You are on page 1of 40

“Kamu ngapain ikut?

Pingin tau orang pacaran


ya?”

Lulu tak menjawab. Tetap aja maksa ingin ikut.


“Pokoknya saya harus keluar rumah!”

Gila, anak ini memang keras kepala. Segala


keinginannya harus dituruti. Tapi keinginan untuk
keluar malam bukan hal yang biasa direwelinnya.
Tiap malam minggu, dia jarang terlihat keluar
rumah. Malah mendekam di kamar sambil asyik
dengan boneka-bonekanya. Tak pernah mau kalau
diajak teman-temannya kelayapan. Apalagi ke
diskotek. Padahal remaja seusia dia, sudah
termasuk wajar kalau mulai suka gila-gilaan di
luar rumah.

Jadi kali ini pasti ada apa-apanya.

“Iya, ya? Ada apa-apanya, ya? Ayo, terus terang


aja. Apa kamu udah kepingin pacaran? Udah
kepingin belajar keluar malam? Hati-hati lho,
nanti masuk angin. Kasihan ibu kalau besoknya
disuruh ngeroki kamu?” ledek Lupus.

Lulu tetap diam. Kali ini dia malah maksa ibunya.


“Ayo dong, bu, sekali-sekali kita pergi. makan-
makan kek, ke diskotek kek...”

Buku : Ririn Febriani Ibunya melotot. Wong sudah tua kok diajak ke
Retype : Raynold diskotek?
www.tagtag.com/tamanbacaan
“Nggak apa-apa, bu. Sekalian nyari jodoh. Siapa
------------------------------------------------------------ tau aja ibu masih laku.”

“Hus! Tapi ibu memang mau pergi, dan kamu


nggak bakalan mau ikut. Itu lho, tante Neli kan
1. CINTA OLIMPIADE lagi di Jakarta. Dia menginap di rumah Oom Prap.
Ibu mau ke sana. Gimana, mau ikut?”
LULU ge-er. Malam minggu kemarin dia maksa
ikut Lupus pergi. “Ikut!” jawab Lulu mantap. Lupus mendadak
mengorek-ngorek kupingnya. Apa nggak salah
“Bawalah daku pergi, Pus. Ke mana aja...” denger nih? Kok Lulu mau-mauan ketemu Tante
rujuknya. Gombal sekali. Lupus jelas jadi rada Neli yang cerewet banget itu? Ini sudah jelas.
bingung. Wong mau ngapel kok malah disuruh Pasti ada yang kurang beres.
bawa adik?
Belakangan baru terbongkar. Ternyata dia lagi mengangguk hormant. Lupus jadi nyengir, kayak
dikejar-kejar cowok. Dan cowok itu sudah janji kuda.
mau datang malam minggu ini, meski Lulu sudah
menolak keras. Dan itulah, akhirnya Lulu terpaksa Tapi tipe cowok itu memang tipe cowok nekat.
harus melarikan diri. Tetapi setelah puas dalam Dia dengan rela duduk sopan menunggu berjam-
pelariannya, dan kembali malam harinya, ternyata jam saat Lulu lagi ngambek, nggak mau keluar
tak seorang pun yang datang. Sang pembantu atau berlagak lagi pergi. Lulu sering memaksa
yang mengatakan hal ini. Kontan aja Lupus Lupus untuk menemui atau menemani cowok itu
ngakak. “Hulu...., ge-er. Makanya jangan girang kalau dia datang. Seperti malam minggu depannya
dulu!” ketika makhluk itu muncul lagi.

“Sial, siapa yang girang?” maki Lulu garang “Pus, sana gih temenin si Pinokio itu. Saya males,
ngomongnya kayak bapak-bapak. Tentang masa
“Ayo, sudah malam. Jangan berantem lagi,” seru depan melulu. Ih sebel! Sana cepetan. Atau
ibunya dari ruang tengah. bilangin saya lagi sakit perut...!”

*** “Wah sori, lu. Saya lagi sibuk!” sahut Lupus yang
lagi asyik jaipongan gila-gilaan diiringi lagi
Dan ternyata besok Minggunya pagi-pagi sekali Zoolook-nya Jean Michel Jarre di kamarnya.
saat kokok ayam jago belum lagi reda, cowok
yang mengejar-ngejar Lulu itu datang. Lulu tak Lulu makin empet.
bisa menghindar, karena saat itu dia lagi asyik
nyiram bunga di taman depan rumah. Dan cowok itu makin nekat. Kini datangnya suka
bawa buah-buahan. Pisang, jeruk, apel, anggur.
“Maaf, dik Lulu, tadi malam saya nggak bisa Wah, pokoknya segala macam deh. Lupus yang
datang,” sapa cowok itu sopan sekali. Lulu tak doyan makan itu, jelas keenakan. Dia yang tukang
bisa berbuat apa-apa. Tak bisa mengambil ngabisin semuanya. Sedangkan Lulu tak
ancang-ancang untuk melarikan diri. Diam menyentuh sedikit-dikit acan.
terpaku di tempat. Lupus yang mengintip dari
jendela tidak bisa menahan tawa. “ Cieee...., “Idih, haram menikmati barang suapan!” maki
mesra ni yeee...!” teriaknya keras. Lulu ketus.

Lulu kaget dan menoleh dengan sengit. Lupus acuh saja. Tetapi sebenarnya dia kasihan
Cowoknya juga. Bujubune, pantesan aja Lulu juga kalau adiknya jadi nggak tenang begitu.
begitu menghindarinya. Ternyata cowok yang Serba ketakutan. Meski sebetulnya bukan pertama
ngejar-ngejar itu tipe cowok zaman rikiplik. kali buat dia untuk kenal cowok secara dekat.
Kadaluwarsa. Berkacamata tebal, bibir tebal, Dulu Lulu pernah kelihatan akrab dengan cowok
muka tebal (maksudnya nggak kenal malu, gitu!), teman sekolahnya. Tampangnya..., ya lumayanlah
sisiran rapi mengkilap. Pokoknya cocok jadi daripada kejeduk tembok. Lulu juga kelihatannya
bapak idela. ngasih respons yang baik untuk cowok itu. Tapi
kencan pertamanya berantakan gara-gara
“Hei, Lulu, kok temennya diangguri aja? Ajak keisengan Lupus. Nggak tau apa karena Lupus
masuk dong!” teriak Lupus lagi. Sekali lagi Lulu keki sebab saat itu dia belum punya, atau memang
mendelik sewot. Dan ketika cowok itu lewat dekat lagi nakal-nakalnya (biasa, cowok!), yang jelas
jendela kamar Lupus, dia memberi salam dan secara diam-diam dia meletakkan tip kecil
miliknya di dekat kursi depan di mana mereka
berdua nge-date. Secara otomatis, tip yang betapa saya sangat mencintainya. Kamu tau,
biasanya dipakai buat wawancara itu merekam biasanya cowok sekarang itu pandai mengobral
semua percakapan Lulu dengan cowoknya. Dan cinta, sehingga membuat derita pada sang cewek.
bisa dibayangkan, betapa malunya Lulu ketika Tapi saya tidak. Cinta saya pada Lulu adalah
besok paginya Lupus memutar ulang hasil ibarat api olimpiade yang tak kunjung padam...!”
rekaman yang penuh rayuan-rayuan gombal itu di
depan seluruh keluarga. Lulu ngamuk berat. Dia Lupus hanya manggut-manggut. Bukannya ngerti,
langsung mengacak-acak tempat tidur. Dan sejak tapi ngantuk diceramahi begitu. Tapi dia toh
saat itu tak pernah terdengar lagi kisah kasih senang, berarti masalahnya telah beres. Dan Lulu
tentang Lulu dengan cowok manapun. Sampai pun senang mendengar usahanya berhasil. Sebab
kejadian sekarang ini. sejak saat itu si pinokio itu tak pernah datang lagi.

Makanya Lupus kasihan. Sebetulnya dia benar- ***


benar nggak mau memperalat adiknya untuk
menikmati hasil-hasil suapan itu. Dia hanya Tapi Lulu tetaplah Lulu. Makhluk aneh yang
berprinsip seperti dulu : nggak mau ngecewain Lupus pun tak bisa mengerti keinginannya. Sejak
orang yang ngasih makanan. Tapi kalau ada kejadian itu, dia sering melamun. Bengong
maksud-maksud dibalik itu semua ya entar dulu. sendirian di depan rumahnya. Lupus jadi curiga,
Bagaimanapun mengkomersilkan adik sendiri apa adiknya telah kena pelet. Satu dua kali Lupus
adalah perbuatan yang kurang baik. Oleh karena tanyai, adiknya nggak mau ngaku, tapi akhirnya
itu, pada suatu pagi, saat mereka berdua selalu dia buka mulut juga.
bersama-sama berjalan ke tempat pemberhentian
bis yang jauh, saat udara masih begitu bersih dan “Aneh, saya kok jadi mikirin si Pinokio itu. Saya
segar, saat bulan masih tersisa di barat (wi, puitis kasihan. Dia telah begitu baik. Setelah ini berakhir
ni yel...), Lupus menawarkan jasanya untuk bicara saya baru mikir bahwa semua kata-katanya itu
dari hati ke hati dengan cowok nekat itu. Sebagai benar. Kata-kata yang selalu dia ucapkan kala dia
sesama remaja, sesama cowok. Asal saja Lulu datang kemari. Dia begitu penuh perhatian. Kamu
punya alasan yang tepat untuk menolak cintanya. tau. Pus, kalau saya butuh sesuatu, dak tak sengaja
saya ucapkan di depan dia, besoknya dia sati
“Bilang aja saya masih ingin belajar. Masih nggak membawa barang yang saya butuhkan. Buku
mau terganggu oleh hal-hal seperti itu dan pelajaran, rapido, cat air... dan saya jadi mersa
selebihnya bisa kamu karang sendiri. Kan kamu hutang budi. Merasa dosa telah mengecewakan
bisaan kalo bohong!” sahut Lulu. dia. Saya kasihan. Saya kok jahat, ya? Padahal
bisa saja saya belajar mencintainya.”
“Sialan! Tapi kamu memang serius masih mau
konsentrasi ke pelajaran kan?” Lupus tertegun.

“Iya dong! Kan sebentar lagi saya ujian esempe.” “Enggak, Lu. Kamu salah kalau kamu memulai
mencintai seseorang dari rasa kasihan. Kamu akan
Dan sorenya Lupus langsung ke rumah cowok itu. menyesal. Percaya deh. Oke, untuk beberapa saat
Datang dengan sopan dan penuh kekeluargaan. kamu bisa mencintainya. Tapi selanjutnya kamu
Sehingga cowok itu pun bisa mengerti. akan merasa terjebak. Ingin melepaskan diri tapi
Jawabannya pun terdengar sopan sekali, “Saya nggak bisa. Kamu masih terlalu kecil, Lu, untuk
mengerti. Okehlah kalau memang belum saatnya serius pacaran seperti itu. Kamu masih butuh
bagi dia, saya akan menunggu. Sampai kapan pun. banyak mencoba. Seseorang itu untuk memilih
Sampai dia merasa siap. Sampai dia menyadari pilihan yang tepat, butuh menjajaki beberapa
calon. Kita kan tak mungkin bisa menilai satu “Enak aja. Lu pikir gue tukang ojek!” maki cewek
yang terbaik tanpa membandingkannya dengan itu dan langsung tancap gas. Meninggalkan Lupus
yang lain. Makannya, Lu, kamu nggak salah. yang memaki-maki tak keruan.
Teruskan aja menuruti apa kata hatimu. Dengan
begitu kamu kan akan matang sendiri.”

“Kamu emang pinter berkicau, Pus!” ledek Lulu 2. MEMBURU BINTANG


gembira.
Aji masih berkutet di kamarnya. Bolak-balik
*** mencobai semua bajunya. Yang kuning, hijau,
putih... dan semua. Bolak-balik ke kaca. Dan kini,
Lupus terbangun ketika matahari sudah mulai dengan baju kotak-kotak biru, dia seperti tak
tinggi. Dia kaget dan langsung menyambar mengenali siapa yang di kaca. Siapa ya? Pikirnya
handuk untuk cepat-cepat mandi. Mandinya juga norak. Soalnya jadi lain. Kece banget! Sementara
ala koboi. Asal cibang-cibung. Tapi ini Lupus yang keki kelamaan menunggu di luar,
mendingan, dia pernah saking nggak sabarannya, nggak sabar langsung melongokkan kepalanya ke
langsung jebur ke bak mandi. jendela. Dan terbengong-bengong melihat Aji
yang tak berkedip mengagumi dirinya sendiri di
Setelah berpakaian seadanya, dia duduk di meja kaca.
makan untuk menghabiskan roti dan susunya. Saat
itu Lulu sudah siap pamit. Lupus memaki, “kamu “Duileee... muka kayak perabotan lenong gitu aja
kok jahat gitu, Lu. Nggak bangunin saya. Kenapa ngaca terus. Lama bener sih, ditunggui juga!”
sih?” maki Lupus.

Lulu cuwek. Setelah cium tangan sama ibunya dia “Cerewet. Hampir kelar nih. Ngiri ya kalo saya
ngeloyor ke depan. kelihatan kece?”

“Eeeee... tungguin dong. Saya hampir kelar nih!” “Cepetan deh, kita berangkat. Kan harus ke Hai
teriak Lupus sambil meneguk susunya. Mulutnya dulu pinjam tip kecil.”
sampai belepotan. Tapi Lulu tetap ninggalin. Dan
ketika Lupus menyusul ke depan, dia tertegun. Di Aji mengangguk dan langsung menyambar
situ Lulu sudah siap duduk di boncengan motor kameranya. Dia sudah janjian mau diajak Lupus
seorang cowok kece. Masih muda. Dan cowok itu wawancara penyanyi yang baru naik daun. Kece
mengangguk pada Lupus sebelum pergi. Lupus banget. Makanya baik aji maupun Lupus benar-
terbengong-bengong di pinggir jalan. Pantesan aja benar menjaga penampilan. Jangan sampai
Lulu ninggalin. Dan dia pun dengan lesu mengecewakan.
menelusuri jalan. All alone. Tanpa seorang teman.
Setelah mengeluarkan pick-up-nya yang rada
Di tikungan jalan, dia bertemu dengan seorang kadaluwarsa, Aji dan Lupus langsung bertolak ke
cewek yang asyik sendirian dengan motor kantor Hai. Menitipkan kartu pengenal pada
bebeknya. Lupus pun dengan semangat resepsionis yang kece, dan langsung naik ke lantai
menyetopnya. tiga. Di sana suasananya masih seperti biasa.
Rame. Ada yang asyik senam pagi, ada juga yang
“Eh, ikutan dong sampai ke depan!” sahut Lupus. lagi terbengong berat nyari inspirasi. Semua
anggota komplet, kecuali beberapa orang yang
diculik dengan paksa untuk menggarap majalah bukannya karena kangen, lama nggak ketemu bos-
baru. nya itu, tapi karena di mejanya ada sekantong tahu
goreng. Siapa tau bisa dirojer, gitu.
Lupus langsung menuju ke bangkunya. Dan di
sana, dia hampir menginjak Tia kecil yang sibuk “Halo, Mas, lama nggak kelihatan. Sibuk ngurus
buka-buka majalah di lantai. Buset, anak ini sandiwara tipi, ya?” sahut Lupus manis,
memang kecil sekali bodinya. Apalagi kalo lagi sementara tangannya bergerilya. Menyusup
jongkok begitu, nyaris menghilang di balik masup ke kantong tahu. Mas Wendo belakangan
tumpukan majalah-majalah. Bapaknya tega juga, ini memang aktif di televisi. Ngajarin anak kecil
masih kecil begitu kok sudah disuruh kerja? Tapi bikin puisi dengan stil sok serius, tawa bikin
kalo diledek begitu, dia suka ngamuk dan beberapa naskah film seri tivi. Seperti ACI. Tapi
langsung mengeluarkan KTP-nya. Ke mana- bedanya dia dengan Michael Landon – yang juga
mana, termasuk kalau mau nonton film 17 tahun dikenal dengan serial-serial tivinya. Mas Wendo
ke atas, dia memang selalu bawa-bawa KTP. orangnya jauh lebih rendah hati. Kalau Michael
Supaya pada percaya kalau dia itu umurnya sudah Landon suka ke-ge-er-an untuk melibatkan
lumayan banyak. Soalnya dia sering ditolak dirinya sebagai tokoh utama cerita yang
masuk bioskop, nggak boleh ikutan nonton film diproduksinya; jadi bapak ideal, jadi malaikat
orang gede. Malah disuruh pulang, cuci kaki dan penolong, dan sebagainya! Tapi kalau Mas
langsung bobok. Tapi ada enaknya, kalau ke Wendo cukup puas Cuma jadi tukang pukul bel
mana-mana dia ini simpel sekali. Bisa berdiri sekolah.... hehehe. (Eh, jangan bilang-bilang ke
tanpa membungkuk kalau metro mini-nya penuh, dia ya, entar ngamuk..., atau malah suka?)
bisa dengan mudah menyusup ke bawah kolong
kalau lagi main petak umpet, de el el. Dan ke “Kamu mau wawancara siapa, Lup?”
mana-mana dia selalu membawa bekal dan termos
plastik buat minum. Persis anak TK. Tapi dia itu “Itu... atlet angkat besi,” jawab Lupus
orangnya baik kok. Suka bagi-bagi makanan ke sembarangan. Sebab kalau dia jujur ngaku mau
orang. Apalagi kalau kamu iseng muji begini wawancara artis penyanyi yang kece, Mas Wendo
padanya,” Eh, kamuu rada tinggikan deh suka maksa kepingin ikut. Kan repot ngurusnya
sekarang...” Wah, pasti kamu langsung dikasih nanti.
coklat. Coba aja. Tapi dia itu paling takut kalau
duduk di meja. Soalnya pernah lagi enak-enakan Lupus langsung cabut. Hasil kunjungannya ke
duduk, ditawar orang. Dikira boneka pajangan. meja bos-nya itu, yah lumayanlah. Sempat
Abis lucu sekali. mengantongi beberapa tahu goreng dan cemilan-
cemilan ringan lainnya buat sekedar ngisi perut.
Ya, itulah sedikit cerita tentang Tia kecil. Buat Dan di bawah, ketika baru keluar dari kompleks
ngasih gambaran aja, supaya kamu bisa perkantoran, sempat ketemu Gun Saratoga.
ngebayangin kalau dia itu ternyata lebih besar dari Fotografer muda Hai yang lagi ngejepret anak-
jempol kaki kamu. anak sekolah yang kece-kece dari atas sepeda
balapnya. Dia emang termasuk doyan daun muda.
Setelah menyiapkan segala macam yang Pacarannya aja sama anak SMP. Dan bakat jepret-
diperlukan, termasuk minta film gratis dari mbak menjepretnnya memang terlihat dari kecil. Umur
Sri. Lupus slonong boy pergi. Dan sempat mampir 10 tahun, dia sudah hobi menjepret capung pake
sebentar ke mejanya Mas Wendo yang karet; lalu umur 15 tahun meningkat menjepret
belakangan menghilang entah ke mana. Mejanya mangga pake katapel. Dan kini, dai boleh bangga
nampak seperti biasa. Berantakan. Saingan sama bisa menjepret pake kamera beneran.
rambutnya. Dan kunjungan Lupus ke mejanya itu
Itulah Gun. Setelah ber-hai-hai (bukan promosi, profesional!” sahut Lupus lantang. Orang itu
lho!) sebentar dengannya, Lupus langsung memandang ke arah Lupus dari ujung kaki sampai
melesat bersama Aji ke rumah sang artis. ujung rambut. Seolah kurang percaya. Juga
Rumahnya lumayan jauh. Di pinggiran kota. Rada kepada Aji yang dibilang fotografer prof itu. Dia
ndeso. curigation. Kok fotografer Cuma bawa kamera
yang serba otomatis? Sekali jepret jadi, tanpa
*** mengubah jarak, diafragma, de el el. Wah, pasti
ada yang kurang beres.
Dan kini Lupus dan Aji sudah berdiri di depan
pagar yang tinggi. Rumahnya tampak begitu “Evita lagi pergi! Dia sibuk terus. Kapan-kapan
besar. Sementara di pagar depan tertulis ‘Awas aja datang lagi!”
anjing galak; jangan berdiri dekat pagar!’ Lupus
langsung melompat mundur. Wong dia paling “Wah bohong! Saya tadi udah janjian sama dia
takut sama anjing. Makannya dia tidak pernah via telepon. Dan dia ada di rumah!” sahut Lupus
berani lari pagi di kompleks perumahannya. ngebohong. Soalnya sungguh mati, dia tak tau
Banyak anjing. Soalnya dia kurus. Suka dikejar- nomor telepon Evita. Tapi dia juga yakin Evita
kejar anjing. Dikira tulang. pasti ada. Dia sudah biasa dibohongi macam
begitu. Biasa, artis yang lagi naik daun memang
“Kamu aja yang masuk, Ji!” perintah Lupus. suka jual mahal. Padahal wartawan penting lho,
buat menunjang karier mereka.
“Enak aja. Emangnya saya tumbal? Kita tekan bel
aja. Masak sih nggak ada belnya?” “Tapi dia mau pergi. Ada rekaman di studio!”

“Iya. Lagi pula belum tentu beneran ada Balas orang itu lagi.
anjingnya. Siapa tau Cuma nakut-nakutin aja!”
“Kamu tau nggak apa persamaan saya sama
Akhirnya setelah baca Bismillah, mereka kamu?” sahut Lupus lagi.
memencet bel yang tersembunyi di balik
rerimbunan tanaman yang merambat di pagar. “Apaan memang?”
Terdengar suara anjing menggonggong dari balik
pagar. Lupus langsung melompat mundur. “Sama-sama tukang bohong. Makanya sesama
tukang bohong dilarang saling membohongi!”
“Tenang, Pus. Wartawan kok penakut amat?”
ledek Aji. “Sialan jadi kamu juga bohong ya? Kamu pasti
bukan wartawan! Kok masih kecil begitu? Mana
Beberapa saat kemudian, ada kepala yang muncul kartu Pers-nya?”
dari pagar yang tinggi.
Lupus langsung merogoh kantung celananya.
“Hei, anak kecil, ngapain di situ? Mau mainin bel Tapi..., oh, God! Kartu itu ternyata tertinggal di
ya?” bentaknya galak. meja tugasnya di kantor. Bener-bener sial!

Lupus keki berat dikatain mau mainin bel. “Eh, saya lupa bawa. Tapi beneran kok saya
wartawan!”
“Saya wartawan, tau! Saya mau ketemu Evita
Fanny. Artis penyanyi itu. Di sini kan rumahnya? Orang itu tersenyum sinis.
Dan ini teman saya Aji. Dia fotografer
“Nah, anak-anak, kalau Cuma mau minta tanda “Iya, ya.”
tangan, lewat surat aja. Sekarang kalian boleh
pulang...” sahutnya dan langsung menghilang di Dan mereka pun secara bergantian menekan bel.
balik pagar. Berulang-ulang. Ada suara anjing yang
menggonggong lagi. Sampai akhirnya wajah
Lupus cepat-cepat berteriak, “ Hei, tunggu! Saya seram yang tadi muncul lagi di balik pagar yang
bener-bener wartawan, kok! Kalau nggak ke tinggi. Siap menyemprotkan amarahnya. Tapi
percaya, telepon aja ke majalah Hai. Serius!!” Lupus cepat-cepat menyapa, “Assalamualaikum!
Kayaknya kita pernah ketemu deh. Kapan, ya? O
Tapi makhluk itu sudah menghilang. Tinggal ya, beberapa menit yang lalu. Apa khabar? Gini
Lupus dan Aji yang saling berpandangan. lho, saya dari majalah...”

“Bosen! Kalian ini belum pernah mendapat


pelajaran ya? Sudah pernah merasakan gimana
3. EVITA FANNY enaknya digigit si Pleki?”

Lupus dan Aji masih berada di depan rumah artis “Belum. Siapa itu? Bapak kamu ya?”
penyanyi Evita Fanny. Benar-benar tak tau apa
yang harus dilakukan lagi. Meski Lupus sudah “Sialan! Kalian benar-benar kurang ajar!”
lumayan sering wawancara begini, tapi toh dia bentaknya marah sambil melompat turun. Tapi
masih belum bisa santai. Malah sering kedapatan baru orang itu membuka pintu pagar, ada suara
lagi dorong-dorongan atau ber-suit-ria sama yang memanggil. Terpaksa marahnya tertunda
temannya untuk menentukan siapa yang masuk dan langsung tergopoh-gopoh menghampiri si
duluan. Kan malu-maluin banget tuh! Tapi ya pemanggil.
nggak apa-apa. Lupus nggak pernah putus asa
Cuma karena hal-hal yang begitu. Segalanya kan “Bang Kerpa, tolong siapkan mobil saya. Saya
bisa saja karena biasa kalau kita sering mau ke studio setengah jam lagi. Tolong barang-
melakukannya. barang belanjaan tadi pagi diturunin dulu,” sahut
si pemanggil yang ternyata Evita itu.
“Kita bikin keributan aja di sini, nanti kan mereka
pada keluar!” sahut Lupus kumat gilanya. “Baik Nona.”

“Gila lu, nanti kalau diciduk polisi gimana?” “O ya, kamu ngapain naik-naik terus ke pagar
macam tadi? Pacaran sama babu sebelah, ya?”
“Emangnya kita teroris? Maksud saya, kita Cuma
mengadakan aksi unjuk perasaan, gitu!” “Oh, anu, Nona....itu ada dua pemuda kecil.
Ngakunya sih wartawan yang mau wawancara.
“Kamu kalau sudah nekat memang gawat, Pus! Tapi nggak ada kartu pers-nya. Ya udah, saya usir
Terus, ngapain dong?” saja. Tapi kok ya nekat anak itu!”

“Misalnya kita tekan bel terus-terusan. Kan lama- “Ya, Nona, dan dua pemuda kecil yang manis-
lama mereka kesal lalu keluar. Nyamperin kita manis itu adalah kami sendiri!” tiba-tiba ada suara
atau malah ngusir kita. Tapi nggak apa-apa. sopan menyambung dari belakang Bang Kerpa.
Namanya juga orang usaha. Kan nggak ada Bang Kerpa langsung menoleh kaget!
salahnya!”
“Hei, kurang ajar. Bagaimana kamu bisa masuk "Tapi saya mau pergi. Kalian toh belum bikin
kemari? Loncat pagar, ya?” janji. "

“Bagaimana? Mudah. Siapa yang suruh pintu "Sudah, kok!"


pagar itu ditinggal tanpa terkunci barusan,
sementara anjing kamu itu asyik mengejar-ngejar "Kapan? Saya kok belum dikasih tau?"
kucing sampai keluar pekarangan rumah...,”
jawab Lupus kalem. "Lima menit yang lalu. Tadi lho, waktu pesuruh
kamu yang cowok itu dengan noraknya naik-naik
Bang Kerpa langsung kaget, dan cepat-cepat ke atas pagar...."
memburu keluar. Memanggil-manggil anjingnya.
Meninggalkan Lupus dan Aji berhadapan dengan "Ah. T api bolehlah kalau kalian memaksa. cuma,
Evita Fanny. sebentar aja, ya? Yuk masuk!"

Lupus tak berkedip. Penyanyi ini memang masih Dengan langkah ringan, Lupus dan Aji berjalan
muda. Paling-paling baru sekitar 17 tahun. masuk.
Wajahnya, bukan main. cakep banget. Dengan
bibir yang tipis tapi seksi, mata yang indah bagai Di ruang tamu, suasananya cukup membuat
kucing, kulit tubuh yang kuning langsat. Wah, keduanya terkesima. Satu set mewah kursi tamu
emang nggak salah kalau dia jadi artis penyanyi. besar warna biru, dengan karpet yang bagai
Dengan penampilan yang serba sempurna untuk rumput manila terhampar megah. Dipadukan
seorang gadis remaja, siapa sih yang enggak betah dengan hiasan-hiasan dinding yang serba biru,
memandangi berjam-jam? menyejukkan suasana. Sementara foto close-up
Evita Fanny terpampang megah di dinding
Lupus langsung kasih angka sembilan untuknya. sebelah kiri. Di atas barang-barang antik yang
disusun rapi. Dari dalam mengalun lembut musik
"Situ siapa?" tanya Evita pelan. Suaranya, wah. instrumentalia yang kebetulan Lupus kenai
Bikin dek-dekan. judulnya, Cantabile. Lagu yang menarik, dan
Lupus dulu sering mendengar ayahnya
"Di sini Lupus dan Aji. Dari majalah remaja. Di memainkan lagu itu lewat gitar klasiknya.
situ siapa?" balas Lupus.
Nggak nyangka, selera musik Evita boleh juga.
"Oo..., kalian wartawan, toh?" Padahal kalau dibandingkan dengan lagu-lagu
yang sering dibawakannya yang berlirik dan
"Iya, hebat ya?" bernada amat cengeng itu, wah, kontras sekali.

"Kok masih kecil? Wartawan bo'ongan ya? Mana Lupus serasa memasuki ruang istana.
kartu pers kalian?"
"Ayo, silakan duduk. Kok pada berdiri begitu?"
"Justru itu, ketinggalan. Tapi kalau tak percaya,
boleh deh telepon ke redaksi Hai. .. . " Lupus tersentak. Ya, dia tadi lagi ngelamun. Kok
ada orang yang begini kaya. Dia jadi ingat sama
"Oke deh, saya percaya. Terus kalian mau apa?" teman-teman seperjuangannya di kantor.
Kayaknya jadi jauuuh sekali. Mereka-mereka itu
"Wawancara. Boleh, kan?" walau suka ngaku orang kaya, tapi kalau lapar
malah pada tiduran di kolong meja. Sambil
berharap semoga setelah bangun nanti rasa "Sekarang kamu duduk aja di situ, saya yang
laparnya hilang. Kan bisa menghemat uang nanyain dari sini. Oke?" balas Lupus keki. Evita
makan. Tapi ya tak apa. Malah memudahkan tertawa lepas. Keakraban baru saja terjadi.
kalau mau bikin puisi atau cerita yang sedih-
sedih. Nggak usah sulit-sulit mengkhayal. Tinggal "Tapi ingat, waktunya nggak lama lho. Saya mau
tulis aja pengalaman pribadinya, beres! pergi!" .

Sedang Evita kan sulit kalau mau bikin cerita Interviu pun berlangsung dengan akrab. Sampai
sedih. Butuh penghayatan luar biasa. Tapi lupakan suatu ketika, Evita merasa harus pergi. Dengan
dulu hal itu. Kita lihat saja Lupus yang lagi sedikit sedikit berat, dia pun bangkit. Lupus cepat-cepat
panas dingin karena diliatin terus oleh Evita yang menahannya, "Eh, jangan repot-repot!"
manis. Nggak tau kenapa, dia memang suka grogi
begitu kalau diliatin cewek cakep. "Lho? Saya mau ganti baju, kok. Saya kan mau
pergi. ..."
Dengan kaku, Lupus mengeluarkan tip dan
secarik kertas yang berisi daftar pertanyaan. Evita "Ooo, kirain mau bikinin minum...."
tergelitik untuk melirik apa yang tertulis di balik
daftar penanyaan. Maka dengan sedikit paksa, dia "Ya ampun, saya lupa. Kalian haus, ya?"
merebut secarik kertas itu.
"Ah enggak. cuma saya mikir, kok samaan sama
"Lihat deh. Boleh, kan?" di rumah ya? Kalau ada tamu dari jauh suka lupa
nyuguhin minum. Padahal kan mungkin saja tamu
"Eh, jangan...," Lupus kaget, tapi Evita sudah itu merasa haus setelah berjalan begitu jauh. Iya
merebutnya. "Itu daftar pertanyaan kok. Saya nggak, Ji?" celoteh Lupus sambil melirik ke arah
bikin supaya nggak lupa. Soalnya terus terang, Aji yang hampir mati kehausan.
saya kalo lagi grogi suka lupa apa yang mau
ditanya. Balikin dong...." Lagi-Iagi Evita ketawa. Dia cepat-cepat
menyiapkan minuman.
Evita cuwek. Sambil mengernyitkan kening
membaca kertas itu. Lalu senyum-senyum sendiri. ***

Lupus jadi curiga. Dan Evita ternyata artis yang baik. Dia menawari
Lupus dan Aji ikut ke studio sambil melanjutkan
"Kamu mau wawancara atau mau belanja? Kok wawancaranya di jalan. Di sana Evita cerita
isinya ada ikan asin satu kilo, cabe rawit tiga biji, banyak. Tentang tiga albumnya yang direkam
jengkol sepuluh biji, permen karet..." dalam waktu singkat. Tentang kasetnya yang laku
keras. Tentang bonus mobil yang dia dapat.
Lupus langsung merebut dan membacanya. Oh, Pokoknya semua.
God! Ternyata dia salah keluarin. Itu catatan
belanja yang dititipkan ibunya tadi pagi. Dengan Buat artis penyanyi, dia memang memiliki
wajah kayak traffic light; merah kuning ijo, dia segalanya. Meski lagu-lagunya hampir setipe;
buru-buru mengantonginya. Diganti secarik kertas tentang kecengengan cinta, tapi suaranya tidak
yang lain. Yang isinya beneran daftar pertanyaan. mengecewakan. Padahal banyak anggapan yang
mengatakan penyanyi pop sekarang cuma modal
tampang doang, tapi Evita merupakan
pengecualian. Karena dia punya vokal dan
penghayatan yang baik buat lagu-lagu komersil Evita terdiam. Makhluk yang duduk di
yang dibawakannya. sampingnya ini memang kelewat banyak omong,
kayak tukang obat. Apa emang begitu ya, kalau
Sebaik-baiknya lagu pop, kalau tidak didukung wartawan ngerayu minta traktir?
penghayatan dan vokal yang sempurna, tak akan
berhasil. Omong kosong buat yang mengatakan "Kamu mau no dong atau mau nyulik saya?"
untuk jadi penyanyi cuma modal tampang doang. sahut Vita galak.
Setinggi-tingginya teknik studio yang bisa meno-
long vokal sang artis, tidak akan membantu "Dua-duanya. Tapi tebusannya nggak berat. Fried
banyak. Paling jadinya seperti komet. Muncul chicken!"
sebentar, ngetop, lalu menghilang. Tak terkenang.
Dan Lupus kegirangan setengah mati ketika
Ini yang ingin Lupus tekankan pada Evita. Volvo Evita berbelok ke fried chicken.
Penyanyi ini sangat berbakat. Tapi kenapa begitu
sering mengeluarkan album yang senada? Apa ***
mau pakai aji mumpung seperti yang lainnya,?
Beberapa hari kemudian, Lupus sudah berada di
"Seharusnya kamu lebih selektif, Vita. Batasi kantor redaksi lagi. Dia lagi excited banget karena
pengeluaran album kamu. Kamu punya vokal baru dapat telepon dari Evita. Gimana nggak
yang baik. Saya sering lihat kamu nyanyi lagu- senang, Evita meneleponnya dalam keakraban.
lagu daerah di tivi. Di situ kelihatan sekali
kemampuan vokal kamu. Bukan sekadar penyanyi "Meski saya kadang ragu apa kamu ini wartawan
pop murahan. Kalau kamu lebih jarang gadungan atau wartawan beneran, atau malah
mengeluarkan album, kamu bisa mengikat fans tukang obat yang buka praktek liar, tapi saya kok
kamu. Membuat mereka penasaran menunggu ya mikirin juga apa yang kamu bilang. Thanks.
terbitnya album-album kamu yang berikutnya. Saya suka kamu merhatiin saya kayak gitu. Saya
Dan dengan sedikit variasi, mereka tak mudah udah batalin jadwal rekaman dalam waktu dekat
bosan. Dan kamu nggak bakalan cepat ini. Bos memang marah dan kaget, tapi lama-lama
dicampakkan fans kamu yang merasa bosan dia pasti ngertiin saya. Sebab saya ingin dia yang
karena kamu keseringan mengeluarkan album butuh saya, bukan saya yang butuh dia. Saya udah
yang senada. Kamu jangan mau dikerjain para minta untuk menyeleksi lagu, menyeleksi
produser yang cuma mau mengeruk keuntungan aransemen. Kalo kamu mau tau, saya sendiri di
sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan nasib rumah nggak pernah nyetel lagu-Iagu saya. Kamu
kamu setelah itu. Mereka mudah saja mencari denger sendiri kan waktu ke rumah? Saya
penyanyi baru. Sedang kamu apa? Itulah, Vita. memang nggak pernah bangga pada lagu-lagu
Makanya, ngapain sekarang ke studio? Lebih baik saya sendiri selama ini. Sekali lagi trims berat
kita ke fried chicken atau ke mana, gitu. buat kamu. Kapan mau maen ke rumah lagi?"
Ngomongin masalah ini. Kamu jangan seperti
mesin. Disuruh ke studio, disodori lagu, lalu Itulah. Makanya Lupus jadi senyum-senyum
langsung menyanyikannya hanya dengan terus. Seriang Mas Veven yang baru masuk tadi
mempelajari sebentar tanpa kamu dikasih langsung menodongnya dengan teka-teki orisinal
kesempatan memilih lagu yang cocok buat karyanya sendiri, "Ayo, apa bahasa Indonesianya:
karakter vokal kamu. Buat selera kamu. Eh, sori. Mother goes to the market?"
Saya kok jadi cerewet banget, ya? Tapi gimana
kamu aja deh. Mau ke fried chicken atau ke "Apaan, ya? Nggak tau tuh!" sahut Lupus (pura-
studio..." pura) nggak tau.
"Belanja ni yee...," jawabnya girang setengah kita kembali seperti dulu. cari bintang baru lagi
mati. Soalnya jarang-jarang teka-tekinya nggak yang cakep, terus kita wawancara sama-sama lagi.
bisa ketebak Lupus. Siapa tau yang berikutnya jodoh kamu. Hehehe....
Gimana? Asyik, kan? Petualangan begini penting
Atau juga seriang Mas Wendo yang lagi disalamin lho untuk mengenal beberapa karakter cewek-
temen-temennya gara-gara nongol di tivi dalam cewek. Jadi kalau udah dapet pacar kayak gitu
acara FFI. "Ah, apalah aninya orang seperti saya nggak kaget lagi. Satu hal yang harus kita jaga,
ini...," sahutnya ngerendahin diri, ninggiin mutu. jangan mudah ge-er kalau ada orang-orang seperti
itu nampak memberi perhatian yang lebih kepada
Tapi yang Lupus heran, sejak saat itu Aji nggak kita. Karena kan belum tentu dia naksir kita. Iya,
pernah kelihatan lagi. Pun di sekolahnya. Sebab nggak?"
Aji memang teman sekolah, cuma lain kelas.
Padahal dia kan teman seperjuangan sewaktu Aji bangkit. Memandang tersenyum ke arah
wawancara Evita. Maka besoknya Lupus khusus Lupus. Lalu meninju perutnya dengan pelan.
mencari dia ke kelas-kelas. Dan ketemu lagi Keduanya pun tertawa keras berbarengan.
mojok di kantin. Tetap dalam stil cuwek walau
Lupus kelihatan menghampiri. Lupus jadi inget
Iwan yang redaktur musik di Hai. Doi juga cuwek
berat kalau lagi dengerin walkman. Dipanggilin 4. PHK
nggak nyaut-nyaut! Ada kebakaran juga cuwek
aja. Pasalnya ya karena si Lupus. Makhluk itu selama
ini memang dikenal sebagai 'teman tetap' Poppi.
"Halo, Ji, kamu sakit ya? Kok nggak pernah Kadang jajan di kantin sama-sama, ngerjain temen
keliatan?" tegur Lupus ramah. Aji malah sekelas sama-sama, bikin pe-er sama-sama atau
melengos. Lupus jelas heran. Setelah diusut-usut, juga ngejar layangan putus yang kadang nyasar ke
ternyata dia sempat keki karena waktu itu Lupus lapangan kalau lagi pelajaran olahraga.
akrab banget dengan Evita. Dia sampai tak
dikasih kesempatan ikutan ngobrol. Padahal kan Pokoknya kompak deh! Apalagi kalau lagi musim
dia udah dandan rapi banget. ulangan. Tapi belakangan ini Lupus jarang masuk.
Jarang maen ke rumah Poppi. Meski memang
Lupus jadi ketawa. tidak pernah rutin malam Minggu apel, tapi nggak
biasanya sampai tiga kali berturut-turut seperti
"Aduh, Aji, kamu cemburu ya? Apa kamu pikir kali ini. Poppi memang maklum sama sifat Lupus
saya naksir dia? Wah, jangan mimpi dong. Saya yang angin-anginan. Yang nggak bisa dipegang
cukup tau diri kok. Apa enaknya sih pacaran buntut-buntutnya. Sebagai cewek, dia udah begitu
dengan artis terkenal kayak gitu? Bikin tekanan cukup pengertian. Tapi Lupusnya ini, kok ya
batin aja. Kita kan belum terbiasa dengan gaya nggak sadar-sadar. Selalu bikin keki.
hidup mereka. Yang easy come easy go itu. Wah,
mending jangan deh. Lagian belum tentu dia bisa Seperti waktu Ruri, cewek yang doyan nggosip
terbuka sama saya kayak gini kalau dia jadi pacar itu, sibuk nggosip tentang dirinya sendiri (Kok
saya. " ada ya orang yang begitu?). Ke sana ke sini
memamerkan foto close-up yang katanya
"Jadi mendingan seperti sekarang. Saya cuma cowoknya yang baru, "Newcomer. Baru semalem
bikin laporan yang bagus buat majalah. Masa sih resmi jadi pacar saya yang ketujuh," katanya
persahabatan kita bisa puttlS cuma karena hal-hal bangga.
yang sepele kayak gini, Ji? Lupakan semuanya, Ji,
Dadanya sampai membusung (eh, nggak jorok, Poppi tadinya nggak begitu mudah percaya, tapi
lho!). Lupus yang datang ke kelas belakangan, tak bukti-bukti memang ada. Dua hari yang lalu, anak
luput kena pameran foto tunggal tersebut. itu memang masuk. Dengan santainya menaruh
tas di bangku, lalu kelayapan keluar kelas lagi.
"Kece nggak, Pus?" Ruri berkata penuh semangat. Sama sekali tak menyapa Poppi yang duduk
dengan manis di bangkunya. Sibuk ngeceng ke
"Siapa sih? Penyanyi dangdut, ya?" tanya Lupus kelas-kelas baru.
serius.
Poppi jelas panas. Buntut-buntutnya ya seperti
Ruri jelas keki berat. tadi itu. Samaan sama kamu. Suka ngelamun
sendirian. Kenapa ya, cowok itu cenderung nggak
SUATU kali dalam hidupmu, pernahkah kamu setia? Apa karena di dunia ini memang lebih
merasa begitu sepi? Membuka jendela kamar kala banyak cewek, sehingga cowok leluasa pacaran
semuanya terlelap dalam mimpi, dan merasa dengan lebih dari satu cewek? Biar adil, kebagian
sendirian di tengah alam semesta yang begitu semua, begitu? Ih, amit-amit. Itu pendapat gila.
luas? Nggak berperikewanitaan. Lebih baik cewek-
cewek nggak usah pacaran sama sekali. Lagi
Pernahkah? pula, apa sih hebatnya Lupus itu? Kalau mau saya
bisa aja mendapat sejuta 'lupus' lain yang lebih
Pernahkah kamu merasa begitu benci kepada tawa dan dirinya, batin Poppi.
anak-anak kecil yang bermain di halaman sebelah
rumahmu? Sehingga lagu terindah bagimu Memang benar. Poppi toh cantik. Dengan
hanyalah gesekan angin pada pucuk-pucuk rambutnya yang lebat itu, banyak cowok yang
cemara dan rontoknya daun-daun kering di musim enggak tahan untuk tidak melirik beberapa detik
kemarau? kepadanya. Terus kenapa Poppi jadi begitu
frustasi hanya karena Lupus?
Nah, ketauan. Kalau begitu kamu pasti lagi
frustasi. Ngaku aja. Samaan kok sama Poppi. Itulah cima.
Poppi ini belakangan memang sering uring-
uringan kayak gitu. Kerjanya seharian, kalo Poppi sudah terlanjur menyukai semua yang ada
enggak dengerin kaset-kaset model Patah Hatinya pada diri Lupus. Orang yang lebih baik atau lebih
Rachmat Kartolo (enggak usah berlagak mikir, cakep dari Lupus itu banyak. Jalan-jalan di pasar
kamu pasti apal lagunya. Eh, kita nggak nuduh swalayan, kamu bisa menemukan makhluk kayak
lho, cuma nebak aja!), ya nyoret-nyoretin buku begitu sepuluh biji. T api ibarat barang tiruan,
harian. Atau bengong berat kayak seniman yang sama ya luarnya aja. Isinya tetap nggak ada
keabisan inspirasi. N ggak napsu makan, nggak yang se-qualified Lupus (taela!). Maksudnya
napsu bobok, dan yang paling gawat, jadi segen sifatnya, tingkah lakunya, lengkap sama gaya-
mandi. gayanya yang rada norak. Juga sikapnya yang
penuh perhatian, walau kadang bikin keki.
Tapi sebetulnya nggak bakalan segawat ini kalo Gimana nggak penuh perhatian? Dia bisa begitu
nggak ada gosip yang mengatakan bahwa Lupus sopan di depan orang tua Poppi. Bukan sopan
punya cewek lagi. Nggak jelas pacaran sama yang dibuat-buat, tapi nampak wajar. Di samping
siapa, tapi desas-desus itu memang lagi ngetop. juga sering membawakan mereka oleh-oleh.
Ada yang bilang sama artis penyanyi kondang Jarang-jarang lho, ada cowok yang begitu
Evita Fanny; ada yang bilang sama anak kelas memperhatikan calon mertuanya kayak gitu. Pun
satu yang baru: ketika lebaran kemarin, dia dengan serius
ngomong sama Poppi, "Pop, sayang sekali untuk Itu hanya sebagian keunikan Lupus. Belum lagi
lebaran kali ini, rejeki saya nggak begitu banyak. kisah gombal Lupus waktu nonton film sama
T api biar deh, demi kamu saya ngalah aja. Saya Poppi. Dia kelupaan ninggalin Poppi di bioskop
rela, lebaran kali ini biar calon mertua kamu aja sendirian. Langsung pulang aja. Soalnya nggak
yang saya kasih hadiah...." biasa nonton bareng cewek sih. Di tengah jalan
dia baru sadar, ketika merasa ada yang kurang
Poppi yang tadinya udah siap-siap untuk terharu, beres.
jadi keki banget.
Tapi sabar itu memang ada batasnya. Saling
Di samping itu, Lupus juga ngetop sekali. Fans- pengertian itu bisa jalan kalau ada kesadaran dari
nya bukan hanya di lingkungan sekolah dia aja, dua belah pihak. Poppi sudah menjalankan semua
tapi juga melimpah ke luar sekolah. Buktinya itu dengan baik. Tinggal Lupus yang belum. Jadi
kalau dia turun dari bis sepulang sekolah, histeria kenapa harus menyesal putus dengan dia? Poppi
massa selalu terjadi. Puluhan abang-abang becak malah harus bersyukur, karena dia tau kejelekan-
dengan semangat '45 menarik-narik bajunya. kejelekan Lupus lebih awal. Sebelum segalanya
Bukan minta tanda tangan, cuma mau menawari terlambat. Dan cinta itu tidak buta. Justru
(dengan sedikit paksa) Lupus untuk naik sebaliknya, kita harus melihat kepribadian pacar
becaknya. kita sampai yang terkecil.

Lupus juga termasuk anak yang susah dikerjain. Saya bisa berbuat seperti Lupus! tekad Poppi.
Padahal dia hobi banget ngerjain orang. Sampai Maka, Poppi pun mencampakkan foto Lupus yang
pernah suatu ketika anak-anak cowok di kelasnya lagi nyengir di atas meja belajarnya. Lalu duduk
kompakan untuk sekali-sekali ngerjain Lupus. di depan kaca, dan mencoba menyisir rambutnya
Mereka semua ngumpul di toilet. Mengatur yang kusut. Di sana, dia seakan menemukan
strategi penjebakan. dirinya sendiri. Dirinya yang baru. Dengan
semangat baru.
"Kita kunci aja di WC. Dia kan hobi banget ke
belakang. Beberapa dari kita memantau ke mana Dan besoknya, dia langsung menolak ketika mau
dia pergi. Begitu masuk wc, kita kunci dari luar. diamar ke sekolah, "Enggak, Pa. Saya mau naik
Biarkan beberapa saat sampai dia mabok dulu. bis aja. Sekali-sekali kan boleh. Pingin seperti
Setuju?" teman-teman. "

Agak sadis memang, tapi toh pada setuju. wc di Bapaknya jelas heran. Soalnya baru sekali ini
sekolah Lupus memang rada sulit dibuka dari Poppi nggak mau diantar ke sekolah. Tapi Poppi
dalam, tapi dengan mudah dikunci dari luar. memang punya alasan yang nggak boleh diketahui
Tinggal mengaitkan engsel kuncinya, beres! orang tuanya. Dia sering denger cerita, orang yang
naik kendaraan umum itu lebih enteng jodoh
Namun ketika mereka baru selesai berembuk, ketimbang yang diantar jemput. Soalnya,
sampai bela-belain menahan bau yang ngujubileh kemungkinan ketemu orang yang belum dikenal
itu biar nggak ketauan, tiba-tiba Lupus keluar dari lebih besar daripada diantar supir sendiri. Apalagi
wc sambil cengengesan. "Hayo, mau merencana pada jam-jam sekolah, kala bis kota seperti bis
kan usaha pembunuhan ya?" sekolah saja. Berisi anak-anak sekolah dari segala
jenis.
Teman-temannya yang mengira aman berembuk
di toilet itu, jelas pada keki berat. Usaha mereka Poppi belum pernah merasakan itu. Makanya ia
jadi gatot. Gagal total. begitu ingin. Dia juga tau kalo Lupus itu sering
kenalan dengan cewek-cewek lain di bis. Seperti memberikan kursinya kepada Pppi. Malah asyik
gosip yang menyebar itu, yang mengatakan bahwa baca buku teks sekolah. Sial, apa ini yang
Lupus kenal sama cewek baru kelas satu itu di bis. namanya emansipasi?
Katanya rumah ceweknya itu dekat dengan rumah
Lupus. Suka naik bis bareng-bareng. Tapi pemuda itu ya nggak bisa disalahkan. Dia
toh nggak mungkin bela-belain ngasih duduk buat
Jadi kenapa Poppi nggak coba begitu? Poppi, untuk kemudian ikutan berbungkuk-ria
bersama para penumpang lainnya. Kan pegel
"Tapi sekolah kamu kan jauh, Pop? Harus dua sekali tuh. Mana biasanya metro itu jalannya
kali naik bis?" bapaknya mencoba membujuk. kayak keong. Pelan banget. Nggak puas-puasnya
cari penumpang lain. Poppi jadi nyesel. Ternyata
"Nggak apa-apa." naik bis umum tak seindah yang dia bayangkan.

"Kalau ada tukang copet atau apa begitu?" Gimana bisa cari jodoh dengan keadaan kelipet-
lipet begini? Apa karena belum biasa aja? Untung
"Nggak takut." hari masih pagi. Saat orang baru pada mandi, dan
belum berkeringat. Coba kalo nanti siang. Idih!
Dan pagi itu, jalanlah Poppi sendirian ke tempat POPPI jadl nyesel tadi pesan kalo siang nanti
pemberhentian bis. Menunggu metro-mini jurusan nggak usah dijemput.
Blok M. Tapi Poppi bener-bener nggak nyangka
kalau pada jam-jam sekolah begini bis-bis pada ***
penuh semua. Sarat dengan penumpang, yang
bukan anak sekolah aja. Tapi kuli-kuli bangunan, Tapi usaha untuk membalas sakit hatinya tidak
orang kantoran atau juga inem-inem yang mau ke kandas sampai di situ. Tak seperti biasanya, Poppi
pasar. Poppi yang tak mau menanggung rekiso eh, menerima ajakan Fadly yang memang sering
risiko terlambat, langsung saja menyetop metro- menggodanya. Nonton bersama, ke diskotik
mini walau sarat dengan penumpang. Metro itu bersama; ke restoran mewah bersama. Kencan
langsung berhenti. Sejenak Poppi terpana di dengan Fadly memang lebih enak. Dia lebih
tempat. Gimana cara masuknya? Kok penuh banyak tau tentang tempat-tempat yang biasa
banget? dikunjungi remaja. Yang sebelumnya nggak
pernah dikunjungi Poppi. Tetapi tetap, Poppi
"Ayo, Neng, .cepat! Kosong kok di dalam," rayu merasa ada yang kurang. Saban malam, dia masih
kondektur itu sambil menarik-narik tangan Poppi. sering merasa sendiri lagi. Kebahagiaan itu
Sementara di bangku belakang, sederetan anak memang hadir saat dia berjalan-jalan dengan
muda bersorak-sorak menggodanya. Dia stil Fadly. Tetapi setelah itu, dia seperti dikembalikan
cuwek. kepada dunianya yang sepi. Merasa sendiri lagi di
waktu malam. Aneh, biasanya nggak begini kok.
Poppi naik ke tangga. Dari belakang, kondektur
yang kurang ajar itu mendorong-dorong dia. Dia bener-bener nggak bisa membohongi dirinya
Memaksanya untuk masuk lebih ke dalam lagi. A- sendiri, kalau kadang-kadang saat malam telah
duh . orang kok udah kayak sarden aja? Dijejel- larut-dia rindu pingin ketemu Lupus. Pingin
jejelin. Mana atap metro itu rendah sekali. ngobrol-ngobrol dengannya. Pingin jalan-jalan
Terpaksa Poppi berdiri sambil membungkuk. lagi menelusuri pusat pertokoan. Jalan sama
Berbaur dengan keringat-keringat orang lainnya. Lupus banyak seninya.
Dan ia keki banget, karena cowok-cowok yang
kebagian duduk, nggak mau berdiri untuk
Maka malam itu Poppi sudah nggak tahan lagi. "Lho, apa kamu anggap saya ini nggak punya
Dia buat surat yang panjang sekali buat Lupus. rasio?"
Menanyakan kebenaran gosipnya dengan anak-
anak baru di kelas satu. a ya, Lupus sekarang "Punya, tapi ketutup emosi kamu. Coba aja kamu
sudah naik ke kelas dua. pikir, mana sempat saya pacaran dengan gadis
sebanyak itu. Sama kamu aja, saya udah sering
*** kerepotan. Saya kan meski masih sampingan,
udah kerja juga. Coba-coba belajar cari duit.
Di suatu pagi yang dini, Lupus terlihat Hampir seluruh waktu luang saya tersita untuk
menghampiri Poppi yang sendirian di kantin sepi. kerjaan saya di majalah. Wawancara, nulis berita,
Anak-anak banyak yang belum datang. Memang - les Inggris, melukis, belum lagi kalau di kampung
sudah diatur begitu kok, supaya suasananya lebih ada kondangan. Kan rugi sekali kalau enggak
mesra. datang.

"Hai, Pop, saya udah terima surat kamu. Hebat. "Jadi mana sempat? Dan semua itu saya lakukan
Ternyata kamu berbakat jadi pengarang novelet," demi kamu., Demi masa depan saya...."
sapa Lupus begitu dekat. Poppi membuang muka.
Poppi jadi diam. Tapi toh belum puas, "Lalu,
Tapi, oh God, dia rindu suara jelek Lupus itu. ngapain kamu setiap masuk sekolah sering
ngeceng ke kelas-kelas satu heh? Pokoknya saya
"Dan sekarang terbongkar bukan skandal-skandal minta PHK!"
mu dengan para bintang-bintang baru itu? Iya?"
sahut Poppi ketus. "Apa itu PHK?"

"Hei, you have no right to say like that to me!" "Putus Hubungan Kekasih."
Lupus jadi serius.
"Aduh, Poppi, kamu kok sempit amat pikirannya?
"0, yes I do!" Poppi nggak mau kalah, "Ngaku aja. Saya ke kelas satu itu juga dalam rangka tugas.
Beritanya sudah menyebar kok. Kamu pacaran Kali ini saya mau nulis abis-abisan tentang posma
sama artis Evita itu, sama anak kelas satu atau sekolah. Yang meski dilarang, tapi masih juga
sama anaknya ibu kantin yang di Bandung. Iya, ada. Dan sebetulnya tujuannya kan baik. Buat
kan? Apa sih yang kurang dari saya selama ini? menjalin keakraban, asal tidak disalahgunakan.
Saya sudah cukup pengertian, cukup sabar, Itulah, makanya saya bolak-balik ke kelas satu.
cukup... apa lagi ya?" Minta pendapat dari masing-masing mereka.
Kamu ngerti kan sekarang?"
"Cukup kasih sayang...."
Poppi diam.
"Ya, betul. Cukup kasih sayang. Terus apa lagi
yang kamu tuntut, he?" "Sebetulnya saya sedih banget nggak ketemu-
ketemu kamu. Apalagi saya tau kamu belakangan
"Enggak ada. Saya nggak nuntut apa-apa kok. ini sering pergi sama Fadly. Iya, kan?" Lupus
Cuma kamu lupa, pacaran itu juga harus pake berkata sedih.
rasio dong. Pake pikiran yang matang.
Kedewasaan." Kali ini Poppi benar-benar terharu. "Kamu
cemburu ya, Pus?"
"Iya. " sih SMA Merah Putih' itu? Kayak lembaga yang
gimanaaa gitu. Mau masuk aja harus ikut PPS,
"Lupus..., sebetulnya saya nggak mau begitu. Posma, Mapram, Mapras, Plonco, dsb, dst, dll....
Saya cuma cari kompensasi aja. Abis kamu juga
sih gara-garanya. T api sekarang saya percaya kok Padahal pas udah jadi pelajar beneran juga belum
sama kamu...," suara Poppi makin pelan. Dan temu serius belajar. Nggak terus jadi hebat, kuat
mereka saling membisu. mental, tahan cobaan, dsb! Kebanyakan malesnya.
Sekolah cuma buat formalitas, iseng-iseng
Suasana haru itu terganggu ketika seorang gadis daripada nganggur. Numpang bercanda, nggosip,
masuk ke kantin. Celingak-celinguk ke dalam. nampang, cari perhatian, nyombong... wah,
Dan matanya bersinar ketika melihat Lupus. macem-macem deh. Iya, kan? Hayo, ngaku aja.

"Eh, Kakak namanya Lupus ya?" sahut gadis itu Makanya, buat apa ikutan program tersebut?
kemudian.
Apalah artinya jika setelah itu kita masih bersikap
Lupus mengangguk heran. childish. Kekanak-kanakan. Apa tujuan program
itu diadakan! Jawaban dari mereka-mereka adalah
"Aduh, dari tadi dicariin. Ini lho, ada titipan surat (sudah pasti) klise, "Begini, soalnya agar para
dari Wida. Tau, kan? Yang anak kelas satu itu. siswa nantinya cinta pada sekolah 1m, mentalnya
Katanya balesan surat Kakak yang kemarin....” kuat. Ini kan sebagai tes mental. Sebagai cobaan.
Supaya begini agar nanti begitu...."
Poppi langsung melotot ke arah Lupus.
Gombal!
"Eh, sabar, Pop. Sabar. Namanya juga orang
usaha. .. kan boleh. Sabar dong kamunya. Siapa Ketahuilah bahwa tes mental yang sebenarnya ada
tau isinya ditolak...." pada kehidupan yang sedang kita jalani.
Bagaimana kita menghadapi segala cobaan yang
Tapi Poppi langsung pergi meninggalkan Lupus. menerpa diri kita. Itu baru namanya tes mental!
Tinggal Lupus yang kerepotan seharian merayu Bukan seperti Posma, Mapras, Plonco..., yang
Poppi.. .. begini sih apaan. Norak! Yang ada di kegiatan
tersebut cuma sandiwara belaka. Kepura-puraan
yang nggak lucu. Permainan orang-orang
frustrasi, gila hormat, gila perhatian, kompensasi
5. Ngritik Ni Ye... negatif..., pokoknya nggak sehat sama sekali.

PPS, Posma, Plonco, Mapram, Mapras atau apa Apa sih yang mau ditunjukin oleh mereka-mereka
kek namanya, persetan! sebagai panitia program tersebut? Memerintah ini
dan itu, marah-marah, membentak-bentak orang
Gini ya, sebetulnya saya masih nggak ngerti apa tanpa alasan yang jelas (pura-pura galak ni ye...).
yang bisa ditarik dan didapat dari program kuno Emangnya main drama? Atau mungkin mereka
norak tersebut. Coba apa? Apa hikmah pelajaran adalah para seniman gagal? Bisa jadi.
yang didapat dari itu semua? Terus terang, saya
antipati dengan yang begituan itu. Hanya orang- Tapi, apa nggak ada cara yang lebih manusiawi?
orang yang bodo aja yang mau terjebak ikut Terutama kalau di universitas-universitas. Ih! Kan
gituan' Beneran. Saya heran, kok ya selama ini ada penataran P4 sebagai gantinya itu semua.
ada orang yang mau ngikut program gituan. Apa Jangan dikira orang-orang yang digojlok .itu
nggak sakit hati, lho! Mereka kan juga manusia, Jika saja saya nantinya mengalami hal-hal seperti
bukan robot. tersebut di atas dan untuk itu saya diberi sertifikat
Posma/PPS, saya akan bakar kertas sialan itu.
Ada juga yang bilang sebagai perkenalan antara
para senior dengan murid baru. Kayaknya kalau Fortunately, I didn't have such a disgusting,
cuma sebagai perkenalan nggak perlu pake miserable and useless thing. Because I didn't and
guling-gulingan di tanah, push-up, muka I'll never participate in an uncivilized program for
dicoreng-coreng kayak Hiawata (kalo nggak tau the rest of my life. Honest! (Yang masih susah
Hiawata, Humpa-pa juga boleh!) menangkap arti kata-kata ini, atau emang nggak
ngerti sama sekali, bunuh diri aja mendingan.:..)
Demi Tuhan, dari kecil saya nggak punya cita-cita
untuk diperlakukan seperti itu. Udah gitu seharian Sembilan dari sepuluh dokter yang saya minta
lagi. Kadang sampai malam (katanya!). pendapatnya mengatakan bahwa Posma tidak baik
dan sangat tidak sehat bagi perkembangan mental.
Coba bayangkan, bagaimana kalau sampai ada Memperlemah daya hidup. Dengan kata lain,
yang pingsan lalu koit. Mungkin saya terlalu hanya orang-orang idiot sajalah yang mau
berlebihan dan emosional dalam melihat masalah mengikuti, dan hanya orang-orang yang
ini, tapi bukan tak mungkin hal itu terjadi. berpenyakit jiwa sajalah yang terlibat sebagai
Soalnya daya tahan orang kan nggak sama. panitia.
Terutama yang cewek-cewek. Coba bayangkan,
bagaimana perasaan orang tua mereka jika anak Bener. It's okay? Mudah-mudahan selebaran ini
yang diharapkan untuk jadi 'orang', meninggal bisa jadi input buat kita. Agar mata hati kita jadi
hanya gara-gara ikut Posma. Saya bukan terbuka. Abu Nidal.
mengada-ada nih. Emang bener ada. Adda aja!
Adalah bohong alias nonsense bahwa Posma itu ***
untuk menambah keakraban antara para senior
dengan siswa baru (sok akrab ah!). Kalau mau Itulah selebaran yang beredar tadi pagi. Ditempel
akrab, kenapa nggak kenalan aja secara baik-baik di tembok-tembok, di papan pengumuman atau di
dalam suasana damai dan bersahabat. Kan lebih kantin. Dan tentu saja para panitia Mapras seperti
simpatik dan beradab, ya nggak? Percaya deh, ditempeli tai kodok wajahnya. Marah, malu,
program 'pembantaian' itu sungguh nggak sehat. kesal. Tapi siapa yang mengedarkan selebaran
Cuma menimbulkan rasa tak senang, rasa gelap itu? Yang meminjam nama teroris jebolan
dendam, rasa permusuhan dan rasa-rasa antipati. PLO itu? Gila, penulis gelap itu benar-benar mau
Pokoknya yang bersifat negatif. cari setori.

Bayangkan, udah uang sekolah masuk SMA ini Bisa ditebak, Andang-lah yang paling
mahal, ikut Posma (bayar uang formulir juga), kebingungan dengan beredarnya selebaran gelap
disiksa.... Wah! Tapi kok pada nurut aja? Aneh tersebut. Soalnya, dia yang paling ambisius
tapi nyata. Berontak dong! Kita kan di negara ini mengadakan program Mapras itu.
punya hak untuk bersuara. Bebas. Merdeka. Hak -
untuk tidak diperlakukan semena-mena. Sesuai Kemarin-kemarin, dia memang nampak (sok)
dengan UUD '45 pasal 28 dan pasal 27 ayat 2 sibuk sekali ngurusin pembentukan panitia. Walau
(Cie... hapal ni ye...). . bukan ketua OSIS, tapi semangatnya melebihi
semangat kaum pejuang angkatan '45. Waktu ada
rapat panitia, bicaranya berapi-api. Kayak uler
naga.
Makanya, kini dia bingung sekali. Dengan cepat, anak-anak senior tak punya izin dari kepala
dia mengumpulkan para anak buahnya dalam sekolah.
rapat gelap seusai sekolah.
Makanya mereka sekarang kebingungan. .
"Bagaimana ini? Semua bisa berantakan.
Bagaimana mungkin kita bisa kecolongan kayak "Ayo dong, gimana jalan keluarnya. Apa kita
gini. Kalian tau semua, pamflet itu sudah tersebar harus mencari siapa yang membuat dan
ke mana-mana. Semua anak baru pasti sudah menyebarkan pamflet tersebut? Ayo dong. Ada
membaca. Dan bagaimana kalau mereka pendapat nggak? Lupus, kamu kok dari tadi diem
terpengaruh dan mengadakan aksi protes? Huh, melulu. Gimana nih wartawan kita...."
sial. Pasti ada oknum yang nggak suka sama
rencana kita bikin Mapras. Memang sih, kegiatan Lupus cuma menggaruk-garuk rambutnya dengan
kayak begini nggak boleh lagi. Tapi yang males. Dia di samping ngantuk memang lagi sedih
namanya tradisi nggak boleh hilang dong!" banget. Gara-gara di- PHK sama ceweknya,
Andang nyerocos. Poppi. Jadi sama sekali nggak lagi mood untuk
ngasih ide. Andang pun melemparkan pertanyaan
Teman-temannya cuma manggut-manggut aja. kepada anak lainnya. Di situ ada Irvan, Boim
playboy duren tiga, Andy, Roni, bahkan Ruri
Lupus juga. Lagi nggak interes sama kicauan biang gosip yang cerewet. Tumben, kali ini Ruri
Andang. Dia ngamuk berat. Ini kan jamnya orang nggak banyak omong. Mungkin lagi sakit gigi.
tidur siang. Mending kalau rapatnya ada Tapi kompensasinya jadi kentut melulu. Sudah
konsumsi. Huh! tiga anak jadi korban, dan pindah tempat duduk.
Nggak mau dekat-dekat dia lagi.
Tapi kamu nggak tau masalahnya, ya? Gini. Si
Andang, dengan rekomendasi dari ketua OSIS Rapat pun semakin ramai ketika ketua OSIS
terpilih jadi ketua program Mapras. Kegiatan ini muncul. Anak-anak lain juga mulai berdatangan.
sendiri secara tertulis sebetulnya tidak boleh. Pun Membahas kemungkinan siapa yang membuat
di universitas-universitas. Diganti dengan yang pamflet itu. Membahas jalan keluar yang
lebih mendidik, seperti P4, kebersihan kelas, dan ditempuh. Ketika mereka saling berdebat, Lupus
sebagainya! Tapi, seperti biasa, apa yang tertulis jadi suntuk. Secara diam-diam dia menyelinap
tidak selalu cocok dengan kenyataannya. Apalagi keluar.
SMA Merah Putih ini bukan sekolah negeri. Jadi
peraturan bisa sedikit lain dengan negeri. Dan Dia memang kurang suka acara begituan.
Mapras itu sudah mentradisi di setiap tahun ajaran Mending jajan, terus pulang.
baru. Nggak berat sih, nggak kayak di universitas
swasta. Tapi ya yang namanya Mapras, tetap saja ***
nyebelin. Jadi nggak adil dong kalau tahun ini
program gelap itu ditiadakan. Makanya anak-anak Sampai keesokan harinya, mereka para senior
kelas dua dan tiga ngotot mau mengadakan belum menemukan jalan keluar yang baik. Juga
Mapras. Sedangkan guru-guru cuma angkat bahu siapa penulis selebaran gelap itu. Meski sudah
saja, memaklumi acara yang sudah mentradisi ini. dipastikan ada dua kemungkinan; anak baru atau
justru seorang senior yang nggak setuju
Tapi kalau anak-anak kelas satunya berontak, diadakannya acara tersebut.
berarti mengancam kelangsungan jalannya
kegiatan tersebut. Beneran. Soalnya secara resmi, Cuma Lupus yang kelihatan tak peduli.
Ketika bel istirahat, dia duduk sendirian di malam hari. Dan sekaligus memudahkan saya
belakang kantin. Menikmati bihun goreng yang mencari rumahmu.
dibungkus daun. Secara iseng membaca selebaran
yang konon membuat heboh itu. Sebagian "Ngomong-ngomong, jago juga Inggris-mu.
memang sudah dirobek, tapi secara misterius bisa Belajar di mana? Pernah ke luar negeri, ya?"
muncul kembali. tanya Lupus panjang lebar.

Lupus membaca dengan saksama. Hm, boleh Rina tak menjawab. Dia masih tampak ketakutan.
juga, gumamnya. Tapi tiba-tiba dia menemukan
sesuatu. Sesuatu yang mungkin bisa mengungkap "Tap... tapi, Kak, saya tidak... eh, maksud saya,
kan rahasia si penulis gelap tersebut. Ini pasti saya cuma melampiaskan rasa kesal saya. Saya
bikinan anak baru. Yang nggak setuju diadakan benci sekali acara mapras-maprasan seperti itu."
Mapras. Karena di beberapa bagian, dia
menyebutkan bahwa dia belum pernah mengikuti "Kenapa?"
Mapras. Dan meski tampak berusaha
menghilangkan identitas, emosinya menunjukkan Dia tak segera menjawab. Seperti menimbang-
emosi seorang cewek. Ditambah beberapa kalimat nimbang dulu. Lupus tetap menunggu.
berbahasa Inggris yang kelihatan nge-prof. Aha,
dengan data-data ini masak nggak bisa "Karena Kakak saya. Dia cedera waktu ikut
menemukan siapa penulisnya? Mapras di universitasnya. Ketika itu dia disuruh
membawa balon gas yang banyak ke atas gedung
*** untuk dilepaskan. Tiba-tiba ada seorang panitia
yang merokok. Apinya mengenai balon tersebut.
Lupus sama sekali tak mengira kalau yang Seketika meledak. Wajah kakak saya terbakar.
namanya Rina itu orangnya kecil, lembut dan Terpaksa dirawat di rumah sakit. Siapa yang
ehm, manis. Anak itu begitu pucat dan ketakutan menanggung risiko kalau begini?"
ketika sadar bahwa rahasianya telah terbongkar.
Lupus tercekat. Dia melihat mata Rina berair.
"Nggak sulit, tadinya cuma menebak aja. Saya
melihat ada tiga petunjuk. Pamflet itu Dia sendiri sebetulnya kurang suka pada acara
menunjukkan kelincahan, emosi, dan kemampuan tersebut. Apalagi kalau mendengar cerita-cerita
berbahasa Inggris si penulis. Tak banyak yang orang lain yang tampak sadis. Pantas saja Rina
memiliki tiga kelebihan seperti itu. Maka saya begitu menentang mapras di SMA Merah Putih.
pergi ke kantor administrasi sekolah. Melihat
semua data anak kelas satu. Kamu mungkin ingat, "Tapi kamu lupa, Rin, itu kan di universitas. Dan
ketika baru masuk sekolah setiap siswa kini juga mulai dilarang kalau sampai keterlaluan.
diharuskan menyerahkan biografi singkat beserta Itu juga bukan disengaja. Nah, untuk SMA kita,
prestasi yang pernah diraih, untuk memudahkan nggak terlalu berat kok. Paling membersihkan
penyaluran pelajaran ekstrakurikuler. Iya, kan? halaman, kelas, dan-yeah, dibentak-bentak sedikit.
Dan di situ saya membaca namamu. Rina. Kamu tau, Rin, masa-masa perkenalan sekolah itu
Prestasi: juara mengarang berbahasa Inggris yang adalah masa yang paling berkesan buat kita,
diadakan oleh UNICEF. Nah, klop sudah. Hanya sebagai remaja. Saat kita merasa senasib, nggak
kamu yang memenuhi tiga petunjuk itu. Ditambah beda kaya atau miskin. Sama-sama dicabut
lagi alamat rumahmu dekat dengan sekolah. Itu haknya. Pokoknya berkesan deh, meski kalau
memudahkan kamu untuk menempel pamflet di disuruh mengulangi... wah. Amit-amit. Ogah.
Saya juga tadinya benci sekali. Tapi pas malam
terakhir, di mana kita semua bikin acara ke luar Semua menyanyikan lagu Auld Lang Syne.
kota, wah- rasanya terharu sekali. Rugi deh, kalau
nggak pernah ngerasain." Tapi sebetulnya lagu itu lebih pantas Lupus
nyanyikan untuk Poppi, bukan untuk Rina. Dan
Dan beberapa hari kemudian, Mapras itu sendiri kayaknya sekarang sudah jelas, apa arti Mapras
tetap dilaksanakan. Kep-sek berbaik hati bagi mereka semua. Ya, apa lagi sih kalo bukan
menurunkan izin resminya, sehingga anak-anak cari jodoh. He he he....
kelas satu mau nggak mau harus ikut. Tentu saja
Lupus tetap merahasiakan identitas Rina,
sehingga ketika Mapras itu berlangsung, para
panitia sudah melupakan selebaran tersebut. 6. Permen. Karet

Lupus kini sedang sibuk mencari-cari Rina di PERNAH sakit gigi?


antara para siswa baru yang dikuncir lima
rambutnya. Maksudnya, siswa cewek, gitu. Semua Kalau mau tau rasanya, tanya aja sama Lupus.
siswa baru itu sedang mendapat tugas meminta Sekarang ini dia lagi uring-uringan banget nggak
tanda tangan para senior sebanyak-banyaknya. bisa tidur gara-gara sakit gigi. Rasanya,
Tentu saja para senior jadi serasa bintang film ngujubileh! Senut-senut kayak disetrum listrik
ngetop, dikejar-kejar untuk dimintai tanda tangan. ribuan watt. Kalau disuruh milih, Lupus lebih mau
sakit hati daripada sakit gigi. Kalau sakit hati kan
Hm, Rina bener juga. Anak-anak senior memang setidak-tidaknya bisa cuwek. Nggak usah
lagi pada norak. Apalagi Boim. Dengan dipikirin, walau hatinya dongkol. Tapi kalau sakit
kampungannya dia menyuruh setiap siswa baru gigi? Gimana bisa cuwek? Tidur aja nggak bisa.
merayunya untuk mendapatkan satu tanda tangan. Padahal segala macam obat sudah dicoba. Dari
ramuan tradisional macam minum air garam,
"Lupuuuus..." panggilan nyaring di kejauhan menetesi gigi dengan getah daun kemboja, sampai
mengagetkannya. Lupus menoleh, eh... itu dia si minum antibiotika, tetap aja terasa sakit.
Rina. Berlari-lari kecil ke arahnya sambil tertawa
senang. Dasar penyakit nggak tau diri. Padahal kan ini sda
leat jam dua belas malam. Waktunya orang lain
"Trims ya, kamu nggak ngadu soal selebaran itu. tertidur nyenyak. Mbok ya ditunda dulu
Bayangin aja kalau para senior tau. Wah, saya dilanjutkan besok pagi. Kasihan kan si Lupus
bakalan dikerjain. O ya, minta tanda tangannya nggak bisa tidur. Mana besok pagi ada ulangan
dong, Kak Lupus." lagi.

Lupus tersenyum sambil memberikan sepuluh Tapi Lupus memang bandel juga sih. Kebanyakan
tanda tangan di buku Rina. makan permen karet atau makanan yang manis-
manis lainnya. Makanya nggak heran kalau
Dan ketika Mapras berakhir, semua siswa baru giginya jelek banget. Pada bolong-bolong. (Tapi
berkumpul membentuk lingkaran api unggun. nggak kuning, lho. Dia cukup rajin gosok gigi
Udara malam dingin menggigit. Tapi kehangatan kok. Sehari tiga kali.)
menyelimuti masing-masing siswa. Irvan, tampak
lengket dengan salah satu siswa baru. Boim juga Sebetulnya tadi siang, waktu Lupus mengeluh
begitu. Apalagi Andang. Wih, mesra. Maka nggak terus karena sakit gigi, ibunya sudah menyuruh ke
salah kalau Lupus pun berdiri berdekatan dengan dokter gigi. Tapi Lupus ogah. Dia paling alergi
Rina. pergi ke dokter. Ngeri ngeliat alat kedokteran
yang tajem-tajem. "Serasa menyerahkan diri "Iya. Waktu itu dia langsung ngirim surat sama
untuk dibantai!" tolaknya. Reagan. Isinya singkat, 'Ngebom ni ye...' "

Dan akibatnya sekarang? Semaleman dipaksa Lupus jadi setengah mati menahan senyum.
begadang. Rasanya pingin banget dia teriak keras-
keras. Habis keki, kok yang lain bisa-bisanya Tapi malamnya dia benar-benar kapok. Dan
tertidur lelap. Apalagi si Lulu, adiknya. bersumpah akan ke dokter gigi besok pagi.
Ngoroknya terdengar saingan dengan suara Whatever will be, will be. Mau dicabut kek, dibor
kodok-kodok di luar. Sinkron banget. Seolah ek, atau. skadar dikritik, '0, Lupus, betapa
ngeledek Lupus. Hampir-hampir aja Lupus punya Jeleknya gigimu....' Terserah!
niat jahat membunyikan weker antiknya yang bisa
ngebangunin orang sekelurahan. Biar pada ikutan Dan besoknya, pagi-pagi, dia sudah nongkrong di
bangun. rumah sakit. Di poliklinik gigi. Menunggu dengan
pasrah sampai seorang suster memanggil namanya
Besoknya, Lupus belum mau ke dokter. Dia masih dan menyuruh masuk.
berharap rasa sakitnya akan hilang sendiri.
"Silakan lho, jangan malu-malu...," kata suster itu
"Kan sesuatu itu nggak ada yang abadi...," genit.
kilahnya. Tapi sampai sepulang sekolah, penyakit
itu masih betah mengidap di giginya yang kecil - Lupus mencibir sewot.
kecil.
Dan di dalam, dia diinterogasi dengan pertanyaan-
"Mungkin kamu jarang sikat gigi...,” cetus Boim pertanyaan norak. Seperti, 'Sering sikat gigi?';
kala mereka barengan pulang sekolah. 'Punya sikat gigi berapa di rumah?'; 'Odolnya
pake merek apa?', Apa suka gosok gigi pake batu
"Enak aja nuduh! Kamu barangkali yang kayak bata?'; and so on.
gitu...!" sahut Lupus kesal.
Sampai akhirnya, "Oke deh, saya periksa gigi
Di rumah, Lulu juga berbaik hati menghiburnya. kamu. Silakan duduk di kursi periksa itu."
Coba-coba cerita yang lucu-lucu. Tapi Lupus
nggak ketawa sedikit pun. Lupus nurut. Dan sempat bergidik melihat alat-
alat pembantai yang berjejer di hadapannya.
"Jangan coba-coba ngelucu ya, di kala orang lain Sementara dokter cewek itu memakai penutup
kesusahan! Nggak bakalan sukses!" bentak Lupus hidung (itu lho, kayak orang mau dioperasi), dan
sewot. menyiapkan alat-alat pemeriksa dibantu oleh
suster. Lupus jadi rada tersinggung. Dikata
"Siapa bilang? Kamu aja yang nggak punya sense mulutnya bau banget apa, sampe perlu pakai tutup
of humor yang tinggi. Khadafi aja waktu hidung segala.
negaranya dibom Amerika sempet- ngelawak
juga. Nggak kayak kamu, baru sakit segitu aja Dokter itu lalu menyuruh Lupus membuka mulut
bingungnya kayak orang kebakaran jenggot...." lebar-lebar.

Lupus mengernyitkan alisnya. "Kok kamu tau? "Ck, ck, ck..., giginya jelek amat? Kamu pasti
Baca di mana?" suka makan makanan yang manis-manis, ya?"
Lupus sudah mengira bakalan dikritik begitu. "Hah? Cewek?" Lupus langsung melompat turun.
Makanya dia tabah. "Kok nggak bilang dari tadi? Kece nggak?"

"Ya, Dokter. Saya suka sekali makan permen "Liat aja sendiri. Ogut mau mandi."
karet, coklat."
Lupus langsung nyerobot ke kamar mandi. Cuci
"Kayak anak kecil aja. Makanya giginya pada muka dulu dan sikat gigi bersih-bersih. Lalu -
bolong-bolong begini. Kenapa sih kamu suka berjalan ke depan.
yang manis-manis ?"
"Eh, kamu. Kok tumben datang?" sapa Lupus
"Kan biar tambah manis.... " begitu melihat Rina duduk termalu-malu di teras
rumah.
Dokter itu ketawa ngakak.
"Iya. Eng... saya abis dari rumah sodara di ujung
"Oke deh. Sekarang siap-siap aja. Giginya mau gang sana. Kebetulan lewat sini. Jadi ya mampir
saya tambal. Soalnya kalau terasa sakit, nggak aja. Saya juga nggak bisa lama, kok. Ditungguin
boleh dicabut. Lagian, selama masih bisa Mama. Saya cuma mau ngasih bingkisan ini. Buat
diselamatkan nggak usah dicabut dulu. Jadi tahan kamu. Mau, kan?"
aja. Nggak sakit kok. Paling cuma ngilu sedikit.
Siap?" "Buat saya?" Lupus terheran-heran menerima
bungkusan itu.
Lupus langsung menutup matanya rapat-rapat.
"Iya. Y uk deh, saya pulang dulu...."
***
"Eh, tunggu. Eng, kok cepet-cepet banget?"
Siang itu Lupus lagi tertidur dengan nyenyaknya,
ketika Lulu membangunkan. "Abis ditungguin. sih. Sampe ketemu deh di
sekolah. Yuk!"
"Bangun, Pus, itu ada temen kamu di depan."
"O... iya deh. Makasih banyak, ya?"
"Aaaah, siapa sih? Tamu kok nggak tau waktu. Ini
kan saatnya tidur siang.... Suruh pulang aja deh. Rina tersenyum malu, lalu gadis kecil itu berlari
Saya ngantuk banget...," keluh Lupus malas. ke arah mobil yang berhenti di depan. Sesaat
sebelum pergi, dia melambaikan tangannya.
Dia memang sudah dua hari ini kurang tidur. Lupus membalas dengan senyumnya yang lebar.
Sekarang giliran bisa tidur, dibangunin. Mimpi apa ya dia?

"Apa-apaan sih kamu? Kayak artis aja." Lupus segera membuka bingkisannya. Ada
secarik kertas yang jatuh. Berwarna biru muda.
"Tapi salahnya sendiri datang pada Jam tidur.... " Warna favorit Lupus. Lupus segera
memungutnya, dan membaca.
"Jam tidur? Sekarang sudah setengah lima, tau!
Udah sore. Sana cepet temuin. Kasian kan datang "Buat Kak Lupus,
dari jauh. Cewek lagi...."
Kebetulan tadi saya jalan-jalan di pasar
swalayan, dan saya melihat sekotak permen karet
dalam kemasan yang manis terpampang di sana. luar memang sedang turun hujan (nenek-nenek
Saya jadi ingat kamu. Kamu yang suka mengulum juga tau!). Dan air menggenang di mana-mana. Di
permen karet kalau pulang sekolah. Makanya, lapangan olahraga, di dekat perpustakaan, dan
saya ingin sekali membelikannya untuk kamu. yang paling gila-gilaan di bak WC sekolah. Di
Supaya kamu senang. sana penuh sekali.

Sekarang permen karet itu sudah berada di Juga di jalanan kecil menuju jalan besar. Air got
tanganmu. Untuk sekadar nyenengin saya, mau sudah melimpah ke jalanan. Banjir. Padahal hujan
kan kamu memakannya? Sampai abis juga boleh. turun belum lama. Dan tadi pagi, waktu Lupus
Nanti saya kasih lagi deh. berangkat sekolah, cuaca belum nampak
mendung. Masih cerah. Tapi kini, air menggenang
Salam manis, di mana-mana.

Rina. " Betapa suburnya alam Indonesia.

Lupus nggak tau harus ngomong apa. Mau senang Tapi Lupus tidak bersyukur. Karena dia terpaksa
atau, malah sebel. Senangnya karena dia memang harus menanti hujan reda, untuk dapat pulang
naksir si Rina waktu Mapras kemarin itu. tanpa kehujanan. Bikin kesel aja. Tapi apa boleh
Sebelnya, ya... kamu kan tau sendiri, saat ini dia buat? Terpaksa dia dengan sabarnya bersandar di
baru sembuh dari sakit gigi. Masak disuruh makan dinding sekolah. Sambil mengulum permen karet
permen karet? Satu kotak, lagi. yang rasanya udah ngujubileh pait.

Tapi siapa sih yang bisa mengukur kekuatan Habis bayangin aja, sudah satu jam lebih dia
cinta? Apalagi cinta yang baru saja tumbuh. Maka mengulum, belum dibuang-buang juga. Soalnya
tanpa berpikir panjang, sore itu dia asyik dia memang lagi krisis ekonomi. Duitnya kini
mengulum permen karet lagi. Demi menebus cuma cukup untuk ongkos pulang. Mana perut
dosa, karena dia telah keduluan Rina dalam lapar, lagi.
menyatakan perasaannya. Dan juga supaya Rina
nggak kecewa. Dia sama sekali nggak peduli Sementara teman-temannya yang lain ada yang
sama nasihat dokter untuk tidak memakan permen masih asyik di kantin. Makan bakso hangat sambil
karet lagi. menunggu hujan reda. Ada juga yang masih asyik
di kelas. Sibuk dengan pe-er yang ditugaskan buat
Dan malamnya, sekali lagi Lupus nggak bisa besok. Tapi tak banyak. Kebanyakan dari anak-
tidur. Giginya kumat lagi. Senut-senut kayak anak SMA Merah Putih sudah pada pulang.
kesetrum. Tapi Lupus nggak sedih lagi. Sebab kali Dijemput atau pakai kendaraan yang biasa mereka
ini, meski nggak bisa tidur, ada yang bisa bawa. Ada juga yang nekat hujan-hujanan.
dipikirin.
Lupus tidak termasuk yang mana-mana. Tidak
Dan kadang, sakit gigi itu enak juga lho.... juga yang nekat melawan hujan. Bukannya takut
sakit, tetapi dia sedang membawa pulang tugas
gambar yang akan dikumpulkan besok. Kalau
sampai basah kan nggak lucu juga. Soalnya tadi
7. Ketika Hujan Turun Lagi aja dia mati-matian ngerjainnya. Memproyeksikan
berbagai bentuk bidang, kayak arsitektur
CUACA di luar gelap. Angin bertiup kencang. Ini amatiran. Makanya Lupus nggak mau gambarnya
menandakan sudah tiba musim hujan. Karena di basah.
"Halo, Pus, nggak pulang?" tiba-tiba si Boim Boim manggut-manggut. Lalu dengan langkah
hadir di depannya. Lupus menggeleng. bak panglima perang, dia berjalan menerjang
hujan, menuju sang ratu Svida berteduh.
"Kenapa? Takut kehujanan? Hu... sama aer aja Meninggalkan Lupus yang bersandar sendirian
takut. Kalau mau jadi seorang yang penuh lagi. Dan dia sempat menangkap bayangan yang
kharisma kayak saya ini, hal-hal sepele begini tak menatapnya lewat balik kaca Corona biru tua
akan menjadi halangan. Apa kamu takut kalau yang perlahan lewat di depannya. Poppi. Lupus
kehujanan nanti rambut kamu jadi basah? Nggak segera tersenyum lucu. Tapi eks ceweknya itu
bisa nge-duran-duran kayak gitu lagi? Itulah, segera membuang muka. Ya, nasib! Lupus pun
kalau ketampanan yang kauperoleh bukan langsung membuang pandangan pada anak-anak
ketampanan alami kayak saya. Biar kebasahan, kecil yang asyik bermain bola di lapangan becek
rambut kucluk begini, tetap aja kece. Iya nggak? di luar pekarangan sekolah.
Lihat, saya berani menentang badai sekalipun!"
sahut Boim sambil dengan mantap berjalan ke Semen tara hujan kian deras.
arah hujan.
"H'ai, Lupus! Tak adakah keinginan di hatimu
".:..Dan kau tau, Pus," tambah Boim lagi, “Boim - untuk meninggalkan tempat yang menjemukan
sebagai playboy paling top sejagat - tau betul ini?" tiba-tiba terdengar suara cempreng dari
bagaimana cara menarik perhatian cewek. kamu sampingnya. Lupus kaget setengah mati. Tapi
lihat Svida yang berteduh dekat warung nasi di tanpa menoleh pun, dia tau siapa kali ini yang
sana itu? Nah, ini saat yang tepat untuk datang. Siapa lagi kalau bukan Gusur, seniman
mengalahkan hatinya yang sekeras karang. Sebab kesasar anak bahasa itu ? Yang kalo ngomong
sebenarnya di dalam tasku ada payung. Nah, selalu sok nyastra. Biar dikata kayak Rendra. Ya,
kamu nggak nyangka, kan? Tapi, biarlah saya dia memang rendramania sekali. Ke mana-mana
tidak pakai payung itu. Saya akan khusus selalu bawa tas koper yang isinya penuh puisi-
membawakan untuk Svida. Dia pasti terharu puisi ciptaannya yang katanya akan laku
sekali melihat pengorbanan saya. Basah-basahan dipublikasikan sekian abad kemudian. "Soalnya
demi membela dia supaya enggak kehujanan. puisi-puisi saya adalah puisi yang jauh melangkah
ke depan. Yang baru bisa dinikmati oleh orang-
"Dan kamu tau, Pus," kali ini bicaranya jadi orang masa depan," kilahnya suatu ketika, tetap
mendadak pelan, Sambil mendekatkan membawa koper.
moncongnya ke telinga Lupus. Buset baunya!
Teman-temannya banyak yang bilang dia itu
Dipandangnya Lupus lekat-lekat. "Seorang cewek seniman gagal. T api nggak juga tuh. Dia ternyata
biasanya berprinsip lebih baik pacaran dengan cukup sukses juga. Buktinya setiap ada perayaan
cowok yang mencintainya, walau ia sendiri hari besar, dia selalu dipanggil tampil ke depan
sebenarnya tidak mencintai cowok itu. Dan untuk membacakan puisi karyaI1ya. Kalau sudah
cowok, lebih baik mencintai cewek yang ia cintai, begitu, kardus-kardus bekas teh botol dan
kalau cewek itu tidak mencintainya. Nah, prinsip pembungkus makanan pada berseliweran di udara.
itu yang saya terapkan saat ini. Sebagai konsep Menyemarakkan suasana. Tinggal Gusurnya yang
ke-playboy-an saya. That's true. That's love! sibuk tunggang-langgang ke balik panggung.
Kamu setuju pada pendapat itu?" Berlagak mau ke wc.

"Setuju,” sahut Lupus mantap. "Saya juga lebih Yang lucu lagi, dia tuh orangnya suka sok akrab.
baik pacaran dengan cewek yang saya cintai, Kalau lagi jalan (biasanya suka terbungkuk-
walau cewek itu mencintai saya mati-matian!" bungkuk dan terbatuk-batuk), dia dengan sok
akrabnya menyapa setiap orang yang dia jumpai. Borg dan dipakai di kepala. (Tau, kan? Kalau
Menurutnya, setiap orang yang dijumpai adalah nggak tau berarti kamu lebih norak dari si Gusur.)
para penggemarnya. Perutnya juga rada gendut
(katanya biar lebih mirip Rendra), kadang Udah gitu, payungnya warna full-color lagi.
menyebabkan ritsluiting celananya sulit tertutup Merah, kuning, ijo, biru, pink. Warna-warna yang
rapi. Sehingga nggak jarang udelnya piknik ke menyolok.
mana-mana.
Wah, kentara sekali noraknya. Wong sekolah kok
Di rumahnya dia juga jarang pake baju. Sering sempat-sempatnya bawa payung kayak gitu., Biar
ber-tarsan-ria. 'Biar dibilang seksi, ya? Dan kini, top kali! Tapi barangkali aja sebagai seniman, dia
makhluk ajaib ini sudah berada di sampingnya. punya indra keenam. Punya inner feeling. Lha
buktinya, kok tau-taunya sih bakal turun hujan.
"Hayolah, Pus, berlalu. Kupikir badai prahara ini Pake siap bawa payung topi segala ke sekolah.
kan lama menyelimuti!" bujuknya lagi. Tapi
Lupus diam saja. Cuwek malah. Dan Gusur makin Selanjutnya, karena bujukannya terhadap Lupus
gigih. nggak digubris sedikit pun, lama-lama dia sebel
sendiri. Dengan judes, dia membuang muka,
"Lihatlah halimun hitam di sana," katanya lagi menghindar delikan sewot dari Lupus. Lalu
dengan gaya bak Gatotkaca hendak terbang. "Ia akhirnya pulang sendirian. Wah, lagaknya. Pake
akan datang lagi dengan selaksa ancamannya!" ngingsot segala. Padahal di depan banjir sudah
mulai meninggi. Semata kaki. Tapi sebelum
Lupus makin cuwek. Dia berlagak buang muka. makhluk itu berlalu, sempet juga ia berkicau.
Berlagak asyik memandangi anak-anak yang Masih tetap nyastra. "Tak kumengerti, apa yang
bermain bola. Tapi matanya tetap mengerling. membuatmu terpaku di situ. Atau kau takut?
Dan seniman ini terus ngocol. Tetap nyastra. Ketahuilah, ketakutan adalah belenggu diri yang
"Wahai, Lupus, ketahuilah, jarum-jarum hujan menyesatkan. Karena itu, Pus, bukan salahku
yang jatuh adalah irama alam semesta. Ia andai dikau kutinggalkan. Kita berdiri di dunia
mengajakmu berdansa." (Waktu ngomong begini, kita masing-masing. Kau pengecut, aku berani.
si Gusur turun berputar-putar seperti orang balet. Selamat tinggal, Lupus, hujan telah memanggilku
Bisa dibayangin sendiri deh, gimana orang yang dengan iramanya yang sangat merdu. O, rinai
bulat begitu ber-balet-ria. Lupus setengah mati hujan, 'ku rindu lumat dalam dekapmu!" ujarnya.
menahan senyum. "Maka, mari kita berlalu. Basah
tak jadi apa. Daripada di sini sendiri disiksa Kemudian dia sendiri semakin jauh. Berjalan
berjuta derita. Dingin, resah, dan di dalam tanpa kerepotan meski kostum yang dikenakan
perutmu cacing-cacing protes menuntut haknya nampak complicated sekali. Tingkahnya seperti
(lapar, maksudnya!)." biasa. Terbungkuk-bungkuk. Sementara bibirnya
tetap monyong. Habis sial-siul terus sih.
Lupus jadi mendelik sewot. Dikata cacingan apa?
Kini Lupus sendiri lagi. Makin segen pulang
Saat mendelik itu dia baru sadar bahwa makhluk walau hujan mulai sedikit mereda. Perutnya
yang membujuk Lupus untuk pulang aja meski semakin melilit dengan dingin yang menggigit.
hujan, nampak begitu aneh. Pakaiannya itu lho -
lengkap banget. Jas anti aer, lengkap dengan "Hai, Lupus, belum pulang?" Kali ini ada suara
payung kecil yang sekaligus topi. Itu lho, yang lembut menyapa. Lupus menoleh. N ah, ini! Ini
biasa dipakai pedagang kaki lima kalau lagi baru teman yang menyenangkan, batin Lupus
kepanasan. Yang ada head-bandnya ala Bjorn ketika melihat Anggi yang datang.
"Belum, Gi. Abis hujan terus. Kamu dari mana?" Hati Lupus masih dongkol ketika bis Grogol yang
ditumpanginya berjalan perlahan, karena jalanan
"Dari kantin. Tapi di sana berisik banget. Nggak di situ banjir. Lalu lintas macet total. Mobil-mobil
betah. Mendingan pulang aja. Tapi masih hujan, yang nggak waterproof udah mogok berat.
ya? Padahal nanti so're saya mau latihan gitar!" Walhasil para pengendaranya terpaksa kemping di
jalanan. Nggak bisa pulang. Lupus rada bersyukur
Beberapa saat kemudian, mereka pun terlibat pada juga karena bis yang ditumpanginya masih bisa
percakapan yang mengasyikkan. Sambil menanti jalan terus, meski pelan banget.
hujan reda. Deket cewek cakep begini, laparnya
jadi hilang. Lupus memandang ke luar. Tiba-tiba dia melihat
charade putihnya Tejo sedang terbenam air. Tak
Tiba-tiba sebuah charade putih berhenti tepat di bisa bergerak sedikit pun. Di dalamnya, Tejo lagi
depan mereka berdua. Dari balik jendela, muncul sibuk ngerayu Anggi yang ngambek, karena
wajah Tejo, anak kelas tiga. Dia tersenyum manis pulangnya malah jadi terlambat. Anggi dengan
kepada Anggi. kesal turun, dan berlari ke arah bis yang
ditumpangi Lupus. Meninggalkan Tejo yang
"Mau pulang? Ayo saya anterin. Daripada masih kebingungan dengan mobilnya.
kedinginan di situ."
Lupus jadi ngakak. Apalagi ketika melihat sepatu
Anggi kelihatan ragu. Dia menatap Lupus, seperti dan baju Anggi jadi basah kuyup ketika naik ke
minta pertimbangan. bis Lupus. Sebab hujan yang tadi agak reda, kini
turun lagi.
"Ayo, tunggu apa lagi? Mau tunggu hujan
berhenti? Wah, sampe besok subuh juga nggak "Wah, kamu kok basah-basahan begini, Gi? Nanti
bakalan berhenti-berhenti." sakit, lho!" goda Lupus ketika Anggi berdiri di
dekatnya.
Lupus berbisik pelan, "Jangan mau ikut anak
kelas tiga itu, Gi. Nanti kamu diculik, lho!" "Jangan ngeledek!" Anggi cemberut.

Tapi Tejo terus memaksa. Akhirnya Anggi nurut. Sementara di luar hujan masih turun. Dan di
"Tapi ajak teman saya ini juga, ya?" pinta Anggi. tengah jalan: Lupus sempat melihat Gusur, si
Tejo melirik dikit pada Lupus. Lirikan tak seniman itu, basah kuyup karena kejebur got. Lha
bersahabat. "Ya, bolehlah.... Dia turun di mana?" iya, abis kalo banjir got-gotnya kan jadi nggak
kelihatan. Dan kamu tau, seniman ini memang
"Eh-enggak usah. Makasih aja deh. Saya bisa paling grasa-grusu kalo jalan. Pokoknya asal
pulang sendiri, kok!" sahin Lupus cepat-cepat. tancap gas aja. Dan akhirnya ia dimakan
keyakinannya sendiri.
Anggi pun naik, setelah ber-auld Lang syne sama
Lupus. Sedang Tejo tak mengatakan apa-apa. Lupus nggak bisa menahan ketawa lagi. Dia
Langsung duduk di charade-nya dan tancap gas. ngakak keras sekali. Sampai orang-orang sebis
Meninggalkan cipratan air di muka Lupus. memandang curiga padanya. Tapi Lupus tak
peduli.
"Dodol!!!" teriak Lupus keki. Udah nyulik teman
dengan paksa, nggak tau diri, lagi!

*** 8. Pergi Berenang


SETIAP hari Jumat, SMA Merah Putih, tempat rumah Gusur, yang kebetulan memang tak jauh
Lupus yang kesohor itu (he he he, katanya lho!) dari sekolah. Lupus yang lagi segen jalan
sekolah, mengadakan kegiatan renang. Praktis (maunya naik kapal terbang 'kali!), jelas memaki-
hari itu menjadi hari yang istimewa buat mereka. maki, Si Gusur dari dulu memang kepingin jadi
orang penting. Tapi caranya itu yang selalu salah!
Bayangkan saja, gimana nggak asyik kalau pada
saat itu semua siswa, dari berbagai kelas yang se- Di panas terik memari, mereka pun bersama-sama
lifting sama Lupus, bisa saling bertemu. Berenang jalan sehat ke rumah Gusur. Dan setibanya di
sama-sama, bermain kejar-kejaran di air. Dan Pak rumah Gusur, anak-anak menemui kesebalan yang
Kurdi, guru olahraga mereka yang kalau ngajar sempurna. Seperti' biasa, seniman ini cuma
lagaknya kayak Triman Srimulat, menjadi pelatih bercawat doang kalo di rumah. Tak peduli ada
mereka. Eh, beneran lho, kalau dia lagi kebetulan tamu atau tidak. Yang punya pikiran ngeres, kali
ngajar teori olahraga di kelas, tangan sebelahnya udah ngebayangin yang enggak-enggak aja. Tapi
selalu berkacak pinggang, sementara kepalanya sebetulnya seniman ini lagi sakral. Umung aja dia
suka goyang-goyang ke kanan ke kiri. Lucu itu cowok. Kalo .cewek barangkali udah hamil
sekali, kayak boneka India. Mungkin dia emang melulu... (hus!). Sementara perutnya yang rada
nggak bakat ngajar. Bisanya cuma senam pagi gendut itu dipertontonkan ke mana-mana. Buset,
doang di lapangan. Sehingga kalau lagi kayak tari perut aja. Anak-anak jadi sebel.
membelakangi murid, Lupus dan beberapa teman-
temannya suka iseng ikut menggoyang- "Halo, teman-teman sejawat, angin apa rupanya
goyangkan kepalanya ngikutin dia. Tapi dianya yang membawa kalian begitu kompak datang ke
cuwek aia, nggak pernah marah. Atau emang padepokanku?" sapanya tanpa dosa sambil
nggak tau? Entahlah, yang pasti dia tuh kayaknya memegang secarik kertas di tangan kirinya.
orangnya happy terus. Nggak pernah sedih. Rambutnya yang mulai gondrong, tumbuh gila-
gilaan di kepala, di atas bibir, dagu, ketiak dan...
Dan biasanya tiap selesai sholat Jumat di sekolah, di bagian yang kayaknya rada kurang sopan
anak-anak tidak langsung pulang. Melainkan disebutkan di sini. (Kalau tetap penasaran kirim
makan di kantin, mengobrol, sambil menunggu surat aja ke saya, nanti saya kasih tau!)
berangkat ke kolam renang. Lupus beserta
beberapa rekannya sudah punya rencana dengan Pertanyaan sok polos itu tentu membuat Lupus
Gusur, anak bahasa yang sableng itu. Mau main makin mangkel. Kontan aja Lupus nyap-nyap.
polo air. Tapi dari tadi ditunggu-tunggu Gusurnya Memaki Gusur yang tidak menepati janji datang
belum dateng juga. Padahal bis sekolah yang ke sekolah. Tapi jawaban Gusur cukup membuat
membawa mereka ke kolam renang sudah ready Lupus dan teman-temannya melongo.
to go. Wah, menyebalkan sekali.
"Daku memang pernah merasa meletakkan janji
"Ke mana seniman sableng itu!" maki Andang pada kalian, namun lihatlah, sejenak lagi sajak
kesal. "Janjinya kan mau ngumpul di sini!" masterpiece-ku bakal lahir. Dan itu lebih penting
dari segalanya. Maka persetan dengan janji-janji
"Wah, dia nggak tau kali kalau menunggu itu yang pernah kulontarkan kepada kalian!"
adalah pekerjaan yang paling menyebalkan. Kalau
bukan dia yang pegang bolanya, sebodo amat! Duile, kekinya anak-anak nggak ketulungan lagi!
Kita tinggalin aja!" lanjut Boim. Udah capek-capek nyamperin, ternyata yang
disamper cuwek-cuwek aja. Malah sekarang
Yang lain cuma mengangguk-angguk. Dan mau tangannya diacungkm ke atas dengan kertas yang
tak mau mereka terpaksa harus menyamper ke melambai-lambai, sementara wajahnya dibuang
ke belakang. Mirip Rendra lagi baca puisi. Lupus Kadang orang yang suka ngigo macam Gusur itu
yang keki jadi penasaran merebut kertas yang kan enggak bisa menyembunyikan rahasianya.
dipegang Gusur. Bujubune, isinya sebuah puisi Dan di kamarnya kalau mau tau, banyak ditempeli
yang berjudul, Wanita adalah Dusta! foto-foto cewek kece teman-temannya. Lupus
pernah masuk ke kamarnya dan memergoki. Dan
Konon makhluk yang satu ini memang rada kalau sudah begitu dia suka bilang sendiri, cewek
dingin terhadap cewek. Sok frigid, gitu! Di adalah sumber inspirasi.
sekolah umpamanya, teman-teman yang lain udah
pada pacaran, eh dia sih masih tetap sendiri. Tapi kini, kala teman-temannya menjemputnya,
Kayak lagunya Dian Piesesha. Dia pernah bilang, dia menunjukkan sikap jual mahalnya kepada
perempuan di matanya hanya menduduki wanita. Berlagak nggak mau ikut. Sok cuwek. Sok
peringkat kesekian setelah sajak dan sebagainya. antipati. Sok dingin. Tapi memang semua
Yeah, maklumlah, dia memang seniman. Tapi temannya mengira sang seniman ini rada kurang
Lupus tau banget, kalau Gusur ini belum pacaran, respek terhadap wanita. Menganggap lebih
bukan berarti dia nggak kepingin. Lha mementingkan sajak-sajaknya daripada cewek.
masalahnya, mana ada cewek yang betah sama Selama ini dia emang nggak pernah ikut renang
dia? Yang kalau nerima tamu, nggak peduli dengan alasan tersebut. Pendek kata, biar Brooke
cewek atau cowok, cuma bercawat, yang kalau Shield naksir dia, dia nggak bakalan bergeming.
ngomong sablengnya minta ampun, semen tara Apa bener tuh?
jenggotnya yang aduhai, itu lebih mirip jenggot
bandot ketimbang... Oma Irama. Lagian "Sikap yang bikin orang penasaran itu memang
pengetahuan umumnya paling sekitar sajak-sajak patut kamu pertahankan, Sur. Biar nggak berkesan
dan nama-nama penyair doang, sementara cewek murahan. Agak tahan harga, gitu! Sebagai
satu sekolahnya kan lebih suka ngomongin artis, seniman kamu memang harus punya sikap. Jangan
grup band barat, dan segala yang berbau modern. mudah terpengaruh!" kata Lupus setengah
Jelas nggak nyambung dong! meledek.

"Kamu jangan norak dong, Sur! Di sana kan kita Gusur malah makin mengangguk-angguk.
bisa main sama anak-anak, ngeceng cewek-cewek
yang lagi berenang. Bodinya itu lho, kan pada "Tapi buat orang-orang yang diobral aja belum
asyik-asyik!" cetus Boim. tentu laku, buat apa pake tahan harga segala?"
lanjut Lupus, disertai wajah dongkol dari Gusur.
"Wanita? Huh-sudah kubilang, wanita itu adalah Tapi akhirnya dengan berat, Gusur pun ikutan
belenggu kreativitas. Dan sajak-sajakku bukan anak-anak ke kolam renang. Supaya tetap
konsumsi cinta kasih murahan, tetapi sajak yang mengesankan bahwa dia tak begitu berminat,
melenting jauh ke masa depan. Jadi buat apa? Ya jalannya dibikin segontai mungkin. Duile....
nggak cocok jika kehidupan kepenyairanku saat
ini dimasuki oleh makhluk berjenis wanita!" ***
katanya tetap sombong. Dan itu jelas bo-ong.
Sebab Lupus yakin, kalau aja ada cewek yang Lupus sendiri, kalau enggak mengingat ancaman
nekat mau sama dia, kontan diterima. Gimana guru olahraga, rasanya segen ikut-ikut berenang.
enggak? Kalau lagi tidur dia suka ngigo kepingin bukan apa-apa, badannya yang selembar itu sering
punya cewek. Nah Lo, nggak bisa mungkir lagi jadi bahan ledekan teman-temannya. Makanya dia
dia. nggak berani lama-lama berada di atas kolam
renang. Begitu masuk, langsung jebur. Soalnya
pernah kejadian, lagi asyik-asyiknya berjemur di
sisi kolam renang (ceritanya biar kayak orang seseorang mendorongnya dari belakang. Begitu
barat, gitu!), ada ibu-ibu yang langsung aja cepat, sehingga Lupus kaget, dan tulang
kepingin nyuci bajunya di dada Lupus. Dikira keringnya terbentur keras di tepi kolam. Lupus
papan cucian. Wah, Lupus dongkol setengah mati. meringis kesakitan sambil terjatuh ke dalam
kolam.
"Pus, kamu sih tinggal dikasih garam, lalu
dijemur, jadi deh ikan asin...." begitu anak-anak Dengan susah payah dia naik ke atas kolam, dan
suka ngatain. Sialan nggak tuh! memandang sekelilingnya. Siapa tadi yang begitu
nakal telah mendorongnya? Tapi tak seorang pun
Tapi kali ini Lupus cukup cuwek. Begitu bis yang patut dicurigai, karena masing-masing lagi
memasuki pekarangan parkir kolam renang, anak- asyik sibuk dengan permainannya. Dengan
anak mulai berhamburan turun. Berlomba-lomba terpincang-pincang, Lupus pun mengambil
memasuki pintu masuk yang sempit. Lalu handuknya dan beristirahat di bangku kosong.
langsung masuk ke ruang ganti baju dan penitipan
barang. Beberapa menit kemudian, mereka semua Sebentar kemudian, dia melihat Anto, anak
sudah berada di kolam renang. Yang paling seru pendiam itu duduk di bangku atas sambil asyik
sih ngeliatin perlengkapan renangnya si Gusur. dengan kekerannya (atau istilah kerennya teleskop
Buset tuh anak, tadi ngakunya segen berenang, binokular). Dia memang nggak pernah ikut
tapi ternyata kini bawa masker, sepatu katak, dan berenang. Katanya takut kena air. Kayak kambing
alat-alat menyelam lainnya. Lengkap deh, kayak aja. Kebalikan dari Lupus. Lupus kalau melihat
penyelam-penyelam mutiara. Dan kerjaannya dari air bawaannya kepingin berenang melulu.
tadi ya menyelam terus. Ngintipin bodi cewek Keturunan bebek kali.
dari bawah air. Kayaknya semuanya itu memang
sudah dipersiapkan dan direncanakan dari rumah. Si Anto ini dari tadi kerjaannya memang
meneropong cewek-cewek yang lagi berenang.
Sementara anak-anak yang lain mulai ramai Dari Jumat ke Jumat, saat anak -anak yang
bermain polo air, kejar-kejaran. Tak seorang pun lainnya pada asyik berenang, dia malah asyik
yang mempedulikan Pak Kurdi yang sibuk teriak- mengatur strategi untuk mengintip. Gila bener
teriak melatih bagaimana cara renang yang baik. anak itu! pikir Lupus. Makanya kalo orang
Kayaknya semua teori yang diajarkan di kelas, pendiem itu kadang memang patut dicurigai.
selalu tak pernah berfungsi buat mereka. Karena Apalagi yang sok frigid macam si Gusur. Pura-
setibanya di kolam renang, mereka semua punya pura dingin, pura-pura menolak, nggak taunya...
gaya berenang yang seragam. Gaya berenang di hehehehe, di kolam renang pada ketauan
kali. Yang penting bisa ngambang dan jalan. belangnya. Mending kayak Lupus yang terus
terang begitu.
Beberapa menit kemudian, Lupus mulai jenuh
bermain polo air. Dia langsung naik ke atas Lupus dengan terpincang-pincang segera
kolam. Ceritanya mau latihan loncat indah. Maka menghampiri bangku Anto.
dengan gaya 'bak Tarsan kota, pakai teriak
'auoooo...' segala, dia langsung meloncat ke "Eh, kamu lihat nggak Siapa yang tadi ngejorokin
kolam. Tapi entah karena salah perhitungan atau saya ke kolam?" tanya Lupus agak penasaran.
memang nggak bakat renang, walhasil dadanya
duluan yang menampar permukaan air. Wih, "Jangan nuduh dong! Emangnya saya tau.”
sakitnya! Tapi bukan Lupus namanya kalau begitu
mudah menyerah. Maka sekali lagi dia naik ke "Duile, ditanya begitu aja." Lupus jadi keki.
tepian kolam. Tapi belum sempat melompat,
Tapi keduanya mulai asyik bergantian Lupusnya. Tentu saja kalau bukan dalam suasana
meneropong. Sampai akhirnya Anto punya usul gawat begini, Lupus dengan senang hati mau
bagus. membukakan pintu untuk mengajak cewek itu
masuk. Tapi sekarang? Dalam suasana gawat
"Kita ke ruang ganti baju cewek yuk? Asyik lho, begini, mana berani? Bisa-bisa diteriaki gadis-
bisa ngintip!" gadis sekelurahan. Makanya Lupus tetap diam.

"Idih! Kalo ketauan gimana?" Lama sekali. Canda-canda itu belum reda juga.

"Ah, enggak bakalan deh. Ayo. Mau nggak?" Dan Lupus belum berani keluar. Sibuk komat-
kamit baca doa. Boro-boro deh mau ngintipin
Lupus nurut. Dan ternyata di sana udah ada Boim, cewek yang ganti baju. Ngomong aja nggak
Gusur, Andy, dan Irvan. Buset, kalah cepat sanggup. Itulah, niat-niat yang nakal pasti nggak
rupanya. . pernah diridhoi Tuhan. Lupus mulai mengutuki
teman-temannya yang di luar. Yang bisa berlari
Tapi mereka semua belum berani masuk. dengan aman. Sedang dia terjebak di dalam.

"Kamu aja, Pus, masuk duluan.. Kamu kan kurus, Sudah lebih dari lima orang mengetuk-ngetuk
bisa dengan aman bersembunyi di pilar-pilar pintu Lupus, tapi Lupus belum berani bergerak.
tanpa kelihatan. Cepetan!" Boim merayu.
"Siapa sih yang di dalam? Lama amat? Lagi nge-
Lupus yang dasarnya memang suka nekat, mau bom ya? Jangan di situ dong!"
aja disuruh. Dengan lagak bak teroris profesional,
dia menyusup masuk ke dalam kamar ganti. Sampai akhirnya suasana jadi sepi. Lupus dengan
menajamkan pendengarannya mulai membuka
Tapi sedetik kemudian anak-anak di luar mulai pintu perlahan. Tapi suara bisikan dari kamar
ribut, "Bahaya! Sekelompok anak kelas sosial sebelah cukup membuatnya kaget dan menutup
datang!" pekik Anto. Mereka pun berlarian ke pintu kembali dengan cepat.
segala penjuru. Tinggal Lupus yang panik, berdiri
berada di ruang ganti cewek. Tak ada jalan lain, "... Jadi kamu tadi yang ngejorokin si Lupus ke
dia pun langsung masuk ke salah satu kamar ganti kolam? Kok gitu sih?" terdengar suara pelan dari
terdekat. Dan mengunci pintu dari dalam rapat- sebelah.
rapat.
"Sst... jangan bilang siapa-siapa, ya? Saya malu.
Terdengar suara cewek-cewek di luar. Berteriak- Saya tadinya iseng aja mau godain anak lucu itu.
teriak ribut sekali. Sambil berebut masuk ke Tapi nggak taunya malah jadi celaka. Sedih deh.
kamar ganti baju di sebelah kanan dan kiri. Saya kasihan melihatnya jadi terpincang-pincang
begitu. Tapi, saya juga nggak berani minta maaf
Kamar ganti baju itu seperti WC- WC bioskop. saat itu. Takut dianya marah lalu membenci saya.
Bagian bawahnya agak terbuka, Lupus hampir Gimana ya sekarang cara minta maafnya? Tadi
menahan napas tak berani berkata-kata. saya cari-cari dia sudah nggak ada di kolam
renang. Barangkali langsung pulang, karena
"Hm, rupanya ada yang duluan masuk ke sini, ya? kakinya sakit. Wah, saya menyesal sekali!"
Halo, siapa di dalam? Yanti, ya? Ikutan masuk terdengar suara cewek yang satunya.
dong!" terdengar suara seorang cewek di luar
menggedor-gedor pintu kamar ganti yang ada
"Itulah, makanya kalo bercanda jangan "Ya, mungkin saja. Soalnya benturannya keras
keterlaluan. Dan harusnya kamu bisa berjiwa sekali. Eh, kamu tau nggak siapa yang
besar. Mengakui kesalahanmu. Mengakui ngejorokin?"
kesalahan memang perbuatan yang paling berat.
Korban perasaan, harga diri. Tapi percayalah, Dewi diam. Hatinya kecut.
kalau terbiasa untuk berani mengakui
kesalahanmu, nantinya kamu akan menjadi "Kalau saya ketemu orangnya, awas saja!" suara
seorang yang berjiwa besar!" Lupus mengancam.

Dia pun mengintip! O... Dewi dengan Ani. Siapa "Eh... mau kamu apakan? Diajak berantem?"
di antara mereka yang mendorongnya ke kolam?
"Ya, kalau saya berani. Hehehe. ... Eh,
*** tampangmu kok aneh begitu? Ada apa?"

Hening sejenak. T api tak lama, terdengar lagi "Ah, enggak!" Dewi menjawab cepat. Sementara
suara cewek itu. "Oke deh, saya akan coba. Yuk, tangannya sibuk meremas-remas sapu tangannya.
keluar. Udah pada pergi semua tuh!" Dan Gelisah sekali dia. Lupus hampir geli menahan
kemudian terdengar pintu dibuka, disertai ketawa.
langkah-langkah kaki yang berjalan menjauh.
Lupus jadi penasaran, ingin tau siapa yang "Harusnya orang itu cukup berjiwa besar untuk
berbicara tadi. mengakui kesalahannya. Saya benci melihat
orang-orang yang pengecut!" Lupus seperti
Lupus saat itu lagi asyik dengan bakso panasnya menggumam.
di tukang jualan yang pada mangkal di sekitar
halaman kolam renang. Semen tara anak-anak Dewi makin kecut, lalu berdiri hendak pergi.
yang lainnya juga asyik dengan jajanannya
masing-masing. Hanya Gusur yang bagai "Hei, mau ke mana?" tahan Lupus cepat-cepat.
pengamen murahan, berpindah-pindah dari satu "Tentu saja kalau kamu yang berbuat saya nggak
gerobak ke gerobak lainnya. Bukannya mau benci. Suka, malah."
nyanyi, tapi nyomotin bakso orang yang lagi
meleng. Dewi terkejut dan memandang heran kepada
Lupus.
Saat itu pula Dewi duduk di sebelah Lupus.
"Kamu tau?"
Lupus pura-pura cuwek. Jadi ini toh makhluk
yang tadi ngejorokin dia ke kolam. Hm, ceritanya "Makanya, jadilah orang yang berjiwa besar.
dia mau minta maaf. Untung saja saya yang kamu rugikan. Kalau orang
lain ?"
"Saya kirain kamu udah pulang. Gimana kakimu
tadi? Masih sakit?" Dewi tersenyum.

"Ooo, masih dong. Barangkali tulangnya patah. "Dan bagaimana dengan kamu? Apakah kamu
Soalnya sampe nggak bisa dibawa jalan tuh!" cukup berjiwa besar mengakui kesalahan kamu
menyelinap masuk ke kamar ganti cewek?"
"Ah? Segawat itukah?" Dewi terkejut.
Gantian Lupus yang kaget.
"Eh, kamu kok tau?" Lupus yang dasarnya memang nggak mau kalah,
kontan aja berkomentar, "Jangan kamu tanyakan
"Apa sih yang saya nggak tau? Ayo, saya bilangin apa yang bisa saya berikan lewat tulisan saya
cewek kamu ya...." kepadamu, tapi tanyakanlah apa yang bisa kamu
berikan kepada tulisan saya. Wasalam."
"Eh, jangan!" Lupus pun langsung mengejar Dewi
yang berlari menjauh. Saat itu sakit di kakinya Andy makin sirik.
hilang seketika.
Tapi ya biarin aja. Ngeladeni orang sirik sama aja
dengan menjelaskan mekanika sama tukang
becak. Sia-sia aja. Jadi ya emang nggak perlu
9. Sirik Lu! diacuhin. Makin dipikirin, makin suka dianya.
Mendingan kayak Lupus itu. Dia nggak pernah
PALING keki punya temen yang suka sirik. Yang tersinggung kalo disirikin orang. Cuma kadang-
cenderung ngiri kalau ngeliat orang lain sukses. kadang aja dia jadi rada susah tidur siang. Itu juga
Yang selalu merasa terganggu kalau ada orang bukan karena mikirin, tapi ya emang nggak
lain hidup senang. Nggak sulit kok menandai ngantuk aja.
orang sirik macam begitu. Kalau misalnya kamu
merasa terganggu ngeliat kucing tidur nyenyak di Dan Andy memang paling klop kalau sudah
pinggir jalan, sehingga bawaannya kepingin ketemu sama Ruri. Sama-sama suka sirik. Kalau
menendang kucing itu jauh-jauh, atau kalau kamu mereka berdua sudah ngomong, wah seru sekali.
merasa jengkel ngeliat dua orang temanmu Kayak dengerin siaran pertandingan sepak bola di
bergandengan tangan dengan akrabnya radio. Nggak ketauan lagi deh, mana yang bo'ong,
menyeberangi jalan raya depan sekolah, tandanya mana yang jujur. Dan biasanya bisa berlangsung
kamu berbakat jadi orang sirik. lama sekali. Kadang kalau hari sudah terlalu larut,
dan mereka merasa perlu tidur sejenak, mereka
Dan celakanya, Lupus punya temen yang kayak baru berhenti nggosip dengan janji besok hari,
begitu. Sekelas, lagi. Namanya Andy. Dia itu pagi-pagi sekali, mereka akan meneruskan
kalau udah nyirikin orang, buset deh, setan pun obrolannya. Mereka kadang duduk sebangku di
sampai ngeri dengan kesirikannva. Bayangin aja, depan tempat duduk Lupus. Dan kalau pas
dia tahan enam jam berturut-turut ngatain orang pelajaran menggambar, yang memang agak santai.
lain. Kayaknya dia yang paling sempurna sendiri. mereka sering kedapetan lagi asyik nggosip.
Orang lain dianggap nggak ada yang sempurna. Lupus suka iseng ikutan nguping.

Gimana nggak nyebelin tuh! Biasanya Ruri yang memulai, "Eh. kamu ternyata
bener, Dy, saya nggak nyangka kalau Wulan yang
"Saya sering baca tulisanmu, Pus. Terutama berwajah lebar itu mempergunakan kecantikan
cerpen-cerpenmu. Dan saya sering merasa wajahnya untuk memikat oom-oom bermobil
bingung sendiri, apa redakturnya nggak salah pilih mewah."
tuh? Bayangin aja, saya sama sekali nggak bisa
memetik apa-apa dari tulisan-tulisan yang kamu "Lho, abis kamu kira untuk apa? Untuk main
buat. Apa yang bisa kamu berikan lewat tulisan- bola? Yang bener aja dong. Mana muat? Kalau
tulisanmu itu? Semuanya nol besar!" suatu pagi untuk lapangan golf, ya mungkin saja bisa. Asal
Andy sudah mulai cari setori lagi. mukul bolanya jangan keras-keras. Tapi
ngomong-ngomong, gimana kalau untuk landasan
pesawat terbang aja? Kan asyik tuh, nggak usah
jauh-jauh ke Cengkareng kalau mau ke luar Tapi toh Lupus sempet keder juga karena
negeri," Lupus nyeletuk dari belakang. kesirikan Andy. Pasalnya ketika Rina, cewek
yang kini memang intim dengan Lupus, mogok
Mereka berdua cuwek aja. Udah tau adat Lupus. nggak mau ikutan lomba baca puisi. Padahal
Malah meneruskan obrolannya, "Saya nggak bisa biasanya Rina begitu tabah, keras kepala, dan
membayangkan, kok ada orang yang berani. Seperti ketika ngritik Mapras waktu itu.
mempergunakan kecantikan wajahnya hanya Dan kini ceritanya Rina mau ikutan lomba baca
untuk itu...." puisi ulang tahun SMA Merah Putih. Lupus sudah
menjanjikan mau bikinin puisinya, tapi mendadak
"Saya juga tidak. Masak iya ada orang yang Rina mengundurkan diri.
mengira wajah selebar Wulan untuk lapangan
sepak bola?" "Abis gimana nggak kesel? Si Andy dan beberapa
temennya ngatain saya terus!" Rina manyun.
Andy dan Ruri kesal, dan menoleh berbarengan.
"Ah, masak omongan Andy aja ditanggapin?
"Yang lucu boleh pulang!" bentak Ruri. Orang kan memang lebih gampang ngeliat
kesalahan orang lain, daripada kesalahan sendiri.
Lupus juga sebel sama tingkah Ruri. Kalau lagi Apa kamu pikir dia lebih bagus baca puisinya
berolahraga di sekolah, dia suka memakai kaus daripada kamu?"
yang tanpa lengan (itu lho model kaus you can
see). Geli ngeliatnya. Apalagi pas giliran senam Tak pelak, Lupus pun perlu berjuang setengah
yang pakai angkat-angkat tangan segala. Lupus mati ngerayu Rina untuk tetap ikut lomba baca
pernah secara nggak sengaja berdiri dekat-dekat puisi. Soalnya, katanya, Lupus udah terlanjur
Ruri yang lagi asyik bersenam-ria pake kaus you bikin puisinya. Dan dia memang nggak bisa kalau
can see. Kontan aja Lupus kehilangan napsu harus membawakannya sendiri ke panggung di
makannya tujuh hari tujuh malam. Shock berat depan orang-orang. Bukannya grogi, tapi dia
dia! emang nggak suka aja jadi bahan tontonan.
"Serasa topeng monyet," katanya. Tapi untuk
"Dasar anak-anak esema ini pada kuno semua. memberi kan puisinya kepada Gusur, seniman
Nggak tau kemajuan zaman. Nggak tau mode. sableng itu, juga nggak mungkin. Lha dia kalau
Masak pakai kaus you can see aja pada shock!” baca puisi kan kebanyakan improvisasinya.
gerutu Ruri suatu ketika. Katanya biar lebih menjiwai isi puisi itu, tapi
jadinya malah seperti nonton topeng monyet
"Bukannya pada ketinggalan zaman. Cuma kamu beneran. Nggak seru ah.
aja yang mungkin nggak tau kalau sekarang ada
model kaus yang lebih moderen lagi dari itu. Dan Tapi untunglah, rayuan Lupus berhasil. Lupus pun
kayaknya cocok buat kamu. Kenapa nggak coba?" berjanji akan memberikan puisi beberapa saat
jawab Lupus. sebelum lomba. Soalnya sekarang masih belum
jadi.
"O ya? Kaus model apa itu?"
***
"You can see everything...."
Sehari sebelum lomba dimulai, kala Lupus
*** menyerahkan puisinya, Rina marah-marah.
"Apa-apaan nih? Kok bikin puisinya norak Bawalah daku melayang padanya
banget? Nggak mau ah!"
Daripada di sini kubersimbah air mata
"Lho, ini bagus, Rin. Ini puisi yang jujur. Nggak
dibuat-buat. Langsung dari inner feeling saya. Teriakan makin seru, Rina jadi nangis beneran.
Dan kamu harus selalu percaya pada inner feeling. Dia berlari ke belakang. Lupus yang memanggil-
Soalnya dia nggak pernah bohong. Gimana? manggil tak digubrisnya.
Nama kamu sudah terdaptar lho!"
"Wah, selamat ya, Rin. Kamu sukses," sambut
"Ah, kamu selalu membuat saya terjepit....” Lupus ceria.

Dan lomba baca puisi pun dimulai Rina tampil "Sukses apa? Kamu bikin saya malu. Puisi itu,
sebagai peserta kelima. Puisinya tampak aneh saya kan udah bilang, isinya norak. T api kenapa
sendiri. Dan tentu saja mendapat teriakan-teriakan kamu maksa saya untuk membacanya? Biar saya
dari para penonton. Apalagi ditambah dengan diketawain anak-anak satu sekolah ya? Begitu?"
penampilan Rina yang kayak orang kedinginan.
Gemeteran. Rina terisak-isak.

Kala rembulan dipagut malam "Lho, tapi kamu kan yang paling mendapat
sambutan hangat? Jangan pernah berpikir bahwa
Hatiku resah digulung bimbang penilaian juri, atau orang-orang ahli lainnya
adalah mutlak benar. Justru penilaian yang
(Baru dua baris pertama, penonton sudah teriak - sesungguhnya ada pada penonton. Bagaimana
teriak dengan serunya, wooooo....) mereka begitu ikut terbawa, sehingga histeria
massa terjadi. Dan kamu kan sudah mendapatkan
Kusendiri termenung diam itu? Iya nggak? Makanya jangan nangis dong."

Menanti kekasih tak kunjung datang "Ah, kamu sok tau! Saya benci. Pokoknya
musuhan!"
(Teriakan semakin seru, ada yang tertawa gila-
gilaan. ) "Aduh, Rin,. jangan gitu dong. Beneran deh, saya
lebih rela kehilangan duit gocapan daripada
Uhu uhu hu..., dengarlah tangisku, Dinda kehilangan kamu. Sumpah. Demi Tuhan."

Betapa pilu mengalun sunyi Rina makin sengit.

(Tak disangka, semua penonton ikut-ikutan ***


menangis dengan serunya. Ngeledekin Rina tentu
saja. Suasana jadi kayak orang berkabung. ) Bisa ditebak, pas pengumuman pemenang,
puisinya Lupus tewas dengan sukses. Dan bisa
Kama hanya dikau pujaan Kanda ditebak pula, siapa yang paling bersuka cita
dengan kegagalan Lupus. Siapa lagi kalau bukan
Yang datang di setiap mimpi Andy. Dia langsung nyamperin Lupus.

0, Mas Gatotkaca "Nah, apa lagi komentar Anda, Pus? Apa yang
bisa diharapkan dari puisi norak kamu itu? Yang
hampir bisa ditulis oleh tukang becak sekalipun terlambat bangun. Padahal sebelum tidur, dia
kala dia sedang kasmaran. Puisi cengeng, sudah memasang weker ajaibnya agar bisa
murahan, tai kucing. Kenyataan berbicara. terbangun pukul enam pagi. Dan weker itu
Puisimu kalah. Masuk nominasi pun enggak. Tapi memang berbunyi, dan Lupus ya juga terbangun.
kalau kamu kirim ke majalah, pasti deh dimuat. Tapi cuma sebentar. Cuma untuk mematikan
Huh, permainan macam apa pula ini? Terbukti weker yang berisik banget itu untuk kemudian
skandal-skandalmu. Gimana? Masih mau menerus kan tidur.
membela diri?"
Jadi buat apa memasang weker?
"Membela diri? Untuk apa? Saya justru ingin
berterima kasih padamu, karena saya anggap Rina "Ya buat membangunkan saya yang tertidur,
bisa sukses dengan puisi itu. Terbukti, dia mampu untuk kemudian mematikan bunyi weker tersebut.
memancing histeria massa. Iya nggak? Dan Masa nggak tau, sih? Setelah itu mau tidur lagi
belakangan ini saya emang lagi nyari-nyari kamu. kek, atau mau langsung cibang-cibung, ya
Mau bilang terima kasih. Soalnya puisi yang terserah saya dong!" begitu kira-kira jawaban
dibaca Rina itu kan puisi karya kamu. Masak lupa Lupus.
sih? Saya menemukannya di buku Rina yang
kamu pinjem waktu dulu itu. Bagus lho, puisinya. Tapi siapa yang mau disalahkan? Saat itu di luar
Kamu ada bakat. Sayang waktu itu Rina nggak tau memang turun hujan dengan derasnya. Membuat
dan nggak membacanya, jadi misi kamu untuk udara menjadi begitu dingin. Begitu enak untuk
mendapatkannya gagal total. Tapi lepas dari itu, menarik kembali selimut tebal dan meneruskan
saya nggak ngira, kamu ada bakat bikin puisi tidur. Seandainya sekolah sudah berakhir, dan
juga. Teruskan aja bakatmu itu, Dy...." semua anak sekolah bisa bangun siang-siang
alangkah senangnya!
Wajah Andy mendadak merah padam. Pantesan
aja saya pernah baca puisi itu sebelumnya, pikir Dan Lupus. sempat keki juga. Soalnya sebelum
Andy gelisah. Dan ketika Lupus hendak pergi, tidur tadi malam, dia sempat menempelkan kertas
Andy menahannya. besar di pintu kamarnya, nulis pesan buat Lulu
agar dibangunkan pagi-pagi. Tapi kenyataannya
"Eh..., tapi apa Rina tau kalau itu puisi saya?" adiknya itu tidak membangunkan. Ke mana
tanya Andy cemas. makhluk sialan itu? Lupus segera membuka pintu
kamarnya dan melongo membaca tulisan gede di
Lupus tersenyum, "Jangan kuatir, dia tak bisa bawah pesan yang ditulisnya semalam. 'Bangun,
memaafkanmu lagi...." Pus, hari sudah siang. Katanya mau berangkat
pagi - Lulu.'

"Luluuuuu....!" teriak Lupus keras-keras.


10. Met Ultah Ya, Pus....
Pembantunya yang sedang membersihkan kamar
JAM tujuh pagi. sebelah, sampai tunggang langgang ketakutan.
Kaget berat doi!
Lupus terjaga dari tidurnya, dan kaget setengah
mati ketika mendapatkan hari telah siang. Oh, "Apaan sih pagi-pagi teriak-teriak begitu!" Lulu
God, terlambat lagi! Padahal jam pertama nanti muncul sambil makan roti. Mulutnya belepotan
ada ulangan fisika. Dan semalam, Lupus bela- coklat.
belain belajar sampai mitnait. Makanya sekarang
"Kamu kan tau, bukan begini cara ngebangunin Dan kini Lupus malah terlambat masuk. Ulangan
orang!" sahut Lupus dongkol sambil menarik lagi.
kertas yang ditempel di pintu.
Tok-tok-tok. Terdengar suara ketukan di pintu
"Habis, siapa suruh pintunya dikunci! Saya udah kelas.
gedor-gedor, tapi kamunya nggak bangun-
bangun!" "Mazuk!" perintah tegas dari Mr. Punk hampir
mengagetkan seluruh siswa yang asyik dengan
Lupus pun dengan cepat masuk kamar mandi. soal-soal fisikanya.
Mandi sebentar, lalu langsung berpakaian.
Beberapa saat kemudian, dia sudah siap dengan Kepala Lupus muncul dari balik pintu. Diikuti
tas sekolahnya. Mau langsung cabut. Lulu yang oleh pandangan seisi kelas. Lupus tersenyum
saat itu masuk siang, menahannya, "Eh, Pus, lebar, tapi Mr. Punk tidak. Dia malah melirik ke
minum dulu dong kopinya. Biar nggak ngantuk. jam tangannya. Jam delapan lewat dikit. Betapa
Saya lho tadi yang bikin. Spesial untuk kamu. nekatnya anak yang satu ini. Biasanya kalau
Coba bayangkan, betapa baiknya saya...." murid sudah terlambat setengah jam dari bel
masuk, tidak akan berani masuk ke kelas. Dan Mr.
Lupus langsung menyambar kopi yang disodorkan Punk yakin, jam tangannya tidak meleset, meski
Lulu dan meminumnya. biasanya kadang memang telat beberapa menit.
Tapi setidak-tidaknya tadi pagi, sebelum
"Bah-rasanya kayak air sabun!" sahut Lupus berangkat mengajar, dia sudah mencocokkan jam
sambil menjulurkan lidahnya. tangannya dengan tetangga sebelah. Jadi nggak
mungkin salah lihat.
"Sialan!"
"Maaf, Pak, saya terlambat. Habis lalu lintas
Dan dengan tergesa-gesa Lupus langsung mencari macet...," kata Lupus malu-malu.
becak di depan gang.
"Hm, lalu lintaz tak pernah macet. Kau pazti
**** bohong. Yang macet itu pazti mobilnya. Tapi
zudahlah. Ziapa namamu? Lupuz, ya?"
Tapi memang kalau orang lagi sial, biasanya ya
keterusan sialnya. Buktinya sekarang bis yang Mr. Punk memang selalu menyebut huruf 's'
menuju sekolah Lupus belum datang juga. dengan bunyi 'z'. Mungkin di kampungnya jarang
Padahal sudah jam tujuh seperempat. Hanya ada ada es. Makanya item begitu. Haus melulu.
waktu seperempat jam lagi untuk tidak terlambat.
Mana guru fisika Lupus galak sekali. Namanya "Ya, Pak. Nama saya Lupus."
Pangribuan (bisa ditebak senditi deh, orang mana
dia itu. Yang jelas bukan orang Jawa, lho!). Tapi "Ya, zudahlah. Cepat .duduk zana dan kerjakan
anak-anak biasa memanggilnya dengan sebutan zoal ulanganmu yang di papan tuliz itu. Ingat.
keren, Mister Punk. Orangnya tinggi, gede, item, waktunya tidak banyak. Itu kan zalahmu zendiri
dan kagak kece. Kalau marah, suaranya bisa ..”
menggelegar kayak halilintar. Sementara matanya
seperti mata elang, menatap dari balik dahinya Lupus segera mengambil tempat duduk dan mulai
yang menonjol. Wah, pokoknya kayak mengerjakan soal-soal ulangan itu.
Fankeinstein deh! Nggak ada anak murid yang
berani ngelawak dalam pelajaran dia. Jam 08.20.
Lupus masih kebingungan menekuni soal-soal sendirinya karena tertiup angin. Sebab di sini
ulangan fisika. Baru satu dari empat soal yang kebetulan memang tak banyak angin, " sahut
diberikan yang dapat dikerjakan dengan baik. Lupus berusaha tenang. Padahal, tau sendiri,
Sisanya, masih tanda tanya besar. Sialan, padahal jempolnya aja sampai mengerut ketakutan.
semua rumus itu semalem sudah dihapalkan. Tapi,
kok lupa lagi? Mana mata rasanya sepet banget. "Nah, yukurlah kalau kau zadar akan hal itu. Dan
Nggak bisa terbuka lebar. kau tentu tahu hukuman apa yang akan
kauterima? Oke, zilakan keluar. The sooner the
Lupus mencoba mencari bantuan ke better. "
sekelilingnya. Matanya berputar-putar bak maling
profesiona!. Hampir semua anak lagi asyik Memang tak ada jalan lain. Lupus pun terpaksa
dengan contekannya. Ada yang terselip di lipatan keluar. Tak ada gunanya protes. Kamu tau,
lengan baju, ada yang di balik rok, ada yang nekat seorang guru itu punya kekuasaan absolut di
di balik kertas ulangan. Tetapi, tetap aja wajahnya kelas.
menunjukkan kebingungan. Karena fisika
memang pelajaran paling menyebalkan. Sudah Di luar,. Lupus jadi mendadak ngetop. Anak kelas
tahu rumusnya, belum tentu bisa mengerjakan. sebelah yang kebetulan lagi kosong pelajaran,
Makanya Lupus suka kagum berat sama Einstein langsung mengerumuninya. Langsung
yang jago fisika itu. menanyakan soal-soal mana yang keluar. Sebab
setelah kelas Lupus, kelas sebelahlah yang
Pilihan pun jatuh ke tetangga sebelah. Saat itu kebagian ulangan. Lupus jadi kebingungan
Herumoko, yang duduk di sebelah, sedang asyik sendiri. Ditarik ke sana kemari.
dengan contekannya.
"Kamu jago juga, Pus. Bisa keluar duluan," puji
"Her, tukeran dong kertas jawabannya. Saya baru Lia kagum.
ngerjain nomer satu dan tiga. Kamu yang lain
bisa?" bisik Lupus pelan. Lupus cuma mengangguk-angguk.

Heru. mengangguk, dan transaksi pun “Kalau gitu, kasih tau dong jawabnya sekalian,
berlangsung. Tapi, seperti sudah dibilangin tadi, biar nanti saya nggak bingung lagi...," rayu Lia.
kalau orang lagi sial, memang suka keterusan
sialnya. "Aduh, gimana, ya? Kalau abis ulangan begini,
pikiran saya suka mendadak suntuk. Nggak bisa
Dan Mr. Punk pun melihat transaksi tadi. mikir yang berat-berat. Jadi ya sori aja, ya?"

Langsung aja nyamperin bangku Lupus yang di Lia. cemberut, dan yang mengerubungi Lupus
belakang. Sementara Heru sudah ketakutan makin banyak.
setengah mati.
"Leave me alone...," keluh Lupus sambil lari ke
"Nah, zekarang saya mau tanya. Bagaimana kantin.
caranya kertaz ulangan Heru biza tranzmigrazi
kemari? Apa kau pikir kertaz itu biza pindah ***
dengan zendirinya?" tanya Mr. Punk galak.
Pas keluar main kedua, Lupus pun menghadap
"Tentu saja tidak. Anda kan tak hendak Mr. Punk di ruang guru. Ceritanya mau minta
mengatakan bahwa kertas ini bisa ngungsi dengan grasi supaya diperbolehkan ikut ulangan susulan.
"Hm, bolehlah. Tapi lain kali jangan nyontek lagi, Mr. Punk memasuki ruangan guru. Mendapatkan
ya?" kata Mr. Punk tegas. Lupus mengangguk. Lupus yang tertidur di bangku pojok dengan
Dan ketika pelajaran terakhir, Lupus sendirian asyiknya. Lupus memang ngantuk sekali setelah
berada di kantor. Mengerjakan soal ulangan yang semalaman belajar.
tadi. Suasana di ruang guru itu memang sepi,
karena semua guru sibuk mengajar. "Hei, Lupuz. Bangunlah kau! Apa kau zudah
mengerjakan zemuanya?"
Dan saat Lupus lagi mati-matian menyelesaikan
soal-soal ulangannya, tiba-tiba seorang pesuruh Lupus langsung terbangun, dan buru-buru
masuk. Membawa tumpukan kertas ke meja Mr. menyerahkan kertas jawabannya sambil meminta
Punk. Lupus yang lagi ngerjain soal di meja besar, maaf karena ketiduran.
segera menyapanya, "Eh, Pak. Bapak bawa apaan
tuh?" Mr. Punk memeriksa semua jawaban yang
dikerjakan Lupus. Lalu mengangguk-ngangguk
"Enggak tau nih. Kertas-kertas titipan Pak sambil tersenyum. "Hm, baguslah. Ternyata kau
Pangaribuan. Katanya disuruh disimpan di pintar juga, ya? Kenapa tadi kau nyontek? Itulah
mejanya.” kalau orang tidak punya percaya diri. . .. "

"Oo..., kertas hasil ulangan, ya? Taruhnya di sini Lupus langsung tersenyum girang.
aja, Pak. Saya memang yang dipesan
menjaganya," kata Lupus ramah. Padahal kamu "Nah, kalau begitu kau toh tak keberatan
tau, Lupus pasti bohong. T api bapak pesuruh itu menolong zaya, kan? Zaya ada perlu zebentar
memang nggak tau. Makanya dia nurut aja. Lalu dengan Bapak Kepala. Tolong kau perikza hazil-
ngeloyor keluar. hazil ulangan teman-temanmu yang menumpuk di
zana. Biza, kan? Zaya percaya lah pada
Lupus langsung memeriksa kertas-kertas jawaban kemampuanmu!"
ulangan tersebut. Hm, bekas ulangan anak kelas
sebelah! Lupus segera mempelajari kertas Lupus terkejut, dan hendak protes.
jawaban anak terpintar. Kebetulan masalah yang
diberikan sama, hanya soalnya dibikin agak "Tapi, Pak, ini kan sudah waktunya pulang...“
berbeda sedikit. Maka dalam waktu beberapa
menit saja, dia sudah bisa menemukan "Alaaah, zebentar zaja, kok. Buat orang-orang
penyelesaian soal-soal ulangannya. Huh, ternyata zepintar kau itu kan mudah zaja. Paling beberapa
kali ini nasib saya lagi mujur. Nggak sial melulu, menit lah. Oke, zelamat bekerja. Terima kazih
batinnya. banyak zebelumnya."

Maka dia pun cepat-cepat membereskan Lalu Mr. Punk pun keluar dari ruang guru itu.
tumpukan kertas jawaban yang diobrak-abriknya. Meninggalkan Lupus dengan setumpuk
Dan merapikannya di bangku Mr. Punk. Setelah kerjaannya. Lupus habis memaki-maki. Goblok,
itu, dia kembali ke mejanya. Pura-pura asyik kenapa tadi kertas jawabannya dibikin betul
mengerjakan sambil menunggu Mr. Punk semua? Wah, akhirnya kesialan itu datang terus.
kembali. Padahal dia tadi sudah punya rencana sepulang
sekolah mau beli sepatu kets baru di Blok M.
Jam 12.00. Udah capek-capek ngumpulin duit, terpaksa
ditunda lagi.
Ini memang hari tersial buat Lupus. Hari Senin Lidah Lupus terasa kelu. Tak bisa mengucapkan
sialan! Dan Lupus nggak akan pernah lupa. apa-apa. Hanya matanya yang menatap penuh
haru. Dan tangannya yang kecil menyambut
*** uluran tangan Poppi.

Jam 12.45. "Ya, Poppi. Kita sekarang bersahabat lagi. Tak


ada yang lebih indah dari itu...."
Lupus berjalan gontai memasuki kelasnya yang
nampak sepi. Busyet, buku-bukunya masih Anak-anak pun bersorak-sorak riang.
berantakan di bangkunya. Tasnya juga. Lupus jadi
mengutuki teman-temannya yang nggak solider. "Kita ke mana nih makannya?" sahut Boim.
Ninggalin semua barangnya tanpa terurus. Lupus
pun melangkah masuk. Membenahi buku- "Ke rumah saya aja. Siapa tau ibu saya sudah
bukunya yang berantakan. Lalu memasuk- menyiapkan makanan yang banyak, " jawab
masukkannya ke dalam tas. Tak sengaja matanya Lupus.
tertumbuk pada tulisan besar di papan tulis:
BUAT LUPUS, SELAMAT ULANG TAHUN. Semua setuju.
Lalu suara sorakan terdengar dari seluruh jendela.
Dan Mr. Punk muncul di pintu. Terheran - heran
Lupus kaget setengah mati. Dan dari balik melihat anak-anak kelas Lupus belum pada
bangku, balik pintu, balik jendela, bermunculan pulang. Malah pada sibuk bersorak-sorak.
Boim, Svida, Poppi, Ruri, Andang, Anto, Irvan,
dan semua teman sekelasnya. Bersorak-sorak, "Hei, ada apa ini?"
"Horee... horee.... Ulang tahun ni ye."
"Ini lho, Pak. Lupus kita ulang tahun," sahut
Lupus jadi terharu sekali. Ya, Tuhan, dia sendiri Svida riang.
lupa kalau dia ulang tahun hari itu. Ya, dia
memang pelupa. Tapi semua temannya nggak "Ha? Makan bezar rupanya kita. Kupikir ada
lupa. Dan Lupus yakin, ibunya dan adiknya pasti kapal meledak. Rupanya kawan kita ulang tahun.
sedang menyiapkan surprise besar buatnya setiba Zelamat ya, Puz."
dari sekolah nanti.
Lupus menyambut ucapan selamat dari Mr. Punk.
"Selamat ya, Pus! Makan-makan dooong!" Dan mereka pun berduyun-duyun ke rumah
mereka pada berebutan mengucapkan selamat. Lupus. Irvan dan Roni sudah menyiapkan dua
Lupus jadi sibuk menghapus air matanya yang mini-bis. Semua ikut, tak terkecuali Mr. Punk. -
nekat mengalir. Ya, saya akan mentraktir semua Semua bernyanyi gembira sepanjang jalan, meski
anak. Biarlah nggak jadi beli sepatu kets yang duduk berjejalan serasa sarden.
diidamkan. Yang penting semuanya harus
berbahagia hari ini, batin Lupus. ***

Dan surpraise terbesar terjadi ketika Poppi datang Di rumah, ibu Lupus tak mengira bakal
membawa kue ulang tahun yang besar. Yang kedatangan tamu sebanyak itu. Makanya makanan
bertuliskan nama Lupus. yang memang dipersiapkan untuk ultah Lupus
kurang. Lupus segera menyuruh Lulu, yang
"Selamat ulang tahun, Lupus. Kita bersahabat lagi kebetulan bolos sekolah, membeli makanan di
sekarang...."
restoran terdekat. Lupus memberikan semua
uangnya.

Dan siang itu Lulu berlari-lari ke restoran. Selalu


deh, kalau seseorang itu lagi happy, pasti ada
orang lain yang merasa sedih. Ya si Lulu itu.
Bayangkan, siang-siang panas-panas begini asyik
jogging ke restoran.

Tapi Lulu rela. Dia senang bisa memberikan


sesuatu kepada kakaknya yang tercinta di hari
bahagianya. Met uhah ya, Pus....

You might also like