You are on page 1of 3

1 of 3

http://analisadaily.com/3-10.htm

Edisi Selasa, 11 Desember 2007

Rubrik Berita
Berita Utama
Kota Medan

Nanggre Aceh
Darussalam

Sumatera Utara
Nanggre Aceh
Darussalam
Lain-lain
Mancanegara
Ekonomi & Keuangan
Olahraga

Kartun
Pak Tuntung

Arsip Berita
Tanggal:

10

Bulan:

Desember

Tahun:

2007
CARI

Unsyiah Kembangkan Pusat Studi


Tsunami
Banda Aceh, (Analisa)
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh
bekerjasama dengan Universitas Kobe dan
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR)
NAD-Nias, menggelar International Workshop &
Expo Pengurangan Risiko Bencana (Disaster
Risk Reduction) pada 8-11 Desember 2007.
Workshop ini diharapkan bisa memberikan
pengetahuan bagi warga tentang tatacara
penyelamatan diri saat bencana. Sebelumnya,
Unsyiah telah membentuk Pusat Riset Tsunami
dan Mitigasi Bencana, sebagai respon terhadap
pentingnya upaya pendidikan dan penyadaran
masyarakat tentang mitigasi bencana dan
tsunami.
Workshop yang berlangsung di Universitas Syiah
Kuala itu diikuti sejumlah peserta dari Aceh,
Jepang dan beberapa negara lain. Sejumlah
pakar tsunami dan mitigasi bencana dari
Universitas Kobe dan Universitas Nagoya akan
memberikan presentasi dalam workshop tersebut.
Selain workshop, Pusat Riset Tsunami dan
Mitigasi Bencana Universitas Syiah Kuala juga
menggelar expo, yang terdiri atas pameran foto
rekonstruksi Aceh, sepeda santai, hiking, dan
sejumlah kegiatan lain.
Rektor Universitas Syiah Kuala, Darni Daud
mengatakan, workshop ini diharapkan bisa
mewujudkan proses pembelajaran dalam
kesiapsiagaan penanggulanan bencana serta
mencari solusi bagi rekonstruksi pasca tsunami.

Topik Lain
Aktivis Anti Korupsi
Desak Pemerintah
Bersihkan Aceh dari
Koruptor
Peringati Hari HAM Sedunia

Puluhan Korban HAM di


Langsa Turun ke Jalan
Puluhan Desa di
Lhoksukon Masih
Terendam Banjir
Kelangkaan Semen
Teratasi Akhir Minggu Ini
Cuaca Buruk, Nelayan
Pidie Enggan Melaut
Dinas P dan K Pidie
Lakukan Berbagai
Persiapan Hadapi UN
2008
Diragukan Target PAD
Pidie Rp14 Miliar Bisa
Tercapai
122 Tenaga Honorer
Diangkat Jadi CPNSD
DKP dan PSKP Unsyiah
Dapat Bantuan GPS
Senilai Rp1,2 Miliar
Tak Miliki Data Base di BKN

Nasib 537 Tenaga


Honorer di Pemko
Lhokseumawe Belum
Jelas

Darni Daud menekankan pentingnya upaya


penyadaran bagi masyarakat dalam
menanggulangi bencana. Tsunami yang melanda
Aceh tiga tahun silam menjadi pelajaran

12/11/2007 11:02 AM

2 of 3

http://analisadaily.com/3-10.htm

berharga. Selain merenggut ratusan ribu korban


jiwa, tsunami juga meluluhlantakkan Aceh dan
sejumlah kawasan di Samudera Hindia.
Korban yang cukup banyak tidak harus terjadi,
apabila masyarakat kita aware dan mengetahui
cara untuk melakukan aksi yang cepat dan tepat
untuk penyelamatan diri. Sehingga korban yang
jatuh tidak terlalu banyak, ujar Darni kepada
wartawan di kampus Universitas Syiah Kuala,
Darussalam, Banda Aceh, Sabtu (8/12).
Memungut Ikan
Darni menambahkan, saat gempa berkekuatan
9.0 SR mengguncang Aceh dan menyebabkan air
laut surut, banyak masyarakat Aceh malah
berupaya memungut ikan yang tergeletak akibat
laut mengering. Padahal, tsunami pernah
menerjang Kepulauan Simeulue, sekitar tahun
1800-an. Masyarakat Simeulue menyebutnya
Smong.
Saat tsunami lalu, tidak banyak masyarakat
Simeulue yang menjadi korban. Karena mereka
sudah tahu tsunami dari cerita turun-temurun,
ujar Darni Daud.
Beranjak dari pengalaman tsunami, pada
Pebruari 2005 Universitas Syiah Kuala
membentuk Pusat Riset Tsunami. Beberapa
waktu kemudian Unsyiah kembali membentuk
lembaga yang dinamakan dengan Pusat Mitigasi
Bencana. Pada 2006 silam, kedua lembaga ini
digabung dan menjadi Pusat Riset Tsunami dan
Mitigasi Bencana.
Menurut Darni Daud, lembaga ini dibentuk untuk
memberikan pendidikan, pelatihan kepada
masyarakat tentang tsunami dan kesiapan dalam
menghadapi bencana. Unsyiah menganggap
proses pembelajaran ini penting, agar masyarakat
tahu apa yang harus dilakukan jika bencana
datang.
Sementara itu, Kepala Pusat Pengendalian
Lingkungan dan Konservasi BRR, R Pamekas
menyebutkan, dalam upaya menanggulangi
bencana perlu diakomodir berbagai kearifan lokal,
seperti cerita Smong di kalangan masyarakat
Simeulue.
Pamekas, berharap, Pusat Riset Tsunami dan
Mitigasi Bencana Unsyiah, harus mampu
mewujudkan pengelolaan lingkungan secara dini
melalui penataan ruang berbasis lingkungan dan
kebencanaan. Bahkan yang lebih ideal lagi
adalah terciptanya pengelolaan lingkungan

12/11/2007 11:02 AM

3 of 3

http://analisadaily.com/3-10.htm

secara rutin berbasis kearifan lokal.


Saat ditanya soal kesiapan Aceh dalam
menghadapi bencana, R Pamekas mengatakan,
berdasarkan penelitian yang dilakukan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2006
silam, Aceh termasuk daerah yang belum terlalu
siap dalam menghadapi bencana, jika
dibandingkan Sumatera Barat, dan Provinsi
Bengkulu. Penelitian ini mengambil sampel
masyarakat umum, pejabat pemerintahan, dan
siswa.
Pamekas menyebutkan, banyak upaya yang telah
dilakukan para pelaku rekonstruksi agar Aceh
lebih siap dalam menghadapi bencana alam. Di
antaranya dengan membangun jalur
penyelamatan (escape road), escape building,
sirene peringatan dini (yang telah dipasang enam
unit di Banda Aceh dan Aceh Besar-red.),
penataan perkampungan (village planning). (irn)

Copyright
1998--20007
Harian Analisa
Online
All rights reserved.

Site Developer:

exolution.net

12/11/2007 11:02 AM

You might also like