You are on page 1of 52

K3 LABORATORIUM

SITI RACHMAWATI, S.ST, M.Si

JENIS KECELAKAAN DAN


PENANGANAN

Sumber-Sumber Utama
Bahaya di Lab
Bahan-bahan kimia yang berbahaya
Bahaya Fisik pada Sarana laboratorium yang

digunakan
Bahaya hayati

POTENSI BAHAYA
Luka
Keracunan
Percikan Zat
Tumpahan Zat
Kebakaran
Peledakan

Penyebab terjadinya
kecelakaan di lab
Kurang pengetahuan dan

pemahaman terhadap bahan-bahan,


proses, dan alat yang digunakan.
Tidak menggunakan alat pelindung
atau alat yang tepat.
Tidak memperhatikan instruksi atau
aturan.
Kurang baiknya pengelolaan lab

Kecelakaan di lab dibagi


beberapa
kelompok
Kecelakaan yang mencederai penghuni
laboratorium
- Tidak adanya atau tidak dipakainya APD
- Kurangnya informasi bahaya kepada tenaga kerja
- Kurangnya ventilasi
- Kebiasaan perseorangan yang tidak baik
- Bahaya sengatan listrik
- Kurang baiknya manajemen
Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan
bangunan, peralatan dan lain-lain.
Kecelakaan yang membahayakan masyarakat
sekitar

Upaya mencegah terjadinya


kecelakaan di laboratorium
Setiap orang yang mengadakan kegiatan

laboratorium harus tahu tempat dan cara


penggunaan perlengkapan darurat.
Gunakan alat/keselamatan kerja yang tepat
ketika suatu percobaan dilakukan.
Sebelum percobaan dimulai telitilah terlebih
dahulu kemungkinan bahaya yang dapat terjadi
Sediakan tempat pembuangan khusus untuk
cairan, kaca, sobekan kain/kertas, dan lain
sebagainya.

CARA PENANGANAN PADA


KECELAKAAN DI LAB

LUKA
Luka karena benda tajam

Tindakan yang dapat dilakukan adalah


membersihkan luka secara hati-hati, jika pecahan
kaca terkena kulit gunakan pinset dan kapas steril
untuk mengambilnya. Kemudian tempelkan plester
berobat.
Luka Bakar karena zat kimia
Tindakan yang dilakukan dicuci dengan air mengalir
sebanyak-banyaknya.
Luka pada mata
Jika terkena percikan asam encer, mata dapat dicuci
dengan air bersih, baik dengan air kran maupun
penyemprotan air.

KERACUNAN
Keracunan zat melalui pernapasan

Tindakan pertama-tama yang sebaiknya dilakukan adalah


menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut
kemudian pindahkan korban ke tempat yang berudara
segar. Jika korban tidak bemapas, segera berikan
pernapasan buatan berupa menekan bagian dada atau
pemberian pernapasan dari mulut penolong ke mulut
korban.
Keracunan melalui mulut
Jika mulut terkena asam/basa, kumur-kumur dengan air
sebanyak-banyaknya.
Jika mulut terkena zat kimia lain yang beracun, si penderita
diberi 2-4 gelas air atau susu

upaya pencegahan terhadap keracunan


sebagai akibat dari kegiatan di
laboratorium kimia
Pipet digunakan untuk mengambil atau memindahkan

bahan dengan jumlah tepat. Bahan-bahan yang tidak


boleh dipipet dengan mulut ialah zat yang bersifat
radioaktif, asam kuat dan pekat.
Jangan
mencoba mencium senyawa-senyawa yang
beracun dan harus diperhatikan bahwa senyawa-senyawa
beracun dapat memasuki tubuh lewat pernapasan, mulut,
kulit, dan luka,
Jika bekerja dengan senyawa-senyawa beracun hendaknya
dilakukan di lemari uap dan jika perlu gunakanlah sarung
tangan. Apabila lemari uap tidak berfungsi atau tidak ada,
bekerjalah di tempat terbuka atau di luar.

KEBAKARAN
Di

laboratorium sangat mungkin terjadi kebakaran.


Kebakaran di laboratorium dapat disebabkan oleh arus
pendek, pemanasan zat yang mudah terbakar.
Upaya untuk mencegah dan mengurangi cedera dan
kerusakan karena kebakaran :
a. Pastikan semua pegawai laboratorium mengetahui lokasi
pemadam api di laboratorium, jenis kebakaran yang dapat
diatasi, dan cara mengoperasikannya
b. Jika terjadi kebakaran, segera beri tahu lembaga tanggap
darurat dengan mengaktifkan alarm kebakaran terdekat.
c. Padamkan kebakaran kecil yang melibatkan logam reaktif
dan senyawa organometalik (msl, magnesium, natrium,
kalium, logam hidrida) menggunakan pemadam khusus
atau dengan menutupinya dengan pasir kering.

d. Jika terjadi kebakaran yang lebih serius,


evakuasi laboratorium dan aktifkan alarm
kebakaran terdekat.
e. Jika pakaian seseorang terkena api, segera
masukkan dia ke pancuran keselamatan.

Pancuran keselamatan

APAR

Elemen Keselamatan Kerja


di
Lab
:
1. Pencegahan Kebakaran
Di lab dapat dipasang sistem penanggulangan
kebakaran berupa sprinkler, alarm, detector asap
guna pencegahan dini terhadap bahaya
kebakaran serta penyediaan APAR dan Hidran.
2. Tata ruang dan penataannya

Adanya akses keluar dan masuk ke laboratorium


baik dalam keadaan darurat maupun keadaan
normal. Teknologi keselamatan dapat diterapkan
dengan adanya penempatan pintu yang dapat
dibuka dua arah, dan lain-lain.

3. Pengenalan dan penyimpanan bahan kimia

Dalam penyimpanan bahan kimia yang akan digunakan untuk


analisis atau yang digunakan sbg stock bahan kimia perlu
diperhatikan jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan.

Panduan umum ini saat menyimpan bahan kimia dan peralatan


bahan kimia:
Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk masing-masing
bahan kimia dan kembalikan bahan kimia ke tempat itu setelah
digunakan.
Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus
penyimpanan.
Amankan rak dan unit penyimpanan lainnya. Pastikan rak memiliki
bibir pembatas di bagian depan agar wadah tidak jatuh.
Labeli semua wadah bahan kimia dengan tepat.
Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari penyimpanan cairan
yang mudah terbakar yang disetujui.

4. Tempat penyimpanan lainnya

Tempat penyimpanan lain perlu disediakan


untuk keperluan penyimpanan peralatanperalatan yang cepat habis.
misal darah/urine yang akan dianalisis.
5. Peralatan-peralatan laboratorium

Peralatan-peralatan analisis dan pra analisis


harus
dalam
kondisi
yang
tidak
membahayakan baik dari segi input powernya,
kondisi
kabel-kabel
dan
instrumen
ini
peringatan tanda bahaya maupun mekaniknya

6. Peralatan

keselamatan

kerja

dan

darurat
Peralatan Keselamatan :
Kacamata Pelindung
Kacamata digunakan untuk melindungi mata
dari rasa pedih atau iritasi yang disebabkan
oleh zat yang mengeluarkan asap atau uap,
yang bersifat memedihkan mata, atau
percikan asam pekat sehingga tidak
mengenai mata

Sarung tangan

Sebagai alat pelindung tangan pada saat


membuat larutan atau menuangkan zat yang
pekat sehingga tidak mengenai tangan.
Jas Lab
Jas taboratorium digunakan pada saaat bekerja
di laboratorium. Untuk menghindari percikan
zat/asam mengenai pakaian atau bagian tubuh.
Masker
Masker/penutup hidung dipergunakan pada
saat membuat larutan
Emegency shower
apabila terjadi percikan bahan kimia berbahaya

Peralatan darurat :
alat bantu pernafasan (hanya untuk digunakan
oleh pegawai terlatih)
selimut untuk menyelimuti penderita cedera;
tandu (meski umumnya paling baik menunggu
bantuan medis yang kompeten);

7. Permukaan lantai, dinding dan bangku

Dalam lab, pada saat digunakan atau tidak pintu dan


jendela harus selalu tutup. Lab dilengkapi dengan
sistem penyejuk ruangan di samping membuat nyaman
penghuninya dan memberi perlindungan pada alat-alat
analisis tertentu.
Kondisi lantai, dinding dan atap harus dalam keadaan
yang baik, atap tertutup internit, rapi dan mudah
dibersihkan.
8. Penerangan di lab

Penerangan dengan intensitas >400 lux seharusnya


tersedia di lab. Untuk pekerjaan yang spesifik
penerangan yang baik harus disediakan dengan
mempertimbangkan kesilauan, kontras dan arah
pencahayaan.

9. Tanda-tanda keselamatan kerja

Tanda bahaya yang tersedia berupa tanda


peringatan dilarang merokok, kecukupan MSDS
di setiap bahan kimia yang disediakan, tanda
larangan, tanda kewajiban pemakaian APD.
10. Biosafety dan masalah HIV/AIDS

Teknologi yang dapat diterapkan adalah


engineering control dan penyediaan safe
working practises.

LIMBAH LABORATORIUM

Pengumpulan dan
Penyimpanan Limbah
Penggunaan wadah pengumpul limbah

Simpan limbah di wadah berlabel jelas di lokasi yang


ditetapkan yang tidak mengganggu beroperasinya
laboratorium secara normal.
Pencampuran Limbah Kimia Berbeda
Beberapa jenis limbah bisa dikumpulkan di satu wadah
yang sama. Limbah yang dicampur harus kompatibel
secara kimiawi untuk memastikan tidak terjadi
pembentukan panas, evolusi gas, atau reaksi lainnya.
Pemberian Label pada Wadah Limbah
Labeli setiap wadah limbah berbahaya dengan
identitas bahan dan bahayanya.

Pemilihan Wadah yang Tepat:

Kumpulkan limbah di wadah yang cocok dengan


isinya.
a. Wadah untuk limbah cair
Gunakan
wadah
pengaman
plastik
(msl,
polietilena) atau logam (msl, baja galvanis atau
baja anti karat) untuk mengumpulkan limbah cair,
terutama cairan yang mudah terbakar..
b. Wadah untuk Limbah Padat
Tempatkan limbah kimia padat, seperti produk
sampingan reaksi atau fi lter yang terkontaminasi
atau media kromatografi , di wadah yang berlabel
tepat untuk menunggu pembuangan.

Pertimbangan Jumlah dan Lama Waktu

Secara umum, jangan simpan limbah di


laboratorium dalam jumlah besar atau lebih dari
satu tahun. Area pengumpulan pusat mungkin
tepat untuk mengelola limbah dalam volume yang
besar.
Dekontaminasi Wadah Kosong

Bilas wadah limbah kosong (kaca, logam) yang


terkontaminasi bahan organik dengan pelarut
bercampur air (aseton, metanol). Lalu, bersihkan
dengan air sebanyak tiga kali. Tambahkan bilasan
ke wadah limbah kimia. Buang wadah yang
terkontaminasi tersebut seperti sampah lain.

Metode Pembuangan Limbah Lab


Insinerasi

Insinerasi
adalah
metode
pembuangan
limbah
laboratorium yang umum. Insinerasi biasanya dilakukan
di oven berputar pada suhu tinggi (649-760C). Teknologi
ini sepenuhnya menghancurkan sebagian besar bahan
organik dan secara signifikan mengurangi residu.
Pembuangan di Pipa Drainase

Bahan kimia yang mungkin diizinkan untuk dibuang di


pipa drainase meliputi larutan air yang terurai secara
alami dan larutan toksisitas rendah dari zat-zat
anorganik. Cairan mudah terbakar yang tercampur air dan
bahan kimia bercampur air tidak boleh masuk ke saluran
drainase.

Pelepasan ke Atmosfer

Tudung asap dirancang sebagai perangkat


pengaman
untuk
menjauhkan
uap
dari
laboratorium jika terjadi keadaan darurat, tidak
sebagai sarana rutin untuk membuang limbah
yang menguap. Sebagian laboratorium memiliki
unit yang berisi filter penyerap, tetapi kapasitas
serapnya terbatas. Pengaturan arah tudung asap
ke perangkat perangkap biasa bisa sepenuhnya
meniadakan pelepasan uap ke atmosfer.

TANDA BAHAYA BAHAN


KIMIA

BAHAN KOROSIF
Saat merencanakan eksperimen yang
melibatkan zat korosif, kaji praktik
penanganan dasar untuk memastikan
bahwa kulit, wajah, dan mata cukup
terlindung. Pilih sarung tangan tahankorosi serta pakaian dan penutup
mata pelindung yang tepat, termasuk,
dalam beberapa kasus, pelindung
wajah.
Contoh : amonia, hidrogen peroksida

BAHAN FLAMMABLE
Penanganan Terhadap Zat Yang Bersifat
Mudah Terbakar:
Mencegah
munculnya uap dan sumber
penyulutan pd saat bersamaan
Simpan bahan atau zat ditempat yang dingin,
kering, dan berventilasi serta jauhkan dari
panas, sumber penyalaan api dan sinar
matahari
Wadah harus tertutup rapat
Selalu siap dengan peralatan keadaan darurat
Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan
gampang menyala dari bahan oksidasi kuat,
seperti asam nitrat atau kromat,
permanganat, klorat, perklorat, dan peroksida.

BAHAN OKSIDATOR
Penanganan Terhadap Zat Yang
Bersifat Oksidator
Simpan bahan atau zat ditempat yang
dingin, dan berventilasi serta jauhkan
dari panas, sumber penyalaan api dan
sinar matahari
Wadah harus tertutup rapat dan
hindari kebocoran

BAHAN IRRITAN

Xi

Penanganan Terhadap Zat Yang


Bersifat Irritant:
Hindari dari pernafasan gunakan self
contained breathing apparatus
(SCBA).
Hindari kontak dengan mata
gunakan kacamata dan perisai muka
Hindari kontak dengan kulit gunakan
gloves

BAHAN BERACUN
Penanganan terhadap zat yang bersifat
BERACUN
Simpan bahan kimia yang diketahui sangat
beracun dalam penyimpanan berventilasi
dalam perangkat pengaman sekunder yang
resisten secara kimia dan anti pecah.
Beri label area penyimpanan dengan tanda
peringatan yang sesuai.
Batasi akses ke area penyimpanan.
Kenakan sarung tangan saat bekerja dengan
cairan atau zat padat beracun untuk
melindungi tangan dan lengan bawah
Kenakan pelindung wajah dan mata untuk
mencegah pencernaan, penghirupan, dan
penyerapan bahan kimia beracun melalui kulit.

BAHAN MUDAH MELEDAK


Penanganan Terhadap Zat Yang Bersifat
Mudah Meledak
Simpan bahan atau zat ditempat yang dingin,
kering, dan berventilasi serta jauhkan dari
panas, sumber penyalaan api dan sinar matahari
Jangan terlalu banyak goncangan
Selalu siap dengan peralatan keadaan darurat
Bekerja dengan bahan eksplosif (atau berpotensi
eksplosif) biasanya memerlukan penggunaan
pakaian pelindung.
Gunakan juga perangkat pelindung seperti
pelindung ledakan, halangan, atau bahkan
barikade tertutup atau ruang isolasi dengan atap
atau jendela ledakan.

Senyawa azo organik dan

peroksida adalah
beberapa zat paling
berbahaya yang
ditangani di laboratorium.
Tetapi, zat ini jg
merupakan reagen umum
yg digunakan sebagai
sumber radikal bebas dan
oksidan. Keduanya
biasanya merupakan
bahan peledak berdaya
rendah yang peka
terhadap guncangan,
percikan, atau
penyulutan yang tidak
disengaja lainnya.

MENILAI BAHAYA DAN


RISIKO DI LAB

MENILAI RISIKO RACUN BAHAN


KIMIA LAB TERTENTU
1. Racun Akut

Toksisitas akut adalah kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan


efek berbahaya setelah pemaparan satu kali. Bahan beracun akut
dapat menyebabkan efek racun lokal, efek racun sistemik, atau
keduanya. cth : arsina, klorin
2. Alergen dan pemeka

Alergi bahan kimia adalah reaksi balik sistem kekebalan terhadap


bahan kimia. Beberapa reaksi alergi muncul secara langsung, terjadi
dalam beberapa menit setelah pemaparan.
3. Asfiksian

Asfiksian adalah zat yang mengganggu pengiriman pasokan oksigen


yang memadai ke organ tubuh yang vital. pemaparan terhadap asfi
ksian menyebabkan pingsan dan kematian dengan cepat. Cth ; Gas
asetilen, karbon dioksida,

4. Neurotoksin

Neurotoksin memiliki efek merugikan pada struktur atau


fungsi sistem saraf pusat atau periferal, yang dapat
bersifat permanen atau sementara. Cth : Beberapa
neurotoksin kimia antara lain merkuri (anorganik dan
organik), pestisida organofosfat, karbon disulfida.
5. Toksin Reproduktif dan pengembangan

Toksin reproduktif adalah zat yang menyebabkan


kerusakan kromosom (mutagen) dan zat dengan efek
letal atau teratogenik (perubahan bentuk) pada janin.
Cth : formamida
6. Racun yang mempengaruhi organ lainnya

Zat beracun juga mempengaruhi organ selain sistem


reproduksi dan saraf. Cth : benzena, hidrokarbon,
beberapa logam, menghasilkan satu atau lebih efek
pada organ target

7. Karsinogen

Karsinogen adalah zat yang mampu menyebabkan


kanker. Karsinogen merupakan zat beracun kronis;
yaitu, zat yang menyebabkan kerusakan setelah
pemaparan berulang atau dalam jangka panjang
8. Menggunakan Kategori kontrol untuk

menilai risiko
Kategori kontrol adalah penilaian risiko dan
pendekatan
manajemen
kualitatif
yang
meminimalkan pemaparan pegawai ke bahan
berbahaya.
Ini
membantu
menentukan
penanganan yang tepat terhadap bahan yang
tidak memiliki batas paparan di tempat kerja.

MENILAI BAHAYA FISIK


1. Gas yang dimampatkan

Gas yang dimampatkan dapat memapar pekerja baik


ke bahaya mekanik maupun kimia, tergantung
gasnya.
Bahaya
dapat
disebabkan
oleh
kemudahbakaran, reaktivitas, atau toksisitas gas dari
kemungkinan asfiksiasi dan dari pemampatan gas itu
sendiri.

2. Krioge yang tidak mudah terbakar

Kriogen yang tidak mudah terbakar (terutama nitrogen cair)


dapat menyebabkan kerusakan jaringan akibat dingin yang
disebabkan kontak baik dengan gas cair maupun mendidih. Di
area dengan ventilasi buruk, penghirupan gas karena uap yang
timbul (boil off) atau tumpahan dapat menyebabkan asfiksiasi.

3. Reaksi Tekanan tinggi

Eksperimen yang dilakukan pada tekanan di atas satu


atmosfer dapat menyebabkan ledakan karena kegagalan
peralatan.

4. Kerja Vakum

Saluran vakum dan pecah-belah lainnya yang digunakan pada


tekanan subambien dapat menyebabkan bahaya cedera besar
jika kaca pecah.
5. Bahaya frekuensi Radio dan Gelombang Mikro
Frekuensi radio (RF) dan gelombang mikro yang digunakan di
oven dan pemanas induksi, dan oven gelombang mikro terjadi
dalam kisaran 10 kHz hingga 300.000 MHz. Paparan berlebih
yang ekstrem pada gelombang mikro bisa menyebabkan
gangguan katarak, kemandulan.
6. Bahaya Listrik
Ada beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan di
laboratorium. Isolasi kabel bisa terkikis oleh bahan kimia
korosif, uap cairan pelarut organis, atau ozon (dari cahaya
ultraviolet, mesin fotokopi, dan lain-lain). Segera perbaiki isolasi
yang terkikis pada peralatan listrik di lokasi yang basah seperti
ruang yang sejuk atau bak pendingin. Selain itu, percikan api
dari peralatan listrik bisa menyulut api jika ada uap yang
mudah terbakar.

MENILAI BAHAYA HAYATI


Bahaya
hayati
merupakan
masalah
di
laboratorium yang menangani mikroorganisme
atau
bahan
yang
terkontaminasi
mikroorganisme. Bahaya-bahaya ini biasanya
muncul di laboratorium penelitian klinis dan
penyakit menular, tetapi mungkin juga muncul di
laboratorium lain.

VENTILASI LABORATORIUM
1.

Penilaian Risiko Ventilasi


Ada banyak perangkat yang dapat digunakan
untuk mengendalikan paparan atau kumpulan
laboratorium
di atmosfer.
a. bahan
Bahan kimia
periksa tekanan
uap bahan kimia
b. Bahan biologi apakah bahan
berubah menjadi aerosol
c. Partikulat tudung lab
d. Bahan nano tudung lab atau
lemari bio keselamatan

Ventilasi buang fleksibel

2. Ventilasi lab umum dan sistem kendali

lingkungan
Sistem ventilasi umum mengendalikan kuantitas dan
kualitas jumlah udara yang dipasok ke dan dikeluarkan
dari laboratorium. Sistem ventilasi umum harus
mengganti udara secara terus menerus agar
konsentrasi unsur yang berbau atau beracun tidak
meningkat saat hari kerja dan tidak disirkulasi dari
laboratorium ke laboratorium.
3. Tudung Lab

Tudung laboratorium (dikenal juga sebagai tudung asap


kimia) adalah komponen terpenting yang digunakan
untuk melindungi pekerja laboratorium dari paparan
bahan kimia dan bahan yang digunakan di dalam
laboratorium.

PROGRAM MANAJEMEN
SISTEM VENTILASI
1. Kriteria Desain

Lembaga harus menentukan kriteria yang akan


digunakan untuk semua tudung laboratorium
dan sistem ventilasi lainnya. Kriteria ini dapat
meliputi:
pemeriksaan desain tudung laboratorium (msl.,
kriteria kecepatan muka pada ketinggian pintu
geser, desain pintu geser tertentu);
jumlah tudung asap yang tersedia per orang
atau per total area gedung
sistem alarm;
kriteria kebisingan;

2. Program Pelatihan

Pelatihan pegawai laboratorium itu penting


dalam manajemen ventilasi. Semua manajer,
pekerja,
dan
siswa
harus
mendapat
perlatihan yang mencakup
cara menggunakan peralatan ventilasi;
hal yang harus dilakukan jika terjadi
kegagalan sistem;
hal yang harus dilakukan jika terjadi
pemadaman listrik;
pertimbangan atau peraturan khusus untuk
peralatan; dan
pentingnya label, tanda, dan lain-lain.

3. Inspeksi dan pemeliharaan

Program harus menguraikan unsur-unsur


program inspeksi dan pemeliharaan, antara lain
siapa yang melakukan inspeksi dan seberapa
sering;
bagaimana cara inspeksi dicatat;
kriteria inspeksi untuk tudung laboratorium, seperti
pengujian kecepatan muka, termasuk peralatan yang
digunakan dan riwayatnya;
metode pencatatan kecepatan;
jadwal pemeliharaan kipas
jadwal pemeliharaan alarm dan kontrol; dan
jadwal pengawasan ulang untuk sistem ventilasi.

POTENSI

TERIMAKASIH

You might also like