You are on page 1of 18

BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA


1. ANATOMI KORNEA
Kornea merupakan dinding
depan bola mata, berupa jaringan
transparan dan avaskular.Bentuk
kornea agak elips dengan diameter
horizontal 12,6mm dan diameter
vertikal

11,7

mm.

Jari-jari

kelengkungan depan 7,84 mm dan


jari-jari kelengkungan belakang 7
mm tebal kornea pusat 0,6 mm dan tebal bagian tepi 1 mm. Kornea mempunyai lima lapisan
yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris),
lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan
kornea disebut limbus kornea. 1,6
Kornea memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea memberikan kontribusi 74 % atau setara
dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata manusia. Kornea juga
merupakan sumber astigmatisme pada sistem optik.Dalam nutrisinya, kornea bergantung
pada difusi glukosa dari aqueus humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air
mata.Sebagai tambahan, kornea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus.Kornea adalah
salah satu organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan
sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan dengan konjungtiva. 1,6

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:


1

Gambar : Lapisan kornea dari luar ke dalam


Kornea dalam bahasa latin cornum artinya seperti tanduk, merupakan selaput bening
mata, bagian dari mata yang bersifat tembus cahaya, merupakan lapis dari jaringan yang
menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas2,6 :
1. Epitel
Terdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak
bertanduk yang saling tumpang tindih; sel poligonal dan sel gepeng. Tebal lapisan epitel
kira-kira 5 % (0,05 mm) dari total seluruh lapisan kornea. Epitel dan film air mata
merupakan lapisan permukaan dari media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat
mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin
maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di
sampingnya dan sel poligonal di sampingnya melalui desmosom dan makula okluden.
Ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa melalui barrier.Sel basal
menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan
mengakibatkan erosi rekuren. Sedangkan epitel berasal dari ektoderm permukaan.Epitel
memiliki daya regenerasi.2,6

2. Membran bowman

Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran basal dari epitel.
Merupakan lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
epitel bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.2,6
3. Stroma
Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea.Merupakan lapisan tengah
pada kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-fibril kolagen dengan lebar sekitar 1 m
yang saling menjalin yang hampir mencakup seluruh diameter kornea, pada permukaan
terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini bercabang,
terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama, dan kadang sampai 15
bulan.2,3,6
4. Membran Descemet
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea yang
dihasilkan oleh endotel. Bersifat sangat elastis dan jernih yang tampak amorf pada
pemeriksaan mikroskop elektron, membran ini berkembang terus seumur hidup dan
mempunyai tebal + 40 m.2,6
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal, tebal antara
20-40 m melekat erat pada membran descemet melalui taut.Endotel dari kornea ini
dibasahi oleh aqueous humor. Lapisan endotel berbeda dengan lapisan epitel karena tidak
mempunyai daya regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel yang mati
dengan mengurangi kepadatan seluruh endotel dan memberikan dampak pada regulasi
cairan, jika endotel tidak lagi dapat menjaga keseimbangan cairan yang tepat akibat
gangguan sistem pompa endotel, stroma bengkak karena kelebihan cairan (edema
kornea) dan kemudian hilangnya transparansi (kekeruhan) akan terjadi. Permeabilitas
dari kornea ditentukan oleh epitel dan endotel yang merupakan membrane
semipermeabel, kedua lapisan ini mempertahankan kejernihan daripada kornea, jika
terdapat kerusakan pada lapisan ini maka akan terjadi edema kornea dan kekeruhan pada
kornea.3,6
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus yang berjalan suprakoroid, masuk ke dalam
stroma kornea, menembus membran Bowman melepas selubung Schwannya. Seluruh lapis
3

epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan.Sensasi dingin oleh Bulbus Krause
ditemukan pada daerah limbus.3,6
2. FISIOLOGI KORNEA
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya
menuju retina.Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler
dan deturgesensi.Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan
oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam
mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi
atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah

daripada kerusakan pada epitel.

Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan.
Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat
yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air
mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin
merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu
mempertahankan keadaan dehidrasi.6
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik.Substansi larut-lemak dapat melalui
epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat
melalui kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus. Epitel adalah sawar yang
efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera,
stroma yang avaskular dan membran bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam
organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur.6

B. ULKUS KORNEA
1. DEFINISI

Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari
epitel sampai stroma.Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea.Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan
cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel,
perforasi, endofthalmitis.1,4
2. ETIOLOGI
Penyakit kornea adalah penyakit mata yang serius karena menyebabkan gangguan tajam
penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan.Ulkus kornea merupakan hilangnya
sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.Ulkus biasanya terbentuk akibat
infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas, atau pneumokokus), jamur virus
(misalnya herpes) atau protozoa akantamuba.Selain itu ulkus kornea disebabkan reaksi
toksik, degenerasi, alergi dan penyakit kolagen vaskuler.Kekurangan vitamin A atau protein,
mata kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna dan melembabkan
kornea).Faktor resiko terbentuknya antara lain adalah cedera mata, ada benda asing di mata,
dan iritasi akibat lensa kontak. 2,4,5

3. PATOFISIOLOGI
Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan, resiko
terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma langsung pada
kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang mengganggu
keseimbangan permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat pemakaian lensa kontak.2,5
Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan melepaskan enzim
dan toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang mengawali proses
inflamasi. Sel-sel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN berfungsi memfagosit
bakteri. Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh bakteri dan enzim leukosit dan proses
degradasi berlanjut meliputi nekrosis dan penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat
terjadi perforasi menyebabkan endoftalmitis.Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan
sikatrik yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak
menjadi penyebab infeksi bakterialis di dunia bagian selatan. Psaeudomonas aeruginosa
paling banyak ditemukan pada ulkus kornea dan keratitis karena lensa kontak.4,5
5

Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase
yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada 2 bentuk tukak pada kornea,
yaitu sentral dan marginal/perifer.Tukak kornea sentral disebabkan oleh infeksi bakteri,
jamur, dan virus. Sedangkan perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi,
autoimun, dan infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman
Stafilokok aureus, H. influenza, dan M. lacunata.2,4,5
4. KLASIFIKASI
1.

Ulkus Kornea Sentral


Ulkus

kornea

disebabkan

oleh

streptococcus,

sentral

dapat

pseudomonas,

pneumonia,

virus,

jamur, dan alergi. Pengobatan ulkus


kornea secara umum adalah dengan
pemberian antibiotika yang sesuai
dan sikloplegik. Pembentukan parut
akibat
penyebab

ulserasi
utama

kornea
kebutaan

adalah
dan

gangguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat


dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati
secara memadai. Ulserasi supuratif sentral dahulu hanya disebabkan oleh S pneumonia.
Tetapi akhir-akhir ini sebagai akibat luasnya penggunaan obat-obat sistemik dan lokal
(sekurang-kurangnya di negara-negara maju), bakteri, fungi, dan virus opurtunistik
cenderung lebih banyak menjadi penyebab ulkus kornea daripada S pneumonia.5
2.

Ulkus Dan Infiltrat Marginal


Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit.Ulkus ini timbul
akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun khususnya blefarokonjungtivitis
stafilokokus.Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi dari
pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel
kornea.Infiltrat dan ulkus marginal mulai berupa infiltrat linier atau lonjong terpisah dari
limbus oleh interval bening dan hanya pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami
vaskularisasi. Proses ini sembuh sendiri umumnya setelah 7 sampai 10 hari. Terapi
terhadap blefaritis umumnya dapat mengatasi masalah ini, untuk beberapa kasus
diperlukan kortikosteroid topikal untuk mempersingkat perjalanan penyakit dan
6

mengurangi gejala.Sebelum mamekai kortikosteroid perlu dibedakan keadaan ini yang


dulunya dikenal sebagai ulserasi kornea catarrhal dari keratitis marginal.2,5
Klasifikasi Berdasarkan Organisme Penyebabnya
1.

Ulkus Kornea Bakterialis


Ulkus kornea yang khas biasanya terjadi
pada orang dewasa yang bekerja di bidang
konstruksi, industri, atau pertanian yang
memungkinkan
mata.Terjadinya

terjadinya
ulkus

biasanya

cedera
karena

benda asing yang masuk ke mata, atau


karena erosi epitel kornea.Dengan adanya
defek epitel, dapat terjadi ulkus kornea yang
disebabkan oleh mikroorganisme patogen
yang terdapat pada konjungtiva atau di dalam kantong lakrimal. Banyak jenis ulkus
kornea bakteri mirip satu sama lain dan hanya bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini
terutama berlaku untuk ulkus yang disebabkan bakteri oportunitik (misalnya
Streptococcus alfa-hemolyticus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,
Nocardia, dan M fortuitum-chelonei), yang menimbulkan ulkus indolen yang cenderung
menyebar perlahan dan superficial.4,5
Ulkus sentral yang disebabkan Streptococcus beta-hemolyticus tidak memiliki ciri
khas.Stroma kornea disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan sembab, dan biasanya
terdapat hipopion yang berukuran sedang.Kerokan memperlihatkan kokus gram (+)
dalam bentuk rantai.Obat-obat yang disarankan untuk pengobatan adalah Cefazolin,
Penisillin G, Vancomysin dan Ceftazidime.Ulkus kornea sentral yang disebabkan
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus alfa-hemolyticus
kini lebih sering dijumpai daripada sebelumnya, banyak diantaranya pada kornea yang
telah terbiasa terkena kortikosteroid topikal. Ulkusnya sering indolen namun dapat
disertai hipopion dan sedikit infiltrat pada kornea sekitar. Ulkus ini sering superficial,
dan dasar ulkus teraba padat saat dilakukan kerokan.Kerokan mengandung kokus gram
(+) satu-satu, berpasangan, atau dalam bentuk rantai.Keratopati kristalina infeksiosa telah
ditemukan pada pasien yang menggunakan kortikosteroid topikal jangka panjang,
penyebab umumnya adalah Streptococcus alfa-hemolyticus.4,5
2.

Ulkus Kornea Fungi


7

Ulkus kornea fungi, yang pernah banyak dijumpai pada pekerja pertanian, kini makin
banyak diantara penduduk perkotaan, dengan dipakainya obat kortikosteroid dalam
pengobatan mata.Sebelum era kortikosteroid, ulkus kornea fungi hanya timbul bila
stroma kornea kemasukan sangat banyak mikroorganisme.Mata yang belum terpengaruhi
kortikosteroid masih dapat mengatasi masukkan mikroorganisme sedikit-sedikit.Ulkus
fungi itu indolen, dengan infiltrate kelabu, sering dengan hipopion, peradangan nyata
pada bola mata, ulserasi superficial, dan lesi-lesi satelit (umumnya infiltrat, di tempattempat yang jauh dari daerah utama laserasi). Lesi utama merupakan plak endotel dengan
tepian tidak teratur dibawah lesi kornea utama, disertai dengan reaksi kamera anterior
yang hebat dan abses kornea.4,5
Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organisme oportunistik seperti Candida,
Fusarium, Aspergillus, Penicillium, Cephalosporium, dan lain-lain.Tidak ada ciri khas
yang membedakan macam-macam ulkus fungi ini.Kerokan dari ulkus kornea fungi,
kecuali yang disebabkan Candida umumnya mengandung unsur-unsur hifa; kerokan dari
ulkus Candida umumnya mengandung pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakkan
kuncup-kuncup khas.2,4,5
3.

Ulkus Kornea Virus


a. Keratitis Herpes Simpleks
Keratitis herpes simpleks ada dua bentuk yaitu primer dan rekurens.Keratitis
ini adalah penyebab ulkus kornea paling umum dan penyebab kebutaan kornea paling
umum di Amerika. Bentuk epitelialnya adalah padanan dari herpes labialis yang
memiliki ciri-ciri imunologik dan patologik sama juga perjalanan penyakitnya.
Perbedaan satu-satunya adalah bahwa perjalanan klinik keratitis dapat berlangsung
lama karena stroma kurang vaskuler sehingga menghambat migrasi limfosit dan
makrofag ke tempat lesi. Penyakit stroma dan endotel tadinya diduga hanyalah
respons imunologik terhadap partikel virus atau perubahan seluler akibat virus, namun
sekarang makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa infeksi virus aktif dapat
timbul di dalam stroma dan mungkin juga sel-sel endotel selain di jaringan lain dalam
segmen anterior seperti iris dan endotel trabekel. Kortikosteroid topikal dapat
mengendalikan respons peradangan yang merusak namun memberi peluang terjadinya
replikasi virus. Jadi setiap kali menggunakan kortikosteroid topikal harus
ditambahkan obat anti virus.2,5
b. Keratitis Virus Varicella-Zoster
8

Infeksi virus varicella-zoster (VZV) terjadi dalam dua bentuk yaitu primer
(varicella) dan rekurens (zoster). Manifestasi pada mata jarang terjadi pada varicella
namun sering pada zoster oftalmik. Berbeda dari keratitis HVS rekurens yang
umumnya hanya mengenai epitel, keratitis VZV mengenai stroma dan uvea anterior
pada awalnya. Lesi epitelnya keruh dan amorf kecuali kadang-kadang ada
pseudodendritlinier yang sedikit mirip dendrit pada keratitis HSV. Kekeruhan stroma
disebabkan oleh edema dan sedikit infiltrat sel yang awalnya hanya subepitel.
Kehilangan sensasi kornea selalu merupakan ciri mencolok dan sering berlangsung
berbulan-bulan setelah lesi kornea tampak sembuh. Acyclovir intravena dan oral telah
dipakai

dengan

hasil

baik

untuk

mengobati

herpes

zoster

oftalmik.

Kortikosteroidtopikal mungkin diperlukan untuk mengobati untuk mengobati keratitis


berat, uveitis dan glaukoma sekunder. 5
c. Ulkus Mooren
Penyebab ulkus mooren belum diketahui namun diduga autoimun. Ulkus ini
termasuk ulkus marginal. Pada 60-80 kasus unilateral dan ditandai ekstravasi limbus
dan kornea perifer yang sakit dan progresif dan sering berakibat kerusakan mata.
Ulkus mooren paling sering terdapat pada usia tua namun agaknya tidak berhubungan
dengan penyakit sistemik yang sering diderita orang tua. Ulkus ini tidak responsif
terhadap antibiotik maupun kortikosteroid. Belakangan ini telah dilakukan eksisi
konjungtiva limbus melalui bedah dalam usaha untuk menghilangkan substansi
perangsang. Keratoplasi tektonik lamelar telah dipakai dengan hasil baik pada kasus
tertentu. Terapi imunosupresif sistemik ada manfaatnya untuk penyakit yang telah
lanjut.2,5

5. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien
penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing,
abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi
virus herpes simplek yang sering kambuh.Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian
obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit
bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi
9

akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi
khusus.5
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa5 :
-

Eritema kelopak mata dan konjungtiva


Sekret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Bintik putih pd kornea pd lokasi ulkus
Mata berair
Silau
Nyeri

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea
edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang
disertai dengan hipopion4,5.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti4,5 :
Ketajaman penglihatan
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)

Pada ulkus kornea disebabkan oleh jamur dilakukan :


1. Pemeriksaan kerokan kornea
Pemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan spatula kimura
yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan pewarnaan
KOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta India, dengan angka keberhasilan masingmasing 20-30%, 50-60%, 60-75% dan 80%.4,5
10

2. Biopsi Jaringan kornea


Diwarnai dengan Periodic acid schiff atau Methenamine Silver.
3. Nomarski differential interference contrast microscope
Untuk melihat morfologi jamur dari kerokan kornea (metode Nomarski)

Gambar : Tes menggunakan slitlamp

Gambar : Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi,tampak ulkus kornea (warna fluoresens
kehijauan) setelah disinari sinar biru menunjukkan hasil positif (+)

6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada ulkus korne bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri dengan
antibiotik dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.Ulkus korne adalah keadaan darurat
yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah
11

pada kornea.Pengobatan pada ulkus tergantung kepada penyebabnya, diberikan obat tetes
mata yang mengandung antibiotik, antivirus atau anti jamur.Untuk mengurangi peradangan
bisa diberikan tetes mata kortikosteroid.5
Yang harus diperhatikan dalam terapi ulkus kornea adalah bahwa ulkus kornea tidak
boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga berfungsi sebagai inkubator, selain itu
debridement juga sangat membantu dalam keberhasilan penyembuhan. Pengobatan ulkus
dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tengan kecuali bila penyebabnya
pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu.Pada ulkus kornea
dilakukan keratoplasti atau pembedahan apabila dengan terapi medikamentosa tidak sembuh,
terjadi jaringan parut yang menganggu penglihatan, penurunan visus yang menganggu
pekerjaan penderita, kelainan kornea yang tidak disertai kelainan ambliopia.5
a.

Terapi ulkus kornea secara umum


Tujuan

pengobatan

ulkus

kornea

secara

umum

adalah

untuk

mencegah

berkembangnya bakteri dan mengurangi reaksi radang.5


1. Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang
sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
2. Pemberian sikloplegika. Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin
karena bekerjannya lama 1-2 minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut5 :

Sedatif, menghilangkan rasa sakit

Dekongestif, menurunkan tanda radang

Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya


m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan
istirahat. Dengan lumpuhnya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga
sinekia posterior yang telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan
sinekia posterior yang baru5.

3. Antibiotik.
Antibiotik yang diberi harus sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang
berspektrum luas dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjungtiva5.

12

4. Bedah (keratoplasti)
Indikasi keratoplasti5

Dengan pengobatan tidak sembuh

Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan terutama apabila letak


sentral

Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi

Ada dua jenis keratoplasti yaitu:


Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya. Donor lebih muda
lebih disukai untuk keratoplasti penetrans; terdapat hubungan langsung antara
umur dengan kesehatan dan jumlah sel endotel. Karena sel endotel sangat cepat
mati, mata hendaknya diambil segerea setelah donor meninggal dan segera
dibekukan. Mata utuh harus dimanfaatkan dalam 48 jam. Media penyimpan
modern memungkinkan penyimpanan lebih lam. Tudung korneo sklera yang
disimpan dalam media nutrien boleh dipakai sampai 6 hari setelah donor
meninggal dan pengawetan dalam media biakan jaringan dapat tahan sampai 6
minggu5.
Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari ketebalan kornea. Untuk
korneoplasti lamelar kornea itu dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam
lemari es selama beberapa minggu; sel endotel tidak penting untuk prosedur ini5.
b.

Terapi berdasarkan etiologi


1. Ulkus kornea karena bakteri
Penatalaksanaan ulkus kornea bakteri menggunakan antibiotik. Keputusan pemberian
antibiotik awal harus didasarkan pada4,5 :

Gambaran klinik berat ringannya ulkus kornea bakteri pada pemeriksaan awal

Enterpretasi dari hasil pulasan gram

Efektivitas dan keamanan antibiotik

13

Pada kasus ulkus kornea bakteri terdapat 2 prinsip terapi antibiotik yaitu4,5 :

Kombinasi antibiotik berspektrum luas, fortified secara intensif tanpa


memperhatikan hasil pulasan (shoot gun therapy)

Antibiotik tunggal spesifik berpedoman pada hasil pemeriksaan mikrobiologi.


Cara ini diindikasikan untuk ulkus kornea bakteri ringan dan pemeriksaan pulasan
gram hanya ditemukan satu jenis bakteri.
Terapi awal dilanjutkan jika respon klinik terhadap pengobatan membaik

walaupun pada hasil uji resistensi menunjukkan bakteri resisten. Untuk merubah
pengobatan awal perlu dipertimbangkan respon klinik terhadap pengobatan awal,
hasil kultur, dan hasil uji resistensi. Jenis antibiotik dapat diubah jika secara klinis
terjadi perburukan dan hasil uji resistensi menunjukkan organisme resisten4,5.
Obat-obatan penunjang :
1.

Sikloplegi

2.

Kortikosteroid

3.

Inhibitor enzim

4.

Lensa kontak lunak

5.

Antioksidan
Tidak terdapat kesepakatan waktu dihentikannya atau dikuranginya pemberian

antibiotik pada ulkus kornea bakteri. Keberhasilan eradikasi kuman tergantung pada
jenis bakteri, lamanya infeksi, beratnya supurasi dan faktor-faktor lain4,5.
Tanda yang memperlihatkan perbaikan adalah :
1.

Reepitelisasi

2.

Infiltrat seluler yang berkurang

3.

Stroma supurasi menjadi kasa

4.

Edema pada perbatasan antara ulkus dengan stroma berkurang

2. Ulkus kornea karena jamur


Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada jenis dari
jamur4,5.
1. Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya : berikan topikal Amphotericin B
0,25 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole.
2. Jenis jamur telah diidentifikasi
Jamur berfilamen : topikal Amphotericin B, Thiomerosal, Natamycin,
Imidazle.
14

Ragi (yeast) : Amphotericin B, Natamycin, Imidazole


Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati : Golongan sulfa,
berbagai jenis antibiotik.
Pemberian Amphotericin B subkonjungtival hanya untuk usaha terakhir. Steroid
topikal adalah kontraindikasi, terutama pada saat terapi awal.Diberikan juga obat
siklopegik (atropin) guna mencegah sinekia posterior untuk mengurangi uveitis
anterior5.
Terapi bedah dilakukan membantu medikamentosa yaitu :
1.

Debridement

2.

Flap konjungtiva, partial atau total

3.

Keratoplasti tembus
Penyembuhan lama dan anti jamur topikal masih diperlukan paling kurang 3
minggu setelah epitelisasi sempurna terjadi
Penanganan yang tidak akurat sering terjadi perforasi kornea dan diakhiri
dengan eviserasi5.

7. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli
mata setiap ada keluhan pada mata.Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat
mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
-

Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna,

gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah


Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa
tersebut4.

8. KOMPLIKASI

15

Gambar : Perforasi ulkus kornea


Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat menimbulkan komplikasi
yaitu5

Terbentuk jaringan parut kornea sehingga dapat menurunan visus mata

Perforasi kornea

Iritis dan ridosiklitis

Descematokel

Glaukoma sekunder

Endoftalmitis atau panoftalmitis

Katarak
Penanganan Komplikasi
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan, berikan sulfas

atropin, antibiotik dan balut yang kuat.Segera masuk ke tempat tidur dan jangan melakukan
gerakan-gerakan4.
Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka padanya
dilakukan :

Iridektomi dari iris yang prolaps

Iris direposisi

Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjunctiva

Beri sulfas atropin dan salep antibiotik

16

Balut yang kuat

Bila terjadinya prolaps iris telah berlangsung lama, obati seperti ulkus biasa, tetapi
prolaps irisnya dibiarkan saja sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens.Antibiotik
diberikan juga secara sistemik4.

17

BAB III
KESIMPULAN

Ulkus kornea merupakan hilangnya atau diskontinuitas permukaan kornea akibat


kematian jaringan kornea. Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama
kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia terutamanya jika ulkus kornea terletak
sentral dan bukan perifer. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya
bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.

18

You might also like