You are on page 1of 2

SYOK ANAFILAKTIK

Anafilaksis merupakan bentuk terberat dari reaksi obat, yang dapat berupa reaksi
anafilaktik dan reaksi anafilaktoid. Reaksi anafilaktik adalah gejala yang timbul melalui
reaksi alergen dan antibodi. Sedangkan reaksi anafilaktoid tidak melalui reaksi imunologik,
namun karena gejala dan pengobatannya tidak dapat dibedakan, maka reaksi anafilaktoid juga
disebut sebagai anafilaksis (Rengganis et al., 2007).
Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinik dari anafilaksis yang ditandai
dengan adanya hipotensi yang nyata dan kolaps sirkulasi darah. Anafilaksis yang berat dapat
pula terjadi tanpa hipotensi, dimana obstruksi saluran napas menjadi gejala utamanya.
Kematian karena anafilaksis sebesar dua pertiganya disebabkan oleh obstruksi saluran napas
(terutama pada usia muda) dan sisanya oleh kolaps kardiovaskular (terutama usia lanjut)
(Rengganis et al., 2007).
Ciri khas anafilaksis yang pertama adalah gejala yang timbul beberapa detik hingga
beberapa menit setelah terpajan alergen atau faktor pencetus non alergen seperti zat kimia,
obat, atau kegiatan jasmani. Ciri kedua, anafilaksis merupakan reaksi sistemik sehingga
melibatkan multiorgan yang gejalanya timbul serentak atau hampir serentak (Rengganis et al.,
2007).
Syok anafilaktik biasanya terjadi setelah penyuntikan serum atau obat terhadap
penderita yang sensitif; selain tanda-tanda syok terdapat juga spasme bronkioli yang
menyebabkan asfiksi dan sianosis. Juga sering didahului dengan rasa nyeri kepala, gangguan
penglihatan, urtikaria dan edema wajah, dan mual-mual (Purwadianto dan Sampurna, 2000).
Mekanisme dan Penyebab Anafilaksis Karena Obat
Melalui mekanisme IgE dan non IgE, serta berbagai penyebab selain obat, seperti
makanan, kegiatan jasmani, sengatan tawon, faktor fisis seperti udara panas, air dingin,
bahkan sebagian tidak diketahui. Mekanisme dan obat pencetus anafilaksis (Rengganis et al.,
2007):
1.

Anafilaktik (melalui IgE)


a.
b.
c.
d.

Antibiotik (penisilin, sefalosporin)


Ekstrak alergen (bisa tawon, polen)
Obat (glukokortikoid, thiopental, suksinilkolin)
Enzim (kemopapain, tripsin)

e. Serum heterolog (antitoksin tetanus, globulin antilimfosit)


f. Protein manusia (insulin, vasopressin, serum)
2.

Anafilaktoid (tidak melalui IgE)


a.
1)
2)
3)

Zat penglepas histamine secara langsung


Obat (opiat, vankomisin, kurare)
Cairan hipertonik (media radiokontras, manitol)
Obat lain (dekstran, fluoresens)

b. Aktivasi komplemen
1) Protein manusia (immunoglobulin dan produk darah lainnya)
2) Bahan dialisis
c

Modulasi metabolisme asam arachidonat


1) Asan asetilsalisilat
2) Anti inflamasi nonsteroid
Rengganis I., Sundaru H., Sukmana N., Mahdi D. 2007. Renjatan Anafilaktik. Dalam:
Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati,
Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pp: 190-2.

You might also like