Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Andrew Lienata - 07120110066
Pembimbing :
DAFTAR ISI
RESUME KASUS.....................................................................................................................3
KASUS.......................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................10
Pendahuluan.........................................................................................................................10
1.
Definisi..........................................................................................................................10
2.
Mekanisme....................................................................................................................11
3.
Etiologi..........................................................................................................................12
4.
Diagnosis.......................................................................................................................12
5.
Penatalaksanaan............................................................................................................14
6.
Komplikasi....................................................................................................................19
7.
Prognosis.......................................................................................................................20
ANALISA KASUS..................................................................................................................21
KESIMPULAN........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................24
RESUME KASUS
Pasien perempuan berusia 25 tahun, dengan inisial Ny. A, hamil 37 minggu, datang
ke IGD RS Polri dengan keluhan utama keluar air-air sejak pukul 02.00 WIB (6 jam
SMRS). Pasien merupakan rujukan dari Puskesmas Ciracas. Pasien mengaku perut tidak
terasa mulas. Keluarnya flek, lender bercampur darah ataupun keputihan disangkal oleh
pasien. Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit dahulu seperti hipertensi, diabetes
mellitus, alergi, asma, trauma sebelumnya. Pasien memiliki riwayat ANC di Puskesmas
sebanyak 6 kali.
Pada pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal, suhu 36,7 0C . Pada
pemeriksaan obstetrik ditemukan TFU 30 cm, DJJ 132x/menit, His (-), Leopold I kesan
bokong, Leopold II kesan punggung kanan, Leopold III kesan kepala, dan Leopold IV
konvergen (4/5). Pada pemeriksaan dalam saat inspekulo tes lakmus (+), vaginal touch
teraba portio tebal kaku, belum ada pembukaan, ketuban mengalir berwarna jernih, presentasi
kepala, kepala Hodge I.
Hasil CTG ditemukan baseline 136x/menit, variabilitas 10dpm, akselerasi -, deselerasi
-, gerakan janin 1x tidak terekam selama 20 menit, his tidak ada, kesan NST non reakif. Hasil
laboratorium darah lengkap yang bermakna ialah leukosit 12.400/ L, kimia klinik, dan gula
darah sewaktu dalam batas normal.
KASUS
Ketuban Pecah Dini
Identitas
Nama
: Ny. Asmaria
Umur
: 25 tahun
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: SMP
Riwayat Obstetrik :
No
1
Tanggal
Ini
Usia kehamilan
BB lahir
ASI/PASI
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: tampak tenang
Kesadaran
: compos mentis
TTV
: TD : 130 / 80 mmHg
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7 0C
Nadi : 90 x/menit
Mata
Mulut
Thorax
Abdomen :
Ekstremitas :
Pemeriksaan Obstetrik
TFU
: 34 cm
TBJ
: 2790 gram
DJJ
: 132 x/menit
His
: (-)
: 19 Juni 2015
Leopold I
: kesan bokong
Leopold III
: kesan kepala
Leopold II
Leopold IV
: konvergen (4/5)
Pemeriksaan Dalam :
Inspekulo : vulva/vagina tak ada kelainan, fluksus -, jaringan -, stool cell -, erosi -, tes lakmus
+
VT : vulva/vagina tak ada kelainan, portio konsistensi tebal kaku, belum ada pembukaan,
ketuban mengalir(+) berwarna jernih, presentasi kepala, denominator belum dapat ditentukan,
Hodge I
CTG : baseline 136x/menit, variabilitas 10dpm, akselerasi -, deselerasi -, gerakan janin 1x
tidak terekam selama 20 menit, his tidak ada. Kesan NST non reaktif
Hasil Laboratorium
Hb
: 10,7 g/dL
Kimia Klinik
Leukosit
: 12.400/L
SGOT
: 11,1
(<31)
U/L
Ht
: 32 %
SGPT
: 7,1
(<31)
U/L
Trombosit
: 271.000/L
Ureum
: 16
(10-50)
mg/dL
Creatinin
: 0,7
(0,5-1,3)
mg/dL
Masa Perdarahan : 1 30
(<200)
mg/dL
Masa Pembekuan : 12
Diagnosis Kerja
G1P0A0, usia 25 tahun, gravid 37 - 38 minggu, belum inpartu dengan ketuban pecah dini,
janin tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala.
Penatalaksanaan :
-
Tirah baring
Observasi DJJ, tanda tanda inpartu, tanda-tanda infeksi
pro cito sectio caesarea
132
09.00
138
10.00
136
11.00
140
12.00
136
13.00
136
14.30
130
Laporan Operasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bayi
: Bayi laki-laki usia 37-38 minggu menurut HPHT, skor APGAR 8/9 dengan berat
TD
TFU
Urine
16.15
124/58
61
24
36,3
5 cc
sedang
2 JBP
350 cc
16.30
119/71
73
22
36,4
10 cc
sedang
16.45
116/72
63
20
36,4
10 cc
sedang
1JBP
350 cc
17.00
117/71
63
20
36,4
10 cc
sedang
1JBP
350 cc
17.30
121/76
68
20
36,5
10 cc
sedang
1JBP
350 cc
18.00
124/79
66
22
36,5
10 cc
sedang
1JBP
350 cc
Sepusat 350 cc
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Likuor amnii atau yang disebut dengan air ketuban adalah cairan yang terdapat di
dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion dan korion.
Volume likuor amnii pada hamil cukup bulan 1000 - 1500 ml, warna putih, agak keruh serta
mempunyai bau yang khas agak manis dan amis. Cairan ini dengan berat jenis 1,008 terdiri
dari 98% air. Sisanya terdiri dari garam anorganik serta bahan organic dan bila diteliti benar
terdapat rambut lanugo, sel-sel epitel serta vernik caseosa. Protein ditemukan rata-rata 2,6%
gram per liter sebagian besar sebagai albumin.
9
1. Definisi
Ketuban pecah dini adalah robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan (sebelum onset
persalinan berlangsung)
dibedakan
: - PPROM (pre term premature rupture of membranes)
Ketuban pecah pada saat usia kehamilan < 37 mgg
: - PROM (premature rupture of membranes) :
Ketuban pecah pada saat usia > 37 mg
Dalam beberapa literatur Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
baik dalam kehamilan maupun persalinan sebelum pembukaan 3cm atau sebelum fase aktif
berlangsung, KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan. KPD akan membuat volume likour amni menurun bila berlangsung
terus menerus. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan, sehingga dapat menimbulkan gangguan fungsi baik pada janin itu sendiri
ataupun terhadap ibu.
Kriteria Diagnosis :
Keluar cairan ketuban dari vagina
Pemeriksaan spekulum : terlihat cairan keluar dari ostium uteri eksternum
Kertas nitrain merah jadi biru
Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa
10
2. Mekanisme KPD
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan karena kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler
matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas
kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen dimediasi oleh
matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan
inhibitor protease. Mendekati waktu persalinan terjadi degradasi proteolitik dari matriks
ekstraselular dan membrane janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang
persalinan. Pada penyakit periodontitis karena terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi
Ketuban Pecah Dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban
mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran
uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal fisiologis. Ketuban Pecah Dini pada kehamilan premature disebabkan oleh
adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina, polihidramnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta.
3. Etiologi
Etiologi dari KPD belum diketahui secara pasti. Tetapi ada beberapa faktor predisposisi
antara lain:
o kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)
o riwayat persalinan dengan KPD sebelumnya : risiko 2 - 4x
o tindakan sanggama : tidak berpengaruh kepada risiko, kecuali jika higiene buruk,
o
o
o
o
o
4. Diagnosis
a.
b.
c.
d.
e.
Riwayat keluar cairan secara terus menerus dari vagina pada kehamilan
Janin mudah diraba bila sudah sampai terjadi oligohidramnion
Pada pemeriksaan fisik suhu normal bila tidak ada infeksi
Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
In speculo Adanya kumpulan cairan di vagina yang keluar dari OUE, pemeriksaan inspekulo
terlihat cairan keluar dari ostium uteri eksternum, di tes dengan kertas nitrazin merah akan
berubah menjadi biru . Gunakan kertas lakmus (litmus) : bila menjadi biru (basa) air
Diganosis Kemungkinan
Cairan tampak di
introitus
- Amnionitis
Tidak ada his dalam
1 jam
- Riwayat Keluarga cairan
- Uterus nyeri
- Vaginitis/serviks
- Denyut jantung janin cepat
- Gatal
- Keputihan
- Nyeri perut
- Disuria
- Nyeri perut
- Gerak janin berkurang
- Perdarahan banyak
- Perdarahan antepartum
- Pembukaan dan
12
pendaftaran serviks
- Ada his
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan leukosit darah : > 15.000/ul bila terjadi infeksi
- Tes lakmus
- Amniosintesis USG : menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang
5. Penatalaksanaan
Rawat di rumah sakit bila ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan
antibiotika sama halnya jika terjadi amnionitis.
Konfirmasi usia gestasi jika tidak ada infeksi dan kehamilan kurang dari 37 minggu :
a. Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin, Antibiotika profilaktik
spektrum luas terlihat dapat memperpanjang masa laten pada kasus PPROM. Ampisilin 4 x
500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 3 x 250 mg selama 7 hari peroral
b. Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru dari janin
Betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam atau Deksametason 6 mg IM dalam 4
dosis setiap 6 jam serta dilakukan pemeriksaan kadar lesitin dan sfingomielin.
c. Tokolitik merupakan kontra indikasi relatif pada pasien ini.
d. Dilakukan pemantauan janin karena resiko pada janin dapat terkena infeksi yang bersifat
ascenden, cedera tali pusat, dan mungkin insufisiensi uteroplasenta. Pilihan yang ada
termasuk non stress test dan atau profil biofisik, tetapi tidak satupun terbukti lebih naik
dibandingkan dengan grafik tendangan bayi fetal kick chart.
e. Berikan Vitamin C Dosis tinggi.
f. lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
Jika terdapat HIS dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm.
Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan lebih dari 37 minggu, berikan antibiotik
profilaksis untuk mengurangi resiko infeksi streptokokus grup B dan Jika tidak ada infeksi
pasca persalinan hentikan antibiotika.
Nilai serviks, jika serviks sudah matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin.
Jika serviks belum matang, matangkan dengan prostaglandin ( misoprostol ) dan infuse
oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesaria. Untuk dapat melakukan induksi persalinan
perlu dipenuhi beberapa faktor, hendaknya serviks sudah mendatar dan menipis serta sudah
dapat dilalui sedikitnya satu jari dan posisis sumbu serviks mengarah ke depan, selanjutnya
tidak ada disproporsi sefalo pelvik, kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan, dan
13
kepala bayi sudah mulai turun melewati rongga panggul. Kemungkinan induksi persalinan
akan berhasil bila skor bishop lebih dari 8.
Nilai pelvik menurut Bishop :
SKOR
Pembukaan
1-2
3-4
5-6
Pendataran
<30%
< 50%
< 70%
80%
Penurunan
Kepala dari
Hodge III
-3
-2
-1 0
+1 +2
Konsistensi
Keras
Sedang
Lunak
Posisi
Posterior
Mid
Anterior
Ketika tidak ada kontraindikasi terhadap tata laksana observasi seperti Infeksi intra
amnion, gawat janin, hasil pemeriksaan janin yang tidak meyakinkan, perdarahan
pervaginam, dan proses persalinan aktif maka tata laksana observasi maupun augmentasi
persalinan segera merupakan pilihan yang bisa diterima.
Penanganan :
Konservatif
Rawat di RS,
Antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg,/eritromisin & metronidazol 2 x 500 mg ,7 hari).
14
Ekspektatif
Tirah baring
Pemberian antibiotika spektrum luas
Observasi tanda inpartu dan keadaan ibu dan anak
Bila selama 12 jam tak ada tanda-tanda inpartu dan keadaan umum ibu dan anak baik
Aktif
Kehamilan > 37 minggu , induksi oksitosin. Bila gagal, SC. / misoprostol 25 g 50
15
Ketuban Pecah
Dini
Kehamilan (<37
Minggu)
Konservatif
Kehamilan (32 36
minggu)
Kehamilan (32
minggu)
Skor
pelvik >
5
Janin
Mati
Janin
Hidup
Janin Mati
Ketuban pecah
6-8 jam
Partus
perva
Inpart
ginam
u
denga
n
induk
si
oksito
sin
Partus
pervagi
nam
Partus
pervagi
Belum
nam in
partu
dengan
Seksio
sesarea
Setelah
Letak
diskusi memanja
dengan
ng
keluarga
induksi
oksitosi
n
Letak
lintang
Oksitosin
Hamil > 37
mg
Partus
pervaginam
dengan induksi
oksitosin
Letak
memanjang
Letak
lintang
gagal
induksi
oksitosin
KPD
Induksi
Janin
Hidup
Partus
pervagina
m dgn
Skor
embriotom
pelvik
i <
5
Berhas
il
Gagal Skor
PematanganSkor
pelviks >
serviks pelviks <
5
5
Partus
Pervag
inam
Seksio
Seksio
Sesare
a
Sesare
a
gagal
induksi
oksitosin
Partus
pervaginam
induksi
oksitosin
Seksio
sesarea
Konservatif
maksimal 48 jam
(24 jam sudah
mulai dinilai)
16
Skor
pelviks >
5
Belum
Inpart
u
Induks
i
Berhas
il
6. Komplikasi
Pada Anak
IUFD, asfiksia dan prematuritas
Pervagina
m
In
partu
Skor
pelviks <
5
Pemat
angan
serviks
Partus
Perva
ginam
Lihat
Gagal
Seksio
Sesare
a
Pada Ibu
partus lama dan infeksi, atonia uteri,
perdarahan postpartum, dan infeksi nifas.
Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya dsegera disusul oleh persalinan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan 28 34 minggu 50% persalinan
dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi bisa terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis. Pada ketuban pecah
dini prematur infeksi lebih sering terjadi dibandingkan pada aterm.
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia
17
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar
Pengaruh PROM
a.
Terhadap Ibu belum menunjukan gejala gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi ( ammnionitis, vaskulisis )
sebelum gejala pada ibu dirasakan, jadi akan meninggikan mortalitas dan mobilitas perinatal.
Prolaps tali pusat lebih sering terjadi pada kasus PROM (1,5%) PROM praterm yang in partu
mempunyai 8,5% insiden gawat janin dibandingkan 1,5% pada PROM preterm yang tidak
termonitor ditangani secara konservatif.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru
merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir
100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
b. Pengaruh terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartum, apalagi bila terlalu
sering diperiksa dalam, selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis,
septicemia, dan servik drylabor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring ditempat tidur, partus akan menjadi lama,
maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala gejala infeksi hal hal di atas akan
meninggikan angka kematian dan angka morbilitas pada ibu.
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi
meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi
untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis.
Gbr. Chorioamnionitis
18
7. Prognosis
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin
timbul serta umur dari kehamilan. Semakin cepat dan tepat penanganannya semakin baik
prognosisnya. Begitu juga dengan umur kehamilan, semakin cepat terjadinya Ketuban pecah
dini pada kehamilan kurang dari 37 minggu semakin buruk prognosisnya baik bagi ibu
maupun janinnya.
ANALISA KASUS
TEORI
Robeknya
selaput
korioamnion
KASUS
sebelum sesuai
predisposisi
seperti
kehamilan
KPD,
koitus,
serviks
tipis,
sesuai
Tidak dilakukan
19
Penatalaksanaan:
Lakukan persalinan pada kehamilan 37 Sesuai
minggu
Kemungkinan induksi akan berhasil bila Pembukaan =0
Nilai Bishop > 8
Pendataran <30% =0
Penurunan Kepala -3 =0
Konsistensi keras = 0
Posisi posterior =0
Total Nilai Bishop= 0
Jika tidak ada infeksi intra amnion, gawat CTG : NST non reaktif, dilakukan cito
janin,
hasil
pemeriksaan
janin
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro. H., Ilmu Kebidanan, edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 2007.
21
22