You are on page 1of 20

PRESENTASI KASUS

KASUS INTERNA
NEURALGIA PASCA HERPETIK
Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang

Diajukan kepada:
dr. Hendryk Kwandang, M.Kes (Pembimbing IGD dan Rawat Inap)
dr. Benediktus Setyo Untoro (Pembimbing Rawat Jalan)
Disusun oleh:
dr. Sergius Stanley Proboseno

RSUD KANJURUHAN KEPANJEN


KABUPATEN MALANG
2014

HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
KASUS INTERNA
NEURALGIA PASCA HERPETIK

Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang

Telah diperiksa dan disetujui


pada tanggal :

Oleh :
Dokter Pembimbing Instalasi Gawat Darurat dan Rawat Inap

dr. Hendryk Kwandang, M.Kes

HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
KASUS INTERNA
NEURALGIA PASCA HERPETIK

Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang

Telah diperiksa dan disetujui


pada tanggal :

Oleh :
Dokter Pembimbing Rawat Jalan

dr. Benediktus Setyo Untoro

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa di surga atas bimbinganNya sehingga
penulis telah berhasil menyelesaikan portofolio laporan kasus yang berjudul
Neuralgia pasca Herpetik. Dalam penyelesaian portofolio laporan kasus ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. dr.Hendryk Kwandang, M.Kes selaku dokter pembimbing instalasi gawat
darurat dan rawat inap
2. dr.Benediktus Setyo Untoro selaku dokter pembimbing rawat jalan
3. dr. Antarestawati, dr. Anita Ikawati, dr. Janny Fajar Dita, dan dr. Romualdus
Redy Wibowo selaku dokter jaga dua
4. Serta paramedis yang selalu membimbing dan membantu penulis.
Portofolio laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan
saran dan kritik yang membangun. Semoga laporan kasus ini dapat menambah
wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Kepanjen, Januari 2015

Penulis

Daftar Isi

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................................. iv
Bab 1. Pendahuluan...................................................................................... 5
Bab 2. Laporan Kasus...................................................................................6
2.1.

Identitas........................................................................................ 6

2.2.

Anamnesa..................................................................................... 6

2.3.

Pemeriksaan Fisik...........................................................................7

13-01-2015 di IGD.................................................................................... 7
2.4.

Resume........................................................................................ 9

2.5.

Diagnosis....................................................................................10

2.6.

Rencana Terapi............................................................................. 10

2.7.

Rencana Edukasi...........................................................................10

Bab 3. Tinjauan Pustaka..............................................................................11


3.1.

Herpes Zoster.............................................................................. 11

3.1.1.

Definisi................................................................................11

3.1.2.

Komplikasi...........................................................................11

3.2.

Neuralgia pascaherpetik..................................................................11

3.1.1.

Definisi................................................................................11

3.1.2.

Epidemiologi.........................................................................12

3.1.3.

Manifestasi klinis...................................................................12

3.1.4.

Terapi..................................................................................13

Bab 4. Pembahasan.................................................................................... 16
Bab 5. Kesimpulan..................................................................................... 17

Bab 1. Pendahuluan

Ada lebih dari 1 juta kasus herpes zoster di Amerika Serikat setiap tahun,
dengan 1 kasus8; 1,2-4,8 kasus2; 3-4 kasus4; 1,2-5,2 kasus7; per 1000 orang.
Penelitian menunjukkan bahwa kejadian herpes zoster terus meningkat. Orang
yang hidup sampai usia 85 tahun tanpa divaksinasi memiliki risiko 50% terkena
herpes zoster, dengan 3% di antaranya memerlukan rawat inap.2,4

Neuralgia pascaherpetik, didefiniskan sebagai nyeri menetap selama 90 hari


atau lebih setelah onset ruam, merupakan komplikasi yang ditakuti dari herpes
zoster. Rasa sakit dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahuntahun; mungkin parah dan mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari,
mengakibatkan anoreksia, penurunan berat badan, kelelahan, depresi, menarik diri
dari kegiatan sosial dan pekerjaan, dan kehilangan hidup mandiri. Neuralgia
pascaherpetik dapat timbul pada 10-70% pasien herpes zoster.2,4,7

Selain efek pada pasien, hal lain yang perlu diperhatikan adalah bebannya
pada ekonomi, yaitu pembayaran biaya pengobatan yang terbagi pada

obat-

obatan(33,41%), layanan rawat jalan(28,64%), layanan gawat darurat(23,84%),


kunjungan spesialis(10,94%), pemeriksaan penunjang (1,55%). Di eropa, dana
yang dikeluarkan untuk pengobatan ini berkisar antara 151-1132 (Rp.
2.144.000,00-Rp. 15.848.000,00).2

Bab 2. Laporan Kasus


2.1. Identitas.
Nama

: Ny. S

Usia

: 80 tahun.

Jenis Kelamin

: Perempuan.

Agama/Suku

: Islam/Jawa.

Alamat

: Kepanjen.

Tanggal pemeriksaan : 13 Januari 2015.


No. RM

: 366920.

2.2. Anamnesa.
Autoanamnesa (13 Januari 2015) pk: 08:30 di IGD.
1. Keluhan Utama.
Nyeri di tangan kiri sejak sebulan yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang.
Nyeri di lengan kiri sejak sebulan yang lalu. Sebulan sebelumnya timbul
bintil-bintil berisi cairan dan kulit kemerahan yang semakin lama semakin
banyak pada sebagian lengan kiri. Bintil-bintil tersebut diikuti nyeri pada
lengan kiri kemudian pecah dan membentuk krusta. Nyeri sempat
menghilang tapi sejak sebulan yang lalu nyeri timbul lagi. Pasien juga
mengeluh muntah sejak 3 hari yang lalu setiap kali makan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu.
Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini dan tidak pernah dirawat
di rumah sakit sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga.
Tidak ditemukan riwayat keluarga dengan keluhan yang sama.
5. Riwayat Pengobatan.
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya untuk penyakit ini.

2.3. Pemeriksaan Fisik.


13-01-2015 di IGD.
1. Keadaan Umum
Pasien tampak sakit sedang, compos mentis, GCS 456.

2. Tanda Vital

3.

a.

Tekanan darah

: 130/90 mmHg.

b.

Laju denyut jantung : 88 x/menit reguler.

c.

Laju pernapasan

: 19 x/menit.

d.

Suhu aksiler

: 36,5OC.

Kepala
a.

Bentuk

: normosefal, benjolan massa (-) UUB cekung (-).

b.

Ukuran

: mesosefal.

c.

Rambut

: tebal,hitam.

d.

Wajah

: simetris, bundar, rash (-), sianosis (-), edema (-).

e.

Mata
konjungtiva

: anemis (-).

sklera

: ikterik (-).

palpebra

: edema (-).

reflek cahaya

: (+/+).

pupil

: isokor, (+/+), 2mm/2mm..

telinga

: bentuk normal, posisi normal, sekret (-).

f.

Hidung

: sekret (-) jernih, pernafasan cuping hidung(-),


perdarahan (-), hiperemi (-).

g.

Mulut

: mukosa bibir basah, mucosa sianosis (-), lidah


kotor (-). Tampak mulut terbuka, didapatkan
tonjolan pada sendi temporomandibular sinistra,
keras, fix, diameter: 2 cm.

4.

5.

Leher
a.

Inspeksi

: massa (-/-).

b.

Palpasi

: pembesaran kelenjar limfa regional (-/-).

Thoraks
a.

Inspeksi.

: bentuk dada kesan normal dan simetris; retraksi


dinding dada (-), tidak didapatkan deformitas.

b.

Jantung:

Inspeksi

: ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi

: ictus cordis teraba di MCL (S) ICS

Perkusi

: batas jantung normal.

Auskultasi

V(S).

: S1S2 tunggal, reguler, ekstrasistol (-),

gallop (-),
murmur (-).
c.

Paru:

Inspeksi

: gerak nafas simetris pada kedua sisi

dinding
dada, retraksi (-), RR 30 kali/menit, teratur, simetris.

Palpasi: pergerakan dinding dada saat bernafas simetris.

Perkusi: sonor sonor


sonor sonor
sonor sonor

Auskultasi
Rh

6.

: vesikuler di seluruh lapang paru.


-

Wh -

Abdomen
a.

Inspeksi

: datar, kulit abdomen : jaringan parut (-).

b.

Auskultasi

: bising usus (+), normal.

c.

Perkusi

: timpani, shifting dullnes (-).

d.

Palpasi

: H/L tidak teraba.

10

7. Ekstremitas
Pemeriksaan
Ekstremitas
Akral
Anemis
Ikterik
Edema
Sianosis
Ptechiae
Capillary Refill

Atas
Kanan

<2 detik

Kiri

Bawah
Kanan

Kiri

<2 detik

<2 detik

Time
8. Status neurologis
GCS
Pupil
RC
RK
MS

: 456
: 2mm / 2mm
:+ +
Motorik : 5 5
:+ 5 0
: (-)
KK : (-)

2.4. Resume.
Tn. R/ Laki-laki/ 28 tahun
Anamnesis
Keluhan utama: Nyeri di tangan kiri sejak sebulan yang lalu.
Nyeri di tangan kiri sejak sebulan yang lalu. Sebulan sebelumnya timbul
bintil-bintil berisi cairan dan kulit kemerahan yang semakin lama semakin
banyak pada sebagian lengan kiri. Bintil-bintil tersebut diikuti nyeri pada
lengan kiri kemudian pecah dan membentuk krusta. Nyeri sempat
menghilang tapi sejak sebulan yang lalu nyeri timbul lagi. Pasien juga
mengeluh muntah sejak 3 hari yang lalu setiap kali makan.
Pemeriksaan fisik

Pasien tampak sakit sedang, compos mentis, GCS: 456.


Tanda vital
: Tekanan darah
: 130/90 mmHg.
Denyut jantung

: 88 x/menit reguler.

11

Pernapasan

: 19 x/menit.

Suhu aksiler

: 36,5O C.

Kepala

: tidak ditemukan kelainan.

Leher

: tidak ditemukan kelainan.

Thoraks

: tidak ditemukan kelainan.

Abdomen

: tidak ditemukan kelainan.

Ekstrimitas

: tidak ditemukan kelainan.

Status neurologis : normal, tidak ditemukan MS dan kaku kuduk.

2.5. Diagnosis.
a.

Diagnosis Kerja:
Neuralgia pascaherpetik.
Gastroenteritis.

b.

Rencana diagnosis:
-

2.6. Rencana Terapi.


a. IVFD RL 20 tpm.
b. Inj. i.v. ketorolak 3x30 mg.
c. Inj. i.v ondansetron 3x4 mg.
2.7. Rencana Edukasi.
a. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita dan rencana
terapi yang akan dilakukan.
b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
c. Menjelaskan kemungkinan perkembangan penyakit.
d. Mengikuti terapi dengan baik sesuai petunjuk dokter.

12

e. Bab 3. Tinjauan Pustaka


f.
3.1. Herpes Zoster
3.1.1. Definisi
g.
Herpes zoster, yang disebut juga dampa, cacar ular, atau dab,
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi
setelah infeksi primer4.
h.
3.1.2. Komplikasi
i.

Komplikasi yang paling sering timbul dan merugikan adalah

neuralgia pascaherpetik, yang timbul pada dermatome yang terkena herpes


zoster. Nyeri yang timbul bisa sangat parah dan melumpuhkan, dan
memiliki dampak signifikan pada mutu hidup pasien. Resiko komplikasi
meningkat sejalan dengan usia.2
j.
k.
3.2. Neuralgia pascaherpetik
3.1.1. Definisi
l. Neuralgia pascaherpetik didefinisikan sebagai gejala sensoris,
biasanya sakit dan mati rasa. Rasa nyeri akan menetap setelah penyakit
tersebut sembuh dan dapat terjadi sebagai akibat penyembuhan yang tidak
baik pada penderita usia lanjut. Nyeri ini merupakan nyeri neuropatik yang
menetap dialami lebih dari 3 bulan setelah penyembuhan herpes zoster.
Penyebab paling umum timbulnya peningkatan virus ialah penurunan sel
imunitas yang terkait dengan pertambahan umur. Berkurangnya imunitas
di kaitkan dengan beberapa penyakit seperti limfoma, kemoterapi atau
radioterapi, infeksi HIV, dan penggunaan obat immunesuppressan setelah
operasi transplantasi organ atau untuk manajemen penyakit (seperti
kortikoteroid) juga menjadi faktor risiko.1 Rasa sakit dapat bertahan
selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun; mungkin parah dan
mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari, mengakibatkan anoreksia,
penurunan

m. berat badan, kelelahan, depresi, menarik diri dari kegiatan sosial dan
pekerjaan, dan kehilangan hidup mandiri.4,7
n.
3.1.2. Epidemiologi
o.

Studi yang dilakukan di beberapa negara menunjukkan insidensi

dan keparahan herpes zoster dan neuralgia pascaherpetik meningkat seiring


dengan bertambahnya usia.2,4,7 Neuralgia pascaherpetik dapat timbul pada 10-70%
pasien herpes zoster.
p.

Dengan bertambahnya waktu setelah infeksi varisela, ada

penurunan tingkat kekebalan sel T pada VZV, yang, tidak seperti tingkat antibodi
spesifik virus, berkorelasi dengan perlindungan terhadap herpes zoster. Risiko ini
lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki, kulit putih daripada kulit hitam,
dan untuk orang-orang dengan riwayat keluarga herpes zoster dibandingkan
mereka yang tidak.
q.

Cacar yang terjadi dalam rahim atau awal masa bayi, pada saat

sistem kekebalan tubuh selular tidak sepenuhnya matang, dapat menimbulkan


herpes zoster pada masa kanank-kanak. Orang immunokompromais dengan
gangguan imunitas sel-T, termasuk penerima transplantasi sel induk organ atau
hematopoietik, mereka yang menerima terapi imunosupresif , dan orang-orang
dengan limfoma, leukemia, atau human immunodeficiency virus (HIV), memiliki
peningkatan risiko terkena herpes zoster berat.
r.
3.1.3. Manifestasi klinis
s.

Neuralgia pascaherpetik dapat diklasifikasikan menjadi neuralgia herpetik

akut (30 hari setelah timbulnya ruam pada kulit), neuralgia herpetik subakut (30120 hari setelah timbulnya ruam pada kulit), dan neuralgia pascaherpetik
(didefinisikan sebagai rasa sakit yang terjadi setidaknya 120 hari setelah
timbulnya ruam pada kulit).7
t. Neuralgia pascaherpetik memiliki patofisiologi yang berbeda dengan nyeri
herpes zoster akut, dapat berhubungan dengan erupsi akut herpes zoster yang
disebabkan oleh replikasi jumlah virus varisela zoster yang besar dalam ganglia
yang ditemukan selama masa laten. Oleh karena itu, mengakibatkan inflamasi
14

atau kerusakan pada serabut syaraf sensoris yang berkelanjutan, hilang dan
rusaknya serabut-serabut syaraf atau impuls abnormal, serabut saraf berdiameter
besar yang berfungsi sebagai inhibitor hilang atau rusak dan mengalami kerusakan
terparah. Akibatnya, impuls nyeri ke medulla spinalis meningkat sehingga pasien
merasa nyeri yang hebat.
u.
3.1.4. Terapi
v.
Sebelum timbul gejala
w.
Tidak ada terapi yang

dapat

sepenuhnya

mencegah

neuralgia

pascaherpetik, tetapi beberapa dapat mempersingkat durasi atau mengurangi


keparahan gejala.8
a. Antiviral.
x.

Acyclovir, 5 x 800 mg PO/hari selama 7-10 hari, dapat mengurangi

insidensi timbulnya neuralgia pascaherpetik. Valacyclovir, 1 g PO setiap 8 jam


selama 7 hari, atau famciclovir, 500 mg PO setiap 8 jam selama 7 hari, dapat
mengurangi durasi nyeri.8
b. Steroid.
y.

Dua percobaan double-blind, randomised, controlled trial menyimpulkan

bahwa kortikosteroid yang diberikan selama 21 hari tidak mencegah neuralgia


pascaherpetik.8
c. Antidepresan trisiklik.
z.

Dosis 25 mg amitriptyline dimulai dalam waktu 48 jam dari onset

ruam dan dilanjutkan selama 90 hari dapat menurunkan prevalensi nyeri hingga
50% dalam 6 bulan. 8
aa.
ab. Setelah timbul gejala
ac.

Agen lini pertama untuk NPH adalah, gabapentin, koyo lidokain

5%, antidepresan trisiklik.8 Tetapi ada juga yang menyarankan gabapentin dan
koyo lidokain 5% sebagai terapi lini pertama dan opioid serta antidepresan
trisiklik menjadi terapi lini kedua. Ini karena opioid dan antidepresan trisiklik
umumnya memiliki tolerabilitas lebih rendah dan memerlukan kehati-hatian yang
lebih besar pada pasien dengan NPH (yang sering lansia).8 Terapi lini ketiga terdiri

15

dari stimulasi medula spinalis dan administrasi methylprednisolone intratekal,


yang tidak disetujui oleh FDA dan berisiko menimbulkan arachnoiditis dan
komplikasi neurologis lainnya.
a. Antidepresan trisiklik.
ad.
Dosis antidepresan trisiklik dimulai pada 12,5-25 mg setiap hari
dan meningkat 12,5-25 mg setiap 3 sampai 5 hari, sampai maksimum 250 mg per
hari. Kisaran dosis efektif untuk amitriptyline adalah 12,5-150 mg per hari dengan
dosis rata-rata 70 mg per hari. Kisaran dosis efektif untuk desipramine adalah
12,5-250 mg per hari, dengan rata-rata dosis efektif yang 167 mg per hari.8
b. Anticonvulsant.
ae.
Gabapentin dengan dosis dimulai pada 300 mg setiap hari dan
dititrasi setiap dua minggu sampai maksimal 1800 mg per hari. Dosis dapat
ditambah hingga maksimal 3.600 mg perhari atau timbul efek samping yang tak
tertahankan (misalnya, sedasi, pusing).8
c. Koyo lidocain.
af.

Satu penelitian mendukung menggunakan koyo lidokain 5-persen. 8

d. Capsaicin topikal.
ag.

Penggunaan secara topikal 4 kali sehari dapat membantu

mengurangi rasa nyeri.8


e. Opioid.
ah.

Oxycodone dengan dosis dititrasi mulai 10 mg dua kali sehari

hingga maksimum 60 mg dua kali sehari atau timbul efek samping tak
tertahankan.8
f. Tramadol.
ai.
Dosis 50 mg per hari, titrasi dengan 50 mg setiap 3 sampai 4 hari. Dosis
maksimum tramadol adalah 4x100 mg. Pada orang tua 2x150 mg setiap hari.8
aj.
3.1.5. Pencegahan
ak.

Vaksin herpes zoster dianjurkan untuk orang berusia 60 tahun atau

lebih untuk mencegah herpes zoster dan komplikasinya, termasuk neuralgia


pascaherpetik. Berdasarkan hasil uji klinis terbaru, FDA menyetujui penggunaan
vaksin untuk mencegah herpes zoster pada orang berusia 50 tahun atau lebih.
Kemanjuran vaksin dalam mencegah herpes zoster adalah 70% untuk orang 50
16

sampai 59 tahun, 64% untuk orang 60-69 tahun, dan 38% untuk orang usia 70
tahun atau lebih. Keampuhan vaksin dalam mencegah neuralgia pascaherpetik
adalah 66% untuk orang 60-69 tahun, dan 67% bagi orang-orang berusia 70 tahun
ke atas. Meskipun efektivitas vaksin untuk mencegah herpes zoster menurun pada
orang berusia 70 tahun atau lebih, tetapi peningkatan risiko timbulnya penyakit
dan manfaat vaksin dalam mencegah neuralgia pascaherpetik sangat mendukung
dilakukannya vaksinasi. Sebuah studi lanjutan menunjukkan bahwa penurunan
risiko herpes zoster tetap signifikan hingga setidaknya 5 tahun setelah vaksinasi,
meskipun efektivitasnya menurun seiring waktu. Orang yang divaksinasi
(dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi) kemudian mengalami herpes zoster,
melaporkan tingkat nyeri yang lebih ringan dan durasi yang lebih pendek.1,4
al.

Waktu terbaik pelaksanaan vaksinasi setelah episode herpes zoster tidak

pasti. Risiko berulangnya herpes zoster relatif rendah, dan respon imun seluler
selama 3 tahun pertama post vaksinasi adalah sama dengan respon imun setelah
infeksi herpes zoster. Kita dapat menunda vaksinasi selama 3 tahun pada orang
imunokompeten yang baru terkena herpes zoster.4,7 Dosis yang dibutuhkan adalah
0,65 ml dosis tunggal Zostavax. Kebutuhan dan waktu dosis tambahan belum
ditentukan. Pemberian Zostavax harus diberikan melalui suntikan subkutan
terutama di daerah deltoid lengan atas.1 Vaksin merupakan kontraindikasi pada
orang dengan kanker hematologi yang penyakitnya tidak dalam remisi atau yang
telah menerima kemoterapi sitotoksik dalam waktu 3 bulan, pada orang dengan
sel-T immunodeficiency (misalnya, infeksi HIV dengan jumlah sel CD4 200 per
milimeter kubik atau <15% dari jumlah limfosit), dan pada mereka yang
menerima terapi imunosupresif dosis tinggi (misalnya, 20 mg prednison setiap
hari selama 2 minggu atau anti-tumor necrosis factor terapi).4
am.
an.

17

ao. Bab 4. Pembahasan


ap.
aq.

Pada

pasien

ini

ditegakkan

diagnosis

neuralgia

pascaherpetik dan gastroenteritis. Penegakan diagnosa ini didasarkan pada


anamnesis dan pemeriksaan fisik.
ar.
Dari hasil anamnesis, ditemukan bahwa pasien mengeluh nyeri di
tangan kiri sejak sebulan yang lalu. Sebulan sebelumnya timbul bintil-bintil berisi
cairan dan kulit kemerahan yang semakin lama semakin banyak pada sebagian
lengan kiri. Bintil-bintil tersebut diikuti nyeri pada lengan kiri kemudian pecah
dan membentuk krusta. Nyeri sempat menghilang tapi sejak sebulan yang lalu
nyeri timbul lagi. Pasien juga mengeluh muntah sejak 3 hari yang lalu setiap kali
makan.
as.

Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah :

a. IVFD RL 20 tpm.
b. Inj. i.v. ketorolak 3x30 mg.
c. Inj. i.v ondansetron 3x4 mg.
at.
au.

av. Bab 5. Kesimpulan


aw.
ax.

Neuralgia pascaherpetik merupakan komplikasi yang ditakuti dari

herpes zoster. Rasa sakit yang ditimbulkan dapat bertahan selama berbulan-bulan
atau bahkan bertahun-tahun; mungkin parah dan mengganggu tidur dan aktivitas
sehari-hari, Selain efek pada pasien, hal lain yang perlu diperhatikan adalah
bebannya pada ekonomi.
ay.

Penegakan diagnosis dilakukan atas dasar anamnesis dan

pemeriksaan fisik yang teliti. Terapi meliputi medikamentosa.


az.
Pada pasien ini, ditemukan bahwa pasien menderita
neuralgia pascaherpetik dan gastroenteritis.
ba.

bb. Daftar Pustaka


bc.
1. Anonim. 2013. Green Book. London.
2. Cebrin-Cuenca, A.M., Dez-Domingo, J., San-Martn-Rodrguez, M.,
Puig-Barber, J., Navarro-Prez, J. Epidemiology and cost of herpes zoster
and Neuralgia pascaherpetik among patients treated in primary care
centres in the valencian community of Spain. 2011. BMC Infectious
Diseases, 11:302.
3. Christo, P.J., Cauley, B.D. 2014. Management of Pain. London.
4. Cohen, J.I. 2013. Herpes Zoster. N. Engl. J. Med. 369:255-63.
5. Djuanda, A. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Ed. V. Jakarta.
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
6. Dworkin, R.H., Schmader, K.E. 2003. Clinical Infectious Diseases. 36:
87782.
7. Johnson, R.W., McElhaney, J. 2009. Neuralgia pascaherpetik in the
elderly. Int. J. Clin. Pract. 63 (9): 13861391.
8. Mounsey, A.L., Matthew, L.G., Slawson, D.C. 2005. Herpes Zoster and
Pascaherpetik

Neuralgia:

Prevention

and

Management.

Academy of Family Physician. 72 (6): 1075-1080.


bd.

American

You might also like