You are on page 1of 6

Pengertian Koping

Koping adalah proses dimana seseorang mencoba untuk mengatur perbedaan yang diterima
antara keinginan (demands) dan pendapatan (resources) yang dinilai dalam suatu keadaan
yang penuh tekanan. Walaupun usaha koping dapat diarahkan untuk memperbaiki atau
menguasai suatu masalah, hal ini juga dapat membantu seseorang untuk mengubah
persepsinya atas ketidaksesuaian, menolerir atau menerima bahaya, juga melepaskan diri atau
menghindari situasi stress. Stress diatasi dengan kognitif dan behavioral transactions melalui
lingkungan (Nasir & Muhith, 2011).
Sumber koping terdiri atas beberapa hal (Stuart, 2007) yaitu :
a. Kemampuan personal dalam menghadapi masalah, mengidentifikasi
masalah, mencari pemecahan masalah, menimbang dan memutuskan suatu
pilihan.
b. Dukungan sosial dapat memudahkan pemecahan masalah, memberikan
kontrol sosial terbesar dalam individu tersebut.
c. Aset materi yang berupa uang dan harta benda dapat mempengaruhi strategi
koping.
d. Keyakinan positif yang meliputi keyakinan spiritual, pandangan positif
seseorang dapat ditujukan sebagai dasar dari harapan dan dapat
meningkatkan upaya koping seseorang dalam mengahadapi stressor.
Penggolongan
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya menjadi dua (Stuart, 2007) yaitu :
1. Mekanisme Koping Adaptif (Mekanisme koping positif)
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan
masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
Adaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
a
b
c
d

Masih mengontrol emosi pada dirinya.


Memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih perhatian pada masalah.
Memiliki persepsi yang luas
Dapat menerima dukungan dari orang lain

2. Mekanisme Koping Maladaptif (Mekanisme koping negatif)

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,


menurunkan otonomi dan cendrung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan
berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar. Maladaptif jika
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a Tidak mampu berfikir apa-apa atau disorientasi
b Tidak mampu menyelesaikan masalah
c Prilakunya cenderung merusak

Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial (Lazarus
dan Folkman, 1985; Townsend, 1996; Keliat, 1999; Stuart, 2007) yaitu :
A. Reaksi Orientasi Tugas
Berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stress secara realistis,
dapat berupa konstruktif atau destruktif. Misal :
a. Perilaku menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan
untuk memuaskan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik
secara fisik atau psikologis.
c. Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau
memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.
B. Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental.
Adapun mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut
a. Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan
keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
b. Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.
Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.
c. Pemindahan (displacement)

Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda lain yang biasanya netral atau
lebih sedikit mengancam dirinya.
d. Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.
e. Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
f. Intelektualisasi (intelectualization)
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
g. Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan
kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati
nurani.
h. Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara
atau berjangka lama.
i. Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan,
perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.
j. Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk
menghalalkan/membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.
k. Reaksi formasi
Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang bertentangan dengan apa yang
sebenarnya ia rasakan atau ingin lakukan.

l. Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf
perkembangan yang lebih dini
m. Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang menyakitkan
atau bertentangan, dari kesadaran seseorang; merupakan pertahanan ego yang primer yang
cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.
n. Pemisahan (splitting)
Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk;
kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri.
o. Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu
dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
p. Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan
analog represi yang disadari; pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari
kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya.
q. Undoing
Tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/ perilaku
atau komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme pertahanan primitif.

Koping dan Ikhlas

Ikhlas termasuk dalam suatu prinsip hidup, berperilaku sebagai bentuk dari strategi
koping. Sikap ini dapat diartikan sebagai suatu penerimaan dari sesuatu yang baginya
merugikan, berbeda dengan penerimaan buatan (artificial acceptance) yang hanya
ditampilkan di luar, ketulusan terletak di dalam hati, (organ yang sering dikaitkan dengan
beberapa fungsi simbolik). Jika seseorang yang mampu bersikap rendah hati, sederhana, dan
bersyukur, misalnya, tampaknya lebih mungkin bahwa dia atau dia akan menemukan arti dan
manfaat dalam hidupnya. Ketulusan juga menjelaskan kualitas interaksi sosial, misalnya
ketika membantu orang lain atau bekerja sama (Zaumseil et al., 2013).
Sebagai contoh dalam bukunya yang berjudul Cultural Psychology of Coping with
Disasters: The Case of an Earthquake in Java, Indonesia, dalam wawancara pada aspek
emosional (koping) dalam mengatasi gempa, responden menggunakan beberapa konsep Jawa
untuk menggambarkan pengalaman mereka seperti penerimaan (nrimo) atau ketulusan
(ikhlas). (Zaumseil et al., 2013)

Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (R. P. Kapoh, & E. K. Yudha, Penerj.)
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar- Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B.A. (1999). Penatalaksanaan stres. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Lazarus, S.R. dan Folkman, S. (1985). Stress appraisal and coping. New York: Publishing
Company.
Townsend, M.C. (1996). Psychiatric mental health nursing: concepts of care. Second edition.
Philadelphia: F.A. Davis Company.
Zaumseil M, Schwarz S, Vacano M, Sullivan GM, Prawitasari-Hadiyono JE. 2013.
Cultural Psychology of Coping with Disasters: The Case of an Earthquake in Java,
Indonesia. New York: Springer Science & Business Media

You might also like