Professional Documents
Culture Documents
Sindroma Behcet adalah suatu penyakit multisistem sistemik yang ditandai oleh
uveitis non granulomatosa, ulkus aftosa, ulkus genital dan eritema multiformis yang berulang.
Sindroma Behcet diperkenalkan pertama kali oleh Hippocrates pada abad kelima. Disebut
juga morbus Behcet, Behcet disease, Adamantiaes-Behcet disease, silk road disease.
Sindroma tersebut dinamakan sesuai nama ahli dermatologi Turki, Hulusi Behcet (18891948), yang pada rahun 1937 lewat Journal of Skin and Venerak Disease disebarluaskan
sindroma ini. Sindroma behcet terdiri dari trias klinis: ulkus aftosa rekuren, ulkus genital dan
uveitis. Etiologi penyakit ini masih belum dapat dipastikan, tetapi sampai saat ini yang
dicurigai sebagai penyebab terbesar yaitu genetik, lingkungan dan autoimun. Sindroma ini
biasanya ditemukan pada laki-laki dewasa muda yang positif terhadap HLA-B51.1-4.
Frekuensi terjadinya sindroma Behcet sebaiknya dipertimbangkan berdasarkan data
suspek kasus mengingat diagnosisnya sulit untuk dipastikan. Hal ini dikarenakan tidak
adanya pemeriksaan penunjang diagnostik yang spesifik, dan hanya sejumlah kriteria klinis
yang digunakan sebagai dasar diagnosis. Sindroma Behcet diperkirakan lebih sering terjadi
disepanjang jalur sutra (silk road) kuno, yang membentang mulai dari Asia sampai
Mediterania. Di Turki memilik prevalensi tertinggi dengan 420
penduduk. Prevalensi di Jepang, Korea, Cina, Iran dan Arab Saudi berkisar 13,5-22 kasus per
100.000 penduduk. Prevalensi di Amerika dan Eropa jauh lebih kecil, dengan 1 kasus per
15.000-500.000 populasi. Di Indonesia sendiri, belum ada laporan prevalensi kasus yang
pasti untuk sindroma Behcet1,3-7.
Sindroma Behcet banyak menyerang dewasa muda dengan usia sekitar 20-30 tahun,
sindroma ini relative jarang pada anak-anak dan orang tua. Populasi yang lebih sering terkena
adalah laki-laki. Selain itu, faktor resiko lain yaitu lokasi, kebiasaan merokok, dan genetik.1,3,9
Sindroma Behcet lebih sering muncul pada populasi Turki, Asia dan Timur Tengah.
Derajat penyakit cenderung lebih berat pada populasi ini, sehingga diagnosis pasti lebih
mudah ditegakkan. Insiden ditemukannya Pathergy kulit dan antigen HLA-B5 pada populasi
Asia dan Timur tengah lebih tinggi dibangding populasi di Amerika dan Eropa. Terdapat tiga
kriteria yang umum digunakan untuk diagnosis sindroma Behcet: kriteria internasional untuk
sindroma Behcet, kriteria menurut komite penelitian di Jepang dan kriteria ODuffy. Kriteria
tersebut secara umum terdiri dari ulkus gential yang rekuren, ulkus pada mata, vaskulitis
1
retina, lesi pada kulit, sampai keterlibatan sistem saraf pusat yang merupakan komplikasi
paling serius.1
Secara umum, hampir semua penderita sindroma Behcet mengalami gejala luka di
mulut yang terasa nyeri dan berulang. Ini biasanya merupakan gejala awal. Gejala lainnya,
muncul beberapa hari bahkan beberapa tahun kemudian. Peradangan berulang dari bagian
mata, menyebabkan nyeri pada mata, peka terhadap cahaya, dan penglihatan berkabut.
Lepuhan pada kulit dan jerawat bernanah, timbul pada 80% penderita sindroma Behet.
Uveitis timbul 60-80% pasien. Kelainan pada arteri dan vena retina merupakan indikator
untuk prognosis kebutaan, yang merupakan komplikasi utama dari sindroma Behcet.
Hilangnya penglihatan terjadi akibat inflamasi pada retina dan pembuluh darahnya; juga ada
kecenderungan timbul oklusi vena vena kecil dan infiltrate pada retina. Gejala yang cukup
bermakna pada sindroma Behcet, termasuk juga kelainan neurologis (contohnya hemiparesis,
meningitis dan defisiti neurologis lainnya), timbul 10-30% pasien dan prognosisnya buruk.
Komplikasi vaskular pada sindroma Behcet yang timbul sekitar 7-40% pasien (termasuk
thrombosis vena dan arteri, oklusi vena dan aneurisma) cukup khas karena merupakan satusatunya vaskulitis yang melibatkan sistem arteri maupun vena.1,8
Penatalaksanaan sindroma ini harus disesuaikan dengan manifestasi klinis setiap
pasien. Tujuannya untuk menekan peradangan, mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan
kambuh dan meminimalkan keterlibatan retina. Agar efektif, pengobatan harus dimulai lebih
awal karena tingkat keparahan penyakit menentukan pilihan terapi. Biasanya digunakan
immunosupresan (misalnya steroid, siklosporin, azathioprine), obat-obat sitotoksik dan
colchicine. Obat-obat sitotoksik disarankan hanya digunakan sesuai indikasi, yaitu pada
pasien dengan komplikasi pada mata sistem saraf pusat dan vaskular. Prognosis sindroma ini
tergantung manifestasi klinis. Vaskulitis retina (dapat menimbulkan kebutaan), aneurisma
(dengan kemungkinan ruptur) dan sindroma neuro-Behcet (kemungkinan menyebabkan
dementia) memiliki prognosis yang lebih buruk.1,5,7,8
Walaupun sindroma Behcet ini termasuk penyakit yang jarang ditemukan, nama
mengingat gejala yang bersifat sistemik dan multi organ, termasuk pada mata, dimana
sindroma ini menimbulkan tingkat morbiditas yang cukup tinggi, mengakibatkan kerusakan
yang bermakna hingga mencapai kebutaan, maka diperlukan pengetahuan yang cukup untuk
dapat mengenali bila mulai tampak gejala pada pasien.
Tujuan penulisan referat ini agar dapat memberikan gambaran cukup jelas sehingga
2
pembaca dapat memiliki konsep yang komprehensif mengenai sindroma Behcet, yang
diperlukan bila menemui kasus seperti ini di masyarakat, sehingga dapat mengantisipasi dan
merujuk kepada ahli untuk penatalaksanaan lebih lanjut serta mencegah komplikasi. Perlu
diingat bahwa sebagian besar pasien dengan sindroma Behcet memiliki lama hidup yang
normal dan diharapkan denga aktivitas sehari-hari yang normal.
Uvea terdiri atas iris, badan siliar dan koroid (gambar 1); merupakan lapisan vaskular
tengah pada mata, dan dilindungi oleh komea dan sklera. Uvea memberikan bantuan suplai
darah ke retina. 10
Iris
4
Iris terletak di depan badan siliar. Tampak sebagai permukaan yang rata dengan pintu
masuk bundar yang terletak di tengah, yang disebut pupil. Iris memiliki hubungan dengan
permukaan anterior lensa, membagi bilik mata depan dan belakang, yang masing-masing
mengandung aqueous humor. Muskulus sfingter dan dilator terletak dalam stroma iris. Dua
lapisan pigmen pada permukaan posterior iris sekaligus merupakan bagian anterior
neuroretina dan epitel pigmen retina. Vaskularisasi iris berasal dari arteri sirkularis mayor
(gambar 3). Iris memiliki endotelium yang rapat dan karenanya pada keadaan normal tidak
membocorkan fluoresen yang diinjeksikan intravena. Persarafan sensoris iris berasal dari
nervus siliaris. Iris mengontrol jumlah sinar yang memasuki mata. Ukuran pupil ditentukan
oleh keseimbangan antara konstriksi (akibat aktivitas parasimpatis via N. Ill) dan dilatasi
(akibat aktivitas simpatis). 10
Badan Siliar
5
Badan siliar, yang berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang antara
ujung anterior koroid sampai akar iris (sekitar 6 mm). Struktur ini terdiri atas zona anterior
yang bergelombang, pars plicata (2 mm), dan zona posterior yang rata, pars plana (4 mm).
Prosesus siliaris membentang mulai dari pars plicata (gambar 4). Badan silar mengandung
kapiler-kapiler dan vena-vena yang mengalir melalui vena vortex. Kapilemya besar dan
berlubang-lubang sehingga memudahkan kebocoran injeksi fluoresen intravena. Ada dua
lapisan epitel siliar: lapisan internal yang tidak berpigmen (bagian anterior neuroretina), dan
lapisan ekstemal yang berpigmen (epitel pigmen retina). Prosesus siliaris dan epitel siliar
yang melapisinya bertanggung jawab untuk pembentukan aqueous humor.10
Otot siliar mengandung gabungan serat-serat radial, sirkular dan longitudinal. Fungsi
otot sirkular adalah untuk kontraksi dan relaksasi zonula (gambar 5). Ini akan mengubah
tekanan pada kapsul lensa, memberi fokus yang bervariasi pada lensa untuk melihat obyek
jarak jauh dan dekat. Otot longitudinal muskulus siliaris berinsersi pada jaringan trabekula
dan mampu mempengaruhi ukuran pori-porinya. Otot ini bila berkontraksi akan membuka
anyaman trabekula dan mempercepat pengaliran aqueous humor melalui sudut bilik mata.
Badan siliar memiliki sistem ekskresi di belakang limbus. Radang badan siliar akan
mengakibatkan melebamya pembuluh darah di daerah limbus, yang akan mengakibatkan
mata merah yang merupakan gambaran karakteristik peradangan intraokular. 10,11
Pembuluh darah yang menyuplai iris berasal dari arteri sirkularis mayor. Persarafan
sensoris berasal dari nervus siliaris. 10
editors. Vaughan & Asbury's general ophthalmology 16,h ed. San Fratviisco:McGraw-Hill; 2004, 1-28.
Koroid
Koroid merupakan segmen posterior dari retina, terletak antara sklera dan retina.
Koroid mengandung tiga lapis pembuluh darah koroid: kecil, sedang dan besar. Semakin
dalam pembuluh darah terletak di koroid, semakin besar lumen (gambar 6). Bagian dalam
pembuluh darah koroid disebut koriokapilaris. Darah dari pembuluh darah koroid
mengosongkan diri lewat empat vena vortex, satu pada setiap kuadran posterior. Koroid
dibatasi di bagian dalam oleh membran Bruch dan di bagian luar oleh sklera. Ruang
suprakoroidal terletak antara koroid dan sklera. Koroid di bagian posterior melekat erat pada
pinggir nervus optikus. Di bagian anterior koroid bergabung dengan badan siliar. Kumpulan
pembuluh darah koroid memberi nutrisi pada bagian luar retina.10
Etiologi
Etiologi dari sindroma Behcet tidak diketahui pasti. Namun diduga terkait dengan
imunogenetik, regulasi sistem imun, abnormalitas vaskular (terutama venula) atau infeksi
bakteri dan virus. Seringkali pada serum ditemukan sirkulasi kompleks imun dari IgA dan
IgG. Lesi awal merupakan hasil dari reaksi hipersensitivitas tipe lambat, dan selanjutnya
merupakan reaksi dari kompleks imun Arthustype. Penyakit ini bukan penyakit menular.1,6,12,13
1. Genetik
Genetik yang paling banyak ditemukan berhubungan dengan sindroma ini yaitu
human leukocyte antigen (HLA) kompleks pada kromosom 6p21. Kerentanan
sindroma ini secara konsisten terkait dengan polimorfisme pada gen HLA-B,
khususnya HLA-B * 51 dan HLA-B * 5714.
2. Lingkungan
Turki individu yang telah berimigrasi ke Jerman memiliki risiko yang signifikan lebih
rendah terhadap penyakit ini dibandingkan dengan individu asal Turki yang tinggal di
Turki. Faktor lingkungan yang memiliki kemungkinan terbesar yaitu herpes simpleks
virus, parvovirus B19, mikobakterium, borrelia, helicobacter pylori dan streptokokus2
3. Autoimun
Pada penyakit ini, ditemukan adanya proses inflamasi memiliki respon tertentu
terhadap autoimun. Misalnya antibodi anti endotelial, antibodi ini sering ditemukan
namun tidak spesifik terhadap sindroma Behcet. Retinal S antigen merupakan
kandidat autoantigen yang paling banyak ditemukan pada retina. Selain itu juga
dicurigai adanya autoantigen yang lain seperti heat shock proteins, killer
immunoglobulin-like receptors dan tropomiosin4. Ditemukan pula adanya respon sel T
yang menyimpang pada sindroma Behcet. Ketika dibandingkan dengan pasien yang
sehat, kadar sel T pada penderita penyakit behcet melebihi batas normal. Sel ini
menyebabkan muncul penanda aktivasi yang lebih awal dan memproduksi
inflammatory cytokin walaupun tidak memiliki target antigen yang jelas. Peningkatan
pada interferon gamma juga ditemukan pada penyakit ini.
Di beberapa negara seperti Jepang, Korea, Turki, Perancis, dan Inggris, alel HLA-B51
atau HLA-B 101 dan alel MICA6 mempunyai peranan dalam terjadmya sindroma Behcet.
Sedangkan di Amerika tidak ditemukan hubungan antara HLA-B51 dengan penyakit ini.
Mutasi gen MEFV yang terjadi pada penderita demam Mediteranian, ditemukan meningkat
9
pada sindroma Behcet, dan berkaitan dengan penyakit vaskular. TNF a juga ditemukan
meningkat pada pasien sindroma Behcet. Pada pasien sindroma Behcet dengan manifestasi
okular yang berat, halotipe HLA- B51, dan gen TNF polimorfik lebih sering ditemukan.3,4,7
Diambil dari: Cermin Duma Kedokteran, edisi 87,1993, Jakarta: PT Kalbe Farma, hal 5-9
Pada pasien dengan sindroma Behcet, level Thl cytokine interferon (IFN) meningkat
dalam serum, di sel T kulit, dan cairan serebrospinal. Th2 cytokine IL-6 meningkat dalam
serum, terutama pada fase akut. IL-1, IL-8, IL-10, IL-13 juga ditemukan meningkat dalam
serum. Kadar faktor pertumbuhan endotelial vaskular dalam plasma secara signifikan
meningkat pada pasien dengan sindroma Behcet yang aktif. Neopterin yang diproduksi oleh
monosit dan makrofag sebagai respon dari IFN y, dapat menjadi marker adanya aktivasi imun
seluler baik pada sindroma Behcet fase aktif maupun inaktif.3
Patogenesis
10
Pada sindroma Behcet, terjadi perubahan vaskular yang mengarah ke vakulitis dan
trombosis (reaksi hipersensitivitas tipe IV). Adanya disfungsi endotelial ini ditandai dengan
kenaikan kadar autoantigen imunoglobulin terhadap carboxy- terminal subunit o/Sip 1 (Sip 1
C-ter). Antibodi sel antiendotelial juga terdeteksi pada kerusakan vaskular yang teijadi karena
sistem imun, yaitu pada penyakit ini. Terdapat infiltrasi perivaskular sel T, sel B, dan
neutrofil. Lipoprotein serum, endotelin I & 2 meningkat dan nitrat serum rendah selama
penyakit ini berlangsung. Penelitian lain menunjukkan adanya hubungan antara faktor V
Leiden dan mutasi protrombin G20210A dengan trombosis yang teijadi pada pasien sindroma
Behcet. Sintesis prostanoid dalam sel endotelial atau dinding pembuluh darah meningkat,
sedangkan faktor von Willebrand, tromboksan dan trombomodulin meningkat. Fungsi
vasodilator sel endotelial terganggu pada pasien sindroma Behcet. Bagaimana mekanisme
dari kompleks imun dalam menyebabkan vaskulitis masih dipertanyakan, mengingat
imunoglobulin tidak selalu ditemukan dalam dinding pembuluh darah.3,4,6,14
Virus herpes simpleks diduga dapat menjadi salah satu penyebab teijadinya sindroma
Behcet. DNA dari virus ini dapat ditemukan pada saliva, ulkus genital dan ulkus intestinal
pasien sindroma Behcet. Pada daerah ulserasi dapat ditemukan adanya infiltrasi sel
mononuklear di sekitar pembuluh darah. Hipersensitivitas terhadap antigen streptokokus
mempunyai peranan penting terhadap etiopatologi dari sindroma Behcet. Dari epitop sel T,
telah terdeteksi 4 peptida yang merupakan rangkaian dari 65-kd microbial heat shock protein
(HSP) yang secara spesifik menstimulus limfosit sel reseptor T pada pasien sindroma Behcet.
Diduga, microbial factors mempunyai HSP yang homolog dengan manusia. Sel-sel limfosit
tersebut dapat terstimulus berulang kali karena rekurensi penyakit menyebabkan toleransi
terhadap se/^HSP menurun, sehingga self-cell limfosit T akan memprovokasi self-RSP itu
sendiri. HSP 60/65 ditemukan meningkat pada sel-sel epidermal dari lesi kulit pasien
sindroma Behcet, dan antibodi terhadap HSP 65 secara signifikan meningkat dalam cairan
serebrospinal pasien sindroma Behcet dengan manifestasi neurologik. Dilakukan percobaan
imunisasi peptida 336-351 secara subkutan, maupun oral pada tikus, dan didapatkan teijadi
uveitis pada tikus tersebut.3,6
11
Manifestasi Klinis
Sindroma Behcet merupakan penyakit multi-sistemik kompleks yang melibatkan
mukokutan, okular, kardiovaskular, renal, gastrointestinal, pulmonal, urologi, SSP,
persendian, dan pembuluh darah. Lesi yang sering muncul dapat berupa ulkus atau reaksi
inflamasi yang ditandai dengan pembengkakan, panas, kemerahan, dan nyeri.2,3,12,15
Dari anamnesis didapatkan pasien sering mendapatkan gejala-gejala seperti malaise,
anoreksia, penurunan berat badan, lemas, sakit kepala, suhu badan yang naik atau turun,
limfadenopati, nyeri di daerah substemal dan di regio temporal. Gejala- gejala ini dapat
teijadi mulai 6 bulan sampai 5 tahun sebelum onset sindroma Behcet, sering berulang, dan
antara penderita yang satu dengan yang lain dapat berbeda. Ada yang gejalanya ringan, ada
yang berat dengan komplikasi, misalnya kehilangan penglihatan.312,16
12
13
posterior (gambar 7), misalnya vaskulitis retina atau panuveitis (gambar 8). Kelainan
okular biasanya timbul setelah ulkus aftosa di mulut.31417
Gambar 8. Panuveitis
Taken from: Levy-Clark, Grace A. Uveitis: Clinical Assessment and Treatment.Retinal Physician Afarch 2005.
Available from URL'. http://www.retinalphysician.com/article.aspx?article=100064
Lesi lain termasuk uveitis anterior, iridosiklitis (gambar 9), korioretinitis, skleritis,
keratitis, perdarahan vitreous, neuritis optikus, konjungtivitis, oklusi vena retina, dan
neovaskularisasi retina (gambar 10). Pada uveitis anterior, penderita mengeluh nyeri,
14
pandangan kabur, fotofobia, mata berair, dan kemerahan. Hipopion (gambar 11) yang
sebelumnya menjadi tanda dari sindroma Behcet, saat ini sudah jarang terjadi. Sinekia
anterior perifer, sinekia posterior dan atrofi iris dapat terjadi pada serangan inflamsi berulang
yang kronis. Keadaan ini dapat mengakibatkan glaukoma sekunder.34,713,17"19
15
Gambar 12. A. Fundus photograph showing vasculitis of the superotemporal vascular arcade. Intraretinal
hemorrhages also are seen. B. Fluorescein staining of the vessel wall and adjacent areas of blocked
fluorescence corresponding to the intraretinal hemorrhage. Taken from: Available from URL :
http://www.eyecalcs.com/DWAN/pages/v4/v4c057.html
16
18
lesi kulit, memberikan reaksi inflamasi nonspesifik terhadap goresan atau injeksi salin
intrakutan, yang disebut dengan Pathergy.3
Manifestasi Vaskular (7 - 29 % kasus sindroma Behcet)
Kebanyakan terjadi pada pria. Dari pemeriksaan histologik ditemukan penebalan tunika
media, terpecah-pecahnva serat elastin, dan infiltrasi sel di sekitar perivaskular. Empat tipe
lesi vaskular pada sindroma Behcet yaitu oklusi arteri, oklusi vena, aneurisma, dan varises.
Sistem vena yang terkena adalah vena kava superior, vena kava inferior, vena femoralis,
dan vena subklavia, Sedangkan arteri yang paling sering terkena adalah arteri pulmonal
dan arteri subklavia. Vaskulitis pulmonal menyebabkan sesak nafas, nyeri dada, batuk,
atau hemoptisis. Apabila arteri renalis mengalami stenosis, dapat mencetuskan terjadinya
19
hipertensi. Stenosis arteri femoralis dapat menyebabkan nekrosis dari caput os. Femoralis.
Aneurisma sering teijadi pada aorta abdominal, arteri femoralis, dan arteri torakalis.3,7
Manifestasi Skeletal: Monoartritis atau poliartritis terjadi dalam setidaknya 50% dari
pasien. Lutut adalah sendi yang paling sering terkena, diikuti oleh pergelangan tangan,
pergelangan kaki, dan siku. Artritis biasanya nonerosif.
Manifestasi Gastrointestinal (> 10 % kasus sindroma Behcet)
Gejala yang sering timbul antara lain anoreksia, muntah, dispepsia, diare, distensi dan
nyeri abdomen. Sindroma Behcet dapat menyebabkan teijadinya inflamasi dan ulkus pada
saluran pencemaan. Dapat teijadi di mana saja sepanjang traktus digestivus.3,7,14
Diagnosis
20
Kriteria Minor
Diagnosis
ileocaecal
Epididimitis
Lesi vaskular
Gejala SSP
Komplit, terdapat 4 kriteria mayor
Inkomplit, terdapat 3 kriteria mayor ; atau, 2 kriteria mayor + 2
kriteria minor ; atau, gejala ocular tipikal + 1 kriteria mayor atau
2 kriteria minor
Kemungkinan, 2 kriteria mayor ; atau, 1 kriteria mayor + 2
kriteria minor
21
Ulserasi genital berulang ulserasi aftosa genital atau scarring genital yang rekuren,
vaskulitis retinal.
Lesi kulit lesi menyerupai eritema nodosum, lesi pseudofolikulitis dan
Kriteria ODuffy meliputi ulkus aftosa yang rekuren ditambah 2 dari gejala berikut:
Ulkus genital
Uveitis
Cutaneous pustular vaskulitis
Sinovitis
Meningoensefalitis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis sindroma Behcet lebih berdasarkan keadaan klinis daripada berdasarkan
hasil pemeriksaan laboratorium tertentu. Beberapa pemeriksaan berguna sebagai tambahan
dalam evaluasi pasien dengan sindroma Behcet. Pemeriksaan Pathergy (atau pemeriksaan
22
Behcetine) mungkin berguna dalam mengevaluasi pasien; hasil pemeriksaan berupa reaksi
inflamasi nonspesifik terhadap tusukan jarum {needle prick) atau injeksi saline
intradermal.8,14,21
Beberapa pemeriksaan laboratorium lainnya dapat berguna dalam mengevaluasi
pasien dengan sindroma Behcet. Selama episode akut inflamasi, dapat teijadi peningkatan
laju endap darah, kadar C-reaclive protein, atau meningkatnya jumlah leukosit darah tepi.
Pemeriksaan komplemen serum didapatkan kadar kompleks imun yang beredar di sirkulasi
sangat tinggi. Sebagian besar pasien dengan gejala pada mata positif untuk HLA-B51, sebuah
subtipe dari HLA-B5. Pada neuro- Behcet, analisis cairan serebrospinal menunjukkan
pleositosis dan peningkatan kadar protein.8,14,21
Tes Patherzv
Merupakan tes hipersensitivitas kulit yang simple dimana lengan bawah bagian volar
ditusuk (pricked) dengan jarum kecil yang steril (gambar 16). Terbentuknya pustul kecil yang
kemerahan di tempat tusukan jarum, menunjukkan bahwa tes +. Pustul ini teijadi karena
reaksi hipersensitivitas kulit di mana terjadi peningkatan kemotaksis neutrofil. Dapat juga
dilakukan dengan memberikan injeksi salin atau histamin yang diencerkan secara intrakutan. 3
Dengan hasil tes Pathergy yang +, menunjukkan bahwa pasien tersebut kemungkinan besar
menderita sindroma Behcet. Di Mediterania ditemukan 84 - 98 % pasien sindroma Behcet
dengan tes Pathergy yang +. Namun ada beberapa kondisi lain yang dapat memberikan hasil
tes Pathergy +, walaupun tidak menderita sindroma Behcet. Banyak juga pasien sindroma
Behcet yang menunjukkan hasil tes Pathergy -. Di negara-negara barat tes Pathergy
memberikan hasil positif yang sangat rendah bila dibandingkan dengan negara lain. Jadi, tes
ini tidak 100 % spesifik.3,4,7,14
23
24
Pemeriksaan Histopatologis
Perubahan histopatologis termasuk nekrotisasi, leukositoklastik, dan vaskulitis
obliterasi, yang mengenai arteri dan vena semua ukuran, dan mungkin diperantarai oleh
kompleks imun. Vaskulitis merupakan gambaran kunci dari sindroma Behcet.
Perubahan mendasar yang terlihat pada mata sama dengan perubahan pada organ tubuh
lainnya. Selama periode akut inflamasi,terlihat infiltrasi difus neutrofil pada iris, badan
siliaris, dan koroid. Pada stadium lanjut, terdapat proliferasi serat kolagen, penebalan koroid,
terbentuknya membran siklitis, dan kadang-kadang hipotoni dan ptisis bulbi. Infiltrasi
limfosit dan sel plasma teijadi selama remisi. Dari seluruh jaringan okular, retina mengalami
kerusakan yang paling parah. Selama fase akut inflamasi, terdapat vaskulitis berat dengan
infiltrasi leukosit yang bermakna di dalam dan sekeliling pembuluh darah. Perdarahan lama
dan berulang dapat dijumpai. Tampak penebalan membrana basement pembuluh darah retina
dengan sel-sel endothelial yang menumpuk, yang dapat menyebabkan terbentuknya trombus
dan obliterasi vaskular.21
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari sindroma Behcet adalah manifestasi okular dari sifilis, retinitis
sitomegalovirus, dan sarkoidosis. Penyakit-penyakit tersebut dan sindroma Behcet samasama memberikan gambaran klinis uveitis. Pada sifilis kongenital didapatkan riwayat sifilis
pada orang tua, sedangkan pada sifilis yang didapat lesi terutama mengenai palpebra
mengikuti lesi pada genitalia. Manifestasi okular dari sifilis adalah uveitis, yang hampir
selalu teijadi pada stadium II atau stadium III. Atrofi yang luas dan hiperplasia epitel pigmen
dari retina dapat teijadi bila tidak mendapatkan pengobatan yang memadai. Diagnosis pasti
dari sifilis ditegakkan dengan pemeriksaan T. pallidum-induced anticardiolipin antibodies
seperti VDRL atau tes RPR, atau pemeriksaan antibodi anti-T. pallidum seperti FTA-ABS.1A
21,22
25
Penatalaksanaan
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan sindroma Behcet. Penatalaksanaan
ditujukan untuk mengurangi gejala yang menyebabkan ketidaknyamanan pasien dan
mencegah komplikasi yang serius dengan obat-obatan, istirahat, olahraga, dan gaya hidup
yang sehat. Jenis obat dan lamanya pengobatan tergantung pada gejala dan tingkat keparahan
penyakit masing-masing pasien. Kombinasi obat mungkin diperlukan untuk mengurangi
gejala
yang
spesifik.
Kombinasi
yang
sering
diberikan
adalah
prednison
dan
imunosupresan.1,14,21,23
Medikamentosa
26
Anti inflamasi
Obat anti inflamasi secara sistemik mencegah teijadinya inflamasi yang dicetuskan
olah keadaan tertentu. Colchicine, yang biasanya digunakan untuk pengobatan Gout,
mengurangi inflamasi yang teijadi pada seluruh tubuh. Obat ini dapat digunakan untuk
pengobatan arthritis, gejala pada membran mukosa dan kulit pada pasien sindrom Behcet.
Sebuah riset di Turki mengatakan bahwa obat ini memberi hasil yang paling baik pada pasein
laki-laki. Efek samping dari colchicines termasuk nausea, vomitus, dan diare. Efek samping
dari data ini dikurangi dengan menurunkan dosis yang diberikan.1,14,21
Colchicine Decreases leukocyte motility and
Drug Name
Adult Dose
Pediatric Dose
Contraindications
Interactions
Pregnancy
Precautions
in
hands
and
feet,
disseminated
intravascular
Kortikosteroid
Prednison adalah kortikosteroid yang diberikan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
pada pasien dengan nyeri sendi berat, perlukaan pada kulit, sakit mata, atau gejala susunan
saraf pusat. Kortikosteroid sistemik tidak berguna pada terapi jangka panjang sindroma
Behcet. Beberapa ahli menggunakan kortikosteroid sistemik sebagai terapi awal pada kasus
yang ringan. Namun, ada yang mengatakan bahwa kortikosteroid tidak berguna dalam terapi
sindroma ini. Kortikosteroid sisemik hanya diberikan jangka pendek dan mungkin dapat
diberikan bersamaan dengan imunosupresan. Pemberian kortikosteroid jangka panjang
memiliki efek samping osteoporosis, naiknya berat badan, penyembuhan luka yang lama,
heartburn yang persisten, dan peningkatan tekanan darah. Namun, efek samping ini jarang
27
pada pengobatan jangka pendek. Pada pengobatan sindroma Behcet, kortikosteroid berguna
pada tahap awal penyakit dan serangan akut yang berat. Tergantung pada kebutuhan pasien,
kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, parenteral, atau injeksi intraokular.1,21
Prednisone (Deltasone, Orasone, Meticorten) May
decrease inflammation by reversing increased | capillary
permeability and suppressing PMN activity. Use smallest
Drug Name
Adult Dose
Pediatric Dose
achieved
Not established
Documented hypersensitivity; viral infection, peptic ulcer
disease, hepatic dysfunction, connective tissue infections,
Contraindications
Interactions
Pregnancy
Precautions
Drug Name
Precautions
Adult Dose
Pediatric Dose
Contraindications
Pregnancy
30
Precautions
Local irritation
Imunosupresan
Obat-obatan ini membantu mengendalikan sistem imun yang berlebihan, yang teijadi
pada Sindroma Behcet, mengurangi inflamasi di seluruh badan, dan menurunkan angka
serangan penyakit. Imunosupresan diberikan bila pasien memiliki gejala pada mata dan
susunan saraf pusat. Obat-obatan ini sangat kuat dan dapat memiliki efek samping yang berat.
Pasien diharuskan untuk memeriksakan diri secara teratur ke dokter untuk pemeriksaan darah
dan memonitor efek samping.114,21
Azathioprine (Imuran) adalah derivat mercaptopurine yang sering digunakan untuk
mensupresi sistem imun pada pasien transplantasi ginjal. Azathioprine diberikan pada pasien
sindroma Behcet untuk mengobati uveitis dan manifestasi penyakit lainnya yang tidak
terkontrol. Obat ini dapat mengganggu sistem pencemaan dan mengurangi produksi sel-sel
darah oleh sumsum tulang belakang.1,14,21
Chlorambucil merupakan obat sitotoksik pertama yang digunakan untuk pengobatan
okular sindroma Behcet. Karena merupakan slow-acting alkylating agent, pengobatannya
dapat dilakukan secara rawat jalan. Efek samping utama obat ini adalah sterilitas permanen
dan leukimia. Pasien diwajibkan untuk melakukan pemeriksaan darah untuk memonitor
jumlah leukosit dan trombosit.1,14,21
Cyclophosphamide adalah alkylating agent yang lebih poten daripada kortikosteroid
dalam mengendalikan inflamasi pada sindroma Behcet, tetapi karena toksik terhadap
susmsum tulang, maka penggunaan obat ini menjadi terbatas. Menurut cara keijanya,
cyclophosphamide diubah di hati menjadi dua komponen aktif, yaitu acrolein dan phosphor
amide. Acrolein dan phosphor amide akan menghambat pertumbuhan sel kanker dengan
mencegah replikasi DNA dalam sel tumor. Cyclophosphamide bekeija lebih cepat dan lebih
toksik daripada chlorambucil, sehingga lebih banyak digunakan pada kasus yang berat.1,14,21
Cyclosporine menghambat aktivasi T-limfosit dan lebih aman daripada obat-obat
sitotoksik, namun dapat teijadi komplikasi renal. Dengan dosis awal 5mg/kgBB per hari,
cyclosporine tidak menyebabkan imunosupresi yang permanen, sehingga diperlukan terapi
bertahun-tahun. Adanya rebound phenomenon membatasi penggunaan obat ini, namun
sebuah studi di Jepang menunjukkan bahwa dengan dosis 5mg/kgBB per hari efektif
mencegah serangan inflamasi okular pada 70% pasien sindroma Behcet yang refrakter.1,14,21
31
Adult Dose
Pediatric Dose
Contraindications
50-150 mg PO qd established
Not established
Documented hypersensitivity; severely depressed bone
marrow function
Allopurinol may increase risk of bleeding or infection and
enhance myelosuppressive effects; may potentiate
doxorubicin-induced cardiotoxicity; | may reduce digoxin
serum levels and antimicrobial effects of quinolones;
chloramphenicol may increase half-life while decreasing
Interactions
Pregnancy
Precautions
D Unsafe in pregnancy
Administer cautiously to patients with leukopenia,
thrombocytopenia, tumor cell infiltration of bone marrow,
previous x-ray therapy, previous therapy with other cytotoxic
agents, impaired hepatic or renal function; because
cyclophosphamide may exert a suppressive action in immune
mechanisms, consider interruption or modification of dosage
32
Adult Dose
Pediatric Dose
Contraindications
Interactions
Pregnancy
Precautions
Drug Name
counts
Not established
Documented hypersensitivity; previous resistance to
medication
None reported
D - Unsafe in pregnancy
Caution in history of seizure disorders or diagnosed with bone
marrow suppression
Interactions
Pregnancy
Precautions
uveitis, gejala gastrointestinal berat, ulserasi yang berat, dan vaskulitis susunan saraf pusat.
Tetapi efek penggunaan jangka panjangnya belum diketahui.1,23
Drug Name
Adult Dose
25 mg SC 2 times/wk or 50 mg SC qwk
<4 years: Not established 17 years: 0.4 mg/kg SC 2 times/wk
Pediatric Dose
Contraindications
Interactions
Pregnancy
MMR)
B - Usually safe but benefits must outweigh the
Serious infections may develop and the therapy should be
discontinued if they occur; possible adverse effects include
injection site pain, redness and swelling at injection site, and
Precautions
Pregnancy
Precautions
Komplikasi
1. Glaukoma
36
Uveitis yang tidak diobati dapat menyebabkan iris menempel pada permukaan depan
lensa. Keadaan ini menghambat cairan mengalir melalui pupil dan meningkatkan
tekanan di dalam mata.Tekanan yang besar pada mata dapat merusak saraf optik dan
mengganggu penglihatan yang akan menyebabkan penglihatan menjadi berkabut atau
berasap dan pasien akan melihat adanya lingkaran cahaya pada sekitar lampu.
2. Katarak komplikata
Hipotesis penyebab terjadinya katarak komplikata pada uveitis yaitu
penggunaan kortikosteroid dan sel inflamasi pada uveitis. Sel inflamasi pada uveitis
akan menyebabkan cairan aqueous humor menjadi keruh. Hal ini akan mengganggu
penyaluran nutrisi menuju lensa sehingga membuat lensa menjadi keruh.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ling Chen, Gary et Holland et all,
telah dilaporkan bahwa crystallin mungkin merupakan autoantigen penting dalam
uveitis anterior dan menunjukkan adanya reaktivitas antara crystallin protein( (5B1crystallin) dengan peradangan intraokular aktif atau dengan patogenesis katarak
sekunder.
Dalam penelitian ini, telah diamati hubungan positif antara serum anti-fiB 1
-crystallin antibody dengan aktivitas peradangan dan katarak. Meskipun hasil ini tidak
membuktikan sebab-akibat dari antibodi dalam patogenesis katarak, diketahui bahwa
proliferasi sel epitel lensa memiliki peran penting dalam homeostasis lensa dan
percobaan sitotoksisitas menunjukkan bahwa (3-crystallins berhubungan dengan
membran plasma sel epitel lensa16. Antibodi terhadap j3-crystallins juga dapat
menyebabkan kerusakan sel epitel lensa dan migrasi sel pada katarak kortikal 16.
Seroreaktivitas terhadap crystallins ditemukan pada beberapa individu sehat serta
pada pasien dengan katarak senilis. Hal ini membuktikan bahwa modifikasi protein
dapat memainkan peran penting dalam patogenesis suatu penyakit yang disebabkan
oleh proses autoimun.
Prognosis
37
Prognosis penyakit ini tergantung dari manifestasi klinis. Vaskulitis retina (yang dapat
menimbulkan kebutaan), aneurisma (dengan kemungkinan ruptur) dan sindroma neuroBehcet (yang mungkin menyebabkan demensia) memiliki prognosis yang lebih buruk. 1,5,7,8
Dengan pola hidup yang sehat, pasien dengan sindroma Behcet dapat memiliki
kualitas kehidupan yang normal dan dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari.5
Kesimpulan
38
ditujukan
untuk
mengurangi
gejala
yang
menyebabkan
ketidaknyamanan pasien dan mencegah komplikasi yang serius dengan obat-obatan, istirahat,
olahraga, dan gaya hidup yang sehat. Kortikosteroid cenderung bersifat paliatif; berguna
untuk mengendalikan gejala akut. Selain kortikosteroid dapat diberikan imunosupresan, atau
antagonis TNF. Terapi kombinasi (kortikosteroid dan imunosupresan) diberikan pada pasien
yang refrakter.1,14,21,23
Daftar Pustaka
39
40
41