Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi sekarang di Indonesia adalah Malnutrisi yaitu gizi buruk
atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi mikronutrien merupakan
masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di negara-negara
berkembang, yang merupakan faktor risiko penting terjadinya kesakitan dan
kematian pada ibu hamil dan balita (Krisnansari, Diah, 2010). Menurut
Supariasa et al (2002) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang
kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu.
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang
rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi, termasuk masalah kurang energi
dan protein (KEP) yang merupakan masalah gizi utama di Indonesia
( Departemen Kesehatan Republik Indonesia, [ Depkes RI], 2000). KEP dapat
mempengaruhi kecerdasan melalui kerusakan otak. Faktor yang tidak kalah
pentingnya untuk diketahui adanya perubahan-perubahan organik yang
permanen seperti pada jantung, pankreas, hati dan sebagainya yang dapat
memperpendek umurnya. Selain itu dapat menurunkan produktifitas kerja dan
derajat kesehatan sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit. Pada anakanak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit
Produksi pisang di Indonesia pada tahun 2010 telah mencapai 5,8 juta ton
dan menyumbang 30% dari produksi buah nasional (Kuntarsih, 2012). Namun
karena sifatnya yang klimaterik atau termasuk buah yang bersifat mudah rusak
setelah dipanen maka diperlukan penanganan alternatif bagi pisang agar dapat
mempertahankan nilai jualnya. Salah satunya dengan pembuatan tepung
pisang. Terdapat beberapa keuntungan setelah pisang diolah lebih lanjut
menjadi tepung antara lain yaitu lebih tahan disimpan, memudahkan dalam
pengemasan dan pengangkutan, lebih praktis untuk diversifikasi produk
olahan, dapat memberikan nilai tambah, dapat meningkatkan nilai gizi melalui
proses fortifikasi selama pengolahan, serta menciptakan peluang usaha untuk
pengembangan agro industri (Badan Litbang Pertanian, 2013). Selain itu
dengan pengolahan pisang lebih lanjut dapat meningkatkan nilai ekonomi dan
mengatasi turunnya harga jual bila tiba musim panen (Sukmaya et al., 2010).
Disamping itu tepung pisang merupakan salah satu alternatif produk setengah
jadi yang dianjurkan karena lebih tahan disimpan dapat
diolah menjadi
aroma, dan tekstur . Pada persentasi tepung pisang 100% dimana kadar serat
kasar, air dan uji organoleptik terhadap rasa, aroma, dan tekstur merupakan
hasil yang terbaik tetapi pada kadar protein Perlakuan 100% penggunaan
tepung pisang menghasilkan kadar protein paling rendah yaitu (11.87%)
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Untuk menambah kandungan protein
pada brownies tepung pisang, dengan penambahan pangan ikan lele yang
tinggi akan protein.
Sumber protein hewani dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi ikan. Ikan
merupakan sumber pangan yang relatif ekonomis jika dibandingkan dengan
sumber protein hewani lainnya. Ikan sebagai bahan makanan telah
diidentifikasi sebagai pangan yang memiliki keunggulan tertentu. Keunggulan
utama produk ikan adalah nilai cerna protein ikan sangat tinggi (lebih dari
90%) sehingga ikan mudah untuk dicerna karena daging ikan lebih lembut
dibandingkan dengan hewani lainnya. Selain kaya akan protein yang bermutu
tinggi, vitamin yang banyak tedapat pada ikan adalah vitamin yang larut
lemak (vitamin A dan D). Ikan mengandung asam lemak tak jenuh.
Dibandingkan dengan lemak hewani lainnya, lemak ikan sangat sedikit
mengandung kolesterol. Hal ini sangat menguntungkan bagi kesehatan karena
kolesterol yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan
pembuluh darah dan penyakit jantung koroner (Astawan, 2008c).
Ikan lele (Clarias spp.) merupakan ikan air tawar yang telah diprogramkan
oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan peningkatan gizi masyarakat
melalui Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang
bertahan dua sampai tiga hari tanpa bahan pengawet. Membuat brownies
relatif mudah, pemulapun dapat belajar dalam waktu singkat. Cukup
mengikuti resep dan teknik pembuatan yang tepat maka langsung bisa
menguasai pembuatan brownies. Asalkan ada kemauan dan berusaha. Bahanbahannya juga mudah didapat dan bisa dibuat dengan peralatan yang
sederhana (Sufi, 2009).
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh proporsi tepung pisang kepok dan Masalah pada
penelitian ini adalah apakah ada perbedaan kadar mineral total pada biskuit
tersubstitusi tepung biji labu kuning dengan proses penepungan yang berbeda.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar
mineral total pada biskuit tersubtitusi tepung biji labu kuning dengan
proses penepungan yang berbeda.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kadar mineral total biskuit tersubtitusi tepung biji
labu kuning dengan proses penepungan yang berbeda.
b. Menganalisis perbedaan kadar mineral total biskuit tersubtitusi tepung
biji labu kuning dengan proses penepungan yang berbeda.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada pembaca dalam pemanfaatan biji labu
kuning sebagai tepung yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan produk
pangan.
2. Memberikan informasi kepada pembaca dalam pengolahan biskuit dengan
pemanfaatan tepung biji labu kuning.
3. Dapat membantu dalam penganekaragaman serta pemanfaatan pangan.
4. Meningkatkan pemanfaatan biji labu kuning.