You are on page 1of 10

2.

2 Rumah Sehat
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi
perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal
berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu
bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan
guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Pedoman Teknis Penilaian
Rumah Sehat, Depkes RI, 2007).
2.2.1

Definisi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, rumah adalah

bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Sedangkan yang dimaksud dengan Sehat menurut World Health Organization (WHO) Sehat
adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, maupun Sosial Budaya, bukan hanya
keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan). Berdasarkan pengertian diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa Rumah Sehat sebagai tempat berlindung atau bernaung dan
tempat untuk beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani
maupun sosial budaya.
2.2.2

Instrumen Penilaian Rumah Sehat


Dalam menentukan kriteria dan pembobotan instruman penilaian rumah sehat ini

digunakan metode Professional Adjustment, dengan tetap mengacu pada beberapa teori yang ada
seperti derajat kesehatannya Blum. Namun pada dasarnya pemberian bobot ini tetap mengacu
pada asumsi dasar berupa tingkat signifikansi suatu komponen pada besar kecilnya peran dalam
menimbulkan masalah sanitasi serta kemungkinan peluang intervensi perbaikan sebagai tindak
lanjut pengawasan. Instrument tersebut juga sesuai dengan Pedoman Teknis Penilaian Rumah
Sehat Depkes RI Tahun 2007. Penentuan nilai-nilai pada setiap parameter ditentukan sesuai
jumlah kriteria yang ada, dengan range sesuai blangko SSD1. Pembobotan terhadap kelompok
komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, dan kelompok perilaku didasarkan pada teori Blum,
yang diinterpetasikan terhadap:
1

a. Lingkungan (45%)
b. Perilaku (35%)
c. Pelayanan Kesehatan (15%)
d. Keturunan (5%)
Dalam hal rumah sehat , persentase pelayanan kesehatan dan keturunan diabaikan,
sedangkan untuk penilaian lingkungan dan perilaku ditentukan sebagai berikut :
a. Bobot komponen rumah (25/80 x 100%) : 31
b. Bobot sarana sanitasi (20/80 x 100%) : 25
c. Bobot perilaku (35/80 x 100%) : 44
Penentuan kriteria rumah berdasarkan pada hasil penilaian rumah yang merupakan hasil
perkalian antara nilai dengan bobot, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Memenuhi Syarat : 1068 - 1200
b. Tidak memenuhi syarat : < 1068
2.2.3

Kriteria Rumah Sehat


Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang

dan pangan. Rumah berfungsi sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk berlindung dari
gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya. Rumah juga merupakan tempat berkumpulnya
anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya. Bahkan bayi, anak-anak, orang
tua, dan orang sakit menghabiskan hampir seluruh waktunya di rumah.
2.3.3.1 Persyaratan
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
(Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007)
1. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya ruangan khusus untuk istirahat
(ruang tidur), bagi masing-maing penghuni;
2. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit
dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,

terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan


penghawaan yang cukup;
3. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi
bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam rumah; Rumah yang sehat
harus dapat mencegah atau mengurangi resiko kecelakaanseperti terjatuh, keracunan dan
kebakaran. Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam kaitan dengan hal tersebut
antara lain :
a. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat;
b. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api;
c. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan gas;
d. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan kecelakaan
mekanis dapat dihindari;
4. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu; Beberapa aspek yang berkaitan
dengan rumah sehat dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran udara
kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis. Tersedianya udara
segar dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu
ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan overcrowded maka akan
menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan.
Rumah yang memenuhi syarat ventilasi baik akan mempertahankan kelembaban
yang sesuai dengan temperatur kelembaban udara. Standart luas ventilasi rumah,
menurut Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999, adalah minimal 10% luas lantai. Setiap
ruang yang dipakai sebagai ruang kediaman sekurang-kurangnya terdapat satu jendela
lubang ventilasi yang langsung berhubungan dengan udara luar bebas rintangan
dengan luas 10% luas lantai. Ruangan yang ventilasinya kurang baik akan
membahayakan kesehatan khususnya saluran pernapasan. Terdapatnya bakteri di
udara disebabkan adanya debu dan uap air. Jumlah bakteri udara akan bertambah jika
3

penghuni ada yang menderita penyakit saluran pernapasan, seperti TBC, Influenza,
dan ISPA.
Dalam pengertian ventilasi ini dari aspek fungsi juga tercakup jendela. Luas
ventilasi atau jendela adalah luas lubang untuk proses penyediaan udara segar dan
pengeluaran udara kotor baik secara alami atau mekanis. Ventilasi atau jendela
mempunyai peran dalam rumah untuk mengganti udara ruangan yang sudah terpakai.
Fungsi utama ventilasi dan jendela antara lain :.
1. Sebagai lubang masuk dan keluar angin sekaligus sebagai lubang pertukaran
udara atau lubang ventilasi yang tidak tetap (sering berupa jendela atau pintu).
2. Sebagai lubang masuknya cahaya dari luar (sinar matahari). Agar udara dalam
ruangan segar persyaratan teknis ventilasi dan jendela ini sebagai berikut :
a. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan dan luas
lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai,
dengan tinggi lubang ventilasi minimal 80 cm dari langit-langit.
b. Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup minimal 80 cm dari lantai dan
jarak dari langit-langit sampai jendela minimal 30 cm.
c. Udara yang masuk harud udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap
pembakaran sampah, knaolpot kendaraan, debu dan lain-lain.
d. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang hawa
berhadapan antara dua dinding ruangan. Aliran udara ini diusahakan tidak
terhalang oleh barang-barang seperti almari, dinding, sekat-sekat, dan lainlain.
e. Kelembaban udara dijaga antara 40% s/d 70%.
Untuk memperoleh ventilasi yang baik dapat dilaksanakan dengan cara :
1. Ventilasi alamiah, merupakan ventilasi yang terjadi secara alamiah, dimana udara
masuk kedalam ruangan melalui jendela, pintu, atau lubang angin yang sengaja
dibuat.
2. Ventilasi Mekanik, merupakan ventilasi buatan dengan menggunakan :
a. AC (Air Conditioner), yang berfungsi untuk menyedot udara dalam ruang
kenudian disaring dan dialirkan kembali dalam ruangan.
b. Fan (Baling-baling) yang menghasilkan udara yang dialirkan ke depan.
4

c. Exhauser, merupakan baling-baling penyedot udara dari dalam dan luar ruangan
untuk proses pergantian udara yang sudah dipakai.
b) Pencahayaan
Penerangan ada dua macam, yaitu penerangan alami dan buatan. Penerangan
alami sangat penting dalam menerangi rumah untuk mengurangi kelembaban.
Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan
melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain berguna
untuk penerangan sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk
atau serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu, misalnya
untuk membunuh bakteri adalah cahaya pada panjang gelombang 4000 A sinar ultra
violet (Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007).
Cahaya matahari disamping berguna untuk menerangi ruangan, mengusir
serangga (nyamuk) dan tikus, juga dapat membunuh beberapa penyakit menular
misalnya TBC, cacar, influenza, penyakit kulit atau mata, terutama matahari
langsung. Selain itu sinar matahari yang mengandung sinar ultra violet baik untuk
pertumbuhan tulang anak - anak (Suyono, 1985).
Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan
oleh:
a. Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),
b. Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),
c. Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan,
d. Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan,
e. Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap
hari,
f. Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.
c) Penghawaan
Kualitas udara dipengaruhi oleh adanya bahan polutan di udara. Polutan di dalam
rumah kadarnya berbeda dengan bahan polutan di luar rumah. Peningkatan bahan
polutan di dalam ruangan dapat pula berasal dari sumber polutan di dalam ruangan
5

seperti asap rokok, asap dapur, pemakaian obat nyamuk bakar. Udara merupakan
kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang hidupnya. Udara akan sangat
berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan
akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat,
apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruanganruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai
ventilasi.
Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami,
maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan silang
(ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan.
b. Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir keluar
ruangan.
c. Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC.
d. Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC, yang
memerlukan peralatan bantu elektrikal -mekanikal seperti blower atau exhaust
fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
e. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan
f. Menghindari disekitarnya.
g. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan
dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.
d) Suhu dan kelembaban udara
Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban udara
ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban
ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang
kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan
akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan. Untuk mengatur suhu udara
dan kelembaban normal untuk ruangan dan penghuni dalam melakukan kegiatannya,
perlu memperhatikan :
a. Keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar.
6

b. Pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak


perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan.
Untuk pengukuran suhu udara dengan mempergunakan alat Phsycrometer, yang
terbagi atas :
1. Suhu Kering, merupakan suhu udara yang ditunjukkan oleh thermometer basah
dengan pembacaan suhu setelah diukur selama 15 menit dan umumnya berkisar
antara 29C-34C
2. Suhu Basah, merupakan suhu yang menunjukkan bahwa udara telah jenuh yaitu
antara 25C - 28C.
Rumah yang sehat harus mempunyai suhu yang diatur sedemikian rupa agar suhu
badan dapat dipertahankan sehingga tubuh tidak terlalu banyak kehilangan panas atau
tubuh tidak sampai kepanasan. Agar diperoleh suhu ruangan yang yang memenuhi
syarat kesehatan (18C 30C) dapat dilakukan dengan melakukan pertukaran udara
setempat (kipas angin) atau dengan udara baru (AC/Exhauser). Kelembaban
merupakan kandungan uap air udara dalam ruang yang diukur dengan phsycrometer
dan dinyatakan dengan satuan persen (%). Kelembaban ini sangat erat hubungannya
dengan ventilasi. Apabila ventilasi kurang baik maka akan meningkatkan kelembaban
yang disebabkan oleh penguapan cairan tubuh dan uap pernafasan. Beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat kelembaban dalam rumah antara lain :
a. Rising Dump (Kelembaban yang naik dari tanah).
Kelembaban yang disebabkan oleh proses kerja osmosis atau tenaga tarik
kapiler dari bahan dinding yang mengadakan kontak dengan tanah yang
lembab yang dapat naik kedalam dinding (mencapai ketinggian 3 4 meter).
b. Percolation Dump (merembes melalui dinding).
Disebabkan oleh infiltrasi hujan yang masuk kedalam dinding.
c. Root Leaks (bocor melalui atap)
Disebabkan karena atap atau genting yang tidak dapat menahan air (air hujan
dapat merembes melalui celah-celahnya)
Udara yang kurang mengandung uap air maka udara terasa kurang nyaman dan
berbau, sebaliknya jika udara mengandung banyak uap air maka udara basah yang
dihirup akan berlebihan sehingga mengganggu fungsi paru-paru. Rumah yang
7

lembab akan mudah ditumbuhi oleh kuman-kuman yang dapat menyebabkan


penyakit infeksi, khususnya penyakit infeksi saluran pernafasan. Sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 kelembaban udara berkisar
antara 40% -70%.
2.2.4

Indikator dan Parameter Penilaian Rumah Sehat


Terdapat beberapa indikator penilaian rumah sehat yaitu :
1. Komponen Rumah
2. Sarana Sanitasi
3. Perilaku Penghuni
2.2.4.1 Komponen rumah sehat
Indikator penilaian komponen rumah meliputi beberapa parameter sebagai berikut :
a. Langit-langit
b. Dinding
c. Lantai
d. Jendela kamar tidur
e. Jendela ruang keluarga
f. Ventilasi
g. Lubang asap dapur
h. Pencahayaan
i. Kandang
j. Pemanfaatan Pekarangan
k. Kepadatan penghuni.
2.2.4.2 Sarana sanitasi
Indikator penilaian Sarana Sanitasi rumah meliputi beberapa parameter sebagai berikut :
a. Sarana air bersih
b. Jamban
c. Sarana pembuangan air limbah
d. Sarana pembuangan sampah.
8

1. Sarana air bersih


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah
air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. syaratsyarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan
(maks 500 mg/l)
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air).
2. Jamban
Angka kesakitan penyakit diare di Indonesia masih tinggi. Salah satu penyebab
tingginya angka kejadian diare adalah rendahnya cakupan penduduk yang memanfaatkan
sarana air bersih dan jamban serta PHBS yang belum memadai. Menurut data dari
200.000 anak balita yang meninggal karena diare setiap tahun di Asia, separuh di
antaranya adalah di Indonesia. Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban
dengan syarat antara lain sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau
sumur
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar; atau, bila memang benarbenar diperlukan,
harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

3. Sarana Pembuangan Air Limbah


Buruknya kualitas sanitasi juga tercermin dari rendahnya persentase penduduk yang
terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah (sewerage system).
4. Sarana Pembuangan Sampah
Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya banyak
menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila dibuang dengan cara
ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan
manusia. Apabila dibakar akan menimbulkan pengotoran udara. Kebiasaan membuang
sampah disungai dapat mengakibatkan pendangkalan sehingga menimbulkan banjir.
Dengan demikian sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber
pencemar pada tanah, badan air dan udara.
Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian yakni sampah organik
(sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Pada tingkat rumah tangga dapat
dihasilkan sampah domestik yang pada umumnya terdiri dari sisa makanan, bahan dan
peralatan yang sudah tidak dipakai lagi, bahan pembungkus, kertas, plastik, dan
sebagainya.
2.2.4.2 Perilaku penghuni rumah
Indikator penilaian Perilaku Penghuni Rumah meliputi beberapa parameter sebagai
berikut :
1. Membuka jendela kamar
2. Membuka jendela kamar keluarga
3. Membersihkan halaman rumah
4. Membuang tinja bayi dan balita ke jamban
5. Membuang sampah ke tempat sampah

10

You might also like