Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
AGUS STYAWAN
(I21111017)
YASHINTA
(I21111018)
JULI SAFRIANI
(I21111023)
(I21111028)
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI APOTEK SAHABAT PONTIANAK
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN
Disusun Oleh :
Agus Styawan
(I21111017)
Yashinta
(I21111018)
Juli Safriani
(I21111023)
(I21111028)
Menyetujui,
Apoteker Pengelola Apotek
Dosen Pembimbing
SIPA 19841231/SIPA_61.71/2014/1043
NIP. 198003242008122002
Mengetahui,
NIP. 195112181978111001
NIP.198401162008012002
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Lapangan dan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Sahabat
Pontianak.
Penyusun mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang tak
terhingga atas segala bimbingan dan arahan selama melakukan Praktek Kerja
Lapangan di Apotek Sahabat Pontianak. Penghargaan ini dipersembahkan
kepada:
1. Imam Asropi S.Km.,M.Si., selaku pimpinan Apotek Sahabat dan Bambang
wijianto, Msc, Apt, selaku apoteker pengelolah apotek Sahabat Pontianak,
yang
telah
berkenan
memberikan
fasilitas
kepada
penulis
untuk
ii
Akhir kata, penyusun berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas
budi baik Bapak dan Ibu, serta laporan ini dapat menjadi kontribusi yang
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi.
Pontianak,
Desember 2014
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .
iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Tujuan. 3
I.3 Manfaat... 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Apotek ....
26
29
III.2 Lokasi .. 30
III.3. Bangunan Dan Tata Ruangan .. 31
III.4. Struktur Organisasi .. 32
III.5. Bidang Kerja ... 32
III.5.1. Kesejahteraan Karyawan....
38
III.6. Kegiatan Apotek Sahabat.. 40
iv
BAB IV PEMBAHASAN
IV.1 Pelaksanaan PKL ... 42
IV.1.1. Jenis dan Bentuk Kegiatan. 42
IV.1.2. Kendala yang Dihadapi dan Upaya Pemecahanya. 63
BAB V
DAFTAR PUSTAKA .. 67
LAMPIRAN . 69
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
183/MenKes/Per/II/1995.
8. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26
tahun 1965 tentang apotek.
9. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
2.
Dengan
menggunakan
Formulir
APT-2
Kepala
Dinas
Kesehatan
Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat
dengan menggunakan contoh Formulir APT-3.
4.
Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam poin (2) dan (3) tidak
dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan
menggunakan contoh Formulir Model APT-4.
5.
Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud poin (3), atau pernyataan dimaksud poin
(4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat
Izin Apotik dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5.
6.
7.
Pasal 9
Terhadap permohonan izin apotik yang ternyata tidak memenuhi
persyaratan dimaksud pasal 5 dan atau pasal 6, atau lokasi Apotek tidak sesuai
dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib
mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-alasannya dengan
mempergunakan contoh Formulir Model APT-7.
II.5 Pengelolaan Apotek
Pengelolaan apotek sepenuhnya dijalankan oleh Apoteker. Pengelolaan
apotek dibagi menjadi 2 yaitu : pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non
teknis farmasi yang meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, pajak,
personalia, kegiatan bidang material dan bidang lain yang berhubungan dengan
apotek. Pengelolaan apotek meliputi:
1. Peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan
oabt atau bahan obat.
2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi
lainnya.
3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, meliputi :
10
11
dimaksud
memiliki
rasio
khasiat
keamanan
yang
dapat
12
yang
baik,
mengambil
keputusan
yang
tepat,
mampu
13
14
bahan
selain
obat
dan
peralatan
yang
diperlukan
untuk
15
tidak
menyimpan,
lagi
memenuhi
kewajibannya
untuk
menyediakan,
keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat
digunakan lagi atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara
dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri.
Apoteker mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten.
3. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus
menerus.
4. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang obat keras No. St 1973 No.
541, UU No. 23 tahun 1997 tentang narkotika, serta ketentuan peraturan
perundang-undangan lain yang berlaku.
5. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut.
6. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat.
16
17
Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat
dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh
persyaratan sesuai dengan ketentuan dlam peraturan ini dengan menggunakan
contoh formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek dilakukan setelah
menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau
Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pengamatan yang dimaksud wajib mengikuti
tata cara sebagai berikut :
a. Dilakuan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika,
obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di
apotek.
b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang
tertutup dan terkunci.
c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai
laporan inventasasi yang dimaksud dalam poin (a).
II.8 Pengelolaan Narkotika
Definisi narkotika Berdasarkan Undang-Undang No. 35 tahun 2009
tentang Narkotika, ialah suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
18
19
Pemesanan Narkotika
Berdasarkan Undang-undang No. 19 Tahun 1976, apotek hanya
dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu
yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Untuk memudahkan
pengawasan maka apotek hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT.
Kimia
Farma
dengan
menggunakan
Surat
Pesanan
(SP),
yang
20
2. Penyimpanan Narkotika
Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam PerMenKes RI
No.28/MENKES/PER/VI/1978. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa
apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan
harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat
2. Harus mempunyai kunci yang kuat
3. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian
pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garamgaramnya serta persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan
untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari.
4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari
40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat melekat pada
tembok atau lantai.
5. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain
selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
6. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang
dikuasakan.
7. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak
terlihat oleh umum.
21
itu,
berdasarkan
surat
edaran
Dirjen
POM
No.
22
4. Pelaporan Narkotika
Undang-undang No. 35 Tahun 2009 pada Bab IV Pasal 14 ayat (2),
menyebutkan bahwa Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat
kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu
pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan
berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada
dalam penguasaannya.
Apotek berkewajiban membuat dan mengirimkan laporan mutasi
narkotika berdasarkan penerimaan dan pengeluarannya sebelum tanggal 10
setiap bulan. Laporan narkotika ditandatangani oleh APA, dibuat empat
rangkap, ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan kepada Kepala Balai Besar POM, Dinas Kesehatan Provinsi, dan
1 salinan untuk arsip selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
5. Pemusnahan Narkotika
Apoteker Penanggungjawab Apotek dapat memusnahkan narkotika
yang rusak, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan
dalam pelayanan kesehatan.Ini tercantum dalam PerMenKes RI No.
28/MENKES/PER/I/1978 Pasal 9. APA dan dokter yang memusnahkan
narkotika harus membuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika yang
sekurang-kurangnya memuat :
23
24
2.
3.
garis
besar
pengelolaan
psikoropika
meliputi
pemesanan,
Pemesanan Psikotropika
Kegiatan ini memerlukan surat pesanan (SP). Dimana satu SP biasa
digunakan untuk beberapa jenis obat.Penyaluran psikotropika tersebut diatur
dalam UU No.5 Tahun 1997 pasal 12 ayat (2).Dalam pasal 14 ayat (2)
dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat
dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan, dokter dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan
adalah dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA apabila
dilakukan pemesanan.
2.
Penyimpanan Psikotropika
Obat golongan psikotropika cenderung untuk disalahgunakan maka
dimintakan kepada sarana distribusi obat (PBF, Apotek, RS, dll) agar
meyimpan obat-obatan golongan psikotropika tersebut dalam rak atau
lemari khusus dan kartu stok psikotropika.
25
3.
Pelaporan Psikotropika
Pengeluaran
obat
psikotropika
wajib
dilaporkan,
pelaporan
Pemusnahan Psikotropika
Berdasarkan
UU
No.5
Tahun
1997
tentang
psikotropika,
26
dikonsultasikan
pertimbangan
kepada
dan
dokter
alternatif
penulis
resep
seperlunya
bila
dengan
perlu
27
d) Penyerahan Obat.
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan
akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat
dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling
kepada pasien.
e) Informasi Obat.
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat
pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan
minuman yang harus dihindari selama terapi.
f) Konseling.
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,
pengobatan
memperbaiki
dan
perbekalan
kualitas
hidup
kesehatan
pasien
lainnya,
atau
sehingga
terhindar
dari
dapat
bahaya
tertentu,
apoteker
harus
memberikan
konseling
secara
berkelanjutan.
g) Monitoring Penggunaan Obat.
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.
28
BAB III
TINJAUAN KHUSUS APOTEK
29
sekedar beriorientasi pada bisnis saja, namun tetap dapat mengutamakan misi
kemanusiaan (misi sosial).
Apotek Sahabat selama 10 tahun didirikan telah mengalami 3 kali
perubahan jabatan posisi Apoteker Pengelola Apotek (APA). Ketiga apoteker
yang pernah menjabat posisi APA di Apotek Sahabat ini antara lain Siti
Mutamimah (2003-2004), Isnindar (2004-2009), dan sejak tahun 2009 hingga saat
ini posisi tersebut dijabat dan dikelola oleh Bambang Wijianto, M.Sc., Apt.
III.1.2 Visi dan Misi Apotek Sahabat
Visi dan misi dari Apotek Sahabat, meliputi : Menjadi apotek pilihan
masyarakat yang memberikan pelayanan obat secara bersahabat dan maksimal
dengan harga yang terjangkau, mengutamakan kepuasaan pelanggan dengan
mempermudah akses masyarakat untuk memenuhi kebutuhan obat dan alat
kesehatan serta menjadi mitra dokter dan tenaga kesehatan lain dalam kegiatan
penyaluran obat kepada masyarakat.
III.2 Lokasi Apotek Sahabat
Apotek Sahabat berlokasi di Jalan Dr. Sudarso No. C 36-37, Pontianak.
Pemilihan lokasi ini memiliki tujuan, yaitu memberikan akses pelayanan
kebutuhan obat kepada pasien Rumah Sakit Umum Dr. Sudarso. Selain itu, lokasi
Apotek Sahabat ini cukup strategis karena selain berada di lingkungan Rumah
Sakit Umum Dr. Sudarso, Apotek Sahabat juga berada dekat dengan pemukiman
yang padat penduduk dan Rumah Sakit lain yang berada di wilayah sekitarnya,
dengan akses jalan yang mudah ditempuh dan dijangkau oleh masyarakat. Oleh
karena itu, hingga sekarang ini Apotek Sahabat tidak hanya memiliki customer
30
dari pasien Rumah Sakit Umum Dr. Sudarso saja tetapi juga customer dari pasien
rumah sakit lain serta masyarakat umum yang ada di Pontianak dan sekitarnya.
Denah lokasi Apotek Sahabat dapat dilihat pada lampiran 1.
III.3 Bangunan dan Tata Ruang
Bangunan Apotek Sahabat dibagi menjadi beberapa ruangan yang sesuai
dengan fungsinya dan memenuhi standar persyaratan pendirian apotek. Pada awal
pendirian, luas bangunan yang dipergunakan untuk pendirian apotek ini hanya 1
lokal pintu ruko, namun seiring berjalannya waktu, luas bangunan bertambah luas
menjadi sekitar kurang lebih 6 x 12m, dimana Apotek ini terdiri dari 2 ruko yang
berdampingan menjadi satu bangunan utuh. Ruangan yang ada di Apotek Sahabat
terdiri dari ruang tunggu pasien dengan 4 buah kursi tunggu dilengkapi dengan
fasilitas kipas angin dan televisi untuk kenyamanan customer saat melakukan
transaksi, ruang penjualan obat bebas (etalase), ruang administrasi yang terdiri
dari meja administrasi dan meja apoteker, ruang pimpinan, gudang merangkap
ruang peracikan obat, sebuah ruangan dilantai atas yang berfungsi untuk
menyimpan berkasberkas serta file Apotek Sahabat dan sebuah toilet. Pembagian
ruangan ini dimaksud untuk memudahkan karyawan dalam menjalankan
tugasnya. Selain itu, Apotek Sahabat juga memliki tempat parkir yang cukup luas
dan gratis sehingga memberi keleluasaan kepada pasien yang datang ke apotek
untuk membeli kebutuhannya akan obat ataupun alat kesehatan. Denah bangunan
apotek dapat dilihat pada lampiran 2.
31
: 1 Orang
: 1 Orang
32
: 1 Orang
Heny Krisriwayati, SE
4. Koordinator Administrasi dan Keuangan : 1 Orang
Bambang Heriyanto, SE
5. Koordinator Logistik dan Pengadaan
: 1 Orang
Safuan
6. Kasir
: 4 orang
a.
b.
c.
d.
Parno
7. Staf Gudang
a.
Lia Anggraeni
b.
Verdina
: 2 Orang
33
2.
Asisten Apoteker ( AA )
Asisten Apoteker bertanggung jawab untuk membantu APA dalam
pelayanan obat di apotek, yaitu meliputi :
a. Melakukan skrining resep
b. Mengerjakan pembuatan sediaan obat
c. Mengontrol kesesuaian pengeluaran obat dengan yang tertulis di resep
d. Menulis etiket dan copy resep
e. Melakukan konseling obat kepada pasien
f. Membuat laporan bulanan obat generik, obat psikotropika, dan obat
narkotika
3.
34
Koordinator Logistik
Koordinator logistik memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. Mengontrol persedian barang/obat yang jumlahnya hampir habis setiap
hari
b. Melakukan pengecekan obat-obatan yang mendekati waktu kadaluarsa
untuk dapat ditukarkan atau disimpan terpisah
c. Mengatur perputaran persediaan obat agar maksimal
d. Menulis daftar obat yang akan dipesan kedalam buku defacta
e. Bertanggung jawab atas pemesanan barang/obat kepada PBF
f. Melakukan pengadaan perbekalan farmasi dengan baik agar obat yang
tersedia dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan dan
menghindari terjadinya kekosongan sediaan dan perbekalan farmasi
g. Mengurus retur obat kadaluarsa kepada PBF yang bersangkutan
h. Melakukan styling pembelian, penyesuaian stok, pengecekan barang/obat
yang datang, daftar harga, menyusun daftar kebutuhan barang/obat,
mengawasi penyimpanan kelengkapan obat
5.
35
36
Kasir
Kasir bertanggung jawab terhadap kebenaran jumlah uang yang
dipercayakan kepadanya dan bertanggung jawab langsung kepada pimpinan.
Kasir memiliki wewenang untuk melaksanakan kegiatan arus uang sesuai
dengan petunjuk/instruksi dari pimpinan. Kasir memiliki tugas dan
kewajiban, yaitu :
a. Mengecek stok obat etalase (depan)
b. Pelayanan obat bebas dan resep dari pasien
c. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu pula
dengan pengeluaran uang yang harus dilengkapi dengan pendukung
berupa kwitansi, nota, tanda setoran dan lain-lain
d. menyetorkan dan mengambil uang.
e. Bertanggung jawab terhadap laporan uang masuk serta keluar pada
shiftnya
f. Menyusun struk untuk kemudian dibundel dan disimpan
37
gaji
karyawan
mengikuti
peraturan
UMR
dari
38
39
40
shift pagi
shift sore
shift malam
41
BAB IV
PEMBAHASAN
42
seminggu tersebut adalah shift pagi mulai dari jam 07.30 15.00 WIB dan shift
sore yang dimulai dari jam 14.30 21.30 WIB.
Kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan di Apotek
Sahabat berlangsung, terbagi dalam 4 pos, yakni pos administrasi, pos gudang,
pos asisten apoteker dan pos pelayanan. Setiap pos dijalani oleh peserta PKL,
setiap 2 hari peserta PKL melakukan kegiatan dibidang yang berbeda secara
bergantian. Misalkan pada hari pertama dan kedua, peserta melakukan kegiatan
dibidang Administrasi, maka hari ketiga dan keempat akan melakukan kegiatan
dibagian Gudang, begitu seterusnya hingga ke bagian Pelayanan. Bentuk Kegiatan
pada bagian Pelayanan ini berupa pemberian informasi dan edukasi mengenai
obat-obatan yang akan digunakan oleh pasien atau customer pada saat penyerahan
obat, melakukan swamedikasi terhadap keluhan ringan yang dirasakan oleh pasien
atau customer. Kegiatan Pelayanan ini selalu didampingi oleh Asisten Apoteker
atau karyawan apotek yang lebih paham mengenai obat, sehingga meminimalkan
terjadinya kesalahan saat pemberian informasi kepada pasien atau customer.
Pada bagian administrasi peserta diarahkan dan diperkenalkan tentang
kegiatan managerial perapotekan, seperti pengecekan kesesuian data obat yang
keluar pada kasir dan data obat yang keluar pada gudang. Apabila ditemukan
ketidaksesuaian data obat tersebut maka dilakukan pengecekan secara fisik
ketersediaan jumlah obat yang ada didalam gudang. Kegiatan ini dilakukan setiap
harinya dengan tujuan agar mengetahui sedini mungkin apabila terjadi kesalahan
saat pengambilan obat dan penginputan data faktur obat dari Pabrik Besar Farmasi
(PBF) yang masuk ke dalam gudang, sehingga dapat meminimalisir kerugian
43
yang terjadi. Selain itu, peserta juga diarahkan untuk belajar mengenal tata cara
pengarsipan resep, faktur, rekapitulasi pendapatan harian, selisih penjualan harian,
serta hal hal lain yang berhubungan dengan proses administrasi perapotekan.
Bagian Gudang, peserta PKL diarahkan dan dikenalkan dengan kegiatan
yang dilakukan pada area gudang, seperti pengambilan obat, penyiapan obat untuk
racikan sesuai permintaan resep, melakukan pengecekan perhitungan kembali
dosis untuk resep yang berupa racikan, penyusunan obat yang masuk, pengecekan
stok fisik obat, penginputan data obat keluar dari kasir, serta pengecekan
kesesuaian obat yang masuk ke apotek dengan faktur dari PBF.
Bagian Asisten Apoteker, peserta diarahkan dan dilatih untuk melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan peresepan obat, mulai dari skrining resep,
menghitung dosis racikan, menuliskan etiket dan copy resep serta pengecekan
pengeluaran obat dengan yang tertulis pada resep.
Bagian selanjutnya yaitu bagian Pelayanan secara langsung kepada Pasien
atau customer. Pada bagian ini peserta diarahkan dan diberi kesempatan untuk
melakukan pelayanan informasi obat kepada pasien dibagian depan apotek.
Pelayanan informasi obat yang diberikan berupa pelayanan seperti swamedikasi,
obat yang sesuai dengan keluhan yang dirasakan oleh pasien (Pharmaceutical
Care). Kegiatan ini juga tidak terlepas dari bimbingan Asisten Apoteker, agar
terapi yang diberikan efisien dan tidak terjadi kesalahan informasi yang nantinya
justru merugikan pasien.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.35
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pelayanan
44
45
Barang
46
47
lembar, dua lembar untuk PBF, satu lembar untuk penagihan dan satu
lembar untuk apotek. Faktur ini dibuat sebagai bukti yang sah dari pihak
kreditur mengenai transaksi penjualan barang. Kemudian salesman
menerima surat pesanan (SP). SP digunakan untuk mencocokan barang
yang dipesan dengan barang yang dikirim. Apabila sesuai dengan
pemesanan, Apoteker Pengelola Apotek atau Asisten Apoteker yang
menerima menandatangani faktur dan memberi cap apotek sebagai bukti
penerimaan barang. Untuk barang yang memiliki masa kadaluarsanya
sudah dekat dilakukan perjanjian terlebih dahulu, apakah barang tersebut
boleh dikembalikan atau tidak, dengan waktu pengembalian yang telah
ditentukan.
d. Penyimpanan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.35
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Bab II
Pasal 3 Ayat 2, penyimpanan obat harus dilakukan sebagai berikut :
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi
yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama
obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat
48
persediaan
barang/obat
di
Apotek
Sahabat
diperuntukan bagi obat yang pergerakannya cepat (fast moving) yaitu obat
dan bahan obat yang paling banyak dan cepat terjual serta sering digunakan
dan diresepkan oleh dokter. Dengan adanya penyimpanan barang, maka
persediaan barang dapat terkontrol sehingga dapat mencegah terjadinya
kekosongan.
49
50
51
52
berdasar bulan dan tahunnya. Setelah melewati masa 3 tahun, resep baru
dimusnahkan.
g. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan
(nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.
Pelaporan Internal di apotek Sahabat meliputi laporan keuangan,
laporan barang, dan laporan lainnya. Sedangkan Pelaporan eksternal yang
dilaksanakan di Apotek Sahabat dilakukan oleh Asisten Apoteker meliputi
laporan penggunaan obat generik, laporan penggunaan obat psikotropika,
serta laporan penggunaan obat narkotika. Laporan obat psikotropika dan
narkotika ini bertujuan untuk memantau penggunaan obat-obat golongan
psikotropika maupun narkotika sehingga tidak terjadi penyalahgunaan.
Pelaporan ini sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 35 tahun 2009
Pasal 14 ayat (2) tentang pelaporan narkotika dan UU No. 5 Tahun 1997
tentang pelaporan psikotropika. Laporan-laporan ini dibuat tiap 1 bulan
53
54
dari
hasil
pengkajian
maka
Apoteker
harus
55
B. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi Obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal
sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
- menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan Resep;
-mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
obat.
2. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
- warna putih untuk obat dalam/oral;
- warna biru untuk obat luar dan suntik;
- menempelkan label kocok dahulu pada sediaan bentuk suspensi atau
emulsi.
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
Obat yang berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari
penggunaan yang salah.
Di Apotek Sahabat kegiatan dispensing telah dilaksanakan
dengan baik yaitu menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep,
melakukan peracikan obat bila diperlukan, memberikan etiket,
memasukkan obat ke wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang
56
Obat
diserahkan
kepada
pasien
harus
dilakukan
57
membuat
catatan
pengobatan
pasien
dengan
58
59
D. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga
untuk
meningkatkan
pengetahuan,
pemahaman,
60
3.
4.
61
62
63
berusaha untuk terus menambah ilmu kefarmasian yang dimiliki, dan jika
peserta masih ragu terhadap beberapa kasus yang dikeluhkan oleh pasien,
peserta menanyakan kepada Asisten Apoteker yang berada ditempat,
sehingga pasien dapat menerima terapi yang efisien dan sesuai dengan gejala
yang dikeluhkan.
64
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan di
Apotek Sahabat antara lain adalah :
a. Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu langkah yang nyata dan
konkrit untuk membekali mahasiswa farmasi tentang gambaran dunia
kerja di apotek dan menjadi tempat untuk mahasiswa farmasi menerapkan
ilmu yang dimiliki selama perkuliahan.
b. Apotek Sahabat sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
telah merealisasikan dua fungsi apotek, yaitu fungsi sosial (nonprofit
oriented) dan fungsi bisnis (profit oriented) secara seimbang sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Apotek Sahabat telah memberikan kesempatan yang cukup luas kepada
mahasiswa peserta PKL untuk berinteraksi dengan masyarakat secara
langsung sehingga bermanfaat dalam memberikan gambaran kerja seorang
apoteker di apotek.
d. Pelayanan yang dilakukan di Apotek Sahabat meliputi pelayanan obat
dengan resep, pelayanan obat tanpa resep yang meliputi pelayanan obat
bebas/bebas terbatas, pelayanan obat wajib apotek (OWA), pelayanan alat
kesehatan dan komoditas lainnya serta pelayanan konsultasi obat dan
konsultasi kesehatan.
65
meningkatkan
fungsi
pelayanan
seorang
apoteker
kepada
66
DAFTAR PUSTAKA
atas
Peraturan
922/MENKES/PER/X/1993,
Menteri
tentang
Kesehatan
Ketentuan
dan
RI
Tata
Nomor
Cara
67
Indonesia. Jakarta.
68