Professional Documents
Culture Documents
(P27838113001)
CITA SARRISTA E
(P27838113002)
DEFRY DIBA F
(P27838113004)
AKHMAD DZULFIQRI
(P27838113005)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa pula kita kirimkan salam serta shalawat
kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sebagai uswatun hasanah dimuka Bumi ini.
Izinkan penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu dosen yang telah memberikan
tugas makalah ini sebagai tempat pemebelajaran dalam Mata Kuliah Diagnostik . Dan
penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang senantiasa amanah dalam
melaksanakan tugas yang diberikan, semoga kedepannya lebih ditingkatkan lagi ukhuwah
dalam kelompok ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca khususnya
Dosen Pengajar Mata Kuliah ini. Agar dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih
baik lagi.
Surabaya, 18 Oktober 2015
Penulis Diploma 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang
disebabkan oleh
penyakit penyulit hipoksia janin dalam rahim antara lain dengan melakukan pemantauan
kesejahteraan janin dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi
adanya gangguan yang berkaitan hipoksia janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan
tersebut dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.
Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar, persalinan
berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut tak pelak
lagi dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur.
Sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk
kesejahteraan janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk mendeteksi dini jika
ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya; mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan selama kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik dalam
menghadapi persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya,
juga bila kehamilannya dikategorikan dalam risiko tinggi, sehingga dapat segera
ditentukan pertolongan persalinan yang aman kelak."
Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin
dan mencegah janin lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun
mengalami kematian saat baru lahir.
Pemeriksaan non-stress (NST) telah diterima luas sebagai metode pengevaluasi status janin.
Pemeriksaan tersebut melibatkan bagaimana frekuensi jantung janin (FHR) bervariasi dalam
hubungannya dengan gerakan janin. Variasi ini tidak terdapat atau berkurang bila janin
prematur, tidur, dipengaruhi oleh pemberian sedatif pada ibu, dan tidak menerima cukup
oksigen. Peningkatan variasi menandakan sistem saraf otonom atau pusat normal dan janin
tidak menderiat hipoksia.
Pemeriksaan NST biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya terdiri
dari :
1. IBU
Pre-eklampsia-eklampsia,
Ketuban pecah,
Diabetes melitus,
Kehamilan 40
BAB II
PEMBAHASAN
D. DASAR TEORI
NST atau juga disebut CTG ( Kardiotokografi ) merupakan salah satu alat elektronik yang
digunakan untuk tujuan melakukan pemantauan kesejahteraan dan kondisi kesehatan janin.
Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat
persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin
(DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim.
TUJUAN : Pemeriksaan dengan kardiotokografi merupakan salah satu upaya untuk
menurunkan angka kematian bayi yang disebabkan oleh penyakit penyulit hipoksi janin
dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan
yang berkaitan hipoksi janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya
menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut. Pada saat bersalin kondisi janin
dikatakan normal apabila denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan
dibarengi dengan kontraksi rahim yang adekuat.
E. REFERENSI MENGENAI KTG
Kardiotokografi berasal dari dua kata kardiografi dan tokografi. Kardiografi adalah grafik
dari pemeriksaan ultrasound untuk mengukur frekuensi denyut jantung janin. Sedangkan
tokografi adalah grafik dari pemeriksaan tonometer untuk mengukur kontraksi otot rahim dan
gerakan janin.
Jadi, Kardiotokografi adalah seperangkat
alat elektronik yang dapat dipergunakan
dalam
memantau
kesejahteraan
janin
Bila pada doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu juga
terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan diluar kontraksi.
Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi
plasenta yang sudah tidak baik.
Cara pengukuran CTG hampir sama dengan doppler hanya pada CTG yang
ditempelkan 2 alat yang satu untuk mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi
kontraksi, alat ini ditempelkan selama kurang lebih 10-15 menit Pada saat pemeriksaan
CTG, posisi pasien tidak boleh tidur terlentang, tetapi harus setengah duduk atau tidur
miring.
Dikenal
dua
jenis
kardiotokografi,
yaitu
CTG
konvensional
dan
CTG
kardiotokografi
yang
hasil
konvensional
adalah
peralatan
1) Dalam keadaan normal, frekuensi dasar DJJ berkisar antara 120 160
dpm (pendapat ini yang dianut di Indonesia). Frekuensi dasar DJJ yang lebih
dari 160 dpm disebut takhikardia; bila kurang dari 120 dpm disebut
bradikardia.
2) Ada juga yang memakai batasan normal 115 160 dpm, atau 110 - 160 dpm
(RCOG, National Institute for Clinical Excellence UK, 2001).
Takhikardia dapat terjadi pada keadaan hipoksia janin, akan tetapi gambaran
tersebut
variabilitas DJJ yang normal, biasanya janin masih dalam keadaan baik.
Bradikardia dapat terjadi sebagai respons awal keadaan hipoksia akut. Pada
hipoksia ringan frekuensi DJJ berkisar antara 100-120 dpm dan variabilitas DJJ
masih normal. Hal ini menunjukkan bahwa janin masih mampu mengadakan
kompensasi terhadap stres hipoksia. Bila hipoksia semakin berat janin akan
mengalami dekompensasi terhadap stres tersebut. Pada keadaan ini akan terjadi
bradikardia yang kurang dari 100 dpm, disertai dengan berkurang atau
menghilangnya variabilitas DJJ.
b. Variabilitas Djj
Variabilitas DJJ dapat dijabarkan sebagai tidak teraturnya irama jantung normal
yang terlihat pada rekaman DJJ. Fisiologi terjadinya variabilitas DJJ masih
mengandung perdebatan, diduga akibat adanya keseimbangan interaksi sistem
saraf simpatis (kardioakselerator) dan parasimpatis (kardiodeselerator). Tetapi
ada bukti lain bahwa variabilitas DJJ terjadi akibat stimulus di daerah korteks
serebri yang merangsang pusat pengatur denyut jantung di batang otak
dengan perantaraan nervus vagus. Penilaian variabilitas DJJ yang paling mudah
adalah dengan mengukur besarnya amplitudo dari variabilitas (long term
variability). Berdasarkan besarnya amplitudo tersebut, variabilitas DJJ dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1) Variabilitas normal: amplitudo berkisar antara 5 25 dpm.
2) Variabilitas berkurang: amplitudo 2 5 dpm.
3) Variabilitas menghilang: amplitudo kurang dari 2 dpm.
4) Variabilitas berlebih(saltatory): amplitudo lebih dari 25 dpm.
Pemeriksaan KTG
1) Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
2) Waktu pemeriksaan maksimal selama 20
menit
3) Selama pemeriksaan, posisi ibu berbaring
nyaman
dan
tak
menyakitkan
ibu
maupun bayi.
4) Bila ditemukan kelainan maka pemantauan
dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai.
5) Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil untuk pemantauan
kondisi janin terutama dalam keadaan :
a. Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit
infeksi kronis, dll)
b. Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth
Retriction)
c. Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
d. Polihidramnion (air ketuban berlebih)
Persiapan Pasien
1) Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara
pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak
medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan
lisan).
2) Kosongkan kandung kencing.
3) Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
4) Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat
janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
5) Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum
maksimum DJJ
Pemeriksaan Kardiotokografi
1) Hitung DJJ selama satu menit, bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah
kontraksi berakhir.
2) Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah
punktum maksimum.
3) Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet
bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh
ibu selama perekaman CTG.
4) Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.
5) Lama perekaman adalah 20 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang
ingin dicapai).
6) Lakukan pencetakkan hasil rekaman CTG.
7) Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
8) Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali
alat pada tempatnya.
9) Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
10) Berikan hasil rekaman CTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedik
membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap.
Alat Kardiotokografi
Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor adalah alat yang
digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat
dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan
CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan
janin dan kontraksi rahim. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila
denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi
dengan kontraksi rahim yang adekuat.
Apabila kemungkinan terdapat masalah pada janin maka dokter akan melakukan
pemeriksaan NST (non stress test) dengan memberikan infus oksitosin untuk
menimbulkan kontraksi rahim (his) dan denyut jantung janin diperiksa dengan CTG.
Apabila tampak kelainan pada hasil pemeriksaan CTG maka dokter kandungan akan
melakukan tindakan persalinan dengan segera.
Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada fasilitas pelayanan
persalinan. Dengan adanya kemajuan teknologi dan produksi harga peralatan CTG
dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu hanya rumah sakit yang menyediakannya.
Sekarang tidak lagi! Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil dan bersalin berjalan
dengan baik rumah bersalin, klinik dokter bahkan bidan praktek swasta sebaiknya
memiliki CTG agar tidak ada kasus keterlambatan dalam mendiagnosis adanya
masalah pada ibu hamil dan melahirkan.
Fungsi
Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran djj dalam hubungannya
dengan gerakan / aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap
frekuensi dasar denyut janin (baseline, variabilitas (variability) dan timbulnya
akselerasi yang sesuai gerakan /aktifitas janin (Fetal Activity Determination/ FAD).
Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah
bayi menerima cukup oksigen. Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin
( djj ) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat
yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan
frekuensi denyut jantung janin.
Baseline :
1. Normal = 110 160 beats/min
2. Tachycardia Moderate 160 180 beats/min
3. Severe > 180 beats/min
4. Bradycardia Moderate 100 110 beats/min
Severe < 100 beats/min
Variability:
Normal
>5
beats/min
Reduced
3 5 beats/min
Absent
<3
beats/min
ii.
Indikasi
Beberapa indikasi tes antepartum pada ibu, yaitu : Sindrom antifosfolipid
Hipertiroidisme
Hemoglobinopati
Penyakit
jantung
sianosis
Lupus
DJJ dan kontraksi uterus dipantau terus menerus melalui transduser pada
dinding abdomen ibu.
Ibu diminta memencet tombol khusus saat merasakan adanya gerakan janin
Ditentukan adanya perubahan pada frekuensi DJJ akibat gerakan janin dan
kontraksi uterus: 1) NORMAL: Respon perubahan DJJ saat ada gerakan
janin adalah > 15 dpm diatas nilai dasar dan sekurang kurangnya
berlangsung selama 15 detik
2) REAKTIF : Bila terdapat 2 akselerasi dalam periode 20 menit dan janin
dalam keadaan baik
iii.
Patofisiologi
Aktifitas dinamika jantung dipengaruhi oleh sistem saraf autonom yaitu
simpatis dan parasimpatis. Bunyi jantung dasar dan variabilitas dari jantung janin
normal terjadi bila oksigenasi jantung normal. Bila cadangan plasenta untuk nutrisi
(oksigen) cukup, maka stres intrinsik (gerakan janin) akan menghasilkan akselerasi
bunyi jantung janin, dan stres ekstrinsik (kontraksi rahim) tidak akan
mengakibatkan deselerasi.
Usia kehamilan
Olgohidramnion
Merokok
Terapi kortikosteroid
- Grafik kicck chart : semua gerakan janin yang dirasakan ibu selama
11 jam.
Profil biofisik
Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi dan kardiotokografi dan
menentukan 5 parameter :
- Gerakan pernafasan janin ( gerakan dinding torak )
- Aktivitas janin ( gerakan kasar tubuh atau ekstrimitas janin)
- Amniotic Fluid Index
Skor 6 , harus dilihat skore AFI ; bila hasilnya baik maka keadaan
janin normal
terhadap
trauma
dan
infeksi.
Selaput ketuban yang utuh tidak menjamin tidak terjadinya infeksi intra
uterin oleh karena pada 10% pasien kehamilan aterm dengan selaput
ketuban utuh ditemukan adanya kolonisasi bakteri AFI ditentukan dalam
PBF dan menggambarkan volume cairan amnion. Perhitungan AFI adalah
dengan membagi abdomen ibu dalam 4 kuadran, pada masing masing
kuadran diukur panjang vertikal kantung maksimal dengan USG dalam
sentimeter dan kemudian dijumlahkan pada 4 kuadran.
Volume cairan amnion normal :
-
DESELERASI LAMBAT
-
Tindakan :
o Ibu berbaring miring.
o O2 sungkup.
o Hentikan oksitosin.
o Tokolitik.
o Bila berlangsung > 30 menit periksa pH darah dan
pertimbangkan SC
DESELERASI VARIABEL
-
Intervensi :
o Amnioinfusion
o Merubah posisi ibu : Trendelenburg
Takikardia janin
RINGAN = 161 180 dpm
BERAT = 181 dpm
etiologi :
-
Infeksi intrauterin
SHORT-TERM VARIABILITY
Keadaan hipoksia dan asidosis dan disertai dengan kelainan DJJ lain
seperti deselerasi lambat, takikardia, bradikardia dan deselerasi
variabel yang berat.
LONG-TERM VARIABILITY
Interpretasi hasil.
a. Reaktif:
1) Terdapat gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit, disertai
dengan akselerasi sedikitnya 15 dpm.
2) Frekuensi dasar djj di luar gerakan janin antara 120 160 dpm.
3) Variabilitas djj antara 5 25 dpm atau 6 atau lebih per menit.
4) Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola omega pada NST yang
reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu
kemudian.
5) Pada pasien diabetes mellitus tipe IDDM pemeriksaan diulang tiap hari, tipe
yang lain dulang tiap minggu
b. Non-reaktif:
1) Gerakan janin kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit,
2) Tidak terdapat akselerasi pada denyut jantung janin meskipun diberikan
rangsangan dari luar
3) Frekuensi dasar djj abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih dari 160 dpm).
4) Variabilitas djj kurang dari 2 dpm.
c. Meragukan:
1) Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat
akselerasi yang kurang dari 15 dpm.
2) Frekuensi dasar djj abnormal.
3) Variabilitas djj antara 2 5 dpm.
d. Sinusoidal, bila :
2) Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal.
3) Tidak ada gerakan janin
4) Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin
matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasiRH.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi
dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction
Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu
pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.
e. Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif)
apabila ditemukan :
1) Bradikardi
2) Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm, yang
lamanya 60 detik atau lebih.
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin
sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable
Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti dengan keadaan janin yang baik sampai 1
minggu kemudian (spesifisitas 95% - 99%). Hasil NST yang non-reaktif disertai
dengan keadaan janin yang jelek (kematian perinatal, nilai Apgar rendah, adanya
deselerasi lambat intrapartum), dengan sensitivitas sebesar 20%. Hasil NST yang
meragukan harus diulang dalam waktu 24 jam. Oleh karena rendahnya nilai
sensitivitas NST, maka setiap hasil NST yang non-reaktif sebaiknya dievaluasi lebih
lanjut dengan contraction stress test (CST), selama tidak ada kontraindikasi.
2. Janin
Hal Yang Mempengaruhi Gerakan Janin
- Kapan gerakan muncul
- Usia kandungan
- Kadar glukosa
- Stimulus suara
- Penggunaan obat-obatan & kebiasaan merokok
- Asidemia
- Polihidramnion
- Oligohidramnion
Cara Menghitung Gerakan Janin
Pengkajian riwayat merupakan langkah yang penting. Klien sering melaporkan
penurunan gerakan janin karena mereka lupa merasakan aktivitas janin selama periode
waktu tertentu dan juga tidak terlalu perhatian terhadap hal ini. Anjurkan klien untuk
fokus pada aktivitas janin selama periode waktu satu jam, terutama saat ia sedang
beristirahat, dalam kondisi gizi baik, dan asupan cairan cukup. Apabila klien mampu
membaca dan memahami prosedur grafik dasar, maka dapat menggunakan
metode menghitung sampai 10 :
1) Jadwalkan satu sesi perhitungan per hari
2) Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari.
3) Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi dalam 1 jam.
4) Apabila gerakan kurang dari 10 kali dalam 1 jam, jika dibutuhkan waktu lebih
lama untuk mencapai 10 kali gerakan, atau jika tidak terasa gerakan dalam 1 jam,
maka hubungi bidan.
Penyebabnya :
- hipoksia janin dini
- demam pada ibu
-
Kepala janin
Tali pusar
Perlambatan berkepanjangan
Perlambatan dari FHR dari baseline yang berlangsung lebih dari 2 menit
tapi kurang dari 10 menit.
IUPC
(kateter
intra-uterus
tekanan)
intensitas
dalam
mmHg
Fisiologi Janin
anjuran
yang
diperlukan.
Keputusan
akhir
tetap
ada
pada
H. BLOK DIAGRAM
Transmiter
Ocilator
Receiver
Filter
O
B
Y
E
K
M
I
K
R
O
K
O
N
T
R
O
L
E
R
Printer
Display
Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga tetap baik.
Hidupkan peralatan CTG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan oleh pabrik pembuat
peralatan tersebut. Panduan pengoperasian peralatan CTG sebaiknya diletakkan di dekat
mesin CTG, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat ketidaktahuan
operator CTG.
Perhatikan tegangan listrik pada RUANGAN CTG, karena tegangan yang terlalu naikturun akan membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang stabilisator
tegangan listrik.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan CTG, bersihkan semua peralatan dengan hatihati, terutama pada transduser (penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser
dengan memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak
merusak transduser (informasi ini dapat diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin
CTG).
Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan dan bersihkan kabelkabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah semua rapih, tutuplah mesin CTG
dengan plastik penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah mesin CTG dari siraman air
atau zat kimia lainnya.
J. TROUBLESHOOTING
Unit tidak akan menyala :
- periksa baterai
Unit menyala tetapi tidak ada suara :
- Headphone dan audio speaker kabel interrupt
Akurat Heart Rate :
- Janin terlalu muda
- Menghitung denyut jantung ibu
- Pastikan secara manual menghitung denyut jantung
Statis :
- Penggunaan yang tidak memadai dari USG gel, gunakan secara bebas
Gangguan dari peralatan lainnya :
- Mengurangi tingkat volume
Tidak menggunakan gel ultrasonik, produk berbasis minyak akan membahayakan penyelidikan
wajah
- Gunakan gel ultrasonik saja.
Simbol baterai muncul :
- mengganti baterai
Simbol hati muncul :
- Unit menghitung denyut jantung janin
Unit tidak akan menyala :
- Baterai sudah mati
LED merah :
- Baterai OK
- Probe dicabut
- Kabel Probe rusak
Lemah atau tidak ada sinyal janin :
- Janin terlalu muda
- Ketika di hadapan gangguan frekuensi radio, suara aliran darah dapat menjadi berkurang.
Summit / LifeDop Fetal Doppler :
- Kualitas suara yang buruk
- Tidak memadai penggunaan gel USG.
- Relokasi probe untuk sinyal yang lebih baik
- Gangguan dari peralatan lainnya
Heart Rate akurat :
- Relokasi probe untuk sinyal yang lebih baik
- Pastikan suara ibu tidak mencampur w / suara janin
- Pastikan secara manual menghitung bahwa angka ini antara 50-210BPM
Berkedip indikator baterai :
- mengganti baterai
Probe frekuensi 0,0
- Tidak ada probe terpasang
- Probe terpasang, Summit kontak
BAB III
PENUTUPAN
K. KESIMPULAN
Kardiotokografi merupakan salah satu alat elektronik yang digunakan untuk tujuan melakukan
pemantauan kesejahteraan janin melalui penilaian pola denyut jantung janin dalam hubungannya
dengan adanya kontraksi ataupun aktifitas janin. Laparoskopi adalah suatu instrumen untuk melihat
rongga peritoneum. Struktur rongga pelvik dan dapat juga dipakai untuk tindakan operatif.
L. DAFTAR PUSTAKA
http://khusnuldiary.blogspot.co.id/2013/04/teknologi-kardiotokografi_7580.html
http://intannurulhayati.blogspot.co.id/2013/04/kardiotokografi-dan-laparoskopi.html
http://worldhealth-bokepzz.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-kardiotokografi.html
http://Google.com/image.html
http://atikgurubidan.blogspot.co.id/2010/09/non-stress-test.html
Oktavinola,
Febrina.
2010.
NST
DALAM
KEHAMILAN.
http://bidanshop.blogspot.co.id/2010/01/nst-dalam-kehamilan.html
Raito, Aou. 2014. MAKALAH ASKEB 1 TENTANG PENGKAJIAN FETAL DAN
MENENTUKAN DIAGNOSA PADA KEHAMILAN.
http://aouraito.blogspot.co.id/2014/12/makalah-askeb-1-tentang-pengkajian.html