You are on page 1of 22

KETUBAN PECAH DINI

Oleh :
Andrew Lienata - 07120110066
Pembimbing :

dr. Reino Rambey, Sp.OG.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit


Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto
Periode 8 Juni 2015 - 15 Agustus 2015

DAFTAR ISI

RESUME KASUS.....................................................................................................................3
KASUS.......................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................10
Pendahuluan.........................................................................................................................10
1.

Definisi..........................................................................................................................10

2.

Mekanisme....................................................................................................................11

3.

Etiologi..........................................................................................................................12

4.

Diagnosis.......................................................................................................................12

5.

Penatalaksanaan............................................................................................................14

6.

Komplikasi....................................................................................................................19

7.

Prognosis.......................................................................................................................20

ANALISA KASUS..................................................................................................................21
KESIMPULAN........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................24

RESUME KASUS
Pasien perempuan berusia 25 tahun, dengan inisial Ny. A, hamil 37 minggu, datang
ke IGD RS Polri dengan keluhan utama keluar air-air sejak pukul 02.00 WIB (6 jam
SMRS). Pasien merupakan rujukan dari Puskesmas Ciracas. Pasien mengaku perut tidak
terasa mulas. Keluarnya flek, lender bercampur darah ataupun keputihan disangkal oleh
pasien. Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit dahulu seperti hipertensi, diabetes
mellitus, alergi, asma, trauma sebelumnya. Pasien memiliki riwayat ANC di Puskesmas
sebanyak 6 kali.
Pada pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal, suhu 36,7 0C . Pada
pemeriksaan obstetrik ditemukan TFU 30 cm, DJJ 132x/menit, His (-), Leopold I kesan
bokong, Leopold II kesan punggung kanan, Leopold III kesan kepala, dan Leopold IV
konvergen (4/5). Pada pemeriksaan dalam saat inspekulo tes lakmus (+), vaginal touch
teraba portio tebal kaku, belum ada pembukaan, ketuban mengalir berwarna jernih, presentasi
kepala, kepala Hodge I.
Hasil CTG ditemukan baseline 136x/menit, variabilitas 10dpm, akselerasi -, deselerasi
-, gerakan janin 1x tidak terekam selama 20 menit, his tidak ada, kesan NST non reakif. Hasil
laboratorium darah lengkap yang bermakna ialah leukosit 12.400/ L, kimia klinik, dan gula
darah sewaktu dalam batas normal.

KASUS
Ketuban Pecah Dini

Identitas
Nama

: Ny. Asmaria

Umur

: 25 tahun

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: SMP

Tanggal masuk : 10 Juni 2015


Anamnesis
Keluhan Utama : keluar air-air sejak pukul 02.00 WIB (6 jam SMRS)
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD RS Polri pada hari Rabu, 10 Juni 2015 pukul 8.00 dirujuk dari
Puskesmas Ciracas dengan keluhan utama keluar air - air secara tiba-tiba sejak pukul 02.00.
Pasien mengatakan ai-air yang keluar berwarna bening dan tidak berbau. Pasien menyangkal
adanya keluar cairan berwarna merah atau pun darah sejak keluar air-air tersebut. Gerakan
janin kurang aktif saat datang ke rumah sakit. Pasien dalam keadaan hamil pertama dengan
usia kehamilan 37-38 minggu. Pasien mengaku pada bulan September 2014 pasien
mendapatkan dirinya terlambat haid. Hari pertama haid terakhir pasien adalah 10 September
2014, dan setelah lewat tanggal tersebut pasien tidak pernah menstruasi kembali. Memasuki
bulan November 2014, pasien mengatakan bahwa haidnya tidak kunjung datang lagi dan
pasien mengeluhkan adanya peningkatan nafsu makan disertai mual dan muntah. Mual dan
muntah yang dirasakan pasien lebih dominan pada pagi hari namun bisa dirasakan sampai
siang hari. Pasien kemudian memeriksa air kencingnya dengan test pack dan didapatkan hasil
positif. Kemudian pasien memeriksakan dirinya ke Puskesmas Ciracas dan dikatakan bahwa
saat itu pasien hamil dengan usia kehamilan 10 minggu. Gerakan janin pertama kali dirasakan
saat usia kandungan pasien 20 minggu. Pasien rutin memeriksakan kandungannya di bidan
dan klinik sebanyak 6 kali selama kehamilannya. Pasien pernah di USG sebanyak 2x di klinik
sekitar rumah oleh dokter dan dikatakan bahwa kehamilan normal dan air ketuban cukup.
Penambahan berat badan pasien 15 kg sejak awal kehamilan sampai sekarang. Riwayat
pendarahan dan demam tinggi selama kehamilan disangkal, rasa haus dan nafsu makan
berlebih dengan buang air kecil yang sering terutama pada malam hari disangkal, tekanan
darah tinggi sebelum dan selama kehamilan disangkal, riwayat sesak nafas disangkal, nyeri
pada perut bawah disertai nyeri saat buang air kecil disangkal, gatal-gatal pada kemaluan atau
4

kemerahan setelah minum obat atau makan makanan tertentu disangkal,


riwayat gigi berlubang disangkal. Pasien mengaku tidak pernah terjatuh, mengangkat benda
yang berat atau terbentur pada perut selama kehamilan ini. Pasien tidak teratur
mengkonsumsi vitamin, pasien tidak mengkonsumsi jamu-jamuan selama kehamilan.
Riwayat berhubungan seksual 5 hari sebelum masuk RS. Nyeri saat berhubungan seksual
disangkal oleh pasien. Keluarnya flek, lendir bercampur darah, maupun keputihan disangkal
oleh pasien. Pasien menyangkal adanya kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, atau pun
memakai obat-obatan terlarang. Pasien mengaku 1 bulan terakhir ini mengalami penurunan
nafsu makan akibat stress menghadapi persoalan perekonomian keluarga. Pasien mengaku
stamina menurun akibat terlalu lelah bekerja sebagai pembuat kue kering dalam menjelang
ramadhan pesanan meningkat.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat alergi disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat trauma disangkal
Riwayat operasi sebelumnya disangkal
Riwayat ANC sebanyak 6 kali di Puskesmas

Riwayat Obstetrik :
No
1

Tanggal
Ini

Usia kehamilan

Riwayat persalinan Kelamin

BB lahir

ASI/PASI

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: tampak tenang

Kesadaran

: compos mentis

TTV

: TD : 130 / 80 mmHg

RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7 0C

Nadi : 90 x/menit
Mata

: konjungtiva anemis - / - , sklera ikterik - / -

Mulut

: mukosa oral basah

Thorax

: Cor : BJ I & II regular, murmur (-), gallop (-)


Pulmo : vesikuler +/+ , rhonki -/- , wheezing -/Mammae : hiperpigmentasi areola +/+ , retraksi puting -/- ,
ASI -/-

Abdomen :

I : tampak , linea nigra (+), striae gravidarum (+)


P : supel, nyeri tekan (-)
P : timpani
A : BU (+), 3 - 4 x/menit

Ekstremitas :

akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai +/+


refleks fisiologis +/+/+/+, refleks patologis -/-

Pemeriksaan Obstetrik
TFU

: 34 cm

TBJ

: 2790 gram

DJJ

: 132 x/menit

His

: (-)

HPHT : 10 September 2014


TP

: 19 Juni 2015

Leopold I

: kesan bokong

Leopold III

: kesan kepala

Leopold II

: kesan punggung kanan

Leopold IV

: konvergen (4/5)

Pemeriksaan Dalam :

Inspekulo : vulva/vagina tak ada kelainan, fluksus -, jaringan -, stool cell -, erosi -, tes lakmus
+
VT : vulva/vagina tak ada kelainan, portio konsistensi tebal kaku, belum ada pembukaan,
ketuban mengalir(+) berwarna jernih, presentasi kepala, denominator belum dapat ditentukan,
Hodge I
CTG : baseline 136x/menit, variabilitas 10dpm, akselerasi -, deselerasi -, gerakan janin 1x
tidak terekam selama 20 menit, his tidak ada. Kesan NST non reaktif

Hasil Laboratorium
Hb

: 10,7 g/dL

Kimia Klinik

Leukosit

: 12.400/L

SGOT

: 11,1

(<31)

U/L

Ht

: 32 %

SGPT

: 7,1

(<31)

U/L

Trombosit

: 271.000/L

Ureum

: 16

(10-50)

mg/dL

Golongan darah : O/Rh +

Creatinin

: 0,7

(0,5-1,3)

mg/dL

Masa Perdarahan : 1 30

Gula Darah Sewaktu : 93

(<200)

mg/dL

Masa Pembekuan : 12

Diagnosis Kerja
G1P0A0, usia 25 tahun, gravid 37 - 38 minggu, belum inpartu dengan ketuban pecah dini,
janin tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala.
Penatalaksanaan :
-

Tirah baring
Observasi DJJ, tanda tanda inpartu, tanda-tanda infeksi
pro cito sectio caesarea

Tabel Pemantauan DJJ dan HIS


PUKUL DJJ (x/menit) HIS
08.00

132

09.00

138

10.00

136

11.00

140

12.00

136

13.00

136

14.30

130

Laporan Operasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pasien dalam posisi terlentang dengan anestesi spinal


Asepsis dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya
Insisi pfannenstiel 10cm
Setelah peritoneum dibuka, tampak uterus gravidarus
Plika vesika uterine disayat semilunar
Insisi semilunar pada sisi bawah uterus, kemudian dilebarkan secara tajam
Dengan meluksir kepala, lahir bayi laki-laki, BBL 2800 gram, PBL 49 cm, A/S 8/9,

pukul 15.18 WIB


8. Plasenta dilahirkan lengkap, air ketuban jernih
9. SBU dijahit 2 lapis dengan safil no.1.0
10. Eksplorasi kedua tuba dan ovarium dalam batas normal
11. Diyakini tidak ada perubahan, rongga abdomen dicuci dengan anACl.
12. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
13. Tutup dengan kassa karena steril
14. Perdarahan 350 cc, produksi urine 400 cc.
Diagnosis
Ibu

: P1A0, usia 25 tahun, post SC

Bayi

: Bayi laki-laki usia 37-38 minggu menurut HPHT, skor APGAR 8/9 dengan berat

badan lahir 2800 gram dan panjang badan lahir 48 cm


8

Instruksi Post Operasi:

Awasi tanda-tanda vital, perdarahan, TFU, kontraksi uterus, urine


Cek H2TL 6 jam post operasi
Aff infus bila obat injeksi habis
Aff kateter setelah 24 jam
Terapi :
o Inj. Ceftriaxone 2x1 gram selama 24 jam
o Profenid supp 3x1 selama 48 jam
o Clindamycin 2x300 mg
o Asam mefenamat 3x500 mg
o Hemobion 1x1 tab

Observasi Post Operasi:


Waktu

TD

Nadi RR Suhu Perdarahan Kontraksi

TFU

Urine

16.15

124/58

61

24

36,3

5 cc

sedang

2 JBP

350 cc

16.30

119/71

73

22

36,4

10 cc

sedang

16.45

116/72

63

20

36,4

10 cc

sedang

1JBP

350 cc

17.00

117/71

63

20

36,4

10 cc

sedang

1JBP

350 cc

17.30

121/76

68

20

36,5

10 cc

sedang

1JBP

350 cc

18.00

124/79

66

22

36,5

10 cc

sedang

1JBP

350 cc

Sepusat 350 cc

TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Likuor amnii atau yang disebut dengan air ketuban adalah cairan yang terdapat di
dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion dan korion.
Volume likuor amnii pada hamil cukup bulan 1000 - 1500 ml, warna putih, agak keruh serta
mempunyai bau yang khas agak manis dan amis. Cairan ini dengan berat jenis 1,008 terdiri
dari 98% air. Sisanya terdiri dari garam anorganik serta bahan organic dan bila diteliti benar
terdapat rambut lanugo, sel-sel epitel serta vernik caseosa. Protein ditemukan rata-rata 2,6%
gram per liter sebagian besar sebagai albumin.
9

Kadang-kadang pada partus warna air ketuban menjadi kehijau-hijauan karena


bercampur mekonium. Berat jenis likuor menurun dengan tuanya kehamilan. Dari mana asal
likuor belum diketahui dengan pasti. Telah banyak teori dikemukakan antara lain, ketuban
berasal dari lapisan amnion terutama dari bagian pada plasenta. Teori lain mengatakan
kemungkinan berasal dari plasenta.
Dikemukakan bahwa peredaran likour amnii cukup baik. Dalam 1 jam didapatkan
perputaran lebih kurang 500 ml. janin menelan 8-10 cc air ketuban atau 1 % dari seluruh
volume air ketuban tiap jam. Air ketuban mempunyai fungsi:
1. melindungi janin terhadap trauma dari luar
2. memungkinkan janin untuk bergerak dengan bebas
3. melindungi suhu janin
4. meratakan tekanan didalam uterus pada partus sehingga serviks membuka
5. membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan yang steril dan
mempengaruhi keadaan didalam vagina, sehingga bayi kurang mengalami infeksi.

1. Definisi
Ketuban pecah dini adalah robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan (sebelum onset
persalinan berlangsung)
dibedakan
: - PPROM (pre term premature rupture of membranes)
Ketuban pecah pada saat usia kehamilan < 37 mgg
: - PROM (premature rupture of membranes) :
Ketuban pecah pada saat usia > 37 mg
Dalam beberapa literatur Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
baik dalam kehamilan maupun persalinan sebelum pembukaan 3cm atau sebelum fase aktif
berlangsung, KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan. KPD akan membuat volume likour amni menurun bila berlangsung
terus menerus. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan, sehingga dapat menimbulkan gangguan fungsi baik pada janin itu sendiri
ataupun terhadap ibu.
Kriteria Diagnosis :
Keluar cairan ketuban dari vagina
Pemeriksaan spekulum : terlihat cairan keluar dari ostium uteri eksternum
Kertas nitrain merah jadi biru
Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa

10

2. Mekanisme KPD
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan karena kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler
matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas
kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen dimediasi oleh
matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan
inhibitor protease. Mendekati waktu persalinan terjadi degradasi proteolitik dari matriks
ekstraselular dan membrane janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang
persalinan. Pada penyakit periodontitis karena terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi
Ketuban Pecah Dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban
mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran
uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal fisiologis. Ketuban Pecah Dini pada kehamilan premature disebabkan oleh
adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina, polihidramnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta.

3. Etiologi
Etiologi dari KPD belum diketahui secara pasti. Tetapi ada beberapa faktor predisposisi
antara lain:
o kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)
o riwayat persalinan dengan KPD sebelumnya : risiko 2 - 4x
o tindakan sanggama : tidak berpengaruh kepada risiko, kecuali jika higiene buruk,
o
o
o
o
o

predisposisi terhadap infeksi.


perdarahan pervaginam : trimester pertama (risiko 2x), trimester kedua/ketiga (20x)
bakteriuria : risiko 2x (prevalensi 7%)
pH vagina di atas 4.5 : risiko 32%
servix tipis / kurang dari 39 mm : risiko 25%
Menjelang aterm kelemahan fokal terjadi pada selaput janin di atas os serviks internal

yang memicu robekan selaput.


o Sosio-ekonomi rendah : Def Gizi & Vit C
o Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
o Inkompetensi Servik ( leher rahim ) yang pendek < 25mm pada usia kehamilan 23
minggu.
o kadar CRH (corticotropin releasing hormon) maternal tinggi misalnya pada stress
11

psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm.

4. Diagnosis
a.
b.
c.
d.
e.

Riwayat keluar cairan secara terus menerus dari vagina pada kehamilan
Janin mudah diraba bila sudah sampai terjadi oligohidramnion
Pada pemeriksaan fisik suhu normal bila tidak ada infeksi
Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
In speculo Adanya kumpulan cairan di vagina yang keluar dari OUE, pemeriksaan inspekulo
terlihat cairan keluar dari ostium uteri eksternum, di tes dengan kertas nitrazin merah akan
berubah menjadi biru . Gunakan kertas lakmus (litmus) : bila menjadi biru (basa) air

ketuban, bila menjadi merah (asam) air kemih (urine) .


f. Cairan mengubah kertas nitrazin yang berwarna merah menjadi berwarna biru (pH cairan
amnion adalah 7,0-7,7 dibandingkan dengan cairan vagina yang ber pH 4,5)
g. Ferning mikroskopik pada cairan vagina yang dikumpulkan dari posterior forniks (yaitu
kristalisasi cairan amnion sangat mengering berbentuk daun pakis) atau yang disebut tes
Arborisasi krisatalisasi.

Tabel Diagnosis Cairan Vagina


Gejala dan tanda
Selalu ada
- Keluar cairan ketuban

Gejala dan tanda


Kadang kadang ada
-

Diganosis Kemungkinan

Ketuban pecah tiba- - Ketuban pecah dini


tiba

- Cairan vagina berbau


- Demam /menggigil
- Nyeri perut
- Cairan vagina berbau
- tidak ada riwayat

- cairan vagina berdarah

- Cairan berupa darah


Lendir

Cairan tampak di
introitus
- Amnionitis
Tidak ada his dalam
1 jam
- Riwayat Keluarga cairan
- Uterus nyeri
- Vaginitis/serviks
- Denyut jantung janin cepat
- Gatal
- Keputihan
- Nyeri perut
- Disuria
- Nyeri perut
- Gerak janin berkurang
- Perdarahan banyak

- Perdarahan antepartum

- Awal persalinan aterm


atau preterm

- Pembukaan dan

12

pendaftaran serviks
- Ada his

Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan leukosit darah : > 15.000/ul bila terjadi infeksi
- Tes lakmus
- Amniosintesis USG : menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang

5. Penatalaksanaan
Rawat di rumah sakit bila ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan
antibiotika sama halnya jika terjadi amnionitis.
Konfirmasi usia gestasi jika tidak ada infeksi dan kehamilan kurang dari 37 minggu :
a. Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin, Antibiotika profilaktik
spektrum luas terlihat dapat memperpanjang masa laten pada kasus PPROM. Ampisilin 4 x
500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 3 x 250 mg selama 7 hari peroral
b. Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru dari janin
Betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam atau Deksametason 6 mg IM dalam 4
dosis setiap 6 jam serta dilakukan pemeriksaan kadar lesitin dan sfingomielin.
c. Tokolitik merupakan kontra indikasi relatif pada pasien ini.
d. Dilakukan pemantauan janin karena resiko pada janin dapat terkena infeksi yang bersifat
ascenden, cedera tali pusat, dan mungkin insufisiensi uteroplasenta. Pilihan yang ada
termasuk non stress test dan atau profil biofisik, tetapi tidak satupun terbukti lebih naik
dibandingkan dengan grafik tendangan bayi fetal kick chart.
e. Berikan Vitamin C Dosis tinggi.
f. lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
Jika terdapat HIS dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm.
Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan lebih dari 37 minggu, berikan antibiotik
profilaksis untuk mengurangi resiko infeksi streptokokus grup B dan Jika tidak ada infeksi
pasca persalinan hentikan antibiotika.
Nilai serviks, jika serviks sudah matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin.
Jika serviks belum matang, matangkan dengan prostaglandin ( misoprostol ) dan infuse
oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesaria. Untuk dapat melakukan induksi persalinan
perlu dipenuhi beberapa faktor, hendaknya serviks sudah mendatar dan menipis serta sudah
dapat dilalui sedikitnya satu jari dan posisis sumbu serviks mengarah ke depan, selanjutnya
tidak ada disproporsi sefalo pelvik, kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan, dan
13

kepala bayi sudah mulai turun melewati rongga panggul. Kemungkinan induksi persalinan
akan berhasil bila skor bishop lebih dari 8.
Nilai pelvik menurut Bishop :
SKOR

Pembukaan

1-2

3-4

5-6

Pendataran

<30%

< 50%

< 70%

80%

Penurunan
Kepala dari
Hodge III

-3

-2

-1 0

+1 +2

Konsistensi

Keras

Sedang

Lunak

Posisi

Posterior

Mid

Anterior

Ketika tidak ada kontraindikasi terhadap tata laksana observasi seperti Infeksi intra
amnion, gawat janin, hasil pemeriksaan janin yang tidak meyakinkan, perdarahan
pervaginam, dan proses persalinan aktif maka tata laksana observasi maupun augmentasi
persalinan segera merupakan pilihan yang bisa diterima.
Penanganan :
Konservatif
Rawat di RS,
Antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg,/eritromisin & metronidazol 2 x 500 mg ,7 hari).

14

Ekspektatif
Tirah baring
Pemberian antibiotika spektrum luas
Observasi tanda inpartu dan keadaan ibu dan anak
Bila selama 12 jam tak ada tanda-tanda inpartu dan keadaan umum ibu dan anak baik

maka dapat dilakukan terminasi kehamilan


Bila selama masa observasi terdapat :
a. Suhu rektal > 37.60C
b. Gawat ibu atau gawat janin
Maka kehamilan harus segera diakhiri

Aktif
Kehamilan > 37 minggu , induksi oksitosin. Bila gagal, SC. / misoprostol 25 g 50

g intravaginal / 6 jam max 4 x.


tanda infeksi antibiotik dosis tinggi dan terminasi persalinan
bila skor pelvik <5 , lakukan pematangan serviks kemudian induksi. Jika tidak

berhasil, akhiri persalinan dengan SC


bila skor pelvik >5, induksi persalinan

15

Ketuban Pecah
Dini
Kehamilan (<37
Minggu)
Konservatif

Terdapat tanda tanda


infeksi
Atau kehamilan
mencapai 36 minggu
Aktif

Kehamilan (32 36
minggu)

Kehamilan (32
minggu)

Skor
pelvik >
5

Janin
Mati

Janin
Hidup
Janin Mati

Ketuban pecah
6-8 jam

Partus
perva
Inpart
ginam
u
denga
n
induk
si
oksito
sin
Partus
pervagi
nam

Partus
pervagi
Belum
nam in
partu
dengan

Seksio
sesarea
Setelah
Letak
diskusi memanja
dengan
ng
keluarga

induksi
oksitosi
n

Letak
lintang

Oksitosin

Hamil > 37
mg
Partus
pervaginam
dengan induksi
oksitosin

Letak
memanjang

Letak
lintang

gagal
induksi
oksitosin

KPD

Induksi

Janin
Hidup

Partus
pervagina
m dgn
Skor
embriotom
pelvik
i <
5

Berhas
il

Gagal Skor
PematanganSkor
pelviks >
serviks pelviks <
5
5

Partus
Pervag
inam

Seksio

Seksio

Sesare
a

Sesare
a

gagal
induksi
oksitosin

Partus
pervaginam
induksi
oksitosin

Seksio
sesarea

Konservatif
maksimal 48 jam
(24 jam sudah
mulai dinilai)

16

Skor
pelviks >
5

Belum
Inpart
u
Induks
i
Berhas
il

6. Komplikasi
Pada Anak
IUFD, asfiksia dan prematuritas

Pervagina
m

In
partu

Skor
pelviks <
5

Pemat
angan
serviks

Partus
Perva
ginam

Lihat

Gagal

Seksio
Sesare
a

Pada Ibu
partus lama dan infeksi, atonia uteri,
perdarahan postpartum, dan infeksi nifas.

Persalinan prematur

Setelah ketuban pecah biasanya dsegera disusul oleh persalinan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan 28 34 minggu 50% persalinan
dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

Infeksi

Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi bisa terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis. Pada ketuban pecah
dini prematur infeksi lebih sering terjadi dibandingkan pada aterm.

Hipoksia dan asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia

Sindrom Deformitas Janin

17

Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar
Pengaruh PROM
a.
Terhadap Ibu belum menunjukan gejala gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi ( ammnionitis, vaskulisis )
sebelum gejala pada ibu dirasakan, jadi akan meninggikan mortalitas dan mobilitas perinatal.
Prolaps tali pusat lebih sering terjadi pada kasus PROM (1,5%) PROM praterm yang in partu
mempunyai 8,5% insiden gawat janin dibandingkan 1,5% pada PROM preterm yang tidak
termonitor ditangani secara konservatif.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru
merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir
100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
b. Pengaruh terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartum, apalagi bila terlalu
sering diperiksa dalam, selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis,
septicemia, dan servik drylabor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring ditempat tidur, partus akan menjadi lama,
maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala gejala infeksi hal hal di atas akan
meninggikan angka kematian dan angka morbilitas pada ibu.
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi
meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi
untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis.

Gbr. Chorioamnionitis
18

7. Prognosis
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin
timbul serta umur dari kehamilan. Semakin cepat dan tepat penanganannya semakin baik
prognosisnya. Begitu juga dengan umur kehamilan, semakin cepat terjadinya Ketuban pecah
dini pada kehamilan kurang dari 37 minggu semakin buruk prognosisnya baik bagi ibu
maupun janinnya.

ANALISA KASUS

TEORI
Robeknya

selaput

korioamnion

KASUS
sebelum sesuai

onset persalinan, usia kehamilan >37 minggu


Ketuban pecah pada kehamilan aterm adalah Faktor
hal fisiologis

predisposisi

seperti

kehamilan

multiple, riwayat persalinan sebelumnya


dengan

KPD,

koitus,

serviks

tipis,

polihidramnion, disangkal oleh pasien.


Riwayat keluar cairan terus menerus

sesuai

Janin mudah diraba bila oligohidramnion

Janin tidak telalu mudah diraba

Pada pemeriksaan fisik suhu normal bila Suhu 36,70C , afebris


tidak ada infeksi
Pada pemeriksaan dalam : selaput ketuban Ketuban mengalir (+)
tidak ada
Tes lakmus (+)

Sesuai, tes lakmus (+)

Ferning mikroskopik ditemukan kristalisasi Tidak dilakukan pemeriksaan


seperti daun pakis
Pemeriksaan leukosit darah >15.000/ul bila Leukosit 12.400/L
terjadi infeksi
Amniosintesis USG

Tidak dilakukan
19

Penatalaksanaan:
Lakukan persalinan pada kehamilan 37 Sesuai
minggu
Kemungkinan induksi akan berhasil bila Pembukaan =0
Nilai Bishop > 8
Pendataran <30% =0
Penurunan Kepala -3 =0
Konsistensi keras = 0
Posisi posterior =0
Total Nilai Bishop= 0
Jika tidak ada infeksi intra amnion, gawat CTG : NST non reaktif, dilakukan cito
janin,

hasil

pemeriksaan

janin

tidak section sesarea.

meyakinkan, perdarahan pervaginam dan


proses persalinan aktif section sesarea

KESIMPULAN

20

Penyebab ruptur membran premature mempunyai dimensi multifaktorial dan


mempunyai banyak penyebab sesuai dengan penjabaran diatas. Untuk diagnosis nya tidak
sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang
khas. Selain keterangan yang disampaikan dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang
menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya adalah tes ferning dan
tes nitrazine.
Tata laksana penanganan, sebaiknya pasien dirawat di rumah sakit. Diberikan
antibiotik,observasi tanda vital dan janin.Melakukan pemeriksaan air ketuban, kultur dan
bakteri. Bila pre term Prematur ruptur of membran terjadi berikan kortikosteroid bila terdapat
peningkatan suhu dan terjadi distres janin dapat dilakukan SC. Begitu juga pada Prom Hamil
aterm dengan kelainan obstetrikyang tidak dapat dilakukan per vaginam SC adalah tindakan
yang tepat.
Pada kehamilan aterm tanpa kelainan obstetrik dapat dilakukan persalinan
pervaginam setelah melihat pematangan servik terlebih dahulu dengan bishop score. Bila
servik sudah matang dengan bishop score diatas 5 dapat langsung diinduks dengan drip
oksitosin, bila servik belum matang dapat dilakukan pematangan servik dengan Prostglandin.
Bila induksi berhasil dapat dilakukan persalinan pervaginam, bila induksi gagal dengan
berbagai macam penyebabnya dapat dilakukan SC.
Jadi pada pasien penyelesaian persalinan bisa :
Partus spontan
Ekstraksi vakum & Ekstraksi Forsep
Embriotomi bila anak sudah meninggal
Seksio sesarea bila ada indikasi obstetrik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro. H., Ilmu Kebidanan, edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 2007.
21

2. Cunningham F. G., Paul C. Macdonald, Norman F. Gant, Williams Obstetrics, 18 th edition;


Prentice-Hall International Inc, 1989.
3. Mochtar R., Sinopsis Obstetri, jilid 1 edisi 2, EGC, Jakarta 1998.
4. Sastrawinata S., Obstetri Patologi, bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran, Penerbit Elstar, Bandung 1984.
5. Fraser D. M., Cooper M. A., Myles Buku ajar bidan 14th Edition, EGC, 2009.
6. Manuaba Ida Bagus Gede, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga berencana,
EGC, 1998

22

You might also like