You are on page 1of 20

muhammad nuryakin

Selasa, 03 Januari 2012


makalah asuhan keperawatan kanker laring
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah
mati. Tumbuh tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh
dimana ia tumbuh. Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring)
atau daerah lainnya di tenggorokan. Secara anatomi karsinoma di bagi atas 3 bagian yaitu
supra giotik, tumor pada puka ventrikularis, aritenoid, epigiatis dan sinus periforanus.
(Glatis : tumor pada korda vokalis, subglotis : tumor dibawah koida vokalis). Kanker
adalah sebuah penyakit umum disemua Negara didunia banyak diderita orang tua umur
40 tahun keatas. Kemungkinan terbesar orang mendapat kanker pada umur >60 tahun,
dan memberikan kemampuan hidup (survival rate) 5 tahun hanya berkisar antara 9 -32 %
pada wanita dan kurang lebih 9 -42 % pada pria.
Di negara-negara maju rata-rata orang meninggal karena kanker adalah satu
diantara empat kematian (1:4 ). Di Eropa dan Amerika kanker laring merupakan penyakit
kanker nomer satu dari kebidang THT. Tapi di Indonesia nomer satu adalah kanker
nasofaring, sedangkan kanker laring hanya menmpati urutan ke dua dan ketiga dari setiap
tahunnya.
Bila di bandingkan kanker seluruh tubuh kanker laring menempati urutan ke 14,
sedangkan kanker nasofaring menempati urutan ke tiga atau ke empat. Walaupun knker
larin menempati urutan ke dua atau tiga dari keganasan THT, tapi pada umumnya
mempunyai prognosa yang kurang baik.
Oleh karena itu untuk mengurangi hal tersebut peran perawat sangat diperlukan
untuk mencegah dan memperkecil dampak yang disebabkan oleh kanker laring dengan
cara memberikan asuhan keperawatan yang efesien. Berdasarkan hal tersebut, penulis
tertarik untuk mengetahui lebih dalam dan ingin membantu memecahkan masalah
kesehatan pada klien dengan kanker laring
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran teori dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan kanker
laring

Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui dasar teori dari kanker laring
b. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien, menganalisa data dan menentukan
diagnosa keperawatan serta menetapkan prioritas masalah yang utama.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien
sesuai dengan prioritas masalah.
Sistematika Penulisan
1. Terdiri dari sampul, halaman depan, kata pengantar, daftar isi..
2. Bagian isi terdiri dari BAB I sampai dengan selesai .

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Laring adalah kotak kaku yang tidak dapat meregang, laring mengandung ruang
sempit antara pita suara (glottis) dimana udara harus melewati ruangan ini. Carcinoma
laring adalah keganasan pada laring. Kanker merupakan massa jaringan abnormal
tumbuh terus menerus, tidak pernah mati. Tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan
jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh. Kanker Laring adalah
keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan..
Secara anatomi karsinoma di bagi atas 3 bagian yaitu supra giotik, tumor pada puka
ventrikularis, aritenoid, epigiatis dan sinus periforanus. (Glatis : tumor pada korda
vokalis,
subglotis
:
tumor
dibawah
koida
vokalis)

2. Anatomi Fisiologi
Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trachea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi dari benda asing dan
memudahkan batuk. Laring sering disebut ebagai kotak suara dan terdiri atas
1. Epiglotis: ostium katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
2. Glotis: ostium antara pita suara dan laring
3. Kartilago tiroid: kartilago terbesar pada trachea, sebagian dari kartilago membentuk
jakun (Adams apple)
4. Kartilago krikoid: satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak
dibawah kartilago roid)
5. Kartilago critenoid: digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid

6. 6. Pita suara: ligamen yang terkontrol oleh gesekan otot yang menghasilkan bunyi suara,
pita suara melekat pada lumen laring.
3. Etiologi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penyebab utama dari kanker laring tidak diketahui. Kanker laring mewakili 1% dari
semua kanker dan terjadi lebih sering pada pria, faktor-faktor penyebabnya adalah:
Tembakau
Alkohol dan efek kombinasinya
Ketegangan vocal
Laringitis kronis
Pemajanan industrial terhadap karsinogen
Defisiensi nutrisi (riboflavin) dan
Predisposisi keluarga.

4. Klasifikasi
Tumor Ganas Laring
a. GlotisTis Karsinoma insitu
T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik,
atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak
atau sudah terfiksir (impaired mobility).
T3 Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.
T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.
b. Subglotis
Tis karsinoma insitu
T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis
T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.
T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau duaduanya.
c. Metastasis Jauh (M)
Mx Tidak terdapat/ terdeteksi
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh. Stadium
a. ST1 T1 N0 M0

Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik,
atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior. Tumor terbatas pada
daerah subglotis. Tidak ada metastasis jauh
b. ST II T2 N0 M0
Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak
atau sudah terfiksir (impaired mobility). Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih
dapat bergerak atau sudah terfiksir. Tidak ada metastasis jauh
c. STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0
Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir. Tidak ada metastasis jauh
d. STIV T4 N0/N1 M0
Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari
laring. Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau
dua-duanya.
e. T1/T2/T3/T4 N2/N3
f. T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1
d. Penanggulangan
Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan, maka ditentukan tindakan yang
akan diambil sebagai penanggulangannya.
Ada 3 cara penaggulangan yang lazim dilakukan, yakni pembedahan, radiasi, obat
sitostatika ataupun kombinasi daripadanya, tergantung pada stadium penyakit dan
keadaan umum pasien.
Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1dikirim untuk dilakukan operasi,
stadium 4 dilakukan operasi dengan rekonstruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim
untuk mendapatkan radiasi.
Jenis pembedahan adalah laringgektomia totalis ataupun parsial, tergantung lokasi
dan penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran
ke kelenjar limfa leher. Di bagian THT RSCM tersering dilakukan laringektomia totalis,
karena beberapa pertimbangan, sedangkan laringektomi parsial jarang dilakukan, karena
teknik sulit untuk menentukan batas tumor.
5. Patofisiologi
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan
pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja
dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya
belum diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5%
dari semua penyakit keganasan. Terutama neoplasma laryngeal, 95% adalah karsinoma
sel skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat.

Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase ke arah kelenjar
limfe. Bila kanker melibatkan epiglottis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi. Tumor
superglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga
mengakibatkan suara serak. Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada
waktu pita suara masih dapat digerak
6. Manifestasi Klinis
Kanker laring biasanya berasal dari pita suara, menyebabkan suara serak. Seseorang yang
mengalami serak selama lebih dari 2 minggu sebaiknya segera memeriksakan diri.
Rasa tidak enak pada tenggorokan seperti ada yang tersangkut.
Kesulitan menelan.
Kadang sebuah benjolan di leher yang merupakan penyebaran kanker ke kelenjar getah
bening, muncul terlebih dulu sebelum gejala lainnya timbul.
Nyeri tenggorokan
Nyeri leher
Penurunan berat badan
Batuk
Batuk darah
Bunyi pernafasan yang abnormal. (strdor/ ngorok timbul saat tidur).
Sesak terjadi pada awal dan di area glotis
Nyeri dan rasa terbakar pada tenggorok ketika minum cairan panas dan jus jeruk
Disfagia, dispnea, dan nafas bau
Pembesaran nodus servikal, debilitas umum dan nyeri yang menjalar ke telinga dapat
menandakan adanya metastasis (transfer penyakit dari satu organ ke organ lain).
7. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan untuk kondisi ini bervarisi sejalan dengan keluasan malignansi.
Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan.Pemeriksaan gigi dilakukan
untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang berkaitan dengan gigi
diatasi, jika mungkin, sebelum dilakukan pembedahan. Jika pembedahan akan dilakukan,
tim yang terdiri atas multidisiplin ilmu mengevaluasi kebutuhan pasien dan keluarga
untuk mengembangkan suatu rencana keperawatan yang berhasil.

Terapi radiasi dilakukan Jika hanya 1 pita suara yang terkena, dan Suara masih dalam
keadaan normal, Pre op untuk menurunkan ukuran tumor, Perawatan tidak terlalu lama
Kemoterapi
Operasi laringektomi
1. Laringektomi parsial (Laringektomi-Tirotomi)
Laringektomi parsial direkomendasikan kanker area glotis tahap dini ketika hanya
satu pita suara yang terkena. Tindakan ini mempunyai mempunyai angka penyembuhan
yang sangat tinggi. Dalam operasi ini satu pita suara diangkat dan semua struktur lainnya
tetap utuh. Suara pasien kemungkinan akan menjadi parau. Jalan nafas akan tetap utuh
dan pasien seharusnya tidak memiliki kesulitan menelan.

2. Laringektomi supraglotis (horisontal)


Laringektomi supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis.
Tulang hioid, glotis, dan pita suara palsu diangkat. Pita suara, kartilago krikoid, dan
trakea tetap utuh. Selama operasi, dilakukan diseksi leher radikal pada tempat yang sakit.
Selang trakeostomi dipasang dalam trakea sampai jalan nafas glotis pulih. Selang
trakeostomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma dibiarkan menutup.
Nutrisi diberikan melalui selang nasogastrik sampai terdapat penyembuhan dan tidak ada
lagi bahaya aspirasi. Pasca operasi pasien akan mengalami kesulitan menelan selama 2
minggu pertama. Keuntungan utama operasi ini adalah bahwa suara akan kembali pulih
dalam seperti biasa. Masalah utamanya adalah bahwa kanker tersebut akan kambuh.
3. Laringektomi hemivertikal
Laringetomi hemivertikal dilakukan jika tumor meluas diluar pita suara, tetapi
perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini,
kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan bagian pita suara (satu pita
suara sejati dan satu pita suara palsu) dengan pertumbuhan tumor diangkat. Kartilago
aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Kartilago aritenoid dan setengah
kartilago tiroid diangkat. Pasien beresiko mengalami aspirasi pascaoperasi. Beberapa
perubahan dapat terjadi pada kualitas suara (sakit tenggorok) dan proyeksi. Namun
demikian jalan nafas dan fungsi menelan tetap utuh.
4. Laringektomi total
Laringektomi total dilakukan ketika kanker meluas diluar pita suara. Lebih jauh ke
tulang hioid, epiglotis, kartilago krikoid, dan dua atau tiga cincin trakea diangkat. Lidah,
dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan. Banyak ahli bedah yang menganjurkan
dilakukannya diseksi leher pada sisi yang sama dengan lesi bahkan jika tidak teraba nodus
limfe sekalipun. Rasional tindakan ini adalah bahwa metastasis ke nodus limfe servical
sering terjadi. Masalahnya akan lebih rumit jika lesi mengenai struktur garis tengah atau
kedua pita suara. Dengan atau tanpa diseksi leher, laringektomi total dibutuhkan stoma
trakeal permanen. Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan ke dalam saluran
pernafasan bawah, karena laring yang memberikan perlindungan stingfer tidak ada lagi.
Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan normal. Laringektomi
total mengubah cara dimana aliran udara digunakan untuk bernafas dan berbicara.

Pengangkatan seluruh pita suara menyebabkan penderita tidak memiliki suara.


Suara yang baru dibuat dengan salah satu dari cara berikut:
1. Esophageal speech, penderita diajari untuk membawa udara ke dalam
kerongkongan ketika bernafas dan secara perlahan menghembuskannya untuk
menghasilkan suara.
2. Fistula trakeoesofageal, merupakan katup satu arah yang dimasukkan diantara
trakea dan kerongkongan. Katup ini mendorong udara ke dalam kerongkongan ketika

penderita bernafas, sehingga menghasilkan suara. Jika katup mengalami kelainan fungsi,
cairan dan makanan bisa secara tidak sengaja masuk ke dalam trakea.
3. Elektrolaring adalah suatu alat yang bertindak sebagai sumber suara dan dipasang
di leher. Suara yang dihasilkan oleh ketiga cara tersebut dirubah menjadi percakapan
dengan menggunakan mulut, hidung, gigi, lidah dan bibir.Suara yang dihasilkan lebih
lemah dibandingkan suara normal.
4. Penggunaan Blom-Singer Voice : prosthesis dan kutub tracheostomy dengan alat
ini pasien yang mengalami laringoctomy total dapat berbicara normal.
8. Test Diagnostik
Pada karsinoma laring, dilakukan pemeriksaaan larigoskopik langsung di bawah
anestesi umum.Pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskopi langsung dapat
menunjukan tumor dengan jelas. Tempat yang sering timbul tumor dapat dilihat pada
gambar. Sinar-X dada, scan tulang, untuk mengidentifikasi kemungkinan metaphase.
darah lengkap, dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum. Laringografi
dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan pembuluh limfe,
kemudian laring diperiksa dengan anestesi umum dan dilakukan biopsy pada tumor.Gigi
yang berlubang sebaiknya dicabut pada saat yang sama

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Data pre dan posoperasi tergantung pada tipe kusus atau lokasi proses kanker dan
koplikasi yang ada.
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien.

Identitas klien
Nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status, agama,
alamat, hubungan klien dengan penanggung jawab.
Pemeriksaan fisik.
Riwayat kesehatan sekarang.
Riwayat kesehatan lalu.
a. INTEGRITAS EGO
Gejala : Perasaan takut akan kehilangan suara,mati, terjadi atau berulangnya
kanker. Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja
dan keuangan. Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak operasi.

b. MAKANAN ATAU CAIRAN


Gejala :Kesulitan menelan. Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit
menelan, sakit tenggorok yang menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase oral,
kebersihan gigi buruk. Pembengkakan lidah dan gangguan gag reflek.
c. HIGIENE
Tanda : kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.
d. NEUROSENSORI
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian. Tanda : Hemiparesis wajah
(keterlibatan parotid dan submandibular). Parau menetap atau kehilangan suara (gejala
dominan dan dini kanker laring intrinsik). Kesulitan menelan. Kerusakan membran
mukosa.
e. NYERI ATAU KENYAMANAN
Gejala : Sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri ke
telinga, nyeri wajah (tahap akhir, kemungkinan metastase). Nyeri atau rasa terbakar
dengan pembengkakan (kususnya dengan cairan panas), nyeri lokal pada orofaring.
Pascaoperasi : Sakit tenggorok atau mulut (nyeri biasanya tidak dilaporkan kecuali nyeri
yang berat menyertai pembedahan kepala dan leher, dibandingkan dengan nyeri sebelum
pembedahan). Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri wajah dan gangguan tonus otot.

f. PERNAPASAN
Gejala : Riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu serbuk
kayu, kimia toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit paru kronik. Batuk
dengan atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal. Tanda : Sputum dengan darah,
hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.
g. KEAMANAN
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau
radiasi.Perubahan penglihatan atau pendengaran. Tanda : Massa atau pembesaran nodul.
h. INTERAKSI SOSIAL
Gejala : masalah tentang kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam
interaksi sosial. Tanda : Parau menetap,perubahan tinggi suara, bicara kacau, enggan
untuk bicara,dan menolak orang lain untuk memberikan perawatan atau terlibat dalam
rehabilitasi.

B. Asuhan keperawatan pada tahap PREOPERASI


N
O
1

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Bersihan jalan
napas tidak
efektif
berhubungan
dengan
pengangkatan
sebagian atau
seluruh glotis,
gangguan
kemampuan
untuk bernapas,
batuk dan
menelan, serta
sekresi banyak
dan kental

TUJUAN

INTERVENSI

Tujuan :
Klien akan
mempertahanka
n jalan napas
tetap terbuka.
Kriteria
hasil : bunyi
napas bersih dan
jelas, tidak sesak,
tidak
sianosis,frekwens
i napas normal

Mandiri

RASIONAL

perubahan pada
pernapasan,
Awasi frekwensi atau adanya
kedalaman
ronki,mengi,didug
pernapasan.Auskultas a adanya retensi
i bunyi napas. Selidiki sekret.
kegelisahan, dispnea,
dan sianosis
Tinggikan kepala 3045 derajat

Rasional
memudahkan
drainase sekret,
kerja pernapasan
dan ekspansi paru.

Dorong menelan bila


pasien mampu.
Rasional mencegah
pengumpulan sekret
oral menurunkan
resiko aspirasi

menelan
terganggu bila
epiglotis diangkat
atau edema
paskaoperasi
bermakna dan
nyeri terjadi
memobilisasi
sekret untuk
membersihkan
jalan napas dan
membantu
mencegah
komplikasi
pernapasan
mencegah sekresi
menyumbat jalan
napas, khususnya
bila kemampuan
menelan
terganggu dan
pasien tidak dapat
meniup lewat
hidung
sedikit jumlah
perembesan
mungkin terjadi.
Namun

Dorong batuk efektif


dan napas dalam

Hisap selang
laringektomi atau
trakeotomi, oral dan
rongga nasal. Catat
jumlah, warna dan
konsistensi sekret

Observasi jaringan
sekitar selang
terhadap adanya
perdarahan. Ubah

posisi pasien untuk


memeriksa adanya
pengumpulan darah
dibelakang leher atau
balutan posterio

Ganti selang atau


kanul sesuai indikasi

Kolaborasi :
Berikan humidifikasi
tambahan, contoh
tekanan udara atau
oksigen dan
peningkatan masukan
cairan
Awasi seri GDA atau
nadi oksimetri, foto
dada

N
O
2

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
KRITERIA
HASIL
Kerusakan
Tujuan :
komunikasi verbal Komunikasi
berhubungan
klien akan
dengan defisit
efektif .
anatomi
Kriteria hasil :
(pengangkatan
batang suara) dan Mengidentifikasi
atau
hambatan fisik
merencanakan
(selang
pilihan metode

INTERVENSI
Mandiri
Kaji atau
diskusikan
praoperasi
mengapa bicara
dan bernapas
terganggu,gunakan
gambaran
anatomik atau

perdarahan terusmenerus atau


timbulnya
perdarahan tibatiba yang tidak
terkontrol dan
menunjukkan sulit
bernapas secara
tiba-tiba
mencegah
akumulasi sekret
dan perlengketan
mukosa tebal dari
obstruksi jalan
napas
fisiologi normal
( hidung) berarti
menyaring atau
melembabkan
udara yang lewat

pengumpulan
sekret atau adanya
ateletaksis dapat
menimbulkan
pneumonia yang
memerlukan
tindakan terapi
lebih agresif.

RASIONAL
Rasional untuk
mengurangi rasa
takut pada klien

trakeostomi).

berbicara yang
tepat setelah
sembuh

model untuk
membantu
penjelasan.
Tentukan apakah
pasien mempunyai
gangguan
komunikasi lain
seperti
pendengaran dan
penglihatan
Berikan pilihan
cara komunikasi
yang tepat bagi
kebutuhan pasien
misalnya papan
dan pensil, papan
alfabet atau
gambar, dan
bahasa isyarat
Berikan waktu
yang cukup untuk
komunikasi

Berikan
komunikasi non
verbal, contoh
sentuhan dan
gerak fisik
Dorong
komunikasi terusmenerus dengan
dunia luar contoh
koran,TV, radio
dan kalender
Beritahu
kehilangan bicara
sementara setelah
laringektomi
sebagian dan atau

adanya masalah lain


mempengaruhi
rencana untuk
pilihan komunikasi.

memungkingkan
pasien untuk
menyatakan
kebutuhan atau
masalah

kehilangan bicara
dan stres
menganggu
komunikasi dan
menyebabkan
frustrasi dan
hambatan ekspresi,
khususnya bila
perawat terlihat
terlalu sibuk atau
bekerja
mengkomunikasikan
masalah dan
memenuhi
kebutuhan kontak
dengan orang lain.
mempertahankan
kontak dengan pola
hidup normal dan
melanjutkan
komunikasi dengan
cara lain
memberikan
dorongan dan
harapan untuk masa
depan dengan
memikirkan pilihan

tergantung pada
tersedianya alat
bantu suara
Ingatkan pasien
untuk tidak
bersuara sampai
dokter memberi
izin.

arti komunikasi dan


bicara tersedia
dmungkin
meningkatkan
penyembuhan pita
suara dan
membatasi potensi
disfungsi pita
permanen.
Atur pertemuan
memberikan model
dengan orang lain
peran,
yang mempunyai
meningkatkan
pengalaman
motivasi untuk
prosedur ini
pemecahan masalah
dengan tepat
dan mempelajari
cara baru untuk
berkomunikasi
Kolaborasi
Kemampuan untuk
menggunakan
Konsul dengan
pilihan suara dan
anggota tim
metode bicara
kesehatan yang
(contoh bicara
tepat atau terapis
esofageal) sangat
atau agen
bervariasi,
rehabilitasi (contoh tergantung pada
patologis wicara,
luasnya prosedur
pelayanan sosial,
pembedahan, usia
kelompok
pasien, dan motivasi
laringektomi)
untuk kembali ke
selama rehabilitasi hidup aktif
dasar dirumah
sakit sesuai sumber
komunikasi (bila
ada)
N
O

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

Kerusakan
integritas kulit
atau jaringan
berhubungan
dengan bedah
pengangkatan,
radiasi atau agen

TUJUAN DAN
KERITERIA
HASIL
Tujuan :
Menunjukkan
waktu
penyembuhan
yang tepat tanpa
komplikasi.
Kriteria

INTERVENSI
Mandiri
Kaji warna kulit,
suhu dan
pengisian kapiler
pada area operasi
dan tandur kulit
Pertahankan

RASIONAL
kulit harus
berwarna merah
muda atau mirip
dengan warna
kulit sekitarnya
meminimalkan

kepala tempat
tidur 30-45
derajat. Awasi
edema wajah

kemoterapi,
gangguan sirkulasi
atau suplai
darah,pembentuka
n udema dan
pengumpulan atau
drainase sekret
terus-menerus

hasil : integritas
jaringan dan kulit
sembuh tanpa
komplikasi.

Lindungi
lembaran kulit
dan jahitan dari
tegangan atau
tekanan. Berkan
bantal atau
gulungan dan
anjurkan pasien
untuk menyokong
kepala atau leher
selama aktivitas
Awasi drainase
berdarah dari sisi
operasi, jahitan
dan drein.
Catat atau
laporkan adanya
drainase seperti
susu
Ganti balutan
sesuai indikasi
bila digunakan
Bersihkan insisi
dengan cairan
garam faal steril
dan peroksida
(campuran 1 : 1)
setelah balutan
diangkat
Bersihkan sekitar
stoma dan selang
bila dipasang
serta hindari
sabun dan alkohol
Berikan antibiotik
oral, topikal dan
IV sesuai indikasi

kongesti jaringan
paskaoperasi dan
edema sehubungan
dengan eksisi
saluran limfe
tekanan dari
selang dan plester
trakeostomi atau
tegangan pada
jahitan dapat
menggangu
sirkulasi atau
menyebabkan
cedera jaringan
drainase berdarah
biasanya tetap
sedikit setelah 24
jam pertama
drainase seperti
susu menunjukkan
kebocoran duktus
limfe torakal
balutan basah
meningkatkan
resiko kerusakan
jaringan atau
infeksi
mencegah
pembetukan kerak
, yang dapat
menjebak drainase
purulen, merusak
tepi kulit, dan
meningkatkan
ukuran luka
mempertahankan
area bersih
meningkatkan
penyembuhan dan
kenyamanan
mencegah atau
mengontrol infeksi

N
O

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
KRITERIA
HASIL
Tujuan :
menunjukkan
membran mukosa
oral baik atau
integritas
membran mukosa
baik.
Kriteria Hasil :
mulut lembab atau
tidak kering,
mulut terasa segar,
lidah normal,
bersih dan tidak
pecah, tidak ada
tanda inflamasi
pada bibir

N
O

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

Nyeri akut
berhubungan

TUJUAN DAN
KRITERIA
HASIL
Tujuan :
Nyeri klien akan

INTERVENSI

IMPLEMENTASI

Mandiri

kerusakan pada
kelenjar saliva
dapat
menurunkan
produksi saliva,
mengakibatkan
mulut kering
pembedahan
meliputi reseksi
parsial dari lidah,
platum lunak, dan
faring
saliva
mengandung
enzim pencernaan
yang mungkin
bersifat erosif
pada jaringan
yang terpajan

Inspeksi rongga
oral dan
perhatikan
perubahan pada
saliva
Perhatikan
perubahan pada
lidah, bibir, geligi
dan gusi serta
membran mukosa
Hisapan rongga
oral secara
perlahan atau
sering. Biarkan
pasien melakukan
pengisapan sendiri
bila mungkin atau
menggunakan
kasa untuk
mengalirkan
sekresi
Tunjukkan pasien
bagaimana
menyikat bagian
dalam mulut,
platum, lidah dan
geligi dengan
sering
Berikan pelumas
pada bibir;
berikan irigasi
oral sesuai
indikasi

menurunkan
bakteri dan resiko
infeksi,
meningkatkan
penyembuhan
jaringan dan
kenyamanan
mengatasi efek
kekeringan dari
tindakan
terapeutik;
menghilangkan
sifat erosif dari
sekresi

INTERVENSI

RASIONAL

Sokong kepala dan


leher dengan

kelemahan otot
diakibatkan oleh

dengan insisi
bedah,
pembengkakan
jaringan,adanya
selang nasogastrik
atau orogastrik

berkurang atau
hilang.
Kriteria hasil :
klien mengatakan
nyeri hilang, tidak
gelisah, rileks dan
ekpresi wajah
ceria

bantal.Tunjukkan
pada
pasienbagaimana
menyokong leher
selama aktivitas
Dorong pasien
untuk
mengeluarkan
saliva atau
penghisap mulut
dengan hati-hati
bila tidak mampu
menelan
Selidiki perubahan
karakteristik
nyeri, periksa
mulut, jahitan
tenggorok untuk
trauma baru
Catat indikator
non verbal dan
respon automatik
terhadap nyeri.
Evaluasi efek
analgesik
Anjurkan
penggunaan
perilaku
manajemen stres,
contoh teknik
relaksasi,
bimbingan
imajinasi
Kolaborasi

NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
KRITERIA
HASIL

reseksi otot dan


saraf pada
struktur leher dan
atau bahu
menelan
menyebabkan
aktivitas otot yang
dapat
menimbulkan
nyeri karena
edema atau
regangan jahitan
dapat
menunjukkan
terjadinya
komplikasi yang
memerlukan
evaluasi lanjut
atau intervensi
alat menentukan
adanya nyeri dan
keefektifan obat

meningkatkan rasa
sehat, dapat
menurunkan
kebutuhan
analgesik dan
meningkatkan
penyembuhan

dengan pemberian
analgesik, contoh
codein, ASA, dan
Darvon sesuai
indikasi

derajat nyeri
sehubungan
dengan luas dan
dampak psikologi
pembedahan
sesuai dengan
kondisi tubuh

INTERVENSI

IMPLEMENTASI

Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan gangguan
jenis masukan
makanan
sementara atau
permanen,
gangguan
mekanisme umpan
balik keinginan
makan, rasa, dan
bau karena
perubahan
pembedahan atau
struktur, radiasi
atau kemoterapi

N
O

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

Gangguan citra
diri berhubungan

Tujuan :
Klien akan
mempertahankan
kebutuhan nutrisi
yang adekuat.
Kriteria hasil :
Membuat pilihan
diit untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
dalam situasi
individu,
menunjukkan
peningkatan BB
dan penyembuhan
jaringan atau
insisi sesuai
waktunya.

TUJUAN DAN
KRITERIA
HASIL
Tujuan :
Mengidentifikasi

Auskultasi bunyi
usus

Pertahankan
selang makan,
contoh periksa
letak selang :
dengan
mendorongkan air
hangat sesuai
indikasi
Ajarkan pasien
atau orang
terdekat teknik
makan sendiri,
contoh ujung
spuit, kantong dan
metode corong,
menghancurkan
makanan bila
pasien akan
pulang dengan
selang makanan
Mulai dengan
makanan kecil dan
tingkatkan sesuai
dengan toleransi.
Catat tanda
kepenuhan gaster,
regurgitasi dan
diare
Berikan diet
nutrisi seimbang
atau makanan
selang
sesuai indikasi

makan dimulai
hanya setelah
bunyi usus
membik setelah
operasi
selang dimasukan
pada pembedahan
dan biasanya
dijahit

membantu
meningkatkan
keberhasilan
nutrisi dan
mempertahankan
martabat orang
dewasa

kandungan
makanan dapat
mengakibatkab
ketidaktoleransian
GI, memerlukan
perubahan pada
kecepatan atau
tipe formula.
macam-macam
jenis makanan
dapat dibuat
untuk tambahan
atau batasan
faktor tertentu

INTERVENSI

RASIONAL

Diskusikan arti
kehilangan atau

alat dalam
mengidentifikasi

dengan kehilangan
suara,perubahan
anatomi wajah
dan leher

perasaan dan
metode koping
untuk persepsi
negatif pada diri
sendiri.
Kriteria hasil :
menunjukkan
adaptasi awal
terhadap
perubahan tubuh
sebagai bukti
dengan partisipasi
aktivitas
perawatan diri
dan interaksi
positip dengan
orang lain.
Berkomunikasi
dengan orang
terdekat tentang
perubahan peran
yang telah
terjadi.Mulai
mengembangkan
rencana untuk
perubahan pola
hidup.
Berpartisipasi
dalam tim sebagai
upaya
melaksanakan
rehabilitasi

perubahan dengan
pasien, identifikasi
persepsi situasi
atau harapan yang
akan datang

atau mengartikan
masalah untuk
memfokuskan
perhatian dan
intervensi secara
konstruktif
Catat bahasa
dapat
tubuh non verbal, menunjukkan
perilaku negatif
depresi atau
atau bicara
keputusasaan,
sendiri. Kaji
kebutuhan untuk
pengrusakan diri
pengkajian lanjut
atau perilaku
atau intervensi
bunuh diri
lebih intensif
Catat reaksi emosi, pasien dapat
contoh kehilangan, mengalami depresi
depresi, marah
cepat setelah
pembedahan atau
reaksi syok dan
menyangkal
Susun batasan
penolakan dapat
pada perilaku
mengakibatkan
maladaptif, bantu penurunan harga
pasien untuk
diri dan
mengidentifikasi
mempengaruhi
perilaku positip
penerimaan
yang akan
gambaran diri
membaik
yang baru
Kolaboratif
pendekatan
dengan merujuk
menyeluruh
pasien atau orang diperlukan untuk
terdekat ke
membantu pasien
sumber
menghadapi
pendukung,
rehabilitasi dan
contoh ahli terapi
kesehatan.
psikologis, pekerja Keluarga
sosial, konseling
memerlukan
keluarga
bantuan dalam
pemahaman
proses yang pasien
lalui dan
membantu mereka
dalam emosi
mereka

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan kanker laring disesuaikan
dengan intervensi yang telah direncanakan
5. Evaluasi Keperawatan
Cemas berkurang atau hilang.
Klien akan bersedia dioperasi.
Bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis,frekwensi napas normal.
Komunikasi klien akan efektif .
Integritas jaringan dan kulit sembuh tanpa komplikasi
Menunjukkan membran mukosa oral baik atau integritas membran mukosa baik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah
mati. Tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh
dimana ia tumbuh. Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring)
atau daerah lainnya di tenggorokan.
Penyebab utama dari kanker laring tidak diketahui. Kanker laring mewakili 1% dari
semua kanker dan terjadi lebih sering pada pria, faktor-faktor penyebabnya adalah
Tembakau, Alkohol dan efek kombinasinya, Ketegangan vocal, Laringitis kronis,
Pemajanan industrial terhadap karsinogen, Defisiensi nutrisi (riboflavin) dan, Predisposisi
keluarga
B. Saran
Seharusya ada pengobatan khusus untuk para penderita kanker baik yang ringan
maupun yang berat. Disediakan alat yang canggih untuk mendiagnosis penyakit kanker,
dan diadakan penyuluhan ke daerah-daerah tentang penyakit kanker.

DAFTAR PUSTAKA
a. Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi delapan.
Jakarta : EGC
b. Doengoes,M.E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ketiga. Jakarta : EGC
c. Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit THT.
FKUI : Jakarta\
d. http://gudangaskep.wordpress.com
e. http://perawatpsikitri.blogspot.com
f. http://pterchie.wordpress.com

You might also like