Professional Documents
Culture Documents
6.1
Pengantar
Protein adalah polimer dari asam amino. Ada 20 jenis asam amino
terdapat secara alami dalam protein. Protein dibedakan berdasarkan
jenis, jumlah dan susunan dari asam-asam amino yang diikatnya,
sehingga berbeda dalam struktur molekul, nilai nutrisi dan sifat
fiskokimianya.
Protein tersusun atas unsure-unsur C, H, O, N, S dan dalam keadaan
kompleks ada unsur P.
Seorang ahli analisis makanan penting untuk mengetahui kandungan
protein total, jenis molekul penyusunnya dan sifat-sifat fungsional
dalam makanan.
Penentuan jumlah protein total umumnya dilakukan berdasarkan
penentuan secara empiris (tidak langsung) dari kandungan N yang ada
dalam bahan. Penentuan secara langsung (absolute) misalnya dengan
pemisahan, pemurnian, dan penimbahan protein. Cara ini lebih tepat
dan baik, akan tetapi sukar dan lama, memerlukan keterampilan tinggi
dan mahal (contohnya nilai gizi protein tertentu, susunan asam amino,
dan aktivitas ensimatis).
atau
1. Tahap Digesti
2. Tahap Destilasi
3. Tahap Titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam
klorida maka sisa HCl yang tidak bereaksi
dengan ammonia dititrasi dengan NaOH
standar (0.1 N). Akhir titrasi ditandai dengan
tepat perubahan warna menjadi merah muda
dari PP dan tidak hilang selama 30 detik.
Selisih jumlah titrasi blanko dan sampel
merupakan jumlah ekivalen nitrogen.
Mol HCl = mol NH3 = mol N dalam sampel
Contoh Soal:
A = abc
Dimana:
A= absorbans
a= absorptivitas
b= tebal kuvet
c= konsentrasi
UV-Visible Spectrofotometer
Keuntungan:
Sensitivitas dapat dibandingkan dengan metoda Lowry, sensitivitas
micro metoda BCA (0.5-10 g) sedikit lebih baik dari metoda Lowry.
Proses pencampuran dengan sekali campur lebih mudah dibanding
metoda Lowry.
Reagen BCA lebih stabil dari reagen Lowry
Detergen non ionic dan bufer garam tidak menginterferensi dalam
reaksinya.
Konsentrasi medium dari reagen denaturasi (Guanidine-HCl 4 M atau
urea 3 M) tidak menginterferensi.
Kekurangan:
Warna tidak stabil dengan waktu. Analis harus teliti dan cermat
mengontrol waktu untuk pembacaan absorbans.
Gula reduksi dapat menginterferensi lebih besar dibanding metoda
Lowry. Juga konsentrasi yang tinggi dari garam ammonium sulfat
dapat menginterferensi.
Variasi warna dari beberapa protein adalah sama dengan metoda
Lowry.
Respon dari absorbans terhadap konsentrasi tidak liniear.
6.2.3.6. Metoda Absorpsi Ultraviolet (UV) 280 nm
UV-visible
Konsentrasi protein dapat ditentukan menggunakan absorbannya pada
radiasi ultraviolet-visible (lihat metoda di atas untuk UV-visible).
Infra Merah (Infrared)
Infrared: Teknik IR dapat digunakan untuk penentuan konsentrasi protein
dalam makanan. Protein mengabsorbsi IR dikarenakan sifat vibrasi
molekulnya (stretching dan bending) untuk gugus fungsi tertentu
bersama rantai polipeptidanya. Pengukuran absorbans dari radiasi pada
panjang gelombang tertentu dapat digunakan untuk menentukan kadar
protein.
Keuntungan: teknik ini berguna untuk penentuan protein secara online
dan cepat. Sedikit preparasi sampel dan nondestruktif.
Kekurangan: harga tinggi (mahal) dan diperlukan kalibrasi yang lebih
banyak.
Resonansi Magnetik Inti (NMR : Nuclear Magnetic Resonance)
Spektroskopi magnetic inti (NMR) dapat digunakan untuk penentuan
protein dengan pengukuran luas area dari spektra geser kimia NMR yang
berhubungan dengan fraksi protein dalam bahan.
Salting Out
Pengendapan Isoelektrik
Titik isoelektrik (pI) protein adalah pH dimana jumlah muatan dari protein
adalah nol. Protein cenderung membentuk agregat dan mengendap pada
pI sebab tidak ada gaya tolak menolak (elektrostatik) terpisah satu sama
lain. Setiap protein mempunyai pI berbeda, disebabkan susunan asam
amino yang berbeda (sperti jumlah gugus anion dan kation). Untuk itu
protein dapat dipisahkan dengan mengatur pH larutan.
Fraksinasi Pelarut
Ultra Filtrasi
Dialisis
Kromatografi Size-Eklusi
Filtrasi dan
Purifikasi Protein
The End