOTING
Unit tidak akan menyala :
- periksa baterai
Unit menyala tetapi tidak ada suara :
- Headphone dan audio speaker kabel interrupt
Akurat Heart Rate :
- Janin terlalu muda
- Menghitung denyut jantung ibu
- Pastikan secara manual menghitung denyut jantung

Statis :
- Penggunaan yang tidak memadai dari USG gel, gunakan secara bebas
Gangguan dari peralatan lainnya :
- Mengurangi tingkat volume
Tidak menggunakan gel ultrasonik, produk berbasis minyak akan membahayakan penyelidikan
wajah
- Gunakan gel ultrasonik saja.
Simbol baterai muncul :
- mengganti baterai
Simbol hati muncul :
- Unit menghitung denyut jantung janin
Unit tidak akan menyala :
- Baterai sudah mati
LED merah :
- Baterai OK
- Probe dicabut
- Kabel Probe rusak
Lemah atau tidak ada sinyal janin :
- Janin terlalu muda
- Ketika di hadapan gangguan frekuensi radio, suara aliran darah dapat menjadi berkurang.
Summit / LifeDop Fetal Doppler :
- Kualitas suara yang buruk
- Tidak memadai penggunaan gel USG.
- Relokasi probe untuk sinyal yang lebih baik
- Gangguan dari peralatan lainnya
Heart Rate akurat :
- Relokasi probe untuk sinyal yang lebih baik
- Pastikan suara ibu tidak mencampur w / suara janin
- Pastikan secara manual menghitung bahwa angka ini antara 50-210BPM
Berkedip indikator baterai :
- mengganti baterai
Probe frekuensi 0,0
- Tidak ada probe terpasang
- Probe terpasang, Summit kontak

BAB III
PENUTUPAN
K. KESIMPULAN
Kardiotokografi merupakan salah satu alat elektronik yang digunakan untuk tujuan melakukan
pemantauan kesejahteraan janin melalui penilaian pola denyut jantung janin dalam hubungannya
dengan adanya kontraksi ataupun aktifitas janin. Laparoskopi adalah suatu instrumen untuk melihat
rongga peritoneum. Struktur rongga pelvik dan dapat juga dipakai untuk tindakan operatif.

L. DAFTAR PUSTAKA
http://khusnuldiary.blogspot.co.id/2013/04/teknologi-kardiotokografi_7580.html
http://intannurulhayati.blogspot.co.id/2013/04/kardiotokografi-dan-laparoskopi.html
http://worldhealth-bokepzz.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-kardiotokografi.html
http://Google.com/image.html
http://atikgurubidan.blogspot.co.id/2010/09/non-stress-test.html
Oktavinola,

Febrina.

2010.

NST

DALAM

KEHAMILAN.

http://bidanshop.blogspot.co.id/2010/01/nst-dalam-kehamilan.html
Raito, Aou. 2014. MAKALAH ASKEB 1 TENTANG PENGKAJIAN FETAL DAN
MENENTUKAN DIAGNOSA PADA KEHAMILAN.
http://aouraito.blogspot.co.id/2014/12/makalah-askeb-1-tentang-pengkajian.html

You might also like