You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN
Fungsi alamiah seekor hewan jantan adalah menghasilkan sel-sel kelamin
jantan atau spermatozoa yang hidup, aktif dan potensial fertil, dan secara
sempurna meletakakannya ke dalam saluran kelamin betina. Inseminasi buatan
hanya memodifiser cara dan tempat peletakan spermatozoa. Semua proses-proses
fisiologik dalam tubuh hewan jantan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, menunjang produksi dan kelangsungan hidup spermatozoa. Akan tetapi
pusat kegiatan kedua proses ini terletak pada organ reproduksi hewan jantan itu
sendiri.
Organ reproduksi hewan jantan pada umumnya dapat dibagi atas tiga
komponen: (a) organ kelmin primer yaitu gonad jantan, dinamakan testis atau
testiculus (jamak: testes atau testiculae) disebut juga orchis atau didymos (b)
sekelompok

kelenjar-kelenjar

kelamin

pelengkap

yaitu

kelenjar-kelanjar

vesikulares, prostata dan Cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari epididymis
dan vas deferen dan (c) alat kelamin luar atau kopulatoris yaitu penis.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang organ-organ reproduksi, anatomi,
histology dan fungsi pada kembing jantan, serta akan dibahas juga perbedaanperbedaan organ reproduksi pada jenis species hewan lainnya.

BAB II
PEMBAHASAN
Pembagian
Organ reproduksi hewan jantan pada umumnya dapat dibagi atas tiga
komponen yaitu:
a) Organ kelmin primer, yaitu gonad jantan, dinamakan testis atau testiculus
(jamak: testes atau testiculae), disebut juga orchis atau didymos
)b

Sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjarkelenjar vasikulares, prostata dan Cowper, dan saluran-saluran yang terdiri
dari epididymis dan vas deferent, dan

)c Alat kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis (Toelihere, 1981).
Pembagian meliputi gonad yang disebut juga dengan testis. Ada sepasang
terletak dalam scrotum, suatu kantong di luar rongga tubuh. Pada awal
pertumbuhan testis berada dalam rongga tubuh (abdomen), kemudian turun ke
srotum. Ketika turun terbawa oleh lapisan rongga tubuh (peritonium) bersama
otot dinding abdomen. Spermatozoa dihasilakan testis, bersama sedikit plasma
semen (cairan mani), disalurka ke luar tubuh lewat saluran berikut: tubuli recti,
rete testis, ductuli everentes, ductus epidydydmis, vas deferens, dan urethra.
Terdapat pula kelenjar yang menghasilkan semen: vesicular seminalis, prostate,
cowper dan litter. Saluran terujung yaitu penis, sebagai genetalia luar jantan
(Yatim,1994).
Pada hewan jantan, spermatozoa dihasilkan di dalam suatu rangkaian
halus (tubuh) di dalam testis yang disebut tubuli seminiferi testis. Dari sini
spermatozoa berjalan melalui vasa eferensia untuk memasuki ductus deferens.
Bagian posterior duktus ini melebar dan membentuk vesicula seminalis. Duktus
deferens ini selanjutnya akan menuju keluar, atau terlebih dahulu melewati organ
capulatorik (penis), yaitu pada hewan-hewan yang melakukan transfer sperma
secara langsung dari yang jantan kepada yang betina. Sepanjang saluran sperma
kadang-kadang dilengkapi

dengan kelenjar-kelenjar

tambahan

(Glandula

asesoria) yang menghasilkan secret, yang antara lain berfungsi untuk

mengaktifkan sperma. Misalnya, pada mamalia berupa kelenjar prostate dan


kelenjar bulboureteralis (Susilo,1993).
Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang terletak mengelilingi
dan sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang ekskretoris kelenjar
vesicular. Badan kelenjar prostate jelas dapat dilihat pada ternak yang dewasa,
pada sapid an kuda dapat di raba melalui palpasi parectal. Pada domba, seluruh
prostatenya mengelilingi otot daging uretra. Ekskresi kelenjar prostate hanya
sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen pada cairan semen pada
beberapajenis ternak yang diteliti. Tetapi beberapa laporan menunjukkan bahwa
setidak tidaknya sumbangan kelenjar prostate sebagaimana substantial kelenjar
vesicular pada babi. Kelenjar prostate mengandung banyak ion ion anorganik,
meliputi Na, Cl, dan Mg semuanya dalam larutan.
Secara anatomic, alat kelamin jantan dapat dibagi menjadi 3 bagian
besar yaitu:1.Gonad atau testes (kelenjar benih) merupakan bagian alat kelamin
yang utama. Bentuk testes bulat panjang, dengan sumbu memanjangnya kea rah
vertical. Testes tebungkus oleh kapsul berwarna putih mengkilat yang disebut
dengan; tunica albugenia tunika ini mengandung urat syaraf dan urat darah;
pembuluh darah ini terlihat berkelok-kelok. Fungsi testes untuk menghasilakn
spermatozoa dan menghasilkan hormone-hormon androgen. 2. Saluran reproduksi
terdiri atas: Epididymis, vas deferens dan urethra; sedang kelenjar-kelenjar mani
terdiri atas; kelenjar vesikularis, kelenjar prostate, kelenjar bulboureteralis atau
kelenjar cowper. Alat kelamin bagian luar yaitu: penis yang merupakan alat
kopulasi dan penyalur mani urin; dan alat pelindung yang terdiri dari scrotum dan
preputium. Penis mempunyai 2 fungsi yaitu: yang uatama menyemprotkan semen
ke dalam alat reproduksi betina, kedua untuk lewatnya urin. Praeputium
merupakan

alat

pelindung

penis

dari

pengaruh

luar

dan

kekeringan

(Partodiharjo,1992).
Organ kelamin primer atau testis berjumlah dua buah dan pada ternak
mamalia secara normal terdapat dalam suatu kantong luar yang disebut scrotum
(Yatim, 1994; Toelihere, 1981).

Gambar Anatomi Organ Reproduksi Jantan Pada kambing. a) testis kiri; b) caput epididymis;
c)corpus epididymis; d) cauda epididymis; e) vas deferens; f) pembuluh darah dan syaraf
spermaticus; g) ampulla vas deferens; h) kelenjar vasikulares; r) penis; x) processus urethrae

Saluran-saluran kelamin berpangkal pada testis dan bersambung ke urethra


yang kemudian menjadi bagian dari penis dan merupakan jalan bersama bagi
urine, sekresi kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap, dan sel kelamin jantan.
Kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap terletak dan bermuara di sekitar urethra.
Organ-organ kelamin jantan secara anatomik berhubungan dengan saluran
pengeluaran urine, yang terdiri dari ginjal dan vesica urinaria serta saluransalurannya, sehingga seluruh sistem ini disebut tractus urogenitalia. Akan tetapi
pusat perhatian kita dibatasi hanya pada saluran genitalia (Toelihere, 1981).
Secara umum system reproduksi pada hewan jantan terdiri dari : testis,
epididymis, scrotum, duktus deferens, kelenjar aksesori (kelenjar vesikula,
prostate dan bulbouretralis), urethra dan penis (Anonymous, 2008).
Testis
Testis terletak pada daerah prepubis, terbungkus dalam kantong yang
disebut scrotum dan digantung oleh funiculus spermaticus yang di dalamnya
terkandung unsur-unsur yang terbawa oleh testis dalam perpindahannya dari
covum abdominalis melalui canalis inguinalis ke dalam scrotum (Toelihere,
1981).

Gambar 2: bentuk testis kambing (a)Testis kiri (b)Caput epididymsi


(c)Corpus episisymis (d)Cauda epididymis (e)Vas deferens

Testis pada domba atau kambing berbentuk lonjong, berukuran panjang


7,5 sampai 11,5 cm, diameter 3,8 sampai 6,8 cm dan berat 250 sampai 300 gram.
(Toelihere, 1981).
Histologi
Gonad indiferen sewaktu embrio dini pada betina berdeferensisi
menjadi ovarium, sedangkan pada jantan menjadi testis. Pada semua spesies testis
berkembang didekat ginjal yaitu pada daerah Krista genitalis primitip pada
mamalia, testis mengalami penurunan yang clukup jauh, pada kebanyakan spesies
berakhir pada skrotum. Pada burung, testis tidak mengalami penurunan, tetap
tinggal pada posisi disekitar daerah testis itu berasal. Fungsi testis ada dua macam:
yang menghasilkan hormon seks jantan yaitu androgen dan menghasilkan gamet
jantan disebut sperma.
Testis merupakan kelenjar kelamin yang berjumlah sepasang dan akan
menghasilkan sel-sel sperma serta hormone testosterone. Dalam testis banyak
terdapat saluran halus yang disebut tubulus seminiferus
Sperma dihasilkan ditubulus seminiferus. Tubulus-tubulus tersebut sangat
berliku-liku pada jantan yang lebih tua spermatogonia tumbuh menjadi
spermatosit primer, yang setelah pembelahan meiosis pertama tumbuh menjadi
spermatosit sekunder haploid selanjutnya spermatosit sekunder haploid tumbuh
menjadi spermatid yang setelah mengalami sederetan transpormasi disebut
spermiogenesis, kemudian tumbuh ,menjadi sel sperma yang terdiri atas sebuah

kepala sebuah bagian tangah (tubuh) serta sebuah bagian ekor. Fungsi testis
lainnya yang penting adalah sekresi hormon seks jantan. Bukti-bukti yang ada dan
yang terbaik menunjukan bahwa hanya sel leydig yang terdapat pada jaringan
interestisial mensekresi hormone androgen.
Gonade jantan atau testis terdiri atas banyak saluran yang melilit-lilit.
Saluran tersebut adalah tubulus seminiferus, dimana pada tempat tersebut sperma
terbentuk. Sel-sel leydig yang tersebar diantara tubulus semeniferus menghasilkan
testosterone dan androgen yang merupakan hormon seks jantan. Produksi sperma
yang normal tidak akan dapat terjadi pada suhu tubuh sebagian besar mamalia,
sehingga testis manusia dan mamalia lain dipertahankan berada diluar ronnga
abdomen tepatnya didalam skrotum, yang merupakan pelipatan dinding tubuh.
Suhu dalam sakrotum adalah sekitar 2C dibawah suhu rongga abdomen.
Dari tubula seminiferus testis, sperma lewat kedalam saluran mengulir
pada epididimis. Selama perjalanan ini sperma menjadi motil dan mendapatkan
kemampuan untuk membuahi. Selama ejakulasi, sperma didorong dari epididimis
melalui vasdeferens berotot. Kedua duktus ini berawal dari skrotum disekitar dan
dibelakang kandung kemih, dimana masing-masing menyatu dengan duktus dari
visikula seminalis, yang membentuk duktus ejakulasi yang pendek. Duktus
ejakulasi itu membuka ke uretra, yaitu saluran yang mengosongkan isi system
ekskresi dan system reproduksi. Uretra terdapat disepanjang penis dan membuka
keluar pada ujung penis.
Kumpulan kelenjar aksesoris (vesikula seminalis, prostate, dan kelenjar
bulbo uretralis). Vesikula seminalis menyumbangkan sekitar 60 % total volume
semen. Cairan tersebut mengandung mukus, gula fruktosa (yang menyediakan
sebagian besar energi yang digunakan oleh sperma), enzim pengkoagulasi, asam
askorbat, dan prostaglandin. Kelenjar prostate adalah kelenjar pensekresi terbesar.
Cairan prostat bersifat encer dan seperti susu, mengandung enzim antikoagulan,
sitrat (nutrient bagi sperma), dan sedikit asam. Kelenjar bulbouretralis adalah
sepasang kelenjar kecil yang terletak disepanjang uretra, dibawah prostate.

Sebelum ejakulasi kelenjar tersebut mensekresikan mucus bening yang


menetralkan setiap urine asam yang masih tersisa dalam uretra.
Secara histologik testis (gonad) yang sepasang dan berada dalam scrotum
ini memiliki kapsul yang terdiri dari 2 lapisan :(1) Tunica albuginea (2)Tunica
vaginalis (Yatim, 1994).
Gb. 3
Histology testis
Cae:cauda epididymis; ce: caput
epididymis;
coe:
corpus
epididymis;
de:
ductuli
efferentes (vas deverens); rtv:
rongga tunica vaginalis; st:
septula testis; t: testis; ta: tunica
albuginea; tr: tubuli recti; ts:
tubuli seminiferi; tv: tunica
vaginalis; vd: vasdeverens

Tunica albugenia yaitu suatu lapisan berwana putih dan tebal yang terdiri
dari jaringan ikat padat dan serabut-serabut otot licin (Toelihere, 1981). Tunica
albugenia ini menebal di bagian belakang (posterior) testis, dan menjadi landasan
bangunan testis sendiri, disebut mediastinum testis. Dari mediastinum inilah
dilepaskan sekat-sekat, septula testis, yang menembus masuk kedalam substansi
testis dan membaginya menjadi beberapa lobuli (lobuli testis) yang berbentuk
krucut (Yatim, 1994; Toelihere, 1981).
Tunica vaginalis adalah lapisan terluar kapsul, membentuk kantung testis,
berasal dari selaput peritonium yang melapisi rongga tubuh dan jeroan perut, yang
ikut terbawa ketika testis tumbuh menggantung ke dalam scrotum. Lapisan ini
terdiri dari selapis mesothelium (Yatim, 1994).
Testis dilekatkan lewat tunica vaginalis oleh suatu ligamen (selaput
jaringan ikat rapat) ke dasar scrotum. Ligament ini berasal dari persisaan
gumpalan sel mesenkim di masa embrio dan bayi, disebut gubernaculum testis
(Yatim, 1994).

Substansi atau parenchyma testis yang terdapat dalam lobuli testis terdiri
dari saluran-saluran kecil bergulung-gulung, di dalamnya terdapat tubuli
seminiferi yang menghasilkan spermatozoa (Toelihere, 1981).
Tubuli semeniferi berdeameter 150-250 um, dan panjang dalam tiap
lobulus 30-70 cm (Yatim, 1994). Di antara tubuli, di dalam jaringan interstitial
terdapat diantaranya : jaringan

ikat longgar yang

mengandung buluh-buluh

darah, lymphe dan syaraf, terdapat juga sel-sel datar dan polygonal yang disebut
sel-sel interstitial dari Leydig, yang menghasilkan androgen, hormon-hormon
kelamin jantan, terutama testosteron (Toelihere, 1981).
Fungsi
Testis sebagai organ reproduksi primer mempunyai 2 fungsi yaitu
1) menghasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan 2) mensekresikan
hormon kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa dihasilkan di dalam tubuli
seminiferi atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone), sedangkan hormon
testosteron diproduser sel-sel interstitial dari Leydig atas pengruh ICSH
(Interstitial Cell Stimulating Hormone)( Toelihere, 1981).
Epididymis
Epididymis adalah suatu struktur memanjang yang bertaut rapat pada
testis. Ia mengandung ductus epididymidis yang sangat berliku-liku, dan mencapai
panjang lebih dari 40 meter pada jantan dewasa. Epididymis dapat dibagi atas
kepala, badan dan ekor. Kepala epididymis (Caput Epididymis) membentuk suatu
penonjolan dasar dan agak bebrbentuk mengkok yang dimulai pada ujung
proximal

testis. Umumnya berbentuk huruf U, ukurannya berbeda-beda dan

menutupi seluas satu pertiga dari bagian testis. Melalui serosa, saluran epididymis
tersusun dalam lobuli dan mengandung ductuli efferentes testis. Saluran tersebut
terakhir yang menghubungkan

rate testis dengan saluran epididymis yang

berjumlah 13-15 buah. Dekat ujung proximal testis, caput epididymis menjadi
pipih dan bersambung ke badan epididymis (corpus epididymis) yang berbentuk
langsing dan berjalan distal sepanjang tepi posterior testis. Pada ujung testis
corpus menjelma menjadi ekor (cauda epididymis) (Toelihere, 1981).
Histologi

Ductuli efferentes yang berjumlah 13-15 buah menempati kira-kira


sepertiga caput epididymidis. Caput epididymis berdeameter 100-300 um, di
dalamnya hanya terkandung beberapa spermatozoa dan mempunyai epithelium
yang sanggat khas. Dua macam sel epithelium sel slindrik ditemukan bertaut pada
selubung dasar ductuli : (a) sel-sel sekretosris dengan garnula-granula sitoplasmik
yang besar (b) sel-sel bersilia dengan kinocilia (cilia yang motil), semuanya
bergerak memukul ke arah luar (Toelihere, 1981).
Diameter ductus semakin tinggi dengan makin menurunnya tinggi
epithelium yang awalnya sekitar 140 u di dalam caput menjadi + 60 u di dalam
cauda. Sepanjang ductus, sel-sel epitel slindris mempunyai microvulli, streocilia
(cilia non-motil) yang panjangnya + 5 u. Selubung dasar ductus dikelilingi oleh
suatu lapisan sirkule serabut-serabut otot licin yang bertambah tebal ke arah cauda
(Toelihere, 1981).
EDIDIDYMIS
Merupakan saluran eksternal pertama yang keluar dari testes di bagian
apeks testis menurun longitudinal pada permukaan testes, dikurung oleh tunica
vaginalis dan testis. Epididymis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, caput (kepala),
corpus (badan), dan cauda (ekor) epididymis.
Caput epididymis, nampak pipih di bagian apeks testis, terdapat 12-15
buah saluran kecil, vasa efferentia yang menuyatu menjadi satu saluran.
Corpus epididymis memanjang dari apeks menurun sepanjang sumbu
memanjang testis, merupakan saluran tunggal yang bersambungan dengan cauda
epididymis. Panjang total dari epididymis diperkirakan mencapai 34 meter pada
babi dan kuda. Lumen cauda epididymis lebih lebar daripada lumen corpus
epididymis. Struktur dari epididymis dan saluran eksternal lainnya, vas deferens
dan urethra adalah serupa pada saluran reproduksi betina. Tunica serosa di bagian
luar, diikuti dengan otot daging yang licin pada bagian tengah dan lapisan paling
dalam adalah epithelial.
Fungsi

Epididymis mempunyai 4 fungsi utama : Transport, konsentrasi,


naturasi (pematangan) dan penyimpanan sperma (Suyadi, 1992; Toelihere, 1981).
Sebagai Transportasi : spermatozoa diangkut dari rate testis ke
ductuli efferentes testis oleh tekanan cairan di dalam testis dibantu oleh cillia yang
bergerak aktif memukul ke arah luarpada sel-sel bersilia dan oleh gerakan-gerakan
peristaltik muskulatur dindingnya. Pengngkutan sperma darp epithel kecambah
sampai ke cauda epididymis memakan waktu 9-14 hari pada kambing jantang
tergantung frekuensi ejakulasi (Suyadi, 1992; Toelihere, 1981).
Transportasi. Epididymis mempunyai fungsi pertama yaitu sebagai
sarana transportasi bagi spermatozoa. Lama perjalanan spermatozoa dalam
epididymis pada domba, sapi dan babi bervariasi, masing-masing adalah dari 1315, 9-11, dan 9-14 hari.Beberapa factor yang menunjang perjalanan spermatozoa
dalam epididymis, yaitu diantaranya adalah factor tekanan yang diakibatkan oleh
produksi spermatozoa baru dari dalam tubuli seminiferi. Hal ini menyebabkan
tekanan pada rete testis, vasa efferentia dan sampai pada epididymis. Gerakan
spermatozoa dapat ditimbulkan oleh adanya pemijatan pada testis dan epididymis,
hal ini dapat juga terjadi selama ternak memperoleh latihan atau gerak untuk
mempertahankan kondisi tubuh yang baik (exercise). Pergerakan spermatozoa
dibantu oleh adanya ejakulasi. Selama ejakulasi, kontraksi peristaltic melibatkan
otot daging licin epididymis dan tekanan negative yang ditimbulkan oleh
kontraksi vas deferens dan urethra menyebabkan spermatozoa dapat bergerak
secara aktif dari epididymis menuju dalam vas deferens dan urethra.
Konsentrasi. Fungsi yang kedua adalah konsentrasi spermatozoa, dimana
sewaktu spermatozoa memasuki epididymis bersama cairan asal testis dalam
keadaan relative encer, diperkirakan sejumlah 100 juta per millimeter pada sapi,
domba dan babi. Dalam epididymis spermatozoa dikonsentrasikan menjadi kirakira 4 milyar spermatozoa per millimeter. Mekanismenya terjadi karena sel-sel
epithel yang ada pada dinding epididymis mengabsorbsi cairan asal testis.
Sebagian besar absorbsi cairan ini terjadi pada caput dan ujung proximal dari
corpus epididymis.

Deposisi. Fungsi ketiga, adalah sebagai tempat deposisi (penyimpanan)


spermatozoa. Sebagian besar disimpan pada cauda, dimana spermatozoa
terkonsentrasi di bagian yang mempunyai lumen besar. Epididymis sapi jantan
dewasa berisi antara 50-74 milyar spermatozoa. Viskositas tinggi, pH rendah,
konsentrasi CO2 tinggi, ratio K terhadap Na tinggi, pengaruh testosterone, dan
factor-faktor lain bergabung membentuk suasana bagi spermatozoa mempunyai
laju metabolisme yang rendah dan dapat hidup lama. Spermatozoa tetap dapat
hidup dan tetap fertile dalam waktu kira-kira 60 hari dalam epididymis.
Maturasi. Merupakan fungsi keempat. Hal ini dapat dibuktikan bahwa
spermatozoa yang baru saja masuk ke caput epididymis berasal dari vasa
efferentia tidak memiliki fertilitas dan juga tidak memiliki motilitas. Spermatozoa
setelah melewati epididymis, maka akan memiliki fertilitas dan motilitas. Jika
kedua ujung Cauda epididymis diikat, maka diketahui spermatozoa yang berada
terdekat dengan corpus menigkat kemampuan fertilitasnya dalam waktu sampai
25 hari, sedangkan spermatozoa yang terdekat dengan vas deferens menurun
kemampuan fertilitasnya. Hal ini membuktikan bahwa semakin tua spermatozoa,
maka semakin hilang kemampuan fertilnya jika tidak keluar atau bergerak keluar
dari epididymis. Sementara spermatozoa dalam epididymis, spermatozoa
melepaskan butir protoplasma (cytoplasmic droplet) yang terbentuk pada leher
spermatozoa selama spermatogenesis.
Sebagai konsentrasi : dari suspensi sperma encer yang berasal dari testis
mempunyai konsentrasi 25.000-350.000 sel per mm 3, air diresorbsi ke dalam selsel ephitel selama perjalanannya melalui epididymis, terutama pada caput, dan
ketika mencapai cauda konsentrasi suspensi sperma menjadi 4.000.0000 sel per
mm3 atau 4x109 sel per ml (Toelihere, 1981).
Sebagai Maturasi : sperma menjadi matang di dalam epididymis
dan sisa cytoplasma (cytoplasmic droplet) berpindah dari pangkal kepala
(proximal droplet). Pematangan atau maturasi sperma dicapai atas pengaruh
sekresi dari sel-sel epithel (Toelihere, 1981).
Sebagai Penyimpanan : sperma di simpan dalam cauda epididymis
yang merupakan tempat penyimpanan sperma. Dalam cauda tersebut konsentrasi

sperma sangatlah tinggi, dan lumen ductus di dalamnya relatif lebih luas jadi
setengah dari jumlah sperma disimpan di dalam cauda tersebut (Toelihere, 1981).
Scrotum
Scrotum yaitu kantung luar yang berfungsi sebagai pembungkus
testis. Pada semua ternak dewasa terdapat di dalam suatu kantong tersebut. Di
bagian luar scrotum terdiri dari kulit yang tidak berbulu, keuali pada domba dan
kambing. Scrotom tersebut banyak mengandung kelenjar keringat dan kelenjar
sebaceaus yang besar. Garis pertemuan kulit di bagian tengah yang membatasi
testis kiri dan kanan disebut raphe scrot (Toelihere, 1981).
Pada semua mamalia yang hidup di laut dan pakidermis (binatang berkulit
tebal) testis mengalami penurunan. Kearah stratum pada unggas, testis tidak
mengalami penurunan, tetapi tetap tinggal disekitar ginjal. Fungsi utama skrotum
adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1
sampai 8 C lebih dingin dibandingkan temperature rongga tubuh. Fungsi ini
dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh system otot rangkap yang
menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan
testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin.
Scrotum merupakan selaput pembungkus testis yang merupakan pelindung
testis serta mengatur suhu yang sesuai bagi spermatozoa

Histologi
Di bawah kulit scrotum terdapat tunica dartos, suatu selubung yang terdiri
dari jaringan fibroelastik dan otot licin. Di bagian tengah (sepanjang raphe scroti)
membentuk septum scroti yang memisahkan scrotum dalam sebuah kantong yang
terpisah. Lapisan berikutnya dalah tunica vaginalis communis suau fascia scrotalis
tebal berwarna putih yang mengelilingi ke dau tengahan scrotum secara terpisah,
dan di bagian tengah di selubungi oleh lapisan parietal, processus vaginalis, suatu
evaginasi dari peritonium (Toelihere, 1981).
Tunica vaginalis, yang merupakan terusan dari peritonium adalah suatu
selubung serosa tipis yang membatasi rongga abdomen, membungkus secara

terbalik. Ia tertarik oleh testis ke dalam kantong scrotum pada waktu


penurunannya dari abdomen. Dengan demikian tunica vaginalis terdiri dari dua
lapis : lapis vesceral yang membungkus selaput testis dan epididymis, dan lapis
parietal yang membatasi rongga scrotum (Toelihere, 1981; Suyadi, 1992).
Fungsi
Scrotum berfungsi untuk melindungi testis dan epididymis, serta berfungsi
untuk menjaga suhu yang lebih rendah dari pada suhu badan yang diperlukan
untuk spermatogenesis (Toelihere, 1981; Suyadi, 1992).
Vas deferens
Vas

deferens

atau

ductus

deferens

merupakan sepasang saluran yang merupakan kelanjutan


ujung distal dari ekor epididimis. Pada ujung awalnya
ditopang oleh lipatan peritonium, melalui inguinal canal
menuju daerah pelvis, kemudian kelenjar bergabung
dengan uretra yang mempunyai hubungan dengan kantong kencing. Pembesaran
ujung vas deverens di dekat uretra disebut ampula. Ampula pada sapi mempunyai
panjang 10 sampai 14 cm, diameter 1,0 sampai 1,5 cm, dan kuda 15 sampai 24 cm
panjang dan diameternya 2 sampai 2,5 cm. Vas deferens terdiri dari lapisan tebal
tersusun dari otot halus pada dindingnya (Toelihere, 1981).
Histologi
Vas deferen berlumen lebih besar dan berdinding lebih tebal. Lapisan
terdalam disebut lapisan mukosa yang membentuk lipatan longitudinal. Terdiri
atas beberapa lapis sel epitel. Yang paling dalam, ke lumen, bentuk batang dan
berstereocilia. Lamina propia, jaringan ikat dibawah mukosa mengandung
jaringan serat elastis. Disebelah luar lapisan mukosa terdapat lapisan otot polos
yang terdiri dari lapisan longitudinal dan sirkuler atau spiral. Sebelah luar lapisan
otot ialah lapisan adventitia (Yatim, 1994).
Fungsi
Selain sebagai alat transportasi spermatozoa, ampula juga berfungsi
sebagai tempat penyimpanan cadangan semen untuk sementara dalam waktu yang
tidak lama. Dalam ampula ini spermatozoa cepat menjadi tua. Spermatozoa dapat

mengumpal dalam ampula selama ejakulasi sebelum dikeluarkan melalui urethra


(Suyadi, 1992).
Urethra
Urethra atau canalis urogenitalis adalah saluran ekskretoris bersama untuk
urine dan semen. Dan merupakan saluran tunggal yang merupakan perpanjangan
dari ampula sampai ke ujung penis. Uretra dapat dibedakan atas tiga bagian,
bagian
silindrik

pelvis,

suatu

dengan

saluran

panjang

15

sampai 20 cm, diselubungi oleh


otot uretra yang kuat dan terletak
pada lantai pelvis, bulbus uretra,
adalah bagian yang melengkung
seputar arcus ischiadicus, dan
bagian

penis,

kelengkapan

termasuk

penis.

Selama

ejakulasi, pada sapi dan domba


terjadi penyempurnaan konstrasi
spermatozoa yang berasal dari
vas deverens. Dan epididimis
dengan

cairan-cairan

dari

kelenjar asesori pada bagian pelvis uretra sehingga terbentuk semen (Toelihere,
1981).
Kelenjar asesori
Kelenjar asesori atau glandulae vesiculares, terletak di sepanjang bagian
pelvis urethra. Kelenjar ini terdiri dari kelenjar vesikularis, kelenjar prostata dan
kelenjar bulbouretralis. Kelenjar-kelenjar tersebut menghasilkan suatu sekresi
yang dialirkan melelui saluran menuju uretra. Pada waktu terjadi ejakulasi dan
bercmpur dengan suspensi cairan soermatozoa serta sekresi ampula dari duktus
deferens. Sekresi kelenjar-kelenjar ini akan memperbesar volume semen,
disamping itu juga menyediakan larutan buffer, nutrient dan substansi-substansi
lain yang ikut muenjadi motilitas dan fertilitas semen yang optimal (Toelihere,
1981).

Yang termasuk kelenjar pelengkap adalah sepasang vesikula seminalis,


prostate (yang pada tikus terdiri atas tiga lobi, sedangkan pada mamalia berupa
bangunan tunggal), dan sepasang kelenjar bulbo uretra atau kelenjar cowper. Pada
berbagai spesies terdapat variasi yang sangat berbeda, baik mengenai ukuran
relatifnya maupun bentuk anatomi kelenjar-kelenjar aksesorisnya.
Sel-sel sperma yang ditemukan dalam tubulus semi niverus serta duktusduktus ekskreterius bagian proximal tidak dapat bergerak. Sel-sel sperma ini
kemudian dapat bergerak dan mungkin aktif mengadakan metabolisme setelah
mengadakan kontak dengan apa yang disebut dengan plasma semen.
Sistem duktus pada jantan sebagian besar berasal dari system duktus wolff
pada ginjal mesonefrik. Tubulus mesonefrik berkembang menjadi vasdeferens,
duktus mesonefris menjadi epididimis, sedangkan vasdiperens dan vesikula
seminalis dibentuk terakhir dari evagianasi duktus. Sisa-sisa dari system duktus
yang lain (uretra prostatik membranosa dan kavernosa) berkembang dari sinus
urogenitalis seperti halnya dua kelenjar asesoris jantan yang lain, yaitu kelenjar
prostate dan kelenjar cowper (kelenjar bulbo-uretra) vasdeferens dibungkus oleh
lapisan otot yang berkembang baik yaitu lapisan-lapisan otot longitudinal luar dan
dalam dengan lapisan sirkuler diantara keduanya kontraksi lapian otot ini
mungkin merupakan sebagian yang bertanggung jawab pada gerakan sperma yang
melalui system duktus.
Plasma semen mempunyai dua fungsi utama yaitu: berfungsi sebagai
media pelarut dan sebagai pengaktif bagi sperma yang mula-mula tidak dapat
bergerak serta melengkapi sel-sel dengan substrat yang kaya akan elektrolit
(natrium dan kalium klorida), nitrogen, asam sitrat, fruktosa, asam askorbat,
inositol, fosfatase sera ergonin, dan sedikit (trace) vitamin-vitamin serta enzienzim.
Kelenjar vesikula
Kelenjar vesikula adalah sepasang kelenjar lobular yang dengan mudah
dapat diketahui karena nampak berupa benjolan yang dapat dibayangkan sebagai
sekelompok buah anggur. Pada domba dan rusa ukurannya jauh lebih kecil,
panjangnya hanya sekitar 4 cm. Kelenjar ini terletak lateral terhadap bagian

ductus deferens. Saluran ekskretori kelenjar vesikula bermuara di dekat bifurcatiu


dimana ampula bergabung dengan uretra. Pada sapi, cairan yang dihasilkan oleh
kelenjar ini lebih dari separo dari volume total cairan semen dan pada spesies
ternak lain juga merupakan cairan utama dalam semen. Beberapa komponen
organik yang didapatkan dalam sekresi kelenjar vesikula adalah khas dan tidak
didapatkan pada cairan lain di dalam, bila komponen diantaranya adalah fruktosa
dan sorbitol yang merupakan sumber utama energi bagi spermatozoa pada sapi
dan domba, tetepi didapatkan dalam konsentrasi lebih rendah pada semen babi
dan kuda. Buffer fosfat dan karbonat di dapatkan terhadap perubahan pH semen,
dimana perubahan pH tersebut dapat mengakibatkan kerusakan spermatozoa
(Toelihere, 1981; Suyadi, 1992).
Kelenjar vesicular. Kelenjar ini di sebut juga sebagai kelenjar seminal
vesicles, merupakan sepasang kelenjar yang mempunyai lobuler, mudah dikenali
karenamirip segerombol anggur, berbonggol bonggol. Panjang kelenjar ini sama
pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapid an babi yaitu berkisar 13 15 cm,
tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar vesicular pada sapi mempunyai
ketebalan dan lebar hamper separuh dari yang ada pada babi dan kuda. Domba
mempunyai kelenjar vesicular jauh lebih kecil, mempunyai panjang kira kira 4
cm. saluran saluran ekskretori kelenjar vesicular terletek di dekat bifurcation
ampulla dengan uretra. Pada sapi, kelenjar vesicular memberikan sekresinya lebih
dariseparuh volume total dari semem dan pada jenis jenis ternak lainnya
rupanya juga sama sebagai mana pada sapi. Sekresi kelenjar vesicular
mengandung beberapa campuran organic yang unik, yakni tidak dijumpai pada
substansi substansilain di mana saja ada tubuh. Campuran campuran
anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber energi
utama bagi spermatozoa sapid a spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan babi
konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar vesikula juga mengandung dua larutan
buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang penting sekali dalam
mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika terjadi perubahan pH
semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa.
Fungsi yang penting seminal plasma adalah memberikan medium bagi
spermatozoa agar hidupnya dapat dipertahankan secara normal setelah ejakulasi.

Spermatozoa yang masih berada dalam ampula dari vas deverens masih belum
dapat bergerak. Tetepi setelah bercampur dengan seminal plasma maka segera
bergerak (Toelihere, 1981).
Kelenjar prostat dan cowper
Dua komponen dapat dibedakan pada kelenjar ini yaitu, bagian atau lobule
eksternal yang terletak di luar otot tebal uretra yang mengelilingi uretra dan
bagian internal atau yang menyebar di sepanjang pelvis uretra di bawah otot
uretra.
Kelenjar prostat merupakan kelenjar tunggal yang terletak di sekeliling
dan sepanjang uretra tepat dari bagian posterior saluran ekskretori kelenjar
vasikula. Bdan kelenjar prostat dapat dilihat pada pembedahan saluran kelenjar
dan dapat diraba dengan palpast pada sapi kua pada domba, seluruh bagian
kelenjar prostat menyatu dengan otot uretra. pada beberapa spesies hewan, sekresi
kelenjar ini sedikit berperan dalam peningkatan volume semen. Kelenjar prostat
pada babi lebih besar dari pada sapi. Sekresi kelenjar prostat banyak mengandung
ion-ion anorganik seperti sodium, klor, kalsium dan magnesium (Toelihere, 1981;
Suyadi, 1992).
Kelenjar cowper (glandulae bulbourethrales) terdapat sepasang, berbentuk
bundar, kompak, berselubung tebal dan pada sapi sedikit lebih kecil dari pada
kelenjar cowper kuda yang berukuran tebal 2,5 cm sampai 5 cm. Kelenjar-kelenjar
tersebut terletak di atas uretra dekat jalan keluarnya dari cavum pelvis. Saluransaluran sekretoris dari setiap kelenjar bergabung membentuk satu saluran
ekskretoris yang panjangnya 2 sampai 3 cm. Kedua saluran ekskretoris kelenjar
cowper mempunyai muara kecil terpisah di tepi lipatan mucosa uretra. sekresi
yang dihasilkan kecil pengaruhnya terhadap volume cairan semen, cairan yang
menetes dari preputium sebelum penunggangan adalah sekresi kelenjar cowper
dan prostat, kemungkinan besar fungsinya adalah untuk membersihkan dan
menetralisirkan uretra dari bekas urine dan kotor-kotoran lainnya sebelum
ejakulasi (Toelihere, 1981).
Kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang terletak sepanjang
uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini

mempunyai ukuran dan bentuk seperti bulatan yang berdaging dan berkulit keras,
pada sapi lebih kecil dibandingkan pada babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot
daging bulbospongiosum. Sumbangannya pada cairan semen hanya sedikit. Pada
sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa sisa urine yang ada
dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat di lihat sebagai tetes
tetes dari preputilium sesaat sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya
mengakibatkan sebagian dari semen babai menjadi menggumpal. Gumpalan ini
dapat dipisahkan jika semen babai akan digunakan dalam inseminasi buatan.
Selama perkawinan secara alam, gumpalan gumpalan ini menjadi sumbat yang
dapat mencegah membanjirnya semen keluar melalui canalis cervicalis menuju
kedalam vagina dari babi betina.
Kelenjar urethra
Uretra membentang dari daerah pelvis ke penis dan berakhir pada ujung
glands sebagai orificium uretrae externa. Saluran ini dibatasi di bagian dalam oleh
epitel peralihan yang berubah menjadi tipe squamosa bersusun dekat ujung penis.
Pada kambing, sekresi yang dihasilkan kelenjar uratra sedikit sekali dibandingkan
dengan pada manusia. Pada kuda kelenjar ini menyebar seperti kelenjar prostat
pada ruminansia (Toelihere, 1981).
Penis
Penis adalah genitalia Terdiri dari 3
batang silindr jaringan yang erektif, 2
batang corpora cavernosa sebelah atas, 1
batang yang menyelaputi uretra corpus
spongiosum di bawah.luar jantan, untuk
menyalurkan semen ke dalam tubuh betina.
Terdiri dari 3 batang silindr jaringan yang
erektif, 2 batang corpora cavernosa sebelah atas, 1 batang yang menyelaputi
uretra corpus spongiosum di bawah. Batang yang erektif itu memiliki banyak
ruangan yang kusut dan saling berhubungan, disebut trabeculae. Sekat trabeculae
ini terdiri dari serat jaringan ikat yang dilapisi sel-sel endothelium. Jika penis
bereaksi, darah memenuhi batang yang terdiri atas tiga ruang tersebut hingga
menjadi keras dan tegang. Di sebelah luar corpora terdapat jaringan ikat yang

keras dan liat, disebut tunika tunica albuginea. Terdiri dari banyak serat kolagen.
Sebelah luar terdapat kulit dan lapisan subcutis yang tidak mengandung jaringan
adiposum tetapi banyak terdapat serat otot polos. Kulit pembungkus glans penis
disebut prepuce. Pembuluh darah keluar-masuk penis yang berhubungan dengan
trabeculae dalam corpora (Yatim, 1994).
Merupakan organ kopulasi pada ternak jantan, membentang dari titik urethra
keluar dari ruang pelvis di bagian dorsal sampai dengan pada orificium urethra
eksternal pada ujung bebas dari penis. Pada sapi, domba, kambing, dan babi penis
mempunyai bagian yang berbentuk seperti huruf S (sigmoid flexure) sehingga
penis dapat ditarik dan berada total dalam tubuh. Keempat jenis ternak tersebut
dan kuda mempunyai musculus retractor penis, yaitu sepasang otot daging licin,
jika releks memberikan kesempatan penis untuk memanjang dan jika kontraksi
dapat menarik penis ke dalam tubuh kembali.
Pada kuda glans penisnya tipe vascular, mengandung lebih banyak jaringan
erectile dibandingkan dengan glans penis pada domba, kambing, sapid an babi.
Jaringan erectile adalah jaringan cavernous (sponge) terletak dalam dua daerah
penis, yaitu pada corpus spongiosum penis yang merupakan jaringan cavernouse
yang terletak di sekitar urethra, ditutupi oleh musculus bulbospongiosum pada
pangkal penis. Kemudian pada corpus cavernosum penis, merupakan sebuah
daerah jaringan cavernouse yang lebih besar, terletak di bagian dorsal dari corpus
spongiosum penis. Pada mulanya kedua cavernouse tersebut berasal dari musculus
ischlocavernouse.

Kedua

musculus

bulbospongiosum

dan

musculus

ischlocavernous adalah otot daging seran lintang yang merupakan musculus


skeletal bukan otot daging licin sebagaimana halnya dengan otot-otot daging licin
yang pada umumnya ada pada saluran reproduksi ternak jantan maupun betina
Praeputium
Praeputium merupakan alat pelindung penis dari pengaruh luar dan
kekeringan. Dindingnya dilapisi oleh epitel kelenjar yang berbentuk tabung,
sedang sekresinya bersifat cairan kental berlemak. Sekresi ini kerap kali
bercampur dengan reruntuk epitel yang mati dan bakteri pembusuk, sekresi ini
disebut juga smegma praeputii (Partodiharjo, 1992).

Perbedaan organ reproduksi hewan jantan pada jenis species lain

Domba dan kambing


Organ-organ reproduksi domba jantan hampir sama dengan pada sapi

tetapi berat badan relatif lebih besar. Scrotum domba lebih pendek dan tidak
mempunyai leher. Kulit scrotum umumnya tertutup oleh wol. Testes domba dan
kambing berbentuk lonjong, berukuran panjang 7,5 sampai 11,5 cm, diameter 3,8
sampai 6,8 cm dan berat 250 sampai 300 gram.
Penis domba berukuran panjang 35 cm dengan flaxura sigmoides yang
berkembang baik. Diameternya relatif kecil, 1,5 sampai 2 cm, seperti pada sapi.
Panjangnya glans penis 5 sampai 7,5 cm. Glans penis mempunyai suatu
penonjolan filiformis sepanjang 4 sampai 5 cm, processus uretrae, organ
reproduksi kambing jantan hampir sama dengan domba.
Mekanisme Kerja Hormon pada Sistem Reproduksi Jantan
Testis dikontrol oleh dua hormone gonadotropin yang disekresikan oleh
hipofisis anterior yaitu luteineizing hormone (LH) dan follicle stimulaizing
hormone (FSH). Hormone LH bekerja pada sel leyig untuk mengatur sekresi
testosterone, sehingga pada pria hormone ini juga disebut interstitial stimulating
cell hormone(ICSH). FSH bekerja pada tubulus seminiferus, terutama I sel sertoli
untuk meningkatkan spermatogenesis. Sebaliknya sekresi LH dan FSH dari
hipofisis anterior diransang oleh sebuah hormone hipotalamus GnRH (Sherwood,
1996).
Setiap 2-3 jam sekali GRH dikeluarkan dalam hipotalamus. GnRH
merangsang sel-sel sekretorik hormon Gonadotropik di hipofisis anterior, pola
sekresi hipotalamus yang pulasatif ini menyebabkan sekresi LH dan FSH juga
berlangsung secara periodic. Walaupun GnRH merangsang LH an FSH, kosentrasi
kedua hormone gonadotropik tersebut dalam darah tidak selalu sejajara satu sama
lain karena, pertama, diantara letupan-letupan sekretoriknya LH dibersihkan dari
darah lebih cepat dibandingkan egan FSH sehigga fariasi pulsasi kadar LH dalam
darah jauh lebih mecolok dibading kadar FSH. Kedua, dua factor reguratorik
selain GnRH-testostero dan inhibin secara berbeda mempengaruhi kecepatan
sekresi FSH dan LH (Sherwood, 1996).

Testosteron merupakan produk stimualsi LH pada sel leydig juga bekerja


secara umpan balik negatif utuk menghambat sekresi LH melalui 2 cara. Efek
umpan balik negative testosteron yang predomnian adalah meurunkan episodeepisode pengeluaran GnRH dengan bekerja pada hipotalamus, sehigga secara
tidak langsung menurunkan pengeluaran LH dan FSH ari hipofisis anterior.
Kedua, testosteron bekerja secara langsung pada hipofisis anterior utuk
mengurangi kepekaan sel-sel sekretorik LH terhadap GnRH. Testosteron
menimbulkan pegaruh negative yang lebih besar pada sekresi LH dibandingkan
pada sekresi FSH. Siyal inhibitorik testis yang secara spesifik ditunjukan untuk
mengontrol sekresi FSH adalah hormone peptide inhibin yang disekresikan oleh
sel sertoli . inhibit bekerja secara langsung pada hipofisis anterior untuk
mengahambat sekresi FSH. Inhibisi umpan balik terhadap FSH oleh produk selsel sertoli ini sesuai, karena FSH meragsang spermatogenesis dengan bekerja pada
sel-sel sertoli (Sherwood, 1996).
Baik testosterone dan FSH berperan penting dalam mengontrol
spermatogenesis. Masing-masing melakasanakan efeknya denga memperngaruhi
sel sertoli. Testostero esensial untuk mitosis da miosis sel-sel germiativum,
sedangka FSH diperluka untk remodeling spermatid (Sherwood, 1996).
Aktivitas Gonadotrophin Releasing Hrmone Meningkat Saat Pubertas
Walaupun testis janin mengeluarkan tetosteron, yang mengarahkan perkembangan
sisitem reproduksi ke arah maskulin, setelah lahir testis tidak aktif sampai saat
pubertas. Selama periode prapubertas, sekresi Lh dan FSH tidakm cukup kuat
untuk merangsang aktivitas testis. Penundaan munculnya kemampuan reproduktif
pada masa prapubertas memungkinkan mencapai kematangan (Guyton, 2001)

BAB III
METODE PENGAMATAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Struktur Perkembangan Hewan II pada bab
system reproduksi dilaksankan pada tanggal 5 mei 2010 pada pukul 14.00-16.30.
Di laboratorium biologi Univaersitas Islam Negeri malang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
Seperangkat alat seksi meliput:
Pisau

1 buah

Gunting

1 buah

Jarum Pentul

6 buah

Kaca Pembesar

1 buah

Papan bedah

1 buah

Bahan
Kapas

Secukupnya

Klorofrom

Secukupnya

Sapi

1 ekor

Merpati (Columbia livia)

1 ekor

Mencit (Mus muculus)

1 ekor

3.3 Cara Kerja


Dimatikan hewan burung dengan memotong lehernya pakai pisau, mencit
dengan kloroform
Diletakkan hewan di atas papan seksi dengan bagian vebtral menghadap ke atas,
tusuk kakinya dengan jarum pentul
Diamati organ-oargan kelamin luarnya: hewan jantan, penis, skrotum. Setelah
diamati, tekan skrotum dengan pinset supaya testis naik ke dalam rongga perut.
Pada yang betina: lubang vagina, klitoris
Di bedah abdomen hewan kemudian cari dan amati organ-organ reproduksi
internanya Untuk hewan jantan:

o Gonad jantan: testis, perhatikan bentuknya; gunting sedikit agar terlihat


tuibulus seminiferus yang terdapat di dalamnya
o Saluran reproduksi; epididymis (terdiri dari caput, korpus, dan kauda), vasa
deferen dan uretra
o Kelenjar asesori: vesikula seminalis, kelenjar koagulasi, kelenjar prostate,
kelenjar bulbouretralis
Untuk hewan betina:
o Gonad betina: Ovarium, perhatikan bentuk dan ukurannya bila dibandingkan
dengan gonad jantan
o Saluran reproduksi: Oviduk (tuba falopii), uterus, vagina
o Kelenjar asesori: Kelenjar Bartholin
o Buatlah gambar pengamatan

BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Merpati Jantan

Soesono,1990

4.1.2 Merpati Betina

Nalbandov,1990

4.1.3 Mencit Jantan

Muchtaromah,2007

4.1.4 Mencit Betina

Muchtaromah, 2007

4.1.5 Sapi Jantan

Toilehere,1979
4.2 Pembahasan
4.2.1 Merpati Jantan
Pada hewan jantan terdapat sepasang testis yang bulat, berwarna putih,
melekat disebelah anteriornan ren disuatu alat penggantung. Testes sebelah kanan
lebih kecil dari pada yang kiri. Dari masing-masing testis terjulur saluran
vasdeverensia sejajar dengan ureter ynag berasal dari ren. Pada sebagian besar
aves memiliki vesicula seminalis yang merupakan gelembung kecil bersifat
kelenjar sebagai tempat penampungan sementara sperma sebelum dituangkan
melalui papil yang terletak pada cloaka pada beberapa spesies memiliki penis
sebagai alat untuk menuangkan sperma ke kloaka hewan betina (Soeseno,1990)
Menurut Soesono (1990) Organa genetika muscularis masculine, terdiri atas:
a) Testis, berbentuk oval, warna keputihan, terletak di ventral lobus renis yang
paling oranial, jumlahnya sepasang, pada masa kawin kelamin membesar
dan berfungsi sebagai penghasil sperma.
b)

Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan


epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada
burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang
membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian
posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang
bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori. Duktus eferen berhubungan
dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktus deferen. Duktus
deferen tidak ada hubungannya dengan ureter.

Epididymis, sepasang, kecil, terletak pada sisi dorsal testis, berupa


saluran spermatozoid.
Ductus defferens, juga sepasang, pada burung muda kelihatan lurus,
sedang pada burung tua tampak berkelak-kelok, berjalan ke caudal
menyilang ureter, kemudian bermuara di dalam cloaca.
Mesorchium. Merupakan penggantung testis, berasal dari derivat
peritoneum.
c)

Alat kopulasi, alat kopulasi pada merpati jantan berupa kloaka. Pada waktu
kopulasi, maka kloaka kedua jenis burung saling di tempelkan kuat-kuat,
sehingga sperma yang keluar pada waktu ejakulasi langsung masuk kedalam
proctodeum hewan betina, untuk kemudian meneju ke oviduct.

Gambar 1.2 sistem reproduksi merpati jantan

Dari hasil pengamatan kami pada merpati jantan kami menemukan


sepasang testis bentuknya bulat agak lonjong dan berwarna putih dan
menggantung yang letaknya berdekatan dengan ginjal, testis kanan dan yang kiri
tidak sama besarnya. Terdapat sepasang vas deferens yang merupakan terusan dari
testis seperti saluran yang akhirnya ke kloaka. Di temukan sepasang ureter yang
berasal dari ginjal seperti saluran. Pada merpati jantan juga ditemukan vesikula
seminalis. Terdapat kloaka sebagai lubang kopulasi.

Sistem Reproduksi Merpati Betina


Fertilisasi pada merpati betina merupakan reproduksi internal artinya
bahwa reproduksi terletak didalam tubuh. Sistemnya disebut sistem duktus yang
berupa saluran yang memiliki diameter hampir seragam dengan suatu perluasan
tunggal unilateral pada kloaka. Merpati merupakan hewan ovipar yaitu hewan
yang berkembang biak dengan bertelur ( Jasin. 1984).
Perkawinan pada merpati dilakukan dengan cara kopulasi. Setelah sperma
dan ovum bertemu dan terjadi fertilisasi maka tahap selanjutnya adalah akan
terbentuk telur yang terjadi di oviduk. Tahap pertama adalah terbentuknya kalaza
yaitu suatu bangunan yang tersusun dari dia tali mirip ranting yang bergulung
memanjang dari kuning telur sampai kekutub-kutub telur. Setelah itu ditambahkan
putih telur( albumen) disekitar kuning telur. Setelah itu maka telur akan
mendapatkan selaput kerabang pada uterus. Setelah telur sempurna maka telur
akan dikeluarkan melalui kloaka. Telur yang dikeluarkan tidak langsung menetas,
tetapi mengalami masa inkubasi selama 16-18 hari. Burung muda yang baru
menetas berada dalam kondisi sangat lemah, disebut kondisi altrisal. Anak merpati
yang baru menetas sedikit sekali bulu kapasnya. Merpati muda dapat terbang
setelah 4 minggu kemudian (Nalbandov, 1990).
Dari hasil pengamatan kami pada merpati betina terdapat ovari kiri saja
tidak mempunyai ovary kanan. Terdapat sepasang ginjal yang merupakan terusan
dari ovari.Terdapat oviduk kiri sebenarnya terdapat juga oviduk kanan akan tetapi
tidak berfungsi karena rudimenter. Oviduk jika diteruskan akan bertemu dengan
anus dan terdapat uterus, ditemukan juga lubang kloaka.
4.2.3 Mencit Jantan
Pada hewan jantan terdapat testis yang terletak dalam scrotum yang
merupakan perluasan kulit ganda dari rongga abdomen disebelah bawah atau
muka anus. Antara rongga scrotum dan abdomen terdapat saluran penghubung
yang disebut Canalis inguanalis. Dari masing-masing testis sperma dikumpulkan
melalui pembuluh epididymis terus ke saluran sperma atau vasa deferensia.
Saluran ini bersama-sama pembuluh darah dan syaraf pada canalis inguinalis
membentuk funiculus spermaticus masuk ke dalam rongga abdomen. Kedua vasa
deferensia pada akhirnya masuk dasar urethra membentuk saluran umum

urogenitalis melalui alat kopulasi penis yang akan mentransfer sperma ke dalam
vagina hewan betina pada waktu kopulasi (Jasin,1984).
Terdapat dua kelenjar yakni glandulae prostate yang terletrak sekitar dasar
urethra dan glandulae bulbo urethralis atau galndulae cowperi yang terletak juga
disekitar pangkal penis. Kedua kelenjar itu mengeluarkan yang sifatnya
mempermudah dalam transfer sperma. Kecuali kedua kelenjar tersebut beberapa
mamalia memiliki glandulae vesicalis (kadang-kadang disebut sebagai vesikula
seminalis) dan glandulae inguinalis kelenjar tersebut mengeluarkan kelenjar
berbau yang merangsang hewan betina (Jasin,1984).

Dari hasil pengamatan kami pada mencit jantan memang ditemukan testis
yang terletak dalam scrotum. Ditemukan juga sepasang ginjal kemudian ureter
yang merupakan terusan dari ginjal. Terdapat kelenjar vesikula seminalis, kelenjar
prostate, epididymis dan penis yang berada di ujung.
4.2.5 Sapi Jantan
Pada praktikum kali ini sebagai perbandingan adalah sapi. Organ
reproduksi hewan jantan dapat dibagi menjadi tiga komponen: (a)Organ kelamin
primer yaitu gonad jantan, dinamakan testis, (b)sekelompok kelenjar-kelenjar
kelamin pelengkap yaitu kelenjar vesikulares, prostate dan vas deferens dan
saluran-saluarn yang terdiri dari epidididimis dan vasa deferens, dan (c)Alat
kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis. Pada sapi jantan testes berbentuk
oval memanjang dan terletak dengan sumbu panjangnya vertical di dalm scrotum;
pada sapi dewasa panjangnya bias mencapai 12 sampai 16 cm dan diameter 6-8
cm. Tiap testis (termasuk epididimis) berukuran berat 300-500 g tergantung pada
umur. Kedua testis berukuran sama besar mempunyai kenstitensi ketat tetapi tidak
keras, dan dapt bergerak bebas ke atas dan ke bawah di dalam scrotum
(Toilehere,1979).

Epididmis adalah suatu struktur memanjang yang bertaut rapat dengan


testis. Epididimis dapat dibagi menjadi kepala, badan dan ekor. Epididimis
mempunyai 4 fungsi utama yaitu: Transportasi, konsentrasi, maturasi dan
penyimpanan sperma. Vas deferens mengangkut sperma dari ekor epididimis ke
urethra. Urethra adalah saluran ekskretoris bersama untuk urin dan semen. Organ
kapulatoris hewan jantan adalah penis yang mempunyai tugas ganda yaitu
pengeluaran urine dan perletakan semen ka dalam saluran reproduksi hewan
betina. Penis terdiri dari akar,badan dan ujung bebas dan yang terahkir adalah
gland penis (Toilehere,1979).

Toilehere,1979

Dari hasil pengamatan kami pada hewan sapi yang digunakan untuk
perbandingan merpati dan mencit ini kami menemukan pada testis dan terdapat
epididimis yang bertaut sangat rapat. Pada epididimis di bagi menjadi beberapa
bagian yaitu: kepala, badan dan ekor. Dan terdapat vas deferens yang terpaut rapat
dengan epididmis. Pada penis sapi terlihat jelas bagian penis yaitu akar penis dan
batang pening dan yang paling ujung yaitu gland penis. Kami menemukan pula
ureter yang terletak dekat daerah penis.

BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Beradasarkan dari pembahasan di atas dapat diimpulkan sebagai berikut:
1. Organ reproduksi hewan jantan pada umumnya dapat dibagi atas tiga
komponen yaitu:
a) Organ kelmin primer, yaitu gonad jantan, dinamakan testis atau
testiculus (jamak: testes atau testiculae), disebut juga orchis atau
didymos
)b

Sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjarkelenjar vasikulares, prostata dan Cowper, dan saluran-saluran yang
terdiri dari epididymis dan vas deferent, dan

)c
2.

Alat kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis

Testis pada domba atau kambing berbentuk lonjong, berukuran panjang


7,5 sampai 11,5 cm, diameter 3,8 sampai 6,8 cm dan berat 250 sampai 300
gram

3.

Epididymis mempunyai 4 fungsi utama : Transport, konsentrasi, naturasi


(pematangan) dan penyimpanan sperma.

4.

Vas deferens atau ductus deferens merupakan sepasang saluran yang


merupakan kelanjutan ujung distal dari ekor epididimis.

5.

Urethra atau canalis urogenitalis adalah saluran ekskretoris bersama untuk


urine dan semen.

6.

Penis terdiri dari 3 batang silindr jaringan yang erektif, 2 batang corpora
cavernosa sebelah atas, 1 batang yang menyelaputi uretra corpus spongiosum
di bawah.

7.

Praeputium merupakan alat pelindung penis dari pengaruh luar dan


kekeringan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2007. Anatomi Dan Fungsi Organ Reproduksi Hewan Jantan.
http://one.indoskripsi.com/content/anatomi-dan-fungsi-reproduksi-hewanjantan 2. diakses pada tanggal 29-03-2008 pukul 23.00 WIB
Anonymous, 2007. Image Male Reproduction Of Goat.
http://www.thecattlesite.com/articles/1031/anatomy-of-the-cowsreproductive-tract. diakses pada tanggal 29-03-2008 pukul 23.00 WIB
Suyadi. 1992. Pengantar Fisiologi Reproduksi. UB: Malang
Toelihere Mozes. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa: Bandung
Partodiharjo Suebadi. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya:
Jakarta
Yatim Wildan. 1994. Reproduksi & Embryologi. Tarsito: Bandung
Frandson R.D. 1993. Anatomy and Physiology of Farm Animals 6th ed.
Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.
Ganong. W.F., editor Widjajakusumah D.H.M., 2001. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran edisi Bahasa Indonesia., Jakarta., EGC
Guyton, J.H. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Sherwood.2001.Fisiologi manusia dari sel ke system. EGC. Jakarta.
Toelihere,Mozes R.1979.Fisiologi Reproduksi pada ternak.Angkasa;Bandung
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi. Bandung : Tarsito
Djarubito, Mukayat.1984.Reproduksi Hewan. Surabaya: IKIP Press
Jasin, Maskoeri.1984.Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya:
Sinar Jaya

Nalbandov.1990.Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. UI Press


Partodiharjo, Soebadi.1995.Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara
Susilo,Handan.1993.Anatomi dan Reproduksi Hewan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Toilehere, Mozes R.1979.Fisiologi Reproduksi Pada Ternak.Bandung: Angkasa
Toilehere, Mozes.2006.Ilmu Kebidanan Pada Ternak Sapid an Kerbau.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Yatim,Wildan.1994.Reproduksi dan Emriologi. Bandung: Tarsito

You might also like