You are on page 1of 8

ANALISA KASUS

Perutnya merongkol pada


bagian atas
Perut terasa penuh,
sedikit membesar dan
nyeri apabila ditekan
Mual terus menerus
walaupun pasien tidak
makan dan minum. Tidak
membaik dengan
pemberian makanan
Pasien sering meminum
jamu dan obat bebas (pil
skelan) yang dibeli di
warung

Anamnesi
s

Pemeriksa
an
Perkusi abdomen :
redup pada regio
hipocondriaca dextra
dan timpani pada 8
area lainnya, liver
span 16 cm.
Palpasi : nyeri tekan
abdomen, hepar
teraba membesar, 8
cm bawah arcus
costae dextra dan 4
cm bawah processus
xipoideus, konsistensi
keras, tepi tajam
permukaan rata.

Hepatomegali

Diagnosis

Hepatomegali pembesaran organ hepar oleh


berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis,
demam tifoid, amoeba, penimbunan lemak (fatty liver),
penyakit keganasan seperti leukemia, kanker hepar
(hepatoma) dan penyebaran dari keganasan
(metastasis). Keluhan dari hepatomegali ini meliputi
gangguan dari sistem pencernaan seperti mual dan
muntah, nyeri perut kanan atas, kuning bahkan buang
air besar hitam.
Faktor resiko mengakibatkan sel-sel pada hepar rusak
menimbulkan reaksi hiperplastik menyebabkan
neoplastik hepatoma yang mematikan sel-sel hepar
mengakibatkan pembesaran hepar.

Lemas sejak 3 hari SMRS.


terus-menerus sehingga
jarang melakukan
aktivitas. Memberat dg
aktivitas, berkurang dg
istirahat. Pasien sering
sakit kepala, pusing
nggliyer dan kadang
berkunang-kunang
terutama saat bangun
dari tidur.
sesak (+)

Anamnesi
s

Pemeriksa
an

Anemia
normokromik
normositik

konjunctiva nampak
pucat pada kedua mata.
Hb 9,0 g/dl, Hct 26 %,
eritrosit 2,85x106/l
MCV 90,2 u3 dan MCHC
35,0 u3

Diagnosis

Berdasarkan hasil anemia. Anemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit (red
cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Gejala anemia : lesu, cepat lelah,
sesak nafas saat beraktivitas, pada sistem syaraf mengakibatkan sakit kepala,
pusing, mata berkunang, kelemahan otot, iritabel.
Hal ini didukung dari hasil pemeriksaan fisik, konjunctiva nampak pucat pada
kedua mata. Parameter yang paling umum untuk menunjukkan penurunan massa
eritrosit adalah kadar hemoglobin, disusul oleh hematokrit dan hitung eritrosit.
Harga normal hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologis tergantung jenis
kelamin, usia, kehamilan dan ketinggian tempat tinggal. Pada wanita yang tidak
hamil dikatakan anemia bila Hb < 12 g/dl (Bakta, 2006).
Pada pasien ini didapatkan Hb 9,0 g/dl, Hct 26 %, eritrosit 2,85x10 6/l, menunjukkan
penurunan massa eritrosit. Pada gambaran darah tepi disimpulkan anemia
normokromik-normositik, yaitu penghancuran atau penurunan jumlah eritrosit
tanpa disertai kelainan bentuk dan konsentrasi hemoglobin. Pada pemeriksaan
laboratorium didukung dengan hasil MCV 90,2 u3 dan MCHC 35,0 u3. Anemia
normokromik normositik dapat ditemukan pada anemia aplastik, anemia
posthemoragik, anemia hemolitik, anemia Sickle Cell, dan anemia pada penyakit
kronis (Bakta, 2006).

Pasien dalam kasus ini diberikan terapi


berupa bed rest tidak total. Hal ini
menandakan bahwa pasien tidak harus
selalu terbaring di tempat tidur, melainkan
boleh duduk maupun berjalan ke kamar
mandi.
O2 3 lpm diberikan untuk menjaga saturasi
oksigen pasien, agar tingkat kesadaran
pasien tidak makin menurun akibat saturasi
oksigen yang terganggu, agar perfusi ke
jaringan terpenuhi.
Diet hepar I 1700 kkal. Diet hepar I
diberikan pada pasien dalam keadaan akut
dan pasien masih memiliki nafsu makan.
Makanan diberikan dalam bentuk lunak.
Pemberian protein dibatasi yaitu 30g/hari
dan lemak diberikan dalam bentuk mudah
dicerna.

Inf NaCl 0,9%hiponatremia sedang. Hiponatremia pada


pasien dapat merupakan kondisi yang kronis. Pada
hiponatremia kronis, koreksi harus lambat untuk mencegah
central pontine myelinolysis yang dapat menyebabkan
kerusakan saraf permanen. Target yang harus dicapai untuk
meningkatkan natrium ke tingkat yang aman ( 120 mmol /
l). Natrium tidak harus mencapai level normal dalam 48 jam
pertam

inf D5% pada pasien ini karena diet hepar I yang diberikan
pada pasien rendah energi, protein, kalsium, zat besi dan
tiamin. Maka untuk menambah kandungan energi selain
makanan per oral juga diberikan makanan parenteral berupa
cairan glukosa

Infus Aminofusin 1fl/24 jam memiliki efek hepatoprotektor


dan meningkatkan regenerasi sel hati. LOLA (L ornithine L
aspartate) bekerja pada siklus urea untuk meningkatkan
produksi urea dari amonia. Amninofusin hepar digunakan
pada penderita yang memiliki gangguan fungsi hati. Bentuk
sediaannya yaitu larutan infus 500 ml di dalam botol kaca
dengan dosis 0,7-1gr/kgBB/hari.

Transfusi PRC 1 kolf / hari, untuk mengatasi anemia pada


pasien. 1 kolf PRC dapat meningkatkan kadar Hb sebanyak
0,75-1,5 g/dl.

You might also like