You are on page 1of 47

1

EVALUASI PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH


DI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KABUPATEN
JEPARA SESUAI PERATURAN BUPATI NOMOR 48 TAHUN 2013

PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S1)
Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Disusun oleh:
NAMA

: ATIK FIBRIYANI

NIM

: 131120000713

PROGDI

: AKUNTANSI

FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA


(UNISNU) JEPARA
2014
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL
EVALUASI PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
DI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KABUPATEN
JEPARA SESUAI PERATURAN BUPATI NOMOR 48 TAHUN 2013

Proposal ini telah disetujui untuk melanjutkan penulisan skripsi pada Program S1
Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara.

NAMA

: ATIK FIBRIYANI

NIM

: 131120000713

PROGDI

: AKUNTANSI

FAKULTAS

: EKONOMI DAN BISNIS

Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing I

H. Ichwan Marisan, S.E., M.Si.


Tanggal :

Dosen Pembimbing II

Fatchur Rohman, S.E., M.Pd.


Tanggal :

PROPOSAL
EVALUASI PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
DI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KABUPATEN
JEPARA SESUAI PERATURAN BUPATI NOMOR 48 TAHUN 2013

A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Sistem keuangan tidak bisa lepas dari proses perkembangan dari
sebuah perusahaan maupun instansi pemerintahan, pengelolaan sistem
keuangan yang baik akan berpengaruh pada perkembangan sebuah instansi
yang terkait, maka dari itu sistem keuangan yang baik sangatlah
dibutuhkan

untuk

sebuah

lembaga

perusahaan

maupun

Instansi

Pemerintahan. Pengelolaan informasi akuntansi yang baik diharapkan


perusahaan mampu mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien.
Oleh karena itu, dibutuhkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
yang dapat dijadikan dasar bagi manajemen dalam membuat kebijakan
perusahaan. Dalam sebuah SIA yang baik harus memasukkan Sistem
Pengendalian Intern (SPI) untuk menjaga dan menilai efektivitas dari SIA
itu sendiri.
Dengan SIA yang baik dan ditunjang dengan SPI yang handal
diharapkan akan memudahkan dalam melihat laporan keuangan yang
disajikan dan menilai kinerja dari instansi. Sistem Pelaporan Keuangan

pada

Pemerintah

Gaji/Honor/Tunjangan

Kabupaten
Pegawai,

Jepara

meliputi

Penyelenggaraan

Pembayaran

operasional

dan

pemeliharaan perkantoran, Pelayanan publik atau birokrasi, Bansos,


Pembinaan/Koordinasi/ Evaluasi dan Pelaporan, Pembangunan, Perawatan
Gedung dan fasilitas Umum, Pengadaan Barang Aset daerah dan lain
sebagainya yang bersumber dari APBD Kabupaten Jepara.
Pengelolaan keuangan daerah dijabarkan dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 59 Tahun 2007 yang mengatur tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Untuk penatausahaan keuangan daerah diatur oleh
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008. Penatausahaan
dan akuntansi keuangan daerah di Indonesia telah banyak mengalami
perubahan seiring dengan semangat reformasi manajemen keuangan
pemerintah untuk mencapai keberhasilan otonomi daerah. Hal ini ditandai
dengan dikeluarkannya paket peraturan perundangan di bidang keuangan
negara beserta peraturan-peraturan turunannya yang juga telah banyak
mengalami revisi dan penyempurnaan.
Badan Pemberdayaan Masyarakat

dan Desa (Bapermades)

Kabupaten Jepara merupakan Instansi Pemerintah yang diberi kewenangan


untuk memberdayakan Masyarakat Pedesaan di Kabupaten Jepara. Karena
satu-satunya instansi yang diberi kewenangan dalam pemberdayaan
masyarakat agar menjadi desa yang maju dan berkembang, maka berbagai
konsep dan strategi dalam pengambilan kebijakan untuk menyalurkan

pemberian bantuan sosial kepada masyarakat. Mengingat pos anggaran di


Bapermades Kabupaten Jepara sangat besar, untuk kegiatan operasional
kantor dan penyaluran bantuan hibah, maka perlu pelaporan keuangan
yang akuntabel. Adapun Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten
Jepara telah diatur dalam Peraturan Bupati Kabupaten Jepara Nomor 48
Tahun 2013.
Dari Uraian Tersebut Diatas, Maka Penulis Tertarik Mengangkat
Judul: Evaluasi Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Di Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Jepara Sesuai Peraturan
Bupati Nomor 48 Tahun 2013.
2. RUANG LINGKUP MASALAH
Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini digunakan agar
pembahasan lebih terarah dan tidak terlalu melebar sehingga lebih mudah
dalam menentukan isi dari permasalahan tersebut. Adapun permasalahan
dalam penelitian ini dititik beratkan pada Evaluasi Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah di Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa Kabupaten Jepara Sesuai Peraturan Bupati Nomor 48 Tahun 2013.
3. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah dan ruang lingkup masalah yang telah
dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana

Penerapan

Sistem

Akuntansi

Keuangan

Daerah

di

Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Jepara Sesuai Peraturan Bupati


Nomor 48 Tahun 2013 ?
4. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis pada permasalahan
yang dirumuskan adalah: Untuk Mengetahui Apakah Penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah di Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten
Jepara Sesuai Peraturan Bupati Nomor 48 Tahun 2013.

5. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan
penulis mengenai Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah di
Bapermades Kabupaten Jepara sesuai Peraturan Bupati Nomor 48
Tahun 2013.
2. Bagi Bapermades Kab. Jepara.
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan
evaluasi terhadap kinerja pegawai di Bapermades terkait Penerapan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah sesuai Perbup nomor 48 Tahun
2013.
b. Sebagai informasi perbendaharaan Studi Ilmiah Mahasiswa
khususnya yang berkaitan dengan Penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah sesuai Perbup nomor 48 Tahun 2013.

3. Penelitian ini dapat berguna sebagai referensi penelitian-penelitian


selanjutnya.

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
Sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu
dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai
tujuan tertentu. (Mulyadi, 2008:2). Menurut Krismiaji (2005:16)
mengemukakan pengertian sistem informasi adalah cara-cara yang
diorganisasi untuk menyimpan, memasukan, mengolah, dan menyimpan
data, serta melaporkan informasi sedemikian rupa sehingga sebuah
oganisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Informasi adalah
pengelolaan data yang

mampu memberikan nilai tambah

pada

pengambilan keputusan, yang berasal dari pengelolaan data dalam sistem


akuntansi. Informasi berguna untuk mengurangi ketidak pastian,
memperbaiki keputusan dan kemampuan yang lebih baik dalam
merencanakan dan menjadwalkan kegiatan.
Sebuah sistem informasi pada hakekatnya merupakan suatu sistem
yang memiliki komponen-komponen atau subsistem-subsistem untuk
menghasilkan informasi. Bagian ini akan memberikan pengertianpengertian mendasar yang menuju pada pemahaman sistem informasi
secara utuh. Pada dasarnya sistem informasi merupakan suatu sistem yang
dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen-komponen dalam
organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan informasi.

Sistem informasi dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan


pengolahan transaksi, mendukung operasi, bersifat manajerial, dan
kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu
dengan laporan-laporan yang diperlukan.
Pengertian sistem informasi akuntansi terdiri dari berbagai definisi
yang dikemukakan oleh para ahli. Walaupun demikian pada prinsipnya
definisi-definisi tersebut mempunyai kesamaan makna. Menurut Krismiaji
(2005:4) sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang
memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang
bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan dan mengoperasikan
bisnis. Menurut Barry E. Cushing yang diterjemahkan oleh La Midjan
(2000:30) Sistem informasi akuntansi merupakan seperangkat sumber
daya manusia dan modal dalam organisasi, yang berkewajiban untuk
menyajikan laporan keuangan dan juga informasi yang diperoleh dari
pengumpulan dan pemrosesan data keuangan.
Menurut Azhar Susanto (2008:72) menyatakan bahwa: Sistem
informasi akuntansi dapat didefinisikan sebagai kumpulan (integrasi) dari
subsistem/komponen baik fisik maupun non fisik yang saling berhubungan
dan bekerja sama satu sama lain secara harmonis untuk mengolah data
transaksi yang berkaitan dangan masalah keuangan menjadi informasi
keuangan.
Sistem

informasi

akuntansi

yang

dihasilkan

berasal

dari

pengolahan atas data yang terstruktur, yaitu data yang memenuhi fungsi

keabsahan yang telah melalui prosedur pembuatan dan pengumpulan data


yang benar, dan keabsahan materil dalam arti data tersebut telah mewakili
suatu transaksi keuangan yang terjadi dan benar pula.
Pengertian dari sistem akuntansi itu sendiri menurut Mulyadi,
(2008:3) adalah organisasi, formulir, catatan, dan laporan yang
dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan
yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan
perusahaan. Sistem informasi akuntansi merupakan struktur yang menyatu
dalam suatu entitas, yang menggunakan sumber daya fisik dan komponen
lain, untuk merubah data transaksi keuangan/akuntansi menjadi informasi
akuntansi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dari
para pengguna atau pemakainya.
Sistem informasi akuntansi adalah suatu komponen organisasi yang
mengumpulkan,

menggolongkan,

mengolah,

menganalisa,

dan

mengkomunikasikan informasi keuangan yang relevan untuk pengambilan


keputusan kepada pihak-pihak luar (seperti inspeksi pajak, investor, dan
kreditur) dan pihak-pihak dalam (terutama manajemen) (Zaki Baridwan,
2008:6).
Sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya yang
mencakup siklus-siklus pemrosesan transaksi, penggunaan teknologi
informasi, dan pengembangan sistem informasi yang dirancang untuk
mentransformasikan

data

menjadi

informasi

yang

kemudian

dikomunikasikan ke beragam pemakai. (George H. Bodnar dan William.


S. Hopwood, 2004:1).
2. FUNGSI PENTING YANG DIBENTUK SIA PADA SEBUAH ORGANISASI
Fungsi utama Sistem Informasi Akuntansi adalah mendorong seoptimal
mungkin agar dapat menghasilkan berbagai informasi akuntansi yang terstruktur
dan berkualitas, yaitu tepat waktu, relevan, dan dapat dipercaya yang secara
keseluruhan informasi akuntansi tersebut mengandung arti berguna.
Menurut Wikipedia, menyebutkan bahwa Fungsi penting yang dibentuk
Sistem

Informasi

Akuntansi

pada

sebuah

organisasi

antara

lain

(https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_akuntansi) :
a. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas dan transaksi.
b. Memproses data menjadi informasi yang dapat digunakan dalam proses
pengambilan keputusan.
c. Melakukan kontrol secara tepat terhadap aset organisasi.
Subsistem SIA memproses berbagai transaksi keuangan dan transaksi
nonkeuangan yang secara langsung mempengaruhi pemrosesan transaksi
keuangan. SIA terdiri dari 3 subsistem James A. Hall (2001:10):
1. Sistem pemrosesan transaksi
Sistem ini mendukung proses operasi bisnis harian yang
dilaksanakan organisasi.
2. Sistem buku besar/ pelaporan keuangan

Sistem buku besar menghasilkan laporan keuangan, seperti


laporan laba/rugi, neraca, arus kas, pengembalian pajak.
3. Sistem pelaporan manajemen
Sistem Pelaporan manajemen menyediakan pihak manajemen
internal berbagai laporan keuangan bertujuan khusus serta informasi
yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, seperti anggaran,
laporan kinerja, serta laporan pertanggung jawaban.
3. MANFAAT SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
Sebuah Sistem Informasi Akuntansi menambah nilai dengan cara
(https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_akuntansi) :
a. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu sehingga dapat
melakukan aktivitas utama pada value chain secara efektif dan efisien.
b. Meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya produk dan jasa yang
dihasilkan
c. Meningkatkan efisiensi
d. Meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan
e. Meningkatkan sharing knowledge
f. Menambah efisiensi kerja pada bagian keuangan

4. TUJUAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

10

Tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi.


informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para
pemakainya. untuk menjadi sistem informasi, maka hasil dari sistem itu
harus berupa informasi yang berguna yaitu harus memenuhi ketiga kriteria
relevan, tepat waktu dan akurat. Satu saja kriteria ini tidak dipenuhi maka
hasil dari sistem tersebut adalah sampah.
Menurut Slamet Sugiri ada tiga tipe fungsi Akuntansi, yaitu :
a. Pencatatan (record keeping)
Pencatatan ini berkaitan dengan proses memilih, mengukur, dan
mengumpulkan data transaksi-transaksi usaha.
b. Evaluasi Prestasi (performance evaluation)
Evaluasi prestasi mengarahkan perhatian pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap gambaran organisasi, berdasarkan laporanlaporan yang mengklasifikasi dan meringkas hasil usaha perusahaan
baik secara keseluruhan maupun hanya satu segmen (bagian) dari
organisasi dari pada periode tertentu.
c. Pengambilan keputusan (decision making)
Pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang harus memilih
antara tindakan-tindakan alternative yang berhubungan dengan masa
depan organisasi. (Slamet Sugiri, 1999 :7).
Subsistem SIA memproses berbagai transaksi keuangan dan transaksi non
keuangan yang secara langsung mempengaruhi proses transaksi keuangan. SIA
terdiri dari 3 subsistem yaitu:

11

a. Sistem pemrosesan transaksi


Sistem ini mendukung proses operasi bisnis harian yang
dilaksanakan organisasi.
b. Sistem buku besar/ pelaporan keuangan
Sistem buku besar menghasilkan laporan keuangan, seperti
laporan laba/rugi, neraca, arus kas, pengembalian pajak.
c. Sistem pelaporan manajemen
Sistem Pelaporan manajemen menyediakan pihak manajemen
internal berbagai laporan keuangan bertujuan khusus serta informasi
yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, seperti anggaran,
laporan kinerja, serta laporan pertanggung jawaban.
Dari definisi sistem akuntansi ada unsur suatu sistem akuntansi
yang pokok yaitu formulir, catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar dan
buku pembantu, serta laporan. Mulyadi (2001:3) menguraikan pengertian
dari masing-masing unsur sistem akuntansi adalah sebagai berikut :
a) Formulir.
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk mencatat
terjadinya transaksi dan biasa disebut dengan dokumen, karena dengan
formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi dicatat atau
didokumentasikan.
b) Jurnal.
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan
untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan

12

data lainnya.
c) Buku Besar.
Buku besar (general ledger) terdiri dari rekening-rekening yang
digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat
sebelumnya dalam jurnal, rekening-rekening dalam buku besar ini
disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan
dalam laporan keuangan.
d) Buku Pembantu.
Apabila data keuangan yang digolongkan dalam buku besar
diperlukan rinciannya lebih lanjut, dapat dibentuk buku pembantu
(subsidiary ledger). Buku ini terdiri dari rekening-rekening pembantu
yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu
dalam buku besar.
5. SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Dalam pengelolaan keuangan Negara dan Daerah yang besar,
pemerintah memerlukan suatu sistem akuntansi untuk pengelolaan dana,
transaksi ekonomi, yang semakin besar dan beragam sistem akuntansi
daerah secara jelas didefinisikan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun
2006 pasal 232 dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 juga dijelaskan
Bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah didefinisikan sebagai
serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara

13

manual

atau

menggunakan

aplikasi

komputer. Sistem

akuntansi

pemerintah daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah


(PPKD).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 pasal 1,
yang dimaksud Akuntansi adalah: proses pencatatan, pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,
penginterpretasikan atas hasilnya, serta penyajian laporan. Sedangkan
pemerintahan adalah pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Jadi yang
dimaksud akuntansi pemerintah adalah proses pencatatan, pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,
penginterpretasikan

atas

hasilnya,

serta

penyajian

laporan

pada

pengelolaan laporan pada pengelolaan keuangan di instansi pemerintah


pusat atau pemerintah daerah.
Sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan,
penafsiran, peringkasan transaksi atau kejadian keuangan serta keuangan
pelaporan anggarannya dalam rangka pelaksanaan APBD, dilaksanakan
sesuai

dengan

prinsip-prinsip

akuntansi

yang

diterima

umum

(Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 pasal 70). Sistem akuntansi


merupakan suatu sistem atau suatu kesatuan yang terdiri dari atas sub-sub
system atau kesatuan yang lebih kecil, yang berhubungan satu sama lain.
Suatu sistem yang mengolah input (masukan) menjadi output (keluaran).
Input dalam sistem akuntansi merupakan bukti-bukti transaksi dalam
dokumen atau formulir, sedangkan outputnya adalah laporan keuangan.

14

Halim, Dkk. (2010: 235) Menjelaskan sistem akutansi pemerintah


daerah secara garis besar terdiri atas empat prosedur akuntansi yaitu
akuntansi penerimaan kas, akuntansi pengeluaran kas, akuntansi selain
kas, dan akuntansi aset.
Informasi keuangan daerah adalah segala dokumen yang berkaitan
dengan keuangan daerah yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan.
Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) (PP Nomor 11 Tahun 2001
pasal 1). Setiap daerah otonom wajib menyampaikan informasi yang
berkaitan dengan keuangan daerah kepada pemerintah pusat, termasuk
pinjaman daerah. Jenis informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah
terdiri atas (PP Nomor 11 Tahun 2001 pasal 3):
1. APBD Propinsi, APBD Kabupaten, dan APBD Kota.
2. Pembiayaan dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas
3.
4.
5.
6.
7.
8.

pembantuan.
Neraca Daerah.
Dana Cadangan Daerah.
Pinjaman dan Hibah Daerah.
Piutang Daerah.
Laporan keuangan BUMD.
Dana yang berkaitan dengan kebutuhan dan potensi ekonomi daerah
Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang

mengalami perubahan mendasar dengan ditetapkannya UU No.32 Tahun


2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Kedua undang-undang tersebut telah memberikan kewenangan lebih luas
kepada pemerintah daerah. Kewenangan dimaksud diantaranya adalah

15

keleluasaan dalam mobilisasi sumber dana, menentukan arah, tujuan dan


target penggunaan anggaran.
Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem
pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pengelolaan keuangan daerah
memuat berbagai kebijakan terkait dengan perencanaan dan penganggaran,
pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban harus
dilakukan secara efektif dan efisien, melalui tata kelola pemerintahan yang
baik dengan tiga pilar utama yaitu: (Peraturan Daerah Kabupaten Jepara
Nomor 11 Tahun 2013) sebagai berikut:
1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Partisipatif
Beberapa aspek yang diatur dalam Peraturan Daerah ini
memberikan peran dan tangung jawab yang lebih besar kepada pejabat
pelaksana anggaran, sistem pengawasan pengeluaran dan sistem
pembayaran, manajemen kas dan perencanaan keuangan, pengelolaan
piutang dan utang, pengelolaan investasi, pengelolaan barang milik
daerah, larangan penyitaan uang dan barang milik daerah dan/atau yang
dikuasai daerah, penatausahaan dan pertanggungjawaban APBD, serta
akuntansi pelaporan.
Menurut Peraturan Bupati No 48 Tahun 2013, disebutkan bahwa
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah merupakan sistem yang digunakan

16

untuk menghasilkan Laporan keuangan pemerintah Daerah yang terdiri


dari :
a.

SA-PPKD, yaitu: Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan

Daerah.
b.
SA-SKPD, yaitu: Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat
Daerah.
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang ditetapkan dengan
Peraturan Bupati, dimaksudkan untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan Negara.
Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 11
Tahun 2013, fungsi yang terkait dengan Pengelolaan Keuangan Daerah
adalah sebagai berikut:
(1) Bupati sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan
Daerah yang dipisahkan.
(2) Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan :
a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang Daerah;
c. Menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang;
d. Menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara
pengeluaran;
e. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan
penerimaan Daerah;
f. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan utang dan piutang
Daerah;
g. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang
milik Daerah; dan

17

h. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas


tagihan dan memerintahkan pembayaran.
(3) Pelimpahan Kekuasaan dan wewenang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(4) Bupati dapat melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya
kepada :
Sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan Daerah
b. Kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah (SKPKD) selaku
PPKD
c. Kepala SKPD sebagai pengguna anggaran/barang.
(5) Kekuasaan pengelolaan keuangan Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh :
a. Kepala satuan kerja pengelola keuangan Daerah selaku PPKD;
b. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/barang Daerah.
(6) Dalam pelaksanaan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Sekretaris Daerah bertindak selaku koordinator pengelolaan keuangan
Daerah.
Pada Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 11 Tahun 2013
Pasal 8 ayat (1) PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan
SKPKD selaku kuasa BUD. Penunjukan kuasa BUD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Kuasa BUD
mempunyai tugas :
a.
b.
c.
d.
e.

Menyiapkan anggaran kas


Menyiapkan Surat Penyediaan Dana (SPD)
Menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
Menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan Daerah
Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD pada Bank

dan /atau Lembaga Keuangan Lain yang ditunjuk.


f. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan
APBD;
g. Menyimpan uang Daerah;

18

h. Melaksanakan penempatan uang Daerah


i. Mengelola/menatausahakan investasi Daerah
j.
Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan Pejabat pengguna
Anggaran atas beban Rekening Kas Umum Daerah.
Sistem akuntansi keuangan daerah merupakan aktivitas jasa untuk
menyediakan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan
pada sektor publik, pengambilan keputusan terkait dengan keputusan baik
pada sector ekonomi, social dan politik, (Mahsun dkk, 2006: 185).
Berdasarkan Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa Sistem Akuntansi Pemerintah
Daerah sekurang-kurangnya meliputi sebagai berikut:
1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas
Menurut Halim, Dkk (2012: 235) akuntansi penerimaan kas
adalah serangkaian proses baik manual maupun terkomputerisasi, mulai
dari pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi atau kejadian
keuangan,

hingga

pelaporan

keuangan

dalam

rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan


penerimaan kas pada SKPD dan/Atau SKPKD. Menurut Permendagri
No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 241 menyebutkan bahwa: prosedur akuntansi penerimaan kas
pada SKPKD adalah serangkaian proses mulai dari pencatatan,
pengikhitisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan
dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan

19

APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi


komputer.

2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas


Prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagaimana dijelaskan
oleh Halim, dkk (2012: 237) adalah serangkaian proses, baik manual
maupun terkomputerisasi, mulai dari pencatatan, penggolongan dan
peringkasan transasksi dan/ atau kejadian keuangan, hingga pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang
berkaitan dengan pengeluaran kas pada SKPD dan/atau SKPKD
3. Prosedur Akuntansi Aset Tetap/Barang Milik Daerah
Menurut Halim.,dkk (2012: 241) prosedur akuntansi asset
adalah serangkaian proses baik manual maupun komputerisasi, mulai
dari pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, hingga
pemeliharaan, rehabilitas, penghapusan, pemindahtanganan, perubahan
klasifikasi, dan penyusutan terhadap asset yang dikuasai/digunakan
skpd dan/atau SKPKD. Prosedur akuntansi asset digunakan sebagai alat
pengendali dalam pengelolan asset yang dikuasai/digunakan SKPD
dan/atau SKPKD.
4. Prosedur Akuntansi Selain Kas
Prosedur akuntansi selain kas adalah meliputi serangkaian
proses, manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pencatatan,

20

penggolongan, dan peringkasan, transaksi atau kejadian keuangan,


hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan transaksi dan/atau kejadian
keuangan selain kas pada SKPD dan/atau SKPKD, (Halim .dkk, 2012:
238). Sedangkan berdasarkan Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 259 mengatakan bahwa
prosedur akuntansi selain kas adalah serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhitisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang
berkaitan dengan semua transaksi atau kejadian selain kas yang dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.
5. Penyajian Laporan Keuangan
Penyajian laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban atas
upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah, serta hasil yang
telah dicapai dalam pelaksanaan kegiatan pada suatu periode.
Berdasarkan Standar Akuntansi Publik (SAP tahun 2005),

laporan

tersebut harus memenuhi standar sebagai berikut: Akuntabilitas,


Manajemen, Transparasi dan keseimbangan antar generasi.
1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan

kebijaksanaan

yang

dipercayakan

kepada

entitas

pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara


periodik.
2. Manajemen

21

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan


kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga
memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas
seluruh asset, kewajiban dan ekuitas dana pemerintahan untuk
kepentingan masyarakat.
3. Transparansi.
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur
kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat
memiliki hak untuk mengetahui serta terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah atas pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya, dan ketaatannya pada peraturan perundangundangan.
4. Keseimbangan Antar generasi
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan
penerimaan pemerintah dalam periode pelaporan untuk membiayai
seluruh pengeluaran yang dialokasikan, apakah generasi yang akan
datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran
tersebut.
Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran
kondisi keuangan dari lembaga. Secara garis besar, tujuan umum
penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah Untuk
memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan
ekonomi, sosial dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban dan

22

pengelolaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan


operasi normal lembaga organisasi yang akan memberikan informasi
keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam lembaga organisasi
itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan. Berikut
merupakan beberapa definisi dari laporan keuangan menurut beberapa
ahli, antara lain:
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 7): Laporan
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara
misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan
lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.
1) Persiapan Penyusunan Laporan Keuangan
Berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 10 Tahun 2006
Tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah, bahwa hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan laporan keuangan antara
lain:
-

Penyusunan Laporan Keuangan SKPD menjadi tanggung jawab


Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran dan melibatkan seluruh
pejabat pengelola keuangan dan kegiatan SKPD (Komitmen
Bersama)

23

Tidak ada perbedaan data

Data awal adalah Laporan Keuangan

Data yang disajikan dapat ditelusur dan andal

Kepatuhan pada peraturan perundangan-undangan

Sistem Pengendalian Internal (SPI) diselenggarakan secara


memadai

Adanya pengungkapan secara penuh (Full Disclosure)

2) Laporan Keuangan SKPD


Laporan Keuangan yang ada pada Satuan Kerja Pemerintah
Daerah (SKPD) sesuai Peraturan Bupati Nomor 48 Tahun 2013
meliputi:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) SKPD
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi relisasi
pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/deficit-LRA dan
pembiayaan yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggarannya dalam satu periode.
Untuk memenuhi kewajiban pemerintah yang diatur dalam
peraturan perundangan ( statutory ).
b. Neraca SKPD
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
akuntansi/entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas. Data-data yang diperlukan di SKPD antara lain:

Kas di Bendahara Penerima


Kas di Bendahara Pengeluaran

24

Piutang
Persediaan
Aset Tetap
Aset Lainnya
Dokumen yang diperlukan diantaranya yaitu:

(1) Rincian Persediaan per item barang


(2) KIB A-F
(3) Rekapitulasi Buku Inventaris
Dokumen-dokumen tersebut disiapkan oleh Petugas
Akuntansi, Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran dan
Bendahara Barang. Didukung Berita Acara Rekonsiliasi antara
Petugas Akuntansi dengan Bendahara Penerima, Bendahara
Pengeluaran dan Bendahara Barang.
c. Laporan Operasional (LO)
Laporan keuangan yang menyajikan ikhtisar sumber
daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang
dikelola

oleh

SKPD

untuk

kegiatan

penyelenggaraan

pemerintahan dalam satu periode.


d. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
laporan keuangan yang menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.

25

e. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).


Merupakan penjelasan atas nilai yang disajikan dalam
LRA SKPD dan Neraca SKPD dan memberikan informasi
tambahan yang diperlukan.
Hal-hal yang perlu dijelaskan dalam CaLK antara lain:
(1) Penjelasan tentang Pendapatan-pendapatan yang kurang
dari 90% dan melebihi target
(2) Rincian Piutang Pendapatan Pajak
(3) Pendapatan yang merupakan pembayaran piutang pajak
atau piutang retribusi tahun lalu;
(4) Pendapatan yang harusnya disetor di tahun berjalan tetapi
baru disetor di tahun berikutnya;
3) Laporan Kinerja SKPD (Laporan Optional)
Laporan kinerja SKPD Menjelaskan merupakan laporan
anggaran dan realisasi belanja dan Rencana serta realisasi
hasil/keluaran per program/kegiatan di SKPD selain Gaji Rutin.
Perlu dijelaskan kegiatan yang realisasinya kurang dari 100%,
disebabkan adanya penghematan belanja, kegiatan yang putus
kontrak, kegiatan tidak dilaksanakan 100%, atau sebab yang lain.
4) Buku Laporan Keuangan SKPD/UPTD
Adapun buku laporan keuangan SKPD/UPTD antara lain:
LRA, NERACA, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE), CaLK, Laporan Kinerja per Program Kegiatan,

26

Pernyataan

Tanggung

Jawab

Kepala

SKPD,

Berita

Acara

Rekonsiliasi LRA APBD, Berita Acara Rekonsiliasi Laporan Barang


Daerah, Berita Acara Rerkonsiliasi Pengurus Barang dan Petugas
Akuntansi SKPD, Berita Acara Rekonsiliasi Bendahara Penerima
dan Petugas Akuntansi SKPD.
Adapun

dokumen

dokumen

yang

digunakan

dalam

Penatausahaan Keuangan sebagai berikut (Permendagri No. 59


Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah) :
1) Surat Penyediaan Dana (SPD)
Dokumen yang berisikan surat

penyediaan

dana

yang dibuat oleh BUD (Bendahara Umum Daerah) dalam


rangka manajemen kas daerah. SPD

digunakan

untuk

menyediakan dana bagi tiap-tiap SKPD dalam waktu tertentu.


2) Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
Dokumen yang berisikan surat perintah pembayaran
yang diajukan oleh pengguna anggaran atau kuasa pengguna
anggaran atau pula pejabat yang ditunjuk kepada pejabat
penerbit SPM.
3) Surat Perintah Membayar (SPM)
Dokumen yang dinggunakan atau diterbitkan oleh
pejabat penerbit SPM untuk mencairkan alokasi dana setelah
melalui pengujian SPP.

27

4) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)


Dokumen ini bisa disebut dengan Surat Perintah
Pencairan Dana yang diterbitkan oleh PEMDA pada khususnya
biro keuangan. Dokumen Pengajuan SP2D sebagai berikut :
1. SP2D adalah surat yang dipergunakan untuk mencairkan
dana lewat bank yang ditunjuk setelah SPM diterima oleh
BUD.
2. SP2D adalah spesifik, satu SP2D hanya dibuat untuk satu
SPM.
3. SP2D dapat diterbitkan jika:
a. Pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran
yang tersedia
b. Didukung

dengan

kelengkapan

dokumen

sesuai

peraturan perundangan
4. Waktu pelaksanaan penerbitan SP2D:
a. Diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPM diterima
b. Apabila ditolak, dikembalikan paling lambat 1 hari sejak
diterima SPM.
5) Surat Pertanggung Jawaban (SPJ)
Menurut Indra Bastian pada bukunya yang berjudul
Sistem Akuntansi Sektor Publik mendefinisikan SPJ adalah
sebagai berikut: SPJ merupakan bagian dari sistem akuntansi
pemerintah

daerah

dengan

penjelasan

SPJ

pengeluaran

28

merupakan buku besar pembantu pengeluaran kas yang


dilengkapi dengan bukti-bukti pengeluaran (2007:370).
Standar

operasional

pelayanan

surat

pertanggungjawaban keuangan dimaksudkan sebagai pedoman


dalam pelaksanaan pengelolaan anggaran dan pelayanan bagi
Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penerbit SPM, Atasan
Langsung Bendahara, Bendahara, Pemegang Uang Muka Kerja
(PUMK) dan Juru Bayar serta para pelaksana anggaran pada
satuan unit-unit kerja.
Tinjauan Sistem Akuntansi SPJ dari APBD ini terkait
beberapa fungsi-fungsi yang terkait, antara lain sebagai berikut
(Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah):
a. Kepala SKPD
Fungsi Kepala SKPD adalah perumusan, penetapan,
pengaturan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan teknis
dalam Pemerdayaan masyarakat dan desa serta penanggung
jawab keuangan di SKPD.
b. Pejabat Penatausahaan Keuangan (Sekretaris)
Pejabat Penatausahaan Keuangan juga bisa disebut
Pejabat Penerbit SPM, mempunyai fungsi sebagai pejabat
yang diberikan kewenangan untuk menguji, menerbitkan dan
memparaf SPM.

29

c. Bendahara Pengeluaran
Fungsi dari bendahara pengeluaran adalah orang yang
ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menatausahakan, dan
mempertanggung jawabkan uang untuk keperluan belanja negara
dalam rangka pelaksanaan pengeluaran negara pada kantor
satuan kerja kementrian atau lembaga.
d. Biro Keuangan
Fungsi biro keuangan adalah untuk membuat SP2D yang
berfungsi untuk mencairkan dana yang diminta.
Dalam rangka optimalisasi anggaran dan tata kelola keuangan
yang professional dan akuntabel maka pemerintah melalui Permendagri
No. 13 Th 2006 Pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa,

untuk

melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, Kepala SKPD


menetapkan Pejabat yang melaksanakan Fungsi Tata Usaha Keuangan
pada SKPD sebagai PPK-SKPD (Pejabat Penatausahaan Keuangan
SKPD). Guna lebih meningkatkan fungsi Tata Kelola Keuangan yang
Profesional dan Akuntabel, maka mulai TA 2014:
1. Semua SKPD melaksanakan secara penuh verifikasi penggunaan
anggaran.
2. Proses Verifikasi di PPKD/BUD sebatas kelengkapan administrasi
pengajuan SPM.

30

3. Dokumen/Bukti pengeluaran Uang mulai Tahun 2014 dan


seterusnya tidak perlu disertakan dalam pengajuan pencairan Dana
ke DPPKAD.
4. Semua Dokumen/bukti pengeluaran uang disimpan di masingmasing SKPD sebagai dokumen pertanggungjawaban pemeriksaan
aparat pengawasan fungsional.
5. Diharapkan

untuk

mempersiapkan

personil/SDM

(khusus

verifikator).
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Jepara nomor 11 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Jepara
Nomor 10 tahun 2006 Tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan
daerah, menyebutkan bahwa: Pejabat pengguna anggaran/pengguna
barang daerah mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Menyusun Rencana Kerja Anggaran SKPD (RKA-SKPD)


Menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD)
Menandatangani SPM;
Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

anggaran belanja melaksanakan pengujian SKPD yang dipimpinnya;


e. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran
f. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak
g. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam
batas anggaran yang telah ditetapkan
h. Mengelola barang utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab
SKPD yang dipimpinnya.
i. Mengelola barang milik Daerah/kekayaan Daerah yang menjadi
tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya
j. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang
dipimpinnya

31

k. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;


l. Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang
lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Bupati
m. Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah
Pemerintah Kabupaten jepara dalam pengelolaan keuangan
dilakukan dengan transparansi dan akuntabilitas publik. Karena
pelaporan keuangan diatur dengan Perbup Nomor 48 Tahun 2013.
6. PENELITIAN TERDAHULU
Sebagai referensi penyusunan skripsi ini didasarkan pada
beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti.
Referensi ini diambil berdasarkan kesesuaian dari variabel-variabel
yang diteliti dalam penelitian ini. Adapun hasil penelitian terdahulu
dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.
Penelitian Terdahulu
Judul
No
1.

Alat Analisis
(Nama, Tahun)
Pengaruh
Implementasi
Standar

Akuntansi

Regresi
Berganda

Hasil Penelitian
-

Hasil pengujian korelasi


pearson

terhadap

implementasi

variable
standar

32

Pemerintahan

dan

akuntansi pemerintahan dan

Informasi

implementasi sistem informasi

Akuntansi Terhadap

akuntansi memiliki hubungan

Kualitas

Laporan

yang sangat kuat/erat dengan

Keuangan

(Rukmi

kualitas laporan keuangan.


Hasil pengujian regresi

Sistem

Juwita, 2013).
secara simultan dengan uji F
maupun parsial dengan uji t,
memperlihatkan

bahwa

implementasi

standar

akuntansi pemerintahan dan


implementasi sistem informasi
akuntansi berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan.
Judul
No
2

Alat Analisis

Hasil Penelitian

(Nama, Tahun)
Penerapan
Sistem Deskriptif

Penerapan sistem Pengelolaan

Pengelolaan

Keuangan

Analitik

Keuangan

hubungan

Pemerintah
dalam

Daerah

menunjang

Kinerja Pengelolaan
Keuangan

(Studi

dengan

mempunyai
yang

kinerja

keuangan.

signifikan
pengelolaan

33

kasus

Pada

Dinas

Kehutanan Provinsi
Jawa
3

Barat

(Ami

Oktaviana, 2010)
Pengaruh penyajian Deskriptif

Penyajian laporan keuangan

laporan

daerah secara signifikan

Kualitiatif

Keuangan
dan

daerah

berpengaruh positif terhadap

aksesibilitas

laporan

penggunaan

keuangan

informasi

keuangan daerah oleh para

terhadap penggunaan

pengguna

informasi keuangan

aksesibilitas laporan keuangan

daerah (studi pada

berpengaruh

kabupaten

signifikan

eks

karesidenan
Judul
No

informasi.

positif

dan

terhadap

penggunaan informasi
Alat Analisis

Hasil Penelitian

(Nama, Tahun)
banyumas, (Himmah

keuangan

Bandariy, 2011)

simultan
keuangan

daerah.

Secara

penyajian

laporan

daerah

dan

aksesibilitas laporan keuangan


berpengaruh dan

signifikan

terhadap penggunaan informasi


keuangan daerah.

34

Sumber : (Rukmi Juwita, 2013).), (Ami Oktaviana, 2010), (Himmah Bandariy,


2011)

7. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijelaskan yaitu dari
perolehan data yang ada kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif kualitatif yaitu analisis yang tidak didasarkan pada perhitungan
statistik yang berbentuk kuantitatif (jumlah) akan tetapi dalam bentuk
pernyataan dan uraian yang selanjutnya akan disusun secara sistematis.
Berdasarkan keterangan tersebut kerangka pemikiran dalam penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

OTONOMI DAERAH

APBD

Standar Akuntansi Pemerintah


(Perbup Kab. Jepara Nomor 48 Tahun 2013)

Pengelolaan Keuangan Bapermades Kab.


Jepara
Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah

ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF

35

Sumber : Perbup Nomor 48 Tahun 2013


C.

METODE PENELITIAN
1. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan
dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil penelitian di
Instansi Pemerintah yaitu dilaksanakan di Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa (BAPERMADES) Kabupaten Jepara.
2. OBYEK PENELITIAN
Objek penelitian merupakan sifat keadaan dari suatu benda,
orang, atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat
keadaan dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas yang bisa
berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap prokontra, simpati-antipati, keadaan batin, dan bisa juga berupa proses.
Menurut Arikunto (2002:96), definisi dari objek penelitian merupakan
objek yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

38

Dalam penelitian ini penulis menitikberatkan objek penelitian


mengenai: Evaluasi Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah di
Bapermades Kabupaten Jepara sesuai Perbup Nomor 48 Tahun 2013,
hal ini berkaitan dengan:
1. Transaksi perbendaharaan melalui anggaran pada Bapermades Kab.
Jepara.
2. Data atau dokumen yang digunakan dalam proses pengajuan dana di
Bapermades Kab. Jepara.

39

3. Catatan akuntansi yang digunakan dalam Laporan Keuangan


di Bapermades Kab. Jepara
3. JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat
diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian.
Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan
tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan
dengan mengamati atau mewawancarai. Pengumpulan data-data
primer dalam penelitian ini adalah melalui wawancara dengan
pihak-pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam proses Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah Di Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Kabupaten
Jepara
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber
bacaan dan berbagai macam sumber lainnya. Data sekunder juga
dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi,
hasil-hasil studi, hasil survey, studi historis, dan sebagainya.
Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan

40

melalui wawancara langsung dengan pihak yang terkait dengan


penelitian.
Pengumpulan data-data sekunder dalam penelitian ini
melalui buku-buku serta literatur yang berkaitan dengan masalah
yang dibahas dalam skripsi ini yaitu tentang Evaluasi Penerapan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Di Badan Pemberdayaan
Masyarakat Dan Desa Kabupaten Jepara.
4. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan
untuk mengamati aspek-aspek yang ingin diteliti (Arikunto,
2002 : 133). Secara umum, observasi adalah pengamatan langsung
suatu obyek yang akan diteliti yang dilakukan dalam waktu
singkat dan digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai
keadaan obyek penelitian.
Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan secara
langsung terhadap Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Pada Bapermades Kabupaten Jepara.

2. Metode Wawancara

41

Wawancara sering juga disebut sebagai metode interview,


yaitu

sebuah

dialog

yang

dilakukan

oleh

pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara


(interview) (Arikunto, 2002: 133).
Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara
secara langsung dengan Kepala Bapermades Kab. Jepara,
Bendahara Pengeluaran, Pengelola Keuangan, Serta bagian lain
yang berkaitan dengan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah pada Bapermades Kabupaten Jepara.
3. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah: mencari data mengenai halhal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
(Arikunto, 2002: 200).
Penulis memanfaatkan data yang tersedia dalam bentuk
dokumen sebagai sumber informasi yang terkait dengan
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Pada Bapermades
Kabupaten Jepara.
5. METODE ANALISIS DATA
Komponen yang sangat penting dalam suatu penelitian
kualitatif diantaranya adalah data.

Kumpulan Data hanya akan

menjadi sekumpulan data tanpa arti apabila tidak dianalisa dengan


baik. Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

42

sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk


meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikan sebagai temuan bagi yang lain.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknis analisis
Deskriptif Kualitatif yaitu analisis yang dilakukan pada data yang
tidak bisa dihitung, yang bersifat monografis, atau berwujud kasuskasus (sehingga tidak dapat disusun kedalam suatu struktur
klasifikatoris) (Rianto Adi, 2004: 128). Dalam Penelitian ini, analisis
deskriptif kualitatif digunakan untuk mengevaluasi Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah di Bapermades Kabupaten Jepara sesuai
Perbup Nomor 48 Tahun 2013.
D.

SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika Penulisan skripsi disusun dengan tujuan agar pokok
masalah dapat dibahas secara menyeluruh dan terarah. Pada penulisan
penelitian ini akan dibagi dalam 5 (lima) bab pembahasan yaitu:
BAB I

: PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian, sistematika penulisan.

43

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan
untuk menjelaskan landasan teori, mengenai tinjauan pustaka
tentang: Sistem Informasi Akuntansi, Sistem Informasi
Akuntansi Keuangan Daerah, Kerangka pemikiran dan
Hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN


Dalam bab ini berisi tentang Lokasi Penelitian, Objek
Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang analisis hasil penelitian yang
meliputi:

Gambaran

umum

objek

penelitian,

Struktur

organisasi, Penyajian data, Analisis data dan pembahasan.


BAB V

: PENUTUP
Bab lima merupakan bab terakhir dari keseluruhan
penulisan skripsi yang berisi kesimpulan dan saran.

44

DAFTAR PUSTAKA
Adi, Rianto. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit
Arikunto. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta :
PT.Rineka Cipta
Baridwan, Zaki. 2008. Akuntansi Intermediate, Edisi 8, Yogyakarta: BPFE
Bastian, Indra. 2007. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Bodnar, George H. dan Hopwood, William S. 2004. Sistem Informasi
Akuntansi.Yogyakarta : Penerbit Andi.
Cushing, Barry E., diterjemahkan oleh La Midjan. 2000. Sistem Informasi
Akuntansi Pendekatan Manual Praktika Penyusunan Metode dan
Prosedu. Bandung : Lembaga Informasi Akuntansi.
Halim, Abdul, dkk. 2012. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan
Daerah. Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat.
Hall, James A. 2001. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Ketiiga. Jakarta :
Salemba Empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Edisi 2007.
Jakarta: Salemba Empat.
Juwita, Rukmi. 2013. Pengaruh Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan
dan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Politeknik Pos Indonesia
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

45

Krismiaji. 2005. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kedua. Yogyakarta :


Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Mahsun, Mohamad, Dkk. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik.
Yokyakarta: BPFE.
Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Penerbit Andi
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Nasution, S. 2000. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara
Peraturan Bupati Jepara Nomor 48 Tahun 2013 tentang Sitem Akuntansi
Pemerintah Daerah
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun Anggaran 2013;
Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah;
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Kabupaten Jepara Nomor 10 Tahun 2006 Tentang pokokpokok pengelolaan keuangan daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2001 tentang Informasi Keuangan
Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara RI No. 5165
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah;
Permendagri No. 59 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah

46

Sugiri, Slamet. 1999. Akuntansi Manajemen, Edisi Revisi. Yogyakarta : Akademi


Manajemen Perusahaan YKPN.
Susanto, Azhar. 2008. Sistem Informasi Akuntansi, Manual Praktika
Penyusunan Metode dan Prosedur. Bandung : Lembaga Informatika.
Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_akuntansi

You might also like