Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing:
dr. Agah Gadjali, SpM
dr. Hermansyah, SpM
dr. Gartati Ismail, SpM
dr. Mustafa K. Shahab, SpM
dr. Henry A. W, SpM
Disusun oleh:
Nikko
07120110041
BAB 1
LAPORAN KASUS
1.1
Identitas Pasien
Nama
: Nn. R
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
: 743318
Tanggal lahir
: 3 Oktober 1993
Agama
: Islam
Bangsa / Suku
: Indonesia / Jawa
Pendidikan
: Mahasiswa
Pekerjaan
:-
Alamat
Status
: Belum menikah
Tanggal pemeriksaan
1.2
Keluhan Utama : Mata kiri merah dan gatal sejak 4 hari yang lalu.
Keluhan tambahan : Bengkak pada kelopak mata kiri dan adanya sekret hijau
pada mata kiri sejak 1 hari yang lalu.
Pasien datang dengan keluhan mata kiri merah dan gatal sejak 4 hari sebelum ke
Poliklinik RS Polri. Penglihatan kabur pada kedua bola mata disangkal pasien.
Pasien juga mengeluh mata kirinya bengkak dan mengeluarkan sekret berwarna
hijau sejak 1 hari yang lalu lebih banyak pagi tadi. Pada saat berkedip pasien juga
mengatakan bahwa mata kirinya perih karena sering digosok-gosok. Tidak ada
keluhan demam, pusing dan mual muntah. Pasien sudah menggunakan obat tetes
mata Rohto tapi tidak membaik. Tidak ada riwayat trauma pada kedua matanya.
1.3
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80
Nadi
: 76 kali/menit
Respirasi
: 19 kali/menit
Suhu
: 36.5 C
Status Oftalmologi
OD
OS
Visus
5/5E
5/5E
TIO
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Posisi Hirschberg
Ortoforia
Palpebra superior
Palpebra inferior
Konjungtiva tarsalis
superior
folikel (-)
folikel (-)
Konjungtiva tarsalis
inferior
folikel (-)
Injeksi konjungtiva (-),
folikel (-)
Injeksi konjungtiva (+),
Jernih
Jernih
Pupil
Iris
Lensa
Vitreus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Fundus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Konjungtiva bulbi
Kornea
Bilik mata depan
1.4
Resume
Pasien perempuan berumur 21 tahun datang dengan keluhan mata kiri merah
dan gatal sejak 4 hari sebelum ke Poliklinik Mata RS Polri. Pasien juga mengeluh
mata kirinya bengkak, mengeluarkan sekret hijau, dan terasa perih bila berkedip.
Tidak ada penurunan visus. Sudah memakai Rohto tapi tidak membaik. Pasien
menggunakan softlens selama 2 tahun. Pada pemeriksaan oftalmologi ditemukan
hiperemis pada konjungtiva tarsalis inferior dan ditemukan injeksi konjungtiva pada
kongjungtiva bulbi.
1.5
Diagnosis Kerja
Konjungtivitis bakterial akut OS
1.6
Diagnosis Banding
Konjungtivitis alergi
Konjungtivitis virus
1.7
Penatalaksanaan
Farmakologi
- Antibiotik : FLOXA MD ( Ofloxacin
-
3mg/ml )
Artificial tears : Protagenta ( Polivynilpyrrolidon 20mg/ml ) 3 dd gtt 1
OS
Edukasi
- Pemakaian obat yang teratur.
- Tidak menggosok-gosok mata atau menekan mata.
- Mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan mata.
1.8
Komplikasi
- Blefaritis bakterial disebabkan oleh bakteri yang menyebabkan
konjungtivitis ini berkoloni dan menginvasi ke dalam jaringan kelopak
mata, mengganggu sistem imun atau kerusakan jaringan karena toksin
atau enzim yang dikeluarkan bakteri.
Ulkus kornea perifer disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun dan
1.9
Prognosis
-
Quo Ad Vitam
Quo Ad Fungsionam
Quo Ad Sanactionam
Quo Ad Cosmetican
: Ad Bonam
: Ad Bonam
: Dubia Ad Bonam
: Ad Bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel
goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva
terdiri dari tiga bagian :
1. Konjungtiva tarsalis yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar
digerakkan dari tarsus.
2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sclera di
bawahnya.
3. Konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal
dengan konjungtiva bulbi.1
B. Histologi Konjungtiva
Lapisan epitel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan epitel silindris
bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitelkonjungtiva di dekat limbus, di
atas karunkula dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata
terdiri atas sel-sel epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel epitel superfisial
mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mucus. Mukus
yang terbentuk mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi
lapisan air mata prakornea secara merata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih
pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan di dekat limbus dapat mengadung
pigmen.
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid ( superfisial) dan satu
lapisan fibrosa ( profundus ). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid
dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa
sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah
bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis
inklusi pada neonates bersifat papilar bukan folikular dan mengapa kemudian
menjadi folikular. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang
melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papilar
pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.
C. Konjungtivitis
1. Definisi
Konjungtivitis yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada
konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan
permukaan bagian dalam kelopak mata. Reaksi inflamasi ini ditandai dengan
dilatasi vaskular, infiltrasi seluler dan eksudasi. Beberapa jenis konjungtivitis
dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan.
Konjungtivitis dapat dibedakan menjadi dua bentuk :
Konjungtivitis akut yaitu reaksi peradangan yang muncul tiba-tiba dan diawali
dengan satu mata (unilateral) serta dengan durasi kurang dari 4 minggu.
2. Klasifikasi
Konjungtivitis Bakterial
purulen
akut,
suatu
bentuk
konjungtivitis
bakteri,
Demam faringokonjungtival
Demam
faringokonjungtival
ditandai
oleh
demam
38,3-400C,
sakit
tenggorokan dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler
sering pada kedua konjungtiva dan mukosa faring. Mata merah dan berair
sering terjadi. Limfadenopati preaurikuler yang tidak nyeri tekan khas
ditemukan pada demam faringokonjungtival.
sekret
serous,
fotofobia,
kelopak
bengkak
dengan
pseudomembran.
Pengobatan spesifik tidak diperlukan karena dapat sembuh sendiri. Biasanya
hanya diberi antibiotik dan terapi simtomatik.
1.
Keratokonjungtivitis epidemi
Penyakit ini disebabkan oleh adenovirus 8 dan 19. Menyerang pada kedua
mata. Tahap awal infeksi pasien merasa nyeri sedang dan mengeluarkan air
mata diikuti 5-14 hari kemudian merasa fotofobia, keratitis epitel dan
kekeruhan sub epitel. Pada penyakit ini khas ditemukan nodus preaurikuler
yang nyeri tekan. Fase akut ditandai edema palpebra, kemosis dan hiperemi
konjungtiva. Dapat juga terbentuk pseudomembran dan diikuti simblefaron.
Konjungtivitis epidemi berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan
kornea ditemukan ditengah kornea dan menetap berbulan-bulan namun dapat
sembuh sempurna. Pada orang dewasa terbatas di luar mata. Namun pada
anak-anak dapat ditemukan gejala infeksi seperti demam, diare, otitis media.
Terapi spesifik belum ada, namun dapat dikompres untuk mengurangi gejala.
Kortikosteroid sebaiknya dihindari. Antibiotik diberikan hanya bila terjadi
infeksi sekunder.
Konjungtivitis Alergi
Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperantarai IgE. Allergen
biasanya bersifat airborne, masuk ke tear film dan berkontak dengan sel mast
konjungtiva yang menyebabkan pecahnya sel mast dan melepaskan histamine
dan mediator inflamasi lain.
- Vernal keratokonjungtivitis : berulang pada musim tertentu dan pada daerah
tropis (panas) bisa menetap. Reaksi imunologi diperantarai oleh reaksi
hipersensivitas tipe I dan IV.
Bentuk Palpebra
Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior. Terdapat pertumbuhan
papil yang besar (Cobble stone) yang diliputi sekret mukoid. Konjungtiva
palpebra inferior edema dan hiperemi, kelainan kornea lebih berat dari bentuk
limbal. Papil tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang
rata dengan kapiler ditengahnya.
Bentuk Limbal
Hipertrofi papil pada limbus superior dapat membentuk jaringan hiperplastik
gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenerasi epitel kornea atau
oesinofil pada bagian epitel limbus kornea, terbentuk pannus dengan sedikit
eosinofil.
- Atopik Keratokonjungtivitis : pada pasien dengan riwayat dermatitis atopi.
AKC merupakan reaksi hiprsensitivitas tipe IV.
- Giant Papilari Konjungtivitis : kontak lama dengan antigen tertentu seperti
lensa kontak, benang, dan prostese.
- Konjungtivitis flikten : Merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan
reaksi alergi tipe IV terhadap tuberkuloprotein, stafilokokus, limfogranuloma
venerea, leismaniasis, infeksi parasit. Terdapat kumpulan sel leukosit netrofil
dikelilingi sel limfosit, makrofag, dan kadang sel datia berinti banyak. Flikten
merupakan infiltrasi seluler subepitel yang terutama terdiri atas sel limfosit.
Biasanya terlihat unilateral dan kadang mengenai kedua mata. Di konjungtiva
terlihat sebagai bintik putih dikelilingi daerah hiperemis. Gejalanya adalah
mata berair, iritasi dengan rasa sakit, fotofobia ringan hingga berat. Bila
kornea ikut terkena akan terjadi silau dan blefarospasme. Penyakit ini dapat
sembuh dalam 2 minggu dan dapat kambuh, dan bila terkena kornea keadaan
akan lebih berat. Pengobatannya adalah steroid topikal dan midriatik bila ada
penyulit.
Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur merupakan jenis konjungtivitis yang jarang terjadi.
Konjungtivitis Jamur biasannya ditemukan bersamaan dengan keratomicosis,
namun dapat saja tidak muncul bersamaan. Penyebab tersering dari
konjungtivitis jamur adalah Candida albicans. Penyakit ini ditandai dengan
adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan
keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga
Epidemiologi
Konjungtivitis merupakan kelainan pada mata dengan frekuensi terbanyak.3
Etiologi
Banyak hal yang dapat menyebabkan konjungtivitis. Bisa disebabkan oleh
infeksi seperti bakteri, virus, parasit dan jamur, bisa juga disebabkan oleh non
infeksi seperti alergi, iritasi yang lama pada mata,zat-zat yang bersifat toksik
atau karena ada kelainan sistemik lain seperti Sindroma Steven Johnson.1,3
Konjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi terjadi akibat kontaminasi
langsung dengan mikroorganisme patogen (seperti kontak dengan tangan,
handuk, berenang), ditambah lagi dengan adanya faktor pendukung seperti
menurunnya sistem kekebalan tubuh sebagai mekanisme pertahanan terhadap
reaksi infeksi inflamasi akan memperberat munculan klinis konjungtivitis.3
5.
Manifestasi klinis
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa mata merah
dengan kelopak mata lengket akibat produksi sekret yang meningkat terutama
pada pagi hari. Selain itu juga ditemukan photofobia, lakrimasi, pseudoptosis
akibat kelopak mata membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel,
membrane, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya
benda asing, sensasi seperti ada tekanan dan rasa panas serta kadang
didapatkan adanya adenopati preaurikular. Pada konjungtivitis alergi
ditemukan rasa gatal pada mata yang lebih dominan.1,3
Mata merah terjadi akibat adanya vasodilatasi dari pleksus subepitelial
pembuluh darah konjungtiva. Folikel adalah nodul limfoid dengan
vaskularisasi yang merupakan tanda dari infeksi virus ataupun reaksi autoimun
di konjungtiva. Papil adalah dilatasi, telengiektasi pembuluh darah dengan selsel inflamasi di sekelilingnya, jika papil ditemukan unilateral, ini adalah tanda
dari infeksi virus, sedangkan jika papil ditemukan bilateral merupakan tanda
dari infeksi bakteri. Pseudomembran ditemukan pada infeksi staphylococcus,
membrane ditemukan pada infeksi difteri, sedangkan plikten yang merupakan
nodul dari sel-sel inflamasi kronis ditemukan pada infeksi TBC ataupun
karena reaksi alergi.5
Bakteri
Gejala Klinis
Virus
Jamur
purulen
nonpurulen
dan
Alergi
parasit
Sekret
Sedikit
mengucur
sedikit
sedikit
sedikit
Air mata
mengucur
sedang
sedang
sedikit
sedang
Gatal
Sedikit
sedikit
mencolok
Mata merah
Umum
umum
lokal
lokal
umum
Lazim
jarang
lazim
lazim
Pewarnaan
Monosit,
Bakteri,
Bakteri,
usapan
limfosit
PMN
PMN
negatif
eosinofil
jarang
Nodul
preaurikuler
Sakit tenggorok
dan panas yang
Sewaktuwaktu
menyertai
(sumber : Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI. Edisi Ketiga. 2010. hal.
121)
Tanda
Injeksi
konjungtivitis
Hemoragi
Kemosis
Eksudat
Bakterial
Mencolok
Alergik
Ringan-
Toksik
Ringan-
TRIC
Ringan-
+
+
++
+/Purulen atau Jarang,
sedang
++
Berserabut
sedang
+/-
sedang
+/Berserabut
mukopurulen air
(lengket),
Pseudomembran +/Papil
+/Folikel
Nodus
Viral
Sedang
+/+
putih
+
-
(lengket)
+
+/+
preaurikuler
Panus
(sumber : Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI. Edisi Ketiga. 2010. hal.
122)
BAB 3
PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki keluhan utama yaitu
mata kiri merah dan gatal. Keluhan ini dirasakan 4 hari sebelum pasien datang ke
poliklinik mata RS Polri. Visus pasien normal dan tidak terganggu. Mata kiri pasien
juga terlihat bengkak dan mengeluarkan sekret berwarna hijau sejak 1 hari yang lalu
lebih banyak di pagi hari. Pada saat berkedip pasien juga mengeluh mata kirinya
terasa perih karena sering digosok-gosok.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tidak adanya penurunan visus, adanya
edem pada palpebra inferior kiri, hiperemis pada konjungtiva tarsalis inferior kiri,
adanya injeksi konjungtiva pada konjungtiva bulbi mata kiri. Dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik dapat dikatakan bahwa diagnosis kerja pada pasien ini adalah
konjungtivitis bakterial akut OS.
Diagnosis kerja ini dapat dibuktikan dengan gejala klinis konjungtivitis
karena infeksi bakteri yaitu mata merah, visus normal, produksi sekret yang lebih
banyak di pagi hari saat bangun tidur, adanya injeksi konjungtivitis yang membuat
mata terlihat merah dan gatal yang tidak terlalu parah. Pasien juga menggunakan
softlens yang bisa menjadi faktor resiko pasien terkena infeksi bakteri karena softlens
dapat menjadi media tumbuhnya bakteri. Sehingga terapi yang diberikan ke pasien ini
adalah antibiotik spektrum luas dan artificial tear. Terapi yang diberikan akan lebih
tepat atau spesifik setelah dilakukan pemeriksaan penunjang seperti kultur sekret,
pewarnaan sediaan apus dan pewarnaan gram.
Diagnosis banding dari kasus ini adalah konjungtivitis karena infeksi virus dan
konjungtivitis karena alergi. Kita dapat menyingkirkan kedua diagnosis banding ini
karena pada konjungtivitis karena virus gejalanya lebih ke arah mata berair, sekret
jarang sekali ditemukan, biasanya terdapat folikel pada palpebra bagian dalam dan
umumnya sering disertai adenopati preaurikular. Sedangkan pada konjungtivitis
karena alergi pasien akan lebih mengeluh mata gatal, sekret yang sedikit, terdapat
papil yang besar (cobble stone) pada palpebra bagian dalam.
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidartha. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Balai Penerbit FK
UI, Jakarta
2. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. 2000. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis.
Dalam Oftamologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika.
3. Ebook Ophtalmology pocket
4. American academy of ophtalmology. 2008. External disease and cornea.
Section 8.
5. Getry S. Bahan kuliah konjungtivitis. Blok 19. 2011