You are on page 1of 13

LONGSORAN (Jenis dan Faktor Penyebabnya)

Oleh : Rifki Asrul Sani

NPM : 140710070075

Gerakan tanah adalah suatu konsekuensi fenomena dinamis alam untuk mencapai
kondisi baru akibat gangguan keseimbangan lereng yang terjadi, baik secara alamiah
maupun akibat ulah manusia. Gerakan tanah akan terjadi pada suatu lereng, jika ada
keadaan ketidakseimbangan yang menyebabkan terjadinya suatu proses mekanis,
mengakibatkan sebagian dari lereng tersebut bergerak mengikuti gaya gravitasi, dan
selanjutnya setelah terjadi longsor, lereng akan seimbang atau stabil kembali. Jadi longsor
merupakan pergerakan massa tanah atau batuan menuruni lereng mengikuti gaya gravitasi
akibat terganggunya kestabilan lereng.

Menurut Suripin (2002) tanah longsor adalah merupakan bentuk erosi dimana
pengangkutan atau gerakan massa tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif
besar. Ditinjau dari segi gerakannya, maka selain erosi longsor masih ada beberapa erosi
akibat gerakan massa tanah, yaitu rayapan (creep), runtuhan batuan (rock fall), dan aliran
lumpur (mud flow).

Potensi terjadinya gerakan tanah pada lereng tergantung pada kondisi tanah dan
batuan penyusunnya, dimana salah satu proses geologi yang menjadi penyebab utama
terjadinya gerakan tanah adalah pelapukan batuan (Selby, 1993).

Proses pelapukan batuan yang sangat intensif banyak dijumpai di negara-negara


yang memiliki iklim tropis seperti Indonesia. Tingginya curah hujan dan penyinaran matahari
menjadikan tinggi pula proses pelapukan batuan. Batuan yang banyak mengalami pelapukan
akan menyebabkan berkurangnya kekuatan batuan yang pada akhirnya membentuk lapisan
batuan lemah dan tanah residu yang tebal. Apabila hal ini terjadi pada daerah lereng, maka
lereng akan menjadi kritis. Faktor geologi lainnya yang menjadi pemicu terjadinya gerakan
tanah adalah aktivitas volkanik dan tektonik, faktor geologi ini dapat dianalisis melalui
variabel tekstur tanah dan jenis batuan. Tekstur tanah dan jenis batuan merupakan salah
satu faktor penyebab terjadinya gerakan tanah yang diukur berdasarkan sifat tanah dan
kondisi fisik batuan.

Disamping itu curah hujan yang meningkatkan presepitasi dan kejenuhan tanah serta
naiknya muka air tanah, maka jika hal ini terjadi pada lereng dengan material penyusun
(tanah dan atau batuan) yang lemah maka akan menyebabkan berkurangnya kuat geser
tanah/batuan dan menambah berat massa tanah. Pada dasarnya ada dua tipe hujan pemicu
terjadinya longsor, yaitu hujan deras yang mencapai 70 mm hingga 100 mm per hari dan
hujan kurang deras namun berlangsung menerus selama beberapa jam hingga beberapa
hari yang kemudian disusul dengan hujan deras sesaat. Hujan juga dapat menyebabkan
terjadinya aliran permukaan yang dapat menyebabkan terjadinya erosi pada kaki lereng dan
berpotensi menambah besaran sudut kelerengan yang akan berpotensi menyebabkan
longsor.

Pada prinsipnya, tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan
kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air,
beban serta berat jenis tanah batuan. Faktor-faktor penyebab tanah longsor antara lain :
hujan, lereng terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, batuan yang kurang kuat, jenis tata
lahan, getaran, susut muka air danau atau bendungan, adanya beban tambahan,
pengikisan/erosi, adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran lama, adanya
bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung), penggundulan hutan, daerah pembuangan
sampah (ESDM 2007).

Ada 6 jenis longsoran, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan


blok,runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi
paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korbanjiwa
manusia adalah aliran bahan rombakan.

1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan
batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau
menggelombang landai.
2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.

3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang
bergerakpada bidang gelincir berbentuk rata.
Longsoran ini disebutjuga longsoran translasi blok
batu.

4. Runtuhan Batu (rock fall)


Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar
batuan atau material lain bergerak ke bawah
dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada
lereng yang terjal hingga menggantung terutama di
daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.

5. Rayapan Tanah (creep)


Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang
bergeraklambat. Jenis tanahnya berupa butiran
kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak
dapat dikenali. Setelah waktuyang cukup lama longsor
jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon,
pohon, atau rumah miring ke bawah.

6. Aliran Bahan Rombakan


Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah
bergerak didorong oleh air. Kecepatan
aliran tergantung pada kemiringan lereng,
volume dan tekanan air, dan jenis
materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang
lembah danmampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa
tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai disekitar gunungapi. Aliran
tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

Faktor Penyebab
Penyebab Ditinjau Dari Peristiwa
Peristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah dibedakan menjadi
gangguan luar dan gangguan dalam.
Gangguan Luar
(1) Getaran yang ditimbulkan oleh antara lain: gempa bumi, peledakan, kereta api, dapat
mengakibatkan gerakantanah sebagai contoh : gempa bumi Tes di Sumatera Selatan
pada tahun 1952 dan getaran yang ditimbulkan oleh kereta api Jakarta - Yogyakarta di
dekat Purwokerto tahun 1947.
(2) Pembebanan tambahan, temtama disebabkan oleh aktivitas manusia, misalnya adanya
bangunan atau timbunan di atas tebing.
(3) Hilangnya penahan lateral, dapat disebabkan antara lain oleh pengikisan (erosi sungai,
pantai), aktivitas manusia (penggalian). Sebagai contoh : penggalian tras di tepi jalan
Bandung - Lembang (Pasirjati), erosi sungai pada jalan Pacitan - Ponorogo, erosi pantai
Bengkulu.
(4) Hilangnya tumbuhan penutup, dapat menyebabkan timbulnya alur pada beberapa
daerah tertentu. Erosi makin meningkat dan akhimya tejadi gerakan tanah.
Gangguan Dalam
(1) Hilangnya rentangan permukaan : selaput air yang terdapat diantara butir tanah
memberikan tegangan tarik yang tidak kecil. Sebaliknya jika air merupakan lapisan tebal,
maka akibatnya akan berlawanan. Karena itu makin banyak air masuk ke dalam tanah,
parameter kuat gesemya makin berkurang.
(2) Naiknya berat massa tanah batuan : masuknya air ke dalam tanah menyebabkan
terisinya rongga antarbutir sehingga massa tanah bertambah.
(3) Pelindian bahan perekat, air mampu melarutkan bahan pengikat butir yang membentuk
batuan sedimen. Misalnya perekat dalam batu pasir yang dilarutkan air sehingga
ikatannya hilang.
(4) Naiknya muka air tanah : muka air dapat naik karena rembesan yang masuk pada pori
antar butir tanah. Tekanan air pori naik sehingga kekuatan gesernya turun.
(5) Pengembangan tanah : rembesan air dapat menyebabkan tanah mengembang terutama
untuk tanah lempung tertentu,jika lempung semacam itu terdapat di bawah lapisan lain.
(6) Surut cepat ; jika air dalam sungai atau waduk menurun terlalu cepat, maka muka air
tanah tidak dapat mengikuti kecepatan menurunnya muka air.
(7) Pencairan sendiri dapat terjadi pada beberapa jenis tanah yang jenuh air, seperti pasir
halus lepas hila terkena getaran (dikarenakan gempa bumi, kereta api dan sebagainya).

Penyebab Ditinjau Dari Konsepsi Faktor Keamanan


Dengan dasar pemikiran bahwa faktor keamanan lereng terhadap longsoran
bergantung pada angka perbandingan antara kuat geser tanah (S) dan tegangan geser yang

bekerja (tm) yang dinyatakan dengan persamaan.

FK = S l tm

Di mana:
FK = faktor keamanan terhadap longsoran
= 1 kritis
> 1 mantap/aman
< 1 longsor
S = kuat geser tanah
tm = tegangan geser yang bekerja.

Faktor pengaruh terhadap kemantapan lererlg dibagi atas 2 (dua) kelompok utama,
yaitu : gangguan luar dan gangguan dalam.
Gangguan Luar
Gangguan luar terjadi karena meningkatnya tegangan geser yang bekerja dalam tanah (T m)
sehingga FK < 1. Berdasarkan keadaan ini dapat diuraikan :
(1) Tegangan horizontal (aw menurun - kondisi seperti ini terjadi hila kaki lereng tererosi
oleh aliran air, akibat galian atau pembongkaran - tembok penahan. Gambar A.9
memperlihatkan secara terinci lereng tererosi, lereng galian dan tembok penahan
dibongkar. Pada keadaan semula tegangan yang bekerja pada elemen σ adalah sebesar
σh dan σh = Ko V0 dengan FK = q1 /qf1. Setelah penggerusan, galian atau pembongkaran

tembok penahan maka tegangan horisontal berubah. men- jadi σh - Δσh, sedangkan -

FK2 = q2/qf2 yang lebih kecil dari FK. Ini berarti kemantapan akan terganggu, lihat

Gambar A.10.

(2)
Tegangan vertikal
meningkat; - kondisi ini terjadi hila air hujan tertahan di atas lereng, timbunan,
bangunan dan lain-lain. Gambar A.11 memper- lihatkan suatu lereng slam yang
diatasnya ditimbun. Pada keadaan semula tegangan yang bekerja pada elemen A adalah

σv dan σh = Ko σh. Setelah penimbunan tegangan menjadi σv + Δσv dan σh + Δσh. . Bila
perubahan ini digambarkan dengan "stress path" dari keadaan 3 sampai 4, maka terlihat

bahwa FK3 = q3/qf3 lebih besar bila dibanding dengan FK4 = q4/qf4 yang menunjukkan

bahwa faktor keamanan menurun setelah pembebanan.


(3) Tekanan horizontal meningkat; kondisi ini terjadi karena adanya pengisian air pada
retakan (Gambar A.12).
(4) Tegangan siklik, kondisi ini terutama akibat gaya gempa dan gaya vibrasi ledakan mesiu.
Pada keadaan gempa bumi, 2 (dua) bush gelombang naik dari bawah ke atas permukaan
tanah. Sebelum mencapai permukaan tanah, rambatan gelombang melewati berbagai
lapisan sehingga menimbulkan perubahan pada sistem tegangan semula.
Kedua gelombang tersebut di atas adalah :
 "body waves" terdiri atas gelombang primer atau longitudinal (P-waves) dan
gelombang transversal atau geser (S-waves).
 "Surface waves" terdiri atas gelombang "Rayleigh" dan "Love".
Gelombang yang sangat menentukan dalam kemantapan lereng adalah gelombang
geser (S-waves) yang meningkatkan tegangan geser tanah secara acak, sehingga
kemantapan lereng terganggu (Gambar A.13.a).
Bila perubahan tegangan digambar dengan lintasan tegangan (Gambar A.13.d) maka
terlihat bahwa lintasannya bergerak ke kanan sehingga FK menurun tergantung dari
waktu.
(5) Gerakan
tektonik;
dapat

mengubah keadaan geometri lereng. Pelandaian lereng berarti menambah kemantapan,


dan sebaliknya penegakan lereng berarti mengurangi kemantapan.
Gangguan Dalam
Faktor penyebab menurunnya kuat geser tanah (S):
(1) Sifat bawaan; meliputl komposisi, struktur geologi dan geometri lereng.
 Komposisi, kondisi material dapat menjadi lemah (weak) pada peningkatan kadar air.
Hal ini terjadi pada tanah lempung terkonsolidasi lebih (OC) dan terkonsolidasi
sangat lebih (HOC) dan tanah lempung organik.
 Struktur geologi dan geometri lereng, dapat berupa bidang diskon. tinuitas (sesar,
perlapisan, kekar, cermin sesar dan breksiasi), lapisan yang berada di atas tanah
lempung yang lemah atau selang-seling antar lapisan lulus air pasir dan kedap air
(lempung). Kedudukan lapisan miring ke arah lereng.
(2) Reaksi kimia/fisika; antara lain berupa :
 Hidrasi dari mineral lempung seperti absorbsi air oleh minerallempung sehingga
kadar air meningkat. Hal ini biasanya diilc;uti dengan penurun. an harga kohesi,
contohnya lempung montmorillonit.
 Penyusutan tanah lempung akibat pengeringan dapat menimbulkan retakan susut
sehingga kuat geser tanah menurun dan memberi kesem- patan air mengalir masuk
ke

dalamnya (Gambar A.14).


 Erosi oleh air pada tanah lempung "dispersive" menyebabkan terbentuknya rongga
yang menurunkan kuat geser tanah.
(3) Perubahan tekanan air pori dan berat isi, antara lain berupa :
 Berat isi bertambah karena penjenuhan. Daya apung pada kondisi jenuh
menurunkan tegangan efektif pada butir, sehingga kuat geser menurun (Gambar
A.15).
 Muka air tanah naik karena air hujan, kolam waduk dan lainnya (Gambar A.16).
(4) Perubahan sistem pembebanan; antara lain karena tegangan tanah berkurang. Pada
kondisi ini lapisan tanah lempung terkonsolidasi lebih dan terkonsolidasi sangat lebih
yang sebelumnya telah dibebani lapisan di atasnya, kemudian lapisan alas tersebut
digali (dibuang). Kemudian terjadi perubahan beban pada lapisan lempung yang
menyebabkan berkurangnya kuat geser tanah.

PUSTAKA

Khadiyanto, Parfi. 2008. Available at : parfi_khadiyanto@blogspot.com,”Gerakan Tanah


(Longsoran)”. Diakses 29 Maret 2010

Nugratama, Sony. 2010. Available at : sony@blogspot.com, “Geografi Baru”. Diakses tanggal


29 Maret 2010.

“Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Bencana Longsor”-penulis


tidak diketahui, available at : www.google.com. Diakses tanggal 29 Maret 2010.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, “Pengenalan Gerakan Tanah”. Available at :
www.google.com. Diakses tanggal 29 Maret 2010.

You might also like