Professional Documents
Culture Documents
Dokter Pembimbing :
dr. Sonny K.Yuliarso. sp.A
Disusun oleh:
Yoseph Renaldy Ndapa (11-2014-259)
Pertanyaan :
Jawaban
1.Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
Definisi
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuanbekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah.Keadaan ini diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang
biasanya dirangsang oleh suatu zat racun di dalam darah. Pada saat yang bersamaan, terjadi
pemakaian trombosit dan protein dari faktor-faktor pembekuan sehingga jumlah faktor
pembekuan berkurang, maka terjadi perdarahan yang berlebihan.
Disseminated Intravascular Coagulation memiliki karakteristik dengan meningkatnya
aktivasi dari sistem koagulasi, yang memberikan pengaruh pada formasi fibrin di dalam
intravaskular yang pada akhirnya menyebabkan penyumbatan dari trombosit pada pembuluh
darah kecil maupun sedang. Koagulasi intravaskular dapat mempengaruhi suplai darah ke
organ, dan berhubungan dengan hemodinamik dan kekacauan metabolik, dan memiliki
kontribusi terhadap kerusakan dari berbagai organ. Pada saat yang sama, penggunaan dan
pengurangan trombosit yang terjadi sesudah itu dan juga koagulasi protein dari koagulasi
yang berlangsung dapat menyebabkan perdarahan yang hebat. Perdarahan dapat melukiskan
gejala pada pasien dengan Disseminated Intravascular Coagulation
Etiologi
Penyebab DIC dapat dibedakan menjadi penyebab akut atau kronik. DIC dapat
merupakan suatu hasil dari satu atau lebih kondisi yang terjadi.
a. DIC akut
Bakteri (contohnya sepsis akibat bakteri gram negative, infeksi bakteri gram positif,
rikettsia)
Trauma
Terbakar
b. DIC kronik
Keganasan
Tumor solid
Leukemia
Hematologik
Inflamasi
4
Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang
menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)
Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.
Manifestasi klinis
Pada dasarnya, semua gejala yang terjadi berkaitan dengan proses penyakit yang
mendasari, mengetahui bagaimana asal mula dari hilangnya darah dan terjadinya
hipovolemia,
contohnya
seperti
perdarahan
gastrointestinal.
Perhatikan juga tanda dan gejala dari terjadinya trombosis pada pembuluh darah besar, seperti
deep venous trombosis (DVT), dan juga trombosis pada mikrovaskular, seperti gagal ginjal.
Perdarahan paling tidak terjadi dari tiga tempat yang tidak berhubungan terutama
sekali mengarah pada DIC.
Epistaxis
Perdarahan gigi
Perdarahan mukosa
Batuk
Dyspnue
Bingung, disorientasi
Demam
Penatalaksanaan
Antifibrinolitik sangat efektif pada pasien dengan perdarahan, tetapi pada pasien DIC
pemberian antifibrinolitik tidak dianjurkan. Karena obat ini akan menghambat proses
fibrinolisis sehingga fibrin yang terbentuk akan semakin bertambah, akibatnya DIC yang
terjadi akan semakin berat.
2. Perbedaan anemia aplastik dan LLA
Pembanding
Definisi
Anemia aplastik
LLA
suatu sindroma kegagalan sumsum penyakit yang berkaitan dengan sel
tulang
yang
ditandai
tulang.4
Pada
membentuk
limfosit
retikulositopenia,
anemia,
granulositopenia,
monositopenia
Bukti
dan trombositopenia
Tidak ada
keganasan
Epidemiologi
Ada
kejadian
antara
dan
tertinggi
usia
laki-laki
daripada
3-6
lebih
perempuan
di
Cina,
kanker
yang
persejuta penduduk di Thailand dan lebih tinggi pada anak- anak kulit
5 kasus persejuta penduduk di putih
Malaysia.
daripada
kulit
hitam.
Hasil biopsi
sumsum tulang
pada dewasa
sejumlah Hiperseluler, hampir
Hiposeluler,dengan
spikula
dengan
daerah
semua
sel
kosong, dipenuhi lemak dan relatif (blast), tampak monoton oleh sel
sedikit sel hematopoiesis
3. Kasus:Anak panas 10 hari dengan suhu 38,50C,umur 7 tahun kencing seperti air
teh.Apa diagnosa dan terapi kasus tersebut?
Diagnosa kasus diatas :Hepatitis akut
Definisi
Hepatitis akut adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan
kimia.
Penatalaksanaan dari hepatitis akut adalah sebagai berikut :
1. Obat-obatan :
a. Kortikosteroid.
Contoh:
Prednison 3 x 10 mg selama 7 hari.
Hidrocotison 100 mg intravena tiap 6 jam.
Interveron, hanya diberi pada kasus kasus agak berat.
Starting dosis 40 mg / hr dan dikurangi secara bertahap sampai berhenti sesudah 6 minggu.
b. Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
c. Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
d. Vitamin K 10 mg/ hr IV, dengan kasus kecenderungan perdarahan.
Bila pasien dalam keadaan prekoma atau koma.
e. Roboransia.
f. Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
g. Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
h. Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
8
2. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
Infeksi virus hepatitis A akan mengalami penyembuhan sendiri apabila
tubuh cukup kuat. Sehingga pengobatan hanya untuk mengurangi keluhan
yang ada, disertai pemberian vitamin dan istirahat yang cukup
3. Diet. Jika penderita mual, tidak nafsu makan atau muntah muntah sebaiknya diberikan
infus glukosa. Jika nafsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup kalori.
4. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat obatan
yang mengubah susunan flora usus, misalnya neomisin ataukanamycin sampai dosis total 4-6
mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian banyak
sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
4.Kasus:Anak umur 1 minggu tampak ikterik,dengan BB = 2,5 kg, BB lahir 2,7 kg lahir
di bidan Apa diagnosa dan terapi kasus tersebut?
Diagnosa kasus diatas : Ikterus neonatorum patologis
Definisi:
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa
karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin. Jaringan permukaan
yang kaya elastin, seperti sklera dan permukaan bawah lidah, biasanya adalah bagian yang
pertama kali mengalami kuning. Pada neonatus atau bayi baru lahir, baru tampak apabila
serum bilirubin sudah > 5 mg/dL (> 86 mol/L).
Peningkatan level bilirubin indirek yang lebih tinggi lagi dapat digolongkan sebagai
keadaan patologis yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan. Beberapa keadaan berikut
tergolong dalam ikterus patologis, antara lain:
1. Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10
mg/dL.
3. Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam.
4. Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL.
5. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatabilitas darah, defisiensi G6PD, atau
sepsis)
6. Ikterus yang disertai oleh: Berat lahir <2000 gram="gram" span="span">, Masa
gestasi 36 minggu, Asfiksia, hipoksia, sindrom gawat napas pada neonatus, Infeksi,
Trauma lahir pada kepala, Hipoglikemia
7. Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia >8 hari (pada aterm) atau >14 hari
(pada prematur)
Penatalaksanaan pada Ikterus neonatorum patologis adalah sebagai berikut:
Pada bayi-bayi yang kadar bilirubin indireknya tinggi dan bersifat patologis dapat
dilakukan fototerapi dengan menggunakan sinar berwarna biru - hijau. Sinar yang berwarna
biru - hijau dapat mengubah dari bilirubin indirek agar menjadi bentuk bilirubin yang lebih
mudah buang hingga keluar dari dalam tubuh dan tidak berbahaya. Pada bayi-bayi dengan
faktor resiko tinggi terjadinya ikterus neonatorum deteksi dini perlu dilakukan dan fototerapi
dilakukan lebih dini. Pada bayi-bayi peningkatan kadar bilirubin indirek yang tetap tinggi
walaupun telah dilakukan foto terapi, dapat dilakukan tranfusi tukar agar kadar bilirubin
dapat menurun.
Apabila ikterus neonatorum patologis tidak diterapi dengan adekuat dapat
menyebabkan terjadinya kernikterus. Bilirubin indirek dapat menembus sawar otak atau
lapisan otak sehingga dapat merusak dari sel-sel saraf terutama yang di otak karena
jumlahnya banyak. Kerusakan yang ditimbulkan bersifat permanen dan dapat menyebabkan
kecacatan.
5.Kasus:Anak umur 5 tahun panas 3 hari,diare > 5X,muntah 4X,BB 15 kg.Ada kejang
dan penurunan kesadaran. Apa diagnosa,dan terapi kasus tersebut?
Diagnosa kasus diatas : GEA dengan Hiponatremia
Penatalaksanaan kasus diatas :
a.Penatalaksanaan GEA :
1. Terapi Cairan
10
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1).
Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous
Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2).
Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL
Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1
liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit
yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L,
bikarbonat 30 mEq/L. Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a).
Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang
larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak
lengkap.
2).
Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi
parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan
evaluasi:
a).
b).
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan
pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x
sehari, 3 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis
tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari
oral atauIV).
11
3.
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 4 mg/ 3 4x sehari dan lomotil
5mg 3 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi
frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan
sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
b.Penatalaksanaan Hiponatremia
Pada hiponatremia ringan,cukup hanya dengan memberikan garam atau cairan NaCl
fisiologis.Sedangkan pada hiponatremia sedang sampai berat,perlu diberikan NaCl
hipertonik.Dosis NaCl yang harus diberikan dapat dihitung dari rumus berikut:
NaCl = 0,6 (N-n) x BB
-N
-n
= Kadar Na sekarang
13
14
15