You are on page 1of 5

Dosen : DR. Febri Yuliani M.

Si

TUGAS KELOMPOK
FORMULASI KEBIJAKAN

MENGENAL TENTANG IDENTIFIKASI MASALAH

OLEH :

Arniana
Egi Fitrah Wahyudi
Imah Selfia P
Nurlaili Husna
Novriadi
Rudy Irawan

PRODI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2015

A. IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam konstelasi yang bersifat situsional inilah kita dapat mengidentifikasikan objek
yang menjadi masalah. Identifikasi masalah ialah suatu tahap permulaan dari penguasaan
masalah di mana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu
masalah. Identifikasi masalah itu juga merupakan suatu cara bagaimana kita melihat, menduga,
memperkirakan, dan menguraikan serta menjelaskan apa yang menjadi masalah
Dalam praktiknya, kita sering menghadapi kesulitan dalam mengidentifikasi masalah.
Hal ini disebabkan dua kemiskinan yang kita miliki selama ini, yaitu kemiskinan materill dan
kemiskinan metodologis. Kemiskinan materil menyangkut apa yang akan menjadi masalah,
sedangkan kemiskinan metodologis menyangkut bagaimana memecahkan masalah. Untuk
mengatasi kedua hal tersebut, maka jadilah spesialis; bersikap kritis dalam membaca, mendengar,
dan berpikir; ungkapkan kembali gagasan-gagasan dari penelitian-penelitian mutakhir
Sebagai spesialis di bidang tertentu membuat seseorang berkesempatan untuk meneliti
secara rinci masalah-masalah yang belum terpecahkan. Seorang yang bersikap kritis dalam
membaca, mendengar, dan berpikir menjadikan dirinya kaya dengan masalah-masalah yang
belum terpecahkan. Sesorang yang senang mengungkapkan gagasan hasil penelitian mutakhir
melalui observasi kancah, diskusi dan tulisan, membuat dirinya mendapatkan berbagai masalah
yang belum terpecahkan.
Masalah administrasi negara yang dihadapi berbagai negara yang sedang berkembang
pada umumnya seperti yang di identifikasikan oleh Lawson (1959:116) sebagai berikut.
1. Kurangnya pegawai yang professional
2. Kurangnya jumlah pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas.
3. Ketiadaan tradisi atau pengertian tentang pengabdian kepada masyarakat.
4. Gaji pegawai yang relative rendah atau belum memadai.
5. Birokrasi yang berlebihan dan tidak adanya pelimpahan wewenang.
6. Prosedur kerja yang belum operasional.
7. Iklim organisasi dan suasana kerja yangburuk.
8. System pelaporan dan system informasi yang buruk.
9. System penganggatan dan pembukuan yang buruk.
10. Kurangnya fasilitas yang mendukung kegiatan pelayanan administrasi.
11. Pemeliharaan dan pelayanan kerumahtanggaan yang buruk.
12. Mengabaikan pekerjaan bawahan.
13. Belum berjalannya koordinasi antarinstansi.
14. Pembagian fungsi yang tidak tepat.

Sedangkan Stone (1963: 2-5) mengidentifikasi masalah dengan administrasi negara di


negara berkembang sebagai berikut.
1. Kebutuhan kepemimpinan politik yang menunjang pelaksanaan rencana.
2. Pergandaaan aparatur, kekembaran fungsi dan pembauran tanggung jawab sebagai akibat
pembentukan departemen atau perusahaan negara untuk melaksanakan tugas-tugas
pembangunan yang dilimpahkan pada aparatur pemerintah yang sudah ada tanpa
peninjauan terhadap selurus struktru organisasi secara berhati-hati.
3. Para pejabat (pimpinan) jarang berkesempatan menjalankan bimbingan , prakarsa dan
kordinasi program pembangunan karena mereka kekurangan tenaga profesional.
4. Badan perencanaan kekurangan tenaga professional yang menaruh perhatian terhadap
langkah-langkah politik dan administrasi serta persyaratan organisasi dan tata kerja
pelaksanaan rencana.
5. Sebagaian negara membatasi rencana nya pada kegiatan yang menerima bantuan luar
negeri atau penghasilan khusus dengan mengabaikan kegiatan rutin pemerintahan.
6. Instansi pelaksana lainnya kurang berperan serta dalam identifikasi rencana pembanguna.
7. Instansi sangat memerlukan tenaga-tenaga professional yang mampu menyusun program
menurut sektornya masing-masing atau tenaga-tenaga yang mampu melaksanakan tugas
sesuai dengan dana dan waktu serta persyaratan yang telah ditetapkan.
8. Kurangnya koordinasi antarinstasi terkait sehingga pelaksanaan program menjadi kurangt
efektif dan efisien.
9. Instansi tingkat pusat tidak melimpahkan wewenangnya kepada instansi di daerahdaerah.
10. Kurangnya koordinasi instansi pusat dan daerah sehingga proyek-proyek di daerah
menjadi terhambat pembangunannya.
11. Perusahaan negara sering kali diurus seperti tata pengendalian pemerintahaan atau diberi
otonomi sedemikian rupa sehingga tidak lagi bertanggung jawab terhadap kepentingan
umum.
12. Pengawasan kurang berjalan dengan baik.
13. System penganggaran tidak berhasil menjadi tolak ukur program pembangunan karena
tidak disusun berdasarkan sumber-sumber keuangan yang seharusnya diterima negara.
14. System pemunguyan pajak yang salah sehingga dapat mengurangi pendapatan negara di
sector pajak.
15. Pembinaan pegawai yang belum professional
16. Program diklat belum berorientasi pada kepentingan pembangunan.

Secara umum ruang lingkup dalam mengidentifikasikan masalah administrasi dapat dilihat:

Aspek
Man
Money
Machine
Method
Material
Marketing
Minutes

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengawasan

Jadi dengan menggunakan table tersebut sekurang-kurangnya dapat mengidentifikasikan 3 x


7 Masalah yaitu 21 masalah.

Identifikasi masalah merupakan tahap awal dalam proses kebijakan dan karenanya sangat
menentukan proses kebijakan berikutnya. Merumuskan masalah secara benar penting
dilakukan untuk memecahkan masalah. Proses kebijakan dapat mengalami kesalahan tipe III,
yaitu melakukan secara benar untuk memecahkan masalah yang dirumuskan secara salah
(Darwin,1995:1). Agar dapat dirumuskan kebijakan secara benar, masalah kebijakan perlu
lebih dahulu dirumuskan secara benar.
Prasyarat identifikasi masalah adalah adanya pengakuan atau dirasakannya keberadaan
suatu situasi masalah. Dan bila kita kaitkan dengan ilmu kebijakan Ada beberapa
karakteristik penting yang perlu diperhatikan dalam mengenali adanya masalah kebijakan
(Darwin, 1995:2-4), yaitu :
(1) menyangkut kepentingan masyarakat luas.
(2) serius, dimana suatu situasi dapat diangkat sebagai masalah kebijakan jika situasi tersebut
berada di atas ambang toleransi untuk diabaikan begitu saja.
(3) potensial menjadi serius dalam arti bahwa suatu masalah mungkin pada saat ini belum
berkembang cukup serius, tetapi dalam jangka panjang akan menjadi sangat serius.
(4) ada peluang untuk memperbaiki.
Untuk dapat mengkaji sesuatu masalah publik diperlukan teori, informasi dan metodologi
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Sehingga identifikasi masalah akan tepat
dan akurat, selanjutnya dikembangkan menjadi policy question yang diangkat dari policy
issues tertentu. Teori dan metode yang diperlukan dalam tahapan ini adalah metode penelitian
termasuk evaluation research, metode kuantitatif, dan teori-teori yang relevan dengan

substansi persoalan yang dihadapi, serta informasi mengenai permasalahan yang sedang
dilakukan studi.
Pada prinsipnya, walaupun suatu peristiwa, keadaan dan situasi tertentu dapat
menimbulkan satu atau beberapa masalah, tetapi agar hal itu menjadi masalah publik tidak
hanya tergantung dari dimensi obyektifnya saja, tetapi juga secara subyektif, baik oleh
masyarakat maupun para pembuat keputusan, dipandang sebagai suatu masalah yang patut
dipecahkan atau dicarikan jalan keluarnya.
Oleh karena itu, suatu masalah, untuk bisa berubah menjadi masalah umum tidak
hanya cukup dihayati oleh banyak orang sebagai sesuatu masalah yang perlu segera diatasi,
tetapi masyarakat perlu memiliki political will untuk memperjuangkannya dan yang lebih
penting lagi, masalah tersebut ditanggapi positif oleh pembuat kebijakan dan mereka bersedia
memperjuangkan masalah umum itu menjadi masalah kebijakan, memasukannya kedalam
agenda pemerintah dan mengusahakannya menjadi kebijakan publik, maka langkah pertama
yang harus dilakukan oleh setiap pembuat kebijakan adalah mengidentifikasikan masalah
yang akan dipecahkan kemudian membuat identifikasi yang sejelas-jelasnya terhadap
masalah tersebut. Kegiatan ini merupakan upaya untuk menentukan identitas masalah
kebijakan dengan terlebih dahulu mengerti dan memahami sifat dari masalah tersebut
sehingga akan mempermudah dalam menentukan sifat proses identifikasi kebijakan.

You might also like