You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Instalasi penerangan pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu instalasi penerangan

IN PLASTER (Di Dalam Permukaan) dan instalasi penerangan ON PLASTER (Di Luar
Permukaan). Keduanya sangat penting untuk dipahami serta di praktekan untuk keperluan
persiapan di dunia kerja. Untuk membentuk sumberdaya manusia yang terampil di dunia
kerja mengenai hal tersebut oleh karena itu Politeknik Negeri Malang khususnya prodi
listrik menyelenggarakan praktek kerja bengkel listrik.
Dalam prakteknya instalasi penerangan harus ideal dan telah sesuai dengan standar
dan SOP yang digunakan. Untuk memperoleh hal tersebut, kita harus menggunakan acuan.
Untuk instalasi penerangan 3 fasa ini kita menggunakan acuan atau standart PUIL 2000
dengan tujuan agar kita terhindar dari kecelakaan kerja serta kerugian. Dalam melakukan
pemasangan instalasi penerangan, haruslah sesuai dengan prinsip prinsip instalasi yaitu 4K
(Keamanan, Ketersediaan, Keindahan, Keekonomisan.)
1.2.
Tujuan
1. Mngetahui dan memahami pengertian dan prinsip instalasi penerangan 3 fasa
2. Mampu menggambar perencanaan instalasi penerangan 3 fasa
3. Mampu memasang intalasi dengan sistem penerangan IN PLASTER (Di dalam
permukaan).
4. Mampu membaca gambar yang telah direncanakan
5. Mampu memasang rangkaian instalasi dan pengawatan pada panel
6. Mengetahui dan memahami prinsip kerja dari instalasi penerangan yang
dipasang serta komponennya
7. Mampu melakukan comisioning (pemeriksaan) pada instalasi Penerangan.
1.3.

Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian dan prinsip instalasi penerangan 3
fasa
2. Mahasiswa mampu menggambar perencanaan instalasi penerangan 3 fasa
3. Mahasiswa mampu memasang intalasi dengan sistem penerangan IN PLASTER
(Di dalam permukaan).
4. Mahasiswa mampu membaca gambar yang telah direncanakan
5. Mahasiswa mampu memasang rangkaian instalasi dan pengawatan pada panel
6. Mengetahui dan memahami prinsip kerja dari instalasi penerangan yang
dipasang serta komponennya

7. Mahasiswa mampu melakukan comisioning (pemeriksaan) pada instalasi


Penerangan.
1.4.

Batasan Masalah
Batasan masalah dari laporan praktek kerja bengkel instalasi penerangan ini
adalah :
1. Pemasangan instalasi Penerangan 3 fasa dengan sistem pemasangan IN
PLASTER (Di dalam permukaan) mencakup cara-cara pemasangan, komponen
yang dibutuhkan, cara pemeriksaan instalasi ,dll.
2. Dapat mengetahui standart yang digunakan dan pemasangan yang baik dan
benar pada setiap komponen yang digunakan.

BAB II
DASAR TEORI

2.1

Definisi Umum
2.1.1. Definisi Instalasi
Instalasi listrik adalah rangkaian dari peralatan listrik yang saling
berhubungan satu sama lain secara listrik yang berada dalam suatu ruang atau
2

lokasi. Ada 2 jenis instalasi yaitu instalasi penerangan listrik dan instalasi daya
listrik.
2.1.2. Syarat instalasi
Syarat teknis umum dalam merencanakan sebuah instalasi listrik bagi
instalasi penerangan maupun instalasi daya adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.

Aman bagi manusia, hewan, atau barang.


Material yang dipasang harus mempunyai kualitas yang baik.
Penghantar (kabel) yang digunakan harus mampu dialiri arus sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan.
Kerugian tegangan drop pada beban tidak boleh melebihi 2% dari

4.

tegangan nominal pada instalasi penerangan.


Dalam instalasi listrik ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Keandalan
Ketertiban
Ketersediaan
Keindahan
Keamanan
Ekonomis

2.1.3. Keselamatan Kerja


Dalam melakukan sebuah pekerjaan, keselamatan kerja adalah yang
didahulukan. Keselamatan kerja adalah adalah upaya agar dalam bekerja terhindar
dari segala hal yang merugikan atau hal yang dapat membahayakan kita dengan
keselamtan kerja ini kita dapat aman dalam bekerja dan selamat dalam kerja.
Faktor-faktor yang menyebabkan terganggunya keselamatan kerja meliputi :
A. Kurang berhati-hattidak mematuhi peraturan
B. Tidak memperhatikan standar prosedur kerja
C. Tidak memakai alat perlindungan diri
D. Kondisi badan yang lemah
Keselamatan kerja bertujuan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan,
baik jasmani maupun rohani manusia, serta hasil kerja. Keselamatan kerja manusia
secara terperinci antara meliputi:
A. pencegahan terjadinya kecelakaan,
B. mencegah dan mengurangi terjadinya penyakit akibat pekerjaan,
C. mencegah dan mengurangi cacat tetap,
D. mencegah dan mengurangi kematian,
E. mengamankan material, konstruksi dan pemeliharaan.
3

Dasar-dasar keselamatn kerja yang ada di Indonesia telah diatur dalam


Undang-Undang RI No. 1 Th 1970.
Beberapa standar keselamatan kerja yang perlu diperhatikan:
A. Pelindung badan meliputi : pelindung mata, tangan, hidung, kaki,
kepala, dan telinga.
B. Pelindung mesin, sebagai tindakan untuk melindnungi mesin dari
bahaya yang mungkin timbul dari luar atau dari dalam atau dari pekerja
itu sendiri.
C. Alat pengaman listrik, yang setiap saat dapat membahayakan.
D. Pengaman ruang meliputi : pemadam kebakaran, sistem alarm,
penerangan yang cukup, ventilasi udara yang baik dan sebagainya.
2.1.4. Sistem Sumber Listrik
Ada 2 sistem dalam sumber listrik yaitu 1 fasa dan 3 fasa. Namun dalam
praktikum ini sistem yang digunakan adalah sistem 3 fasa, dimana terdapat 4
penghantar ( R, S, T, N ) + 1 penghantar pembumian ( Protective earth ). Pada
sistem 3 fasa nilai tegangan antara line to line bernilai 380 volt. Sedangkan nilai
tegangan antara line to neutral/ PE bernilai 220 volt.

Gambar 1. Sumber Listrik


Keterangan :
Kabel Merah

: Pengahntar fasa R

Kabel Kuning

: Penghantar fasa S

Kabel Hitam

: Penghantar fasa T

Kabel Biru

: Penghantar netral

Kabel Hijau-Kuning

: Penghantar PE (Pentanahan)

Pada beban yang digunakan yaitu lampu lampu dan stop kontak merupakan
beban 1 fasa. Sehingga beban untuk lampu

hanya membutuhkan 1

penghantar (fasa R / fasa S / fasa T) dan pada stop kontak membutuhkan 1


4

penghantar (fasa R / fasa S / fasa T) , 1 penghantar netral dan 1 penghantar


pentanahan.
2.2

Komponen Listrik
2.2.1. Diagram Pengawatan
Diagram pengawatan adalah gambar elektroteknik yang biasanya dinyatakan
dengan simbol-simbol, yang menyatakan hubungan antara bagian-bagian peralatan
suatu instalasi listrik. Manfaat dari diagram pengawatan adalah mengetahui prinsip
kerja suatu peralatan atau instalasi, membantu pelakasanaan pemasangan suatu
peralatan atau instalasi, mempermudah dalam menelusuri, mengusut gangguan pada
suatu peralatan atau instalasi. Contoh gambar diagram pengawatan:
Beberapa macam diagram pengawatan diantaranya
1.
2.
3.
4.
5.

Diagram Lay Out


Diagram Internal
Diagram Penyambungan
Diagram Terminal
Diagram Garis Tunggal

2.2.2. Kabel
Kabel yang digunakan dalam praktek ini adalah kabel NYA dan NYY. Jenis
kabel NYA bentuknya berinti tunggal dari bahan tembaga sebagai inti, erisolasi PVC.
Pemasangannya tidak boleh menempel di dinding/tembok, tetapi harus menggunakan
rol isolator atau pipa instalasi listrik. Kabel NYA tidak boleh dipasang pada tempat
yang terbuka atau dibawah tanah karena mudah menjadi sasaran gigitan tikus
sehingga menjadi terkelupas dan membahayakan orang disekitarnya.
Kabel NYY merupakan kabel tenaga yaitu penghantar yang berisolasi dan berselubung
PVC berurat 5 masing-masing berwarna merah-kuning-hitam-biru-hijau, berpenghantar
tembaga bulat pejal dengan luas penampang 2,5 mm 2. Kabel ini digunakan untuk
penyambungan atau penyaluran daya listrik dari panel instalasi ke sumber di bengkel
listrik.

Gambar 3. Kabel NYY


2.2.3. Saklar
Fungsi saklar dalam instalasi listrik penerangan untuk memutuskan dan
menghubungkan arus listrik dari sumber ke beban. Di dalam saklar dilengkapi
dengan pegas yang dapat memutuskan rangkaian dalam waktu yang sangat singkat,
dengan cepatnya pemutusan ini kemungkinan timbulnya busur api antara kontak
(tuas) saklar menjadi lebih kecil. Saklar yang digunakan pada umumnya jenis saklar
tunggal, saklar seri dan saklar tukar (hotel) jenis inbow (terpendam dalam tembok).
Aturan pemasangan saklar :
a. Tinggi pemasangan 150 cm di atas lantai.
b. Dekat dengan pintu dan mudah dicapai tangan/sesuai kondisi tempat.
c. Arah posisi kontak (tuas) saklar seragam bila pemasangan lebih dari satu.
Fungsi kotak kontak (stop kontak) dalam instalasi listrik sebagai alat
penghubung beban dengan sumber listrik. Aturan pemasangan stop kontak :
a. Tinggi pemasangan 150 cm di atas lantai, apabila kurang dari harus
ditutup.
b. Mudah dicapai tangan.
c. Di pasang sedemikian rupa, sehingga penghantar netralnyaberada di
senelah kanan atau bawah.

Gambar 4. Saklar
2.2.4. PHB
Panel hubung bagi di dalam instalasi listrik rumah/gedung merupakan
peralatan yang berfungsi sebagai tempat membagi dan menyalurkan tenaga listrik ke
6

beban yang memerlukan agar merata dan seimbang. Di dalam panel bagi terdapat
komponen antara lain rel (bus bar), saklar utama, pengaman, pengaman, alat-alat
ukur dan lampu indikator.

Gambar 5. Panel Hubung Bagi


2.2.5. Kotak Sambung
Kotak sambung berfungsi sebagai tempat sambungan kabel untuk mengambil
percabangan. Pemilihan kotak sambung yang akan digunakan harus diesuaikan
dengan kondisi ruangan, misalnya:
a. Ruang kering menggunakan kotak sambung jenis kotak dari PVC.
b. Ruang lembab menggunakan kotak sambung jenis kotak, bahan dari
ebonit.
c. Ruang dengan bahan mekanik menggunakan kotak sambung jenis bulat,
(Baja).
Ruang dengan bahaya ledakan menggunakan kotak sambung jenis bulat,
bahan dari galvanis.

Gambar 6. Kotak sambung


2.2.6. Lasdop
Lasdop adalah alat untuk melindungi sambungan yang sesuai dengan
kebutuhan Ini dimaksudkan agar antara masing-masing sambungan tidak
bersinggungan sehingga tidak membahayakan.
7

Gambar 7. Lasdop
2.2.7. Saklar Seri
Saklar seri berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan dua buah lampu
dari suatu tempat secara bergantian atau bersamaan. Saklar seri biasanya digunakan
pada ruangan yang luas tetapi hanya mempunyai satu pintu. Contoh pada ruang
pertemuan, toko, dll.Saklar seri yang digunakan Broco dgn kemampuan kerja Arus
10A /250V.

Gambar 9. Simbol saklar seri


Gambar 8. Saklar seri

Gambar 10. Rangkaian saklar seri


Gambar 11. Diagram kerja saklar seri
2.2.8. Fitting Tender
Fitting tender adalah fitting yang tidak menggunakna roset dalam
pemasangannya terbuat dari bahan keramik. Memiliki 2 terminal, satu terminal untuk
kabel phasa dan satu lagi untuk kabel netral. Fitting jenis ini memiliki keunggulan
yaitu dapat digunakan untuk penerangan di luar ruangan dan secara fisiknya jauh
lebih kuat dari fitting lokal.

Gambar 12. Fitting Tender

2.2.9. Kotak Kontak Satu Phase


Dalam PUIL 2000, stop kontak ini dinamakan KKB (Kotak Kontak Biasa)
dan KKK (Kotak Kontak Khusus). KKB adalah kotak kontak yang dipasang untuk
digunakan sewaktu-waktu (tidak secara tetap) bagi piranti listrik jenis apapun yang
memerlukannya, asalkan penggunaannya tidak melebihi batas kemampuannya. KKK
adalah kotak kontak yang dipasang khusus untuk digunakan secara tetap bagi suatu
jenis piranti listrik tertentu yang diketahui daya maupun tegangannya. Dengan
demikian, KKK mempunyai tempat/lokasi tertentu dengan beban tetap, dan
dihubungkan langsung ke panel sebagai grup tersendiri. Sedangkan KKB tersebar
diseluruh bangunan dengan beban tidak tetap, dan biasanya jadi satu dengan grup
untuk penerangan. Kotak kontak yang digunakan memiliki kemampuan kerja 16A /
250V.

Gambar 13. Kotak Kontak Satu Phase


2.2.10. Sekring
Sekring adalah alat yang berfungsi untuk mengamankan rangkaian listrik dari
gangguan arus hubung singkat, pemasangannya pada hantaran fasa dihubungkan seri
terhadap beban. Sering juga dikenal sebagai pengaman lebur, Untuk mengamankan
hantaran dan aparatur digunakan pengaman lebur dan sakelar arus maksimal (kotak
sikering). Alat-alat ini umumnya digunakan untuk :
1. Mengamanan hantaran, aparatur dan motor listrik terhadap beban lebih.
2. Mengamankan terhadap hubung singkat antar fasa dan netral serta
terhadap hubungan singkat aparatur dan motor listrik.
3. Pengamanan terhadap hubung singkat dengan badan mesin atau aparatur.

Gambar 14. Sekring


Tiap sekring mempunyai kegunaan atau jenis tersendiri, berikut adalah
spesifikasi sekring dengan kode warna serta kekuaan pemutus arus (survey
pasar) :
a Merah muda

:2A

b Coklat

:4A

c Hijau

:6A

d Merah

: 10 A

e Abu abu

: 16 A

f Biru

: 20 A

g Kuning

: 25 A

h Hitam

: 35 A

i Putih

: 50 A

j Merah tembaga

: 65 A

2.2.11. MCB (Miniatur Circuit Breaker)


MCB adalah suatu rangkaian pengaman yang dilengkapi dengan komponen
thermos (bimetal) untuk pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relai
elektromagnetik untuk pengaman hubung singkat. MCB banyak digunakan untuk
pengaman sirkit satu fasa dan tiga fasa. Keuntungan menggunakan MCB meliputi :
a. Dapat memutuskan rangkaian tiga fasa walaupun terjadi hubung singkat
pada salah satu fasanya.
b. Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung
singkat atau beban lebih.
c. Mempunyai respon yang baik apabila terjadi hubung singkat atau beban
lebih.

10

Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis dan
elektromagnetis, pengaman termis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih
sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi
hubung singkat. Pengaman thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama dengan
thermal overload yaitu menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal),
pengamanan secara thermis memiliki kelambatan, ini bergantung pada besarnya
arus yang harus diamankan, sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan
sebuah kumparan yang dapat menarik sebuah angker dari besi lunak.
MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman satu fasa,
sedangkan untuk pengaman tiga fasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas
yang disatukan, sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka
kutub yang lainnya juga akan ikut terputus. Berdasarkan penggunaan dan daerah
kerjanya, MCB dapat digolongkan menjadi lima jenis ciri yaitu :
-

Tipe Z (rating dan breaking capacity kecil) Digunakan untuk pengaman


rangkaian semikonduktor dan trafo-trafo yang sensitive terhadap
tegangan.

Tipe K (rating dan breaking capacity kecil)

Digunakan untuk mengamankan alat-alat rumah tangga.

Tipe G (rating besar) untuk pengaman motor.

Tipe L (rating besar) untuk pengaman kabel atau jaringan.

Tipe H untuk pengaman instalasi penerangan bangunan.

Gambar 15. MCB 3 Phase


Adapun tipe MCB menurut triping class, yaitu MCB dibagi menjadi tiga
tipe yaitu tipe B, tipe C dan Tipe D.

11

Kurva triping class:

12

13

2.3 Alat Ukur


2.3.1

Multimeter
Digunakan untuk mengukur arus, tegangan maupun hambatan. Dalam

praktek ini multimeter digunakan untuk mengetahui keadaan sakelar (baik atau
rusak), untuk mengukur tegangan dan dan untuk mengetahui kontinuitas antar
sambungan. Dalam penggunaannya, range yang dipilih harus sesuai dengan
ketentuan.

Gambar 17. Multimeter


2.3.2

Tang Ampere
Dengan menggunakan tang ampere, pengukuran arus dapat dilakukan dengan

mudah karena kita tidak perlu melepas saluran kabel kemudian dipasang seri dengan
alat ukur. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan, arus serta hambatan.
Untuk mengukur arus pada instalasi yang terhubung jaringan tegangan rendah cukup
menggunakan range 200 pda tang ampere agar arus dapat terbaca dengan detail.

Gambar 18. Tang Ampere

2.3.3

Megger
14

Megger atau megaohmmeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji


kebocoran tegangan karena bocornya isolasi dan mengukur tahanan isolasi. Dengan
menggunakan megger selain dapat mengetahui adanya hubung singkat, juga dapat
mengetahui adanya suatu kebocoran yang terjadi pada penghantar ataupun pipa
pelindung. Buruknya insulasi jaringan bisa mengakibatkan terjadinya arus bocor dan
bisa membahayakan nyawa seseorang. Dimungkinkan juga akan menimbulkan
percikan api yang bisa mengakibatkan kebakaran. Alat ini membutuhkan tegangan
listrik sebesar 9 V yang disuplai oleh 6 baterai 1,5 V. Melalui DC Converter tegangan
9 V dinaikkan hingga 1000 V. Hasil Pengujian dapat dibaca pada dua alur bacaan.

Gambar 19. Megger


Pengetesan dilakukan dengan pengukuran tingkat kebocoran isolasi jaringan
line/ fasa dengan netral, fasa dengan ground, dan fasa dengan fasa karena kita
menggunakan sumber 3 fasa. Sebelum melakukan pengetesan terlebih dahulu
dilakukan pemutusan hubungan komponen elektronik dan pilot lamp dengan
jaringan. Metode pengetesan bisa dilakukan dengan tegangan yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan. Batas minimum insulasi yang bisa ditolerir untuk pengetesan
dengan tegangan 500 VDC adalah 5 Mega Ohm .

15

Gambar 20. Bagian Bagian Megger


1.

2.
3.
4.
5.

6.
7.
2.3.4

Output Jacks, M
Berguna untuk memeriksa isolasi. Kabel penidik merah masuk ke
jacks merah dan hitam masuk ke jacks hitam pula.
Input Jacks, ACV
Digunakan untuk pengukuran tegangan AC dan nilai tahanan.
Papan Skala
Indikator ON
ON M Saklar pilih untuk pengukuran tahanan tinggi.
OFF (ACV) Saklar pilih untuk tegangan AC.
Battery Check Untuk memeriksa tegangan baterai.
Saklar M Saklar M untuk pilihan mode uji isolasi.
Saklar ACV Untuk mode pengukuran tegangan AC.
Pengatur posisi jarum pada angka nol secara mekanik.

Phase Sequence
Phase Sequence Indicator digunakan untuk mengetahui urutan fasa-fasa pada

sumber 3 fasa maupun pada kotak-kontak 3 fasa. Untuk mengetahui urutan fasa putar
selector switch pada phase detect. Alat ini juga dapat digunakan sebagai voltmeter
dengan cara memutar selector switch pada posisi voltage. Terdapat 3 probes
berbeda warna di alat ini, yaitu merah-putih-biru. Ketiga warna tersebut digunakan
untuk masing-masing fasa R-S-T. Urutan fasa dapat dilihat pada putaran indicator.
Jika searah jarum jam makanya merah adalah fasa R, putih fasa S, dan biru fasa T.

16

Gambar 21. Phase Sequence

17

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Jadwal Praktikum
NO

Pertemuan Ke

KEGIATAN

1.

1. Pemberian materi tentang instalasi


penerangan In Plaster
2.
Membuat gambar
rencana instalasi penerangan In Plaster
3.
Mempersiapkan
alat dan bahan (menghitung jumlah kabel
yang dibutuhkan)

2.

II

1. Pengawatan komponen
2. Pemasangan komponen pada tembok
3. Komisioning

3.

III

1. Pengawatan panel
2. Pemasangan panel
3. Komisioning

4.

IV

1. Komisioning ( tidak bertegangan,


bertegangan tidak berbeban, dan bertegangan
berbeban )

5.

1. Mencoba seluruh komponen instalasi


penerangan
2. Mengisi tabel percobaan instalasi penerangan
3. Pemeriksaan oleh Dosen Pembimbing

6.

VI

1. Membongkar komponen instalasi penerangan


2. Mengembalikan alat dan bahan

3.2 Job dan Pembagian Grup


a.
Job : Instalasi Penerangan In Plaster
b.
Pembagian Grup :
Grup pertama digunakan untuk penghantar R (kabel merah) yang
terdiri dari Lampu dan Saklar Tunggal
Grup kedua digunakan untuk penghantar S (kabel kuning) yang
terdiri
dari Lampu, Saklar Seri, dan Kotak Kontak
18

Grup ketiga digunakan untuk penghantar T (kabel hitam) yang

terdiri

dari Lampu dan Saklar Seri

3.3 Komponen Alat dan Bahan


Berikut adalah daftar komponen yang digunakan pada instalasi penerangan
in plaster bengkel listrik semester 2 Politeknik Negeri Malang.
DAFTAR BAHAN PRAKTEK INSTALASI PENERANGAN IN PLASTER
No. Nama Peralatan
Saklar dan peralatannya
1 Saklar seri In plaster
2 Lampu Pijar 36 W
3 Fitting tender import
4 Stop kontak 1 fasa
Panel
5 Kotak Panel
6 Fuse lengkap on plaster
7 Profil C (dudukan relay)
8 Line up terminal
9 MCB 1 phase
10 MCB 3 phase
Penghantar
11 Kabel NYM
12 Kabel NYMHY
13 Plug 3 fasa
14 NYA merah
15 NYA kuning
16 NYA hitam
17 NYA kuning-hijau
18 NYA biru
19 Lasdop
20 Sekrup

Satuan

Jumlah

Buah
Buah
Buah
Buah

1
3
3
1

Buah
Buah
Cm
Buah
Buah
Buah

1
3
2
3
2
1

Meter
Meter
Buah
Meter
Meter
Meter
Meter
Meter
Buah
Buah

Keterangan

DAFTAR ALAT PRAKTEK INSTALASI PENERANGAN IN PLASTER


No
1
2
3
4
5
6

Nama Alat
Tang Potong
Tang Kupas
Tang Kombinasi
Tang Lancip
Obeng
Multimeter

Jumlah
1
1
1
1
4
1

Satuan
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah

19

3.4 Langkah Kerja


a. Lay Out Diagram Instalasi Penerangan

20

Diagram Lok

21

Diagram Pengawatan

22

b.
i.

Prosedur Pemasangan
Siapkan alat dan bahan
Siapkan alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan dalam proses
pemasangan instalasi penerangan in plaster

ii.

Melakukan penggelaran kabel


Kabel-kabel yang belum lurus di luruskan terlebih dahulu dengan
menggunakan obeng agar memudahkan dalam pemasangan kabel pada
setiap komponen

iii.

Melakukan pengecekan terhadap setiap komponen


Sebelum memulai pengawatan komponen dan pemasangan
komponen pada tembok, terlebih dahulu kita cek apakah dalam kondisi
baik dan layak

iv.

Pengawatan komponen
Sebelum memasang komponen pada tembok, terlebih dahulu kita
melakukan pengawatan komponen agar pada saat pemasangan komponen
pada tembok bisa lebih mudah

v.

Pemasangan komponen pada tembok


Pemasangan KKB dan Saklar
Pemasangan Fitting
Pemasangan Lampu pada fitting

vi.

Penyambungan kabel
Kupas dahulu lapisan isolasi kabel-kabel yang akan disambung.
Gabungkan ujung-ujung kabel kemudian dipilin dengan menggunakan

vii.

tang kombinasi.
Melilit benang ke lilitan tembaga tadi.
Tutup dengan lasdop.

Pengawatan panel
Jalur pengawatan pada panel harus sesuai dengan instalasi yang telah
terpasang. Pengawatan panel diusahakan rapi, agar memudahkan untuk
proses pengecekkan dan maintenance.

viii.

Pemasangan panel pada tembok


Setelah pengawatan pada panel selesai, maka panel siap untuk
dipasang. Setelah semua tersambung dengan rapi, maka instalasi siap
untuk diuji.

ix.

Lakukan pengecekan

23

Langkah pengecekan merupakan langkah pengujian instalasi apakah


instalasi yang telah dikerjakan sudah sesuai standart apa tidak khususnya
mengenai keamanannya. Komisioning terdiri dari 3 tahap yaitu :
1.
2.
3.
x.

c.

Commissioning tidak bertegangan


Commissioning bertegangan tanpa beban
Commissioning bertegangan dengan beban

Setelah semua dalam kondisi baik, mulai mencoba lampu, saklar dan stop
kontak. Sambungkan rangkaian pada sumber.
Pengecekan ( Komisioning )
Comisioning Tak Bertegangan
1. Cek Fisik Peralatan
Pemerikasaan visual meter merupakan pemeriksaan kondisi fisik
masing-masing peralatan yang digunakan dalam instalasi. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui kerusakan / cacat pada peralatan.

Tabel Pekerjaan Pemasangan Panel dan Instalasi Penerangan 3 Fasa


Daftar Simak (Check List)
Nama Perusahaan
Pekerjaan Pemasangan Instalasi
Kontraktor
Penerangan 3 Phasa
Lokasi
Nomor
Jenis Pekerjaan
Tanggal
No. Gambar Kerja
Lampiran Denah Lokasi (Key Plan)
Subkon / Mandor
Halaman
Fungsi
Tgl Penyelesaian
Intruksi
No
Uraian Simak
Kuran
Pelaksana
Baik
Rencana Aktual
g
Kotak Panel
1

Pengaman dalam
2

panel
Ukuran Pemutus
3

Mini / MCB)
Terminasi
penghantar ground
4
antara panel dan PE

atau elektroda
pembumian
Ukuran penghantar
5

Warna penghantar
6

Sambungan pada
7

kotak sambung

24

Dibuat oleh :

Mengetahui /
menyetujui

Tanggal :
Diperiksa bersama
oleh :

(......)
Pelaksana Lapangan

(Putri Kharisma W)
Pelaksana

( Lalu Didik )
Site Engineer

(.......)
Site Engineer

Tabel Pemeriksaan Visual


No.
1.
2.
3.
4.
5.

Nama alat / kelengkapan


Kotak APP
Meter
Pemutus Mini
Terminal
Kawat :
- Warna
- Label
- Pengikat

Baik

Keadaan
Cacat

Rusak

Keterangan

2. Cek Kontinuitas
Langkah-langkah cek kontinuitas :
1.

Pastikan rangkaian yang akan diukur berada pada posisi OFF dan tidak

2.
3.

terhubung dengan sumber tegangan AC.


Setel selector switch multimeter pada posisi Ohmmeter
Masukkan kabel penyidik warna merah ke lubang jacks merah dan

4.

kabel penyidik warna hitam ke lubang jacks hitam.


Hubungkan kabel penyidik warna hitam ke titik akhir rangkaian
misalnya di panel.
25

5.

Sentuhkan kabel penyidik merah ke titik awal rangkaian misalnya di

6.

fitting.
Isi check list blanko commissioning pada tabel.

Tabel Cek Kontinuitas


Nama Perusahaan
Kontraktor
Lokasi
Jenis Pekerjaan
No. Gambar Kerja
Subkon / Mandor
No
1
2
3
4

Uraian Simak

Kotak Panel
Pengaman MCB 3 fasa
Pengaman MCB 1 fasa
Pengaman sekering fasa
R
5 Pengaman sekering fasa
S
6 Pengaman sekering fasa
T
7 Saklar Seri
8 Saklar Tukar
9 Saklar Seri
10 Kotak kontak 1 fasa
11 Kotak kontak 3 fasa
12 Fitting E 27 A
13 Fitting E 27 B
14 Fitting E 27 C
Sambungan pd kotak
sambung
Ukuran penghantar
Warna penghantar
Terminasi Penghantar
grd, antara panel dan
PE atau elektroda
pembumian
Dibuat oleh :

Daftar Simak (Check List)


Pekerjaan Pemasangan Instalasi
Penerangan 3 Phasa
Nomor
Tanggal
Lampiran Denah Lokasi (Key Plan)
Halaman
Fungsi
Intruksi
Tgl Penyelesaian
Pelaksan
Baik
Kurang
Rencana
Aktual
a

Fasa T

Mengetahui /
menyetujui

Tanggal :
Diperiksa bersama
26

oleh :
(..........)
Pelaksana Lapangan

(Putri Rizki K)
Pelaksana

( Lalu Didik H)
Site Engineer

(........)
Site Engineer

3. Cek Tahanan Isolasi


Langkah pemeriksaan :
1.

Pastikan rangkaian yang akan diukur berada pada posisi OFF dan tidak

2.

terhubung dengan sumber tegangan AC.


Setel saklar kiri pada posisi ON M dan saklar kanan pada posisi

3.

M Power On indicator akan bekerja.


Masukkan kabel penyidik warna merah ke lubang jacks M merah dan

4.
5.

kabel penyidik warna hitam ke lubang jacks M hitam.


Hubungkan kabel penyidik warna hitam ke titik netral rangkaian.
Sentuhkan kabel penyidik merah bertegangan tinggi ke titik fasa
rangkaian. Hati-hati tersentuh ujung kabel merah karena dapat tersengat

6.

listrik.
Bacalah hasil pengukuran pada papan skala. Terkadang hasil
pengukuran kurang memuaskan. Ini terjadi karena kontak antara ujung
kabel penyidik dengan titik yang akan diukur kurang sempurna.
Jika tidak terjadi kebocoran isolasi yang membungkus kabel, jarum

akan tetap menunjuk posisi tak terhingga (~). Jika terjadi kebocoran pada
isolasi kabel, jarum akan bergerak ke kanan dan sesuai standart minimal 5
M.
Tabel Pemeriksaan Tahanan Isolasi
No.
1.

Yang Diperiksa

Hasil

Minimum

(Mega Ohm)

(Mega Ohm)

Fasa Tunggal
Sirkit fasa pembumian

2.

Fasa Tiga

1.

Sirkit fasa R,S,T pembumian


Sirkit arus fasa R pembumian

~
~
~

5
27

2.

Sirkit arus fasa S pembumian

3.

Sirkit arus fasa T pembumian

4.

Sirkit arus fasa R Sirkit arus fasa S

5.

Sirkit arus fasa R Sirkit arus fasa T

6.

Sirkit arus fasa S Sirkit arus fasa T

7.

Sirkit arus fasa R N

8.

Sirkit arus fasa S N

9.

Sirkit arus fasa T N

10.

Sirkit N pembumian

Comisioning Bertegangan tanpa Beban


1. Pengukuran Tegangan Sumber
Langkah pengukuran tegangan sumber :
a.

Putar selector switch multimeter ke tegangan AC (ACV) dengan rating


sesuai dengan perkiraan tegangan yang terukur. Misal untuk rumah

b.

biasanya 220 V maka rating yang dipilih cuma 250 V.


Pasangkan kedua ujung kabel ( com dan + dari multimeter ) ke kotak-

c.

kontak yang akan diukur.


Baca tegangan yang terukur dengan membaca skala sesuai dengan
rating yang dipilih.

2. Pengukuran tegangan di titik beban


Langkah-langkah pengukuran tegangan pada titik beban dilakukan sama
dengan pengukutan tegangan pada sumber.
3. Mendeteksi urutan fasa
Pemeriksaan urutan fasa menggunakan Phase Squence Indicator dengan
langkah sebagai berikut :
a.
b.

Putar selector switch ke posisi phase detect.


Hubungkan probes merah ke titik sumber yang dianggap sebagai R,

c.
d.
e.

probes putih ke S dan probes biru ke T.


Memeriksa urutan fasa sumber.
Menyambung panel dengan sumber.
Memeriksa urutan fasa pada sisi beban dengan cara yang sama saat

memeriksa urutan fasa sumber namun diperiksa dititik input panel.


Bila urutan fasa pada sumber dan sisi beban sudah sama maka pemasangan
sudah benar.
Pemeriksaan urutan fasa terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Pemeriksaan urutan fasa tanpa beban
b. Pemeriksaan urutan fasa berbeban
28

Tabel Pemeriksaan Urutan Fasa Tanpa Beban


No.
Uraian
1. Input tegangan

Urutan Fasa
Sesuai / tidak

2.

Tegangan pada panel

Sesuai / tidak

3.

Tegangan pada kotak kontak 3 fasa

Sesuai / tidak

Tegangan

216 V

Tabel Pemeriksaan Urutan Fasa Berbeban


No.
Uraian
1. Arus fasa R
2.

Arus fasa S

3.

Arus fasa T

4.

Arus netral

5.

Kuat Penerangan

Arus (Ampere)

Tegangan (Volt)
220 V
220 V
1.

Comisioning Bertegangan Dengan Beban


Langkah-langkah pemeriksaan sirkit arus untuk fasa R,S,T menggunakan tang
ampere :
1.

Pasang tang ampere pada salah satu kabel sumber atau supply peralatan

2.

yang sedang terpasang dengan cara dicantolkan


Atur selector switch tang ampere dari posisi off ke posisi 200 agar arusnya

3.
4.

dapat diketahui secara jelas.


Maka nilai atau besarnya arus akan terlihat dimonitor tang ampere
Geser tombol ke Hold untuk mengunci nilai yang terukur. Itulah besarnya
arus listrik yang sedang mengalir pada alat listrik tersebut.

29

30

BAB IV
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan
a. Semua instalasi listrik yang berhubungan dengan PLN harus dilaksanakan
sesuai dengan standar-standar yang berlaku di Indonesia seperti PUIL, SPLN
dan SNI, agar instalasi dapat dipakai secara mudah dan aman.
b. Instalatir harus memperhatikan beberapa faktor saat pemasangan komponen
dalam segi jumlah maupun kekuatan pemasangan(berapa lama bertahannya
komponen tersebut) agar instalasi tersebut bekerja dengan semestinya.
Beberapa faktor yang penting tersebut yaitu, memperhatikan panjang kabel
yang dibutuhkan agar tidak berlebih ataupun kurang, mencoba menggunakan
komponen setelah pemasangan dan lain-lain.
c. Sebelum instalasi disambungkan dengan sumber dari PLN harus ada
pengecekan terlebih dahulu, yaitu pengecekan dalam keadaan bertegangan dan
tidak bertegangan secara bertahap. Hal ini untuk meminimalisasi adanya short
circuit atau koslet (sebagai langkah safety)
d. Perbedaan KWH meter 3 fasa dengan KWH meter 1 fasa adalah dari sisi
pengawatannya, karena KWH meter 3 fasa mendpat masukan kabel fasa
sebanyak 3 buah.
b. Pengecekan instalasi untuk keadaan tidak bertegangan yaitu dengan
menggunakan :
c. Megger untuk mengecek tahanan isolasi (bagus tidaknya kabel yang di
gunakan)
d. Multimeter digital sebagai pengecekan kontinuitas.
e. Perbedaan instalasi 3 fasa dengan instalasi 1 fasa yaitu pada 3 fasa harus
dilakukan pengecekan urutan fasa pada keadaan bertegangan dengan
menggunakan Phase Sequence Tester dan pengecekan besarnya tegangan
apakah sesuai standar atau tidaknya, yaitu tegangan line to line 380 V dan
tegangan line to neutral 220V.
f. Besar tegangan pada instalasi penerangan 3 fasa harus memenuhi standar
minimum dan maksimum yaitu 5-10% dari tegangan nominal standar.

4.2.

Saran

31

a. Sebaiknya di awal pertemuan, mahasiswa membuat job list yang harus


dikerjakan setiap minggunya, agar pekerjaan instalasi penerangan 3 fasa
tersebut dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
b. Sebaiknya ketika mahasiswa membuat diagram garis tunggal maupun
pengawatan harus diberi pengarahan terlebih dahulu oleh pembimbing agar
pengawatannya tidak menyimpang dari standar maupun aturan yang ada.
c. Sebaiknya pada awal pekerjaan, pembimbing memberitahukan kondisi tembok
dan komponen yang sudah terpasang pada masing-masing kabin, agar
mahasiswa dapat segera melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan dan
disesuaikan dengan kebutuhan untuk instalasinya.

32

You might also like