You are on page 1of 25

BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Amputasi adalah pengangkatan atau pemotongan sebagian anggota tubuh atau
anggota gerak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah,
osteomielitis dan kanker. (Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002))
Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah / traumatik pada tungkai . Dalam
kamus kedokteran Dorland, amputasi adalah memotong atau memangkas, pembuangan
suatu anggota badan atau suatu penumbuhan dari badan..
Dengan melihat beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa amputasi
adalah pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota tubuh atau anggota garak
yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomielitis dan kanker
melalui proses pembedahan( Lukman ., nurna ningsih . 2009).
B.

Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah tentang Amputasi dan asuhan
keperawatannya.

C.

Tujuan Penulisan
Mengetahui tentang apa itu Amputasi, bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Amputasi
dan asuhan keperawatannya.

D. Manfaat Penulisan
Memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan pemahaman bagi kelompok maupun pembaca
mengenai konsep dasar Amputasi dan asuhan keperawatannya.

BAB II
ISI

A. DEFINISI
Amputasi adalah pengangkatan atau pemotongan sebagian anggota tubuh atau anggota
gerak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomielitis dan
kanker (Smeltzer dan Brenda G. bare,2002).
Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah / traumatik pada tungkai . Dalam kamus
kedokteran Dorland, amputasi adalah memotong atau memangkas, pembuangan suatu anggota
badan atau suatu penumbuhan dari badan..
Dengan melihat beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa amputasi adalah
pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota tubuh atau anggota garak yang
disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomielitis dan kanker melalui
proses pembedahan ( Lukman ., nurna ningsih . 2009).
B. ETIOLOGI
Penyakit vaskulaer perifer progresif (sering terjadi sebagai gejala sisa diabetes
militus), gangren, trauma (cidera, remuk, luka bakar), deformitas kongenital, atau tumor
ganas. Penyakit vaskularisasi perifer merupakan penyebab tertinggi amputasi ekstremitas
bawah. Diperlukannya amputasi terjadi pada penyakit vascular perifer, trauma, neoplasma
malignan (misalnya steosarkoma), infeksi (misalnya infeksi akut, gangrene, infeksi kronik,
osteomilitis), deformitas, dan paralisis. Secara umum penyebab Amputasi adalah kecelakaan,
penyakit, dan gangguan congenital ( Abd.Wahid , 2013).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan penyebab Amputasi adalah penyakit
vascular perifer, infeksi, trauma, deformitas, tumor ganas, dan paralisis.
Amputasi dapat dilakukan pada kondisi:
1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
3. Gangguan vascular/sirkulasi pada ekstremitas yang berat
4. Infeksi yang berat dan beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konserfatif.
6. Deformitas organ ( Abd.Wahid , 2013).
C. PATOFISIOLOGI
Amputasi dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan metode :
1. Metode terbuka (guillotine amputasi).
2

Metode ini digunakan pada Pasien dengan infeksi yang mengembang atau berat. Dimana
pemotongan dilakukan pada tingkat yang sama. Bentuknya benar-benar terbuka dan
dipasang drainage agar luka bersih dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.
2. Metode tertutup. Dilakukan dalam kondisi yang lebih mungkin. Pada metode ini kulit tepi
ditarik atau dibuat skalf untuk menutupi luka, pada atas ujung tulang dan dijahit pada
daerah yang diamputasi ( Abd.Wahid , 2013).

D. WOC

E. KLASIFIKASI AMPUTASI
Berdasarkan pelaksanaan Amputasi, dibedakan menjadi :
1. Amputasi selektif/terencana:
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penaganan
yang baik serta terpantau secara terus menerus. Amputasi dilakukan sebagai tindakan
alternative terakhir.

b. Amputasi akibat trauma:


Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan
tim kesehatan adalah memperbaiki Kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki Kondisi
umum klien.

Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan
tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang
multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis Amputasi yang dikenal antara lain:
1.Amputasi terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada
tulang dan otot pada tingkat yang sama.
2.Amputasi tertutup
Amputasi tertutup dilakukan pada kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat
skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong Kurang lebih 5
sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.
7

Setelah

dilakukan

tindakan

pemotongan,

selanjutnya

diikuti

perawatan

luka

operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur,


memperthankan intake jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese (Smeltzer
dan Brenda G. bare. (2002)).

F.

Tingkatan Amputasi
1. Ekstremitas atas
Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang
lainnya yang melibatkan tangan.
2. Ekstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki
yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.

Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi
yaitu :
1. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).
Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan
inschemic limb.
8

2. Amputasi diatas lutut


Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit
vaskuler perifer (Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002)).
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi dan
menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat . pada
lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan
masalah kesehatan lainnya. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan
yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres
lunak atau rigid, dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka untuk menghindari
infeksi.
1. Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu
dikamar operasi.Pada waktu memasang balutan ini harus direncanakan apakah penderita
harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan dilengkapi tempat memasang ekstensi
prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan.Balutan ini sering digunakan untuk
mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan
mencegah kontraktur.Kaoskaki steril dipasang pada sisi steril dan bantalan dipasang pada
daerah peka tekanan. Sisa tungkai (punting) kemudian dibalut dengan gips elastic yang
ketika mengeras akan memberikan tekanan yang merata. Hati-hati jangan sampai menjerat
pembuluh darah.Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri
berat atau gips mulai longgar harus segara diganti.
b. Balutan lunak.
Balutan lunak dengan atau tanpakompresi dapat digunakan bila diperlukan inspeksi
berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan.Bidai imobilisasi dapat dibalutkan pada
balutan.Hematoma puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
c. Amputasi bertahab.
Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-tama dilakukan
amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Luka
didebridemen dan dibiarkan mengering.Jika dalam beberapa hari infeksi telah terkontrol dank
lien telah stabil, dilakukan amputasi definitife dengan penutupan kulit.
d. Protesis.
9

Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera dapat
dimulai.Keuntungan

menggunakan

protesis

sementara

adalah

membiasakan

Pasien

menggunakan protesis sedini mungkin.Kadang protesis darurat baru diberikan setelah satu
minggu luka sembuh.Pada amputasi, untuk penyakit pembuluh darah proteis sementara
diberikan setelah 4 minggu.Protesis ini bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang
hilang.Artinya defek system musculoskeletal harus diatasi, temasuk defek faal.Pada
ekstremitas bawah, tujuan protesis ini sebagian besar dapat dicapai.Sebaliknya untuk
ekstremitas atas tujuan itu sulit dicapai, bahkan dengan tangan miolektrik canggih yang
bekerja atas sinyal miolektrik dari otot biseps dan triseps ( Lukman ., nurna
ningsih . 2009).
Pengaruh dari Amputasi :
1. Kecepatan metabolisme
Jika seseorang dalam keadaan imobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada
fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga sehingga menurunkan
kecepatan metabolismebasal.
a. System musculoskeletal
Terjadi penurunan kekuatan otot. Dengan adanya imobilisasi dan gangguan system
vaskuler memungkinkan supali O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan
demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu.
b. System integument
Tirah baring yang lama dapat mengakibatkan tubuh bagian bawah seperti punggung
dan bokong akan tertekan akibat tirah baring lama sehingga terjadi penurunan suplai
darah dan nutrisi kejaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis,
dekubitus dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk
meningkatkan supali darah ( Lukman ., nurna ningsih . 2009).
H. KOMPLIKASI
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit.Perdarahan dapat
terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi masif.Infeksi dapat
terjadi pada semua pembedahan dengan peredaran darah yang buruk atau adanya kontaminasi
serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk dan iritasi
penggunaan protesis (Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002)).
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
10

a.
Foto rontgen untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
b. CT Scan untuk mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, dan pembentukan
hematoma.
c. Aniografi dan pemeriksaan aliran untuk mengevaluasi perubahan sirkulasi/perfusi
jaringan dan membantu memperkirakan potensi penyembuhan jaringan setelah amputasi.
d. Ultrasound Doppler, flowmetri Doppler dilakukan untuk mengkaji dan mengukur aliran
darah
e. Termografi untuk mengukur perbedaan suhu pada tungkai iskemik di dua sisi dari
jaringan kutaneus ketengah tulang. Perbedaan yang rendah antara dua pembacaan, makin
besar untuk sembuh.
f. Plestimografi untuk mengukur TD segmental bawah terhadap ekstremitas bawah
mengevaluasi aliran darah arterial.
g.
LED, peningkatan mengidentifikasikan respon inflamasi.
h. Kultur luka untuk mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
(Abd.Wahid , S.Kep , Ns ., M.Kep . 2013).
J.

Indikasi dan Kontraindikasi


1.

Indikasi
a. Rekuren lokal dari tumor primer high grade tana tanda metastasis.
b. Keterlibatan vaskuler utama.
c. Keterlibatan saraf utama.
d. Kontaminasi jaringan lunak yang luas saat eksisi dengan perdarahan yang
banyak.
e. Fraktur patologis.
f. Infeksi.
g. Sarkoma high grade

2.

Kontra Indikasi
Kondisi umum yang buruk, sarkoma dengan metastasis (relatif), (Smeltzer dan
Brenda G. bare. (2002)).

11

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH
MUSKULUSKELETAL AMPUTASI
1.

Pengkajian
a.

Pengkajian Riwayat Kesehatan


Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang
mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya
penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan
penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok
dan obat-obatan.

b.

Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum
kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya
tindakan

operasi

manakala

tindakan

amputasi

merupakan

tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi


12

tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan


darurat (Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002)).
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
SISTEM TUBUH

KEGIATAN

Integumen :

Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau

Kulit secara umum.

tingkat hidrasi.

Lokasi amputasi

Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan


akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau
kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas
lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena
atau gangguan venus return.

Sistem

Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat

Cardiovaskuler :

dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai

Cardiac reserve

salah satu indikator fungsi jantung.

Pembuluh darah

Mengkaji

Sistem Respirasi

penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.


Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan

Sistem Urinari

menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.


Mengkaji jumlah urine 24 jam.

kemungkinan

atherosklerosis

melalui

Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.


Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.
Sistem Neurologis

Memonitor intake dan output cairan.


Mengkaji tingkat kesadaran klien.
Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem
motorik

Sistem

dan

sensorik

daerah

yang

akan

diamputasi.
Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

Mukuloskeletal

c.

Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual


13

Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian


pada kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan
terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi
yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak
amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat
operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang
mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan
memperhatikan

tingkatr

persepsi

klien

terhadap

dirinya,

menilai

gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap


perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar
yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri
antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara
seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan
tindakan dan pemilihan koping konstruktif.
Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya
gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien
setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu
sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat
yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi
perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah
umum pada saat pre operatif (Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002)).
d.

Laboratorik
Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara
laboratorik atau melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin
dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang meliputi penilaian
terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung (
Lukman ., nurna ningsih . 2009)

14

2.

Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan


Dari

pengkajian

yang

telah

dilakukan,

maka

diagnosa

keperawatan yang dapat timbul antara lain :


a.

Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


kegiatan perioperatif.
Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu

1x24 jam Kecemasan pada klien berkurang.


Kriteria hasil :
1)

Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.

2)

Mengungkapkan pemahaman tentang operasi.

INTERVENSI

RASIONAL

Memberikan bantuan secara Secara psikologis meningkatkan rasa


fisik

dan

memberikan

psikologis, aman dan meningkatkan rasa saling


dukungan percaya.

moral.
Meningkatkan/memperbaiki
Menerangkan
operasi

dengan

prosedur pengetahuan/ persepsi klien.


sebaik-

baiknya.

Meningkatkan
memungkinkan

Mengatur

waktu

dengan

klien

berdiskusi

rasa
klien

aman

dan

melakukan

khusus komunikasi secara lebih terbuka dan


untuk lebih akurat.
tentang

kecemasan klien.
b.

Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan


kehilangan akibat amputasi.
Tujuan : Setelah dilakukanya tindakan keperawatan dalam waktu 1x24
jam klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak
pembedahan pada citra diri.
15

Kriteria hasil :
1)

Mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.

2)

Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yang

baru.
INTERVENSI
Anjurkan

RASIONAL
untuk Mengurangi

klien

mengekspresikan
tentang

dampak

rasa

perasaan dalam

diri

pembedahan menghindarkan

pada gaya hidup.

meningkatkan

tertekan
klien,
depresi,
dukungan

mental.
Berikan informasi yang adekuat
dan

rasional

pemilihan

tentang

tindakan

alasan Membantu

klien

pemilihan penerimaan

amputasi.

kondisinya

mengapai
terhadap

melalui

teknik

rasionalisasi.
Berikan

informasi

amputasi

merupakan

bahwa
tindakan Meningkatkan

dukungan

untuk memperbaiki kondisi klien mental.


dan merupakan langkah awal
untuk

menghindari

ketidakmampuan

atau

kondisi

yang lebih parah.


Fasilitasi untuk bertemu dengan
orang

dengan amputasi

yang Strategi untuk meningkatkan

telah berhasil dalam penerimaan adaptasi terhadap perubahan


terhadap situasi amputasi.

citra diri.

Selain masalah diatas, maka terdapat beberapa tindakan keperawatan


preoperatif antara lain :
1)

Mengatasi nyeri
16

a)

Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik dalam mengatsi

nyeri.
b)

Menginformasikan tersdianya obat untuk mengatasi nyeri.

c)

Menerangkan pada klien bahwa klien akan merasakan adanya


kaki untuk beberapa waktu lamanya, sensasi ini membantu dalam
menggunakan kaki protese atau ketika belajar mengenakan kaki
protese.

2)

Mengupayakan pengubahan posisi tubuh efektif


a)

Menganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri setiap 1 2


jam untuk mencegah kontraktur.

b)

Membantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki ( yang sehat


), perut dan dada sebagai persiapan untuk penggunaan alat
penyangga/kruk.

c)

Mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ambulasi


preoperasi, untuk membantu meningkatkan kemampuan mobilitas
posoperasi, memprtahankan fungsi dan kemampuan dari organ
tubuh lain.

3)

Mempersiapkan kebutuhan untuk penyembuhan


a) Mengklarifikasi rencana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada
tim bedah.
b) Meyakinkan bahwa klien mendapatkan protese/alat bantu ( karena
tidak semua klien yang mengalami operasi amputasi mendapatkan
protese seperti pada penyakit DM, penyakit jantung, CVA, infeksi, dan
penyakit vaskuler perifer, luka yang terbuka).
c) Semangati klien dalam persiapan mental dan fisik dalam penggunaan
protese.
d) Ajarkan tindakan-tindakan rutin postoperatif : batuk, nafas dalam.

B.

Intra Operatif
Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan
kondisi terbaik klie. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan
17

saat

ini

adalah

untuk

menciptakan

kondisi

opyimal

klien

dan

menghindari komplikasi pembedahan.


Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi
cairan,

pemasukan

oksigen

yang

adekuat

dan

mempertahankan

kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan dimasa


pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan luka, perawat
membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi
luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk
perawatan

luka

selanjutnya

dimasa

postoperatif.

( Lukman ., nurna ningsih . 2009)


C.

Post Operatif
1.

Pengkajian
Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk
mempertahankan

tanda-tanda

vital,

karena

pada

amputasi,

khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan


tindakan yang mengancam jiwa.
Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien
belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan
jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi
kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah
injuri.
Daerah

luka

diperhatikan

secara

khusus

untuk

mengidentifikasi adanya perdarahan masif atau kemungkinan


balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase
benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat
oleh clot darah.
Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan
perawatan

secara

umum

yaitu

menstabilkan

kondisi

klien

dan

mempertahankan kondisi optimum klien.


18

Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar


klien, khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam
kehidupan klien.
Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan
kemampuan klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta
mempercepat penyembuhan luka. Tindakan keperawatan yang lain
adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti
nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi
pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat
menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolaholah merasa tidak sehat akal karena merasakan nyeri pada daerah
yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien
mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh
klien benar adanya.

2.

Diagnosa keperawatan dan Perencanaan :


a . Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
sekunder terhadap amputasi
Tujuan : Setelah dilakukannya tindakan keperawatan 1x24 jam nyeri
hilang / berkurang pada klien .
Kriteria hasil:
1) Menyatakan nyeri hilang.
2) Ekspresi wajah rileks.
INTERVENSI
RASIONAL
Evaluasi nyeri : berasal dari Sensasi panthom limb memerlukan
sensasi panthom limb atau waktu yang lama untuk sembuh
dari luka insisi. Bila terjadi daripada nyeri akibat insisi.
nyeri panthom limb

Klien sering bingung membedakan


nyeri insisi dengan nyeri panthom
19

limb.
Beri analgesik ( kolaboratif ).
Ajarkan

klien

tekanan

Untuk menghilangkan nyeri

memberikan Mengurangi

lembut

nyeri

akibat

nyeri

dengan panthom limb

menempatkan puntung pada


handuk dan menarik handuk
dengan berlahan.
b. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh
sekunder terhadap amputasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24jam pasien
dapat mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang
baru.
Kriteria Hasil:
1)

Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.

2)

Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.

INTERVENSI
Validasi
masalah

RASIONAL
yang Meninjau perkembangan klien.

dialami klien.
Libatkan

klien

melakukan

perawatan

yang

dalam Mendorong antisipasi meningkatkan


diri adaptasi

pada

perubahan

citra

langsung tubuh.

menggunakan putung :
- Perawatan luka.
- Mandi.
- Menggunakan pakaian.
Berikan dukungan moral.

Meningkatkan status mental klien.


20

Hadirkan orang yang pernah Memfasilitasi penerimaan terhadap


amputasi

yang

telah diri.

menerima diri.
c. Resiko tinggi terhadap komplikasi : Infeksi, hemorragi, kontraktur,
emboli lemak berhubungan dengan amputasi
Tujuan :Setelah dilakukannya tindakan keperawatan 1x24 jam tidak
terjadi komplikasi pada klien.
Kriteria hasil : tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.
INTERVENSI
Infeksi
Lakukan

perawatan

RASIONAL
luka Mencegah terjadinya infeksi.

adekuat.
Perdarahan
Pantau :

Menghindari resiko kehilangan cairan

-Masukan dan pengeluaran dan


cairan.

resiko

terjadinya

perdarahan

pada daerah amputasi.

- Tanda-tanda vital tiap 4 Sebagai monitor status hemodinamik


jam.
Indikator adanya perdaraham masif
- Kondisi balutan tiap 4-8
jam.
Emboli lemak

Memantau tanda emboli lemak sedini

Monitor pernafasan.

mungkin

Persiapkan oksigen

Untuk mempercepat tindakan bila


sewaktu-waktu

dperlukan

untuk
21

tindakan yang cepat.


Pertahankan posisi flower Mengurangi
atau

tetap

tirah

baring jaringan

selama beberapa waktu

kebutuhan
atau

oksigen

memudahkan

pernafasan.

Beberapa kegiatan keperawatan lain yang dilakukan adalah :


1)

Melakukan perawatan luka postoperasi


a)

Mengganti balutan dan melakukan inspeksi luka.

b)

Terangkan bahwa balutan mungkin akan digunakan hingga protese


yang digunakan telah tepat dengan kondisi daerah amputasi (6
bulan 1 tahun).

2)

Membantu klien beradaptasi dengan perubahan citra diri


a)

Memberi dukungan psikologis.

b)

Memulai melakukan perawatan diri atau aktivitas dengan kondisi

saat ini.
3)

Mencegah kontraktur
a)

Menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif pada daerah


amputasi

segera setelah pembatasan gerak tidak diberlakukan

lagi.
b)

Menerangkan bahwa gerakan pada organ yang diamputasi


berguna untuk meningkatkan kekuatan untuk penggunaan protese,
menghindari terjadinya kontraktur.

4)

Aktivitas perawatan diri


a)

Diskusikan ketersediaan protese ( dengan terapis fisik, ortotis ).

b)

Mengajari klien cara menggunakan dan melepas protese.

c)

Menyatakan bahwa klien idealnya mencari bantuan/superfisi dari


tim rehabilitasi kesehatan selama penggunaan protese.

d)
e)

Mendemontrasikan alat-alat bantu khusus.


Mengajarkan cara mengkaji adanya gangguan kulit akibat
penggunaan protese (Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002)).

22

D.

Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan

dalam

pencapaian

tujuan

keperawatan

dinilai

dan

kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan


ditetapkan.
(Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002))

BAB IV
23

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Amputasi adalah pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota tubuh
atau anggota garak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah,
osteomielitis dan kanker melalui proses pembedahan.
B. SARAN
a. Untuk Instansi
Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal sebaiknya proses
keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan
b. Untuk Klien dan Keluarga
Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun teraturnya
pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak
tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta:EGC.

24

Lukman ., nurna ningsih . 2009 . Asuhan Keperawatan


Dengan

Gangguan

Sistem

Pada Klien

Muskuluskeletal

Jakarta : Salemba Medika .


Abd.Wahid , S.Kep , Ns ., M.Kep . 2013 . Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal . Jakarta :
Sagung Seto

25

You might also like