Professional Documents
Culture Documents
Strategy
AIRASIA : Building a successful budget
airline in Asia
Kelompok :
Eko
Cahyowibowo
(041324353009)
Pontie
Ekadeputra
(041324353017)
Kartika
Indah
(041324353034)
Unggul
Alvianto
(041224353046)
Pratiwi
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
Dalam dua tahun, AirAsia menunjukkan bahwa model tarif murah yang
ditunjukkan oleh Southwest dan JetBlue di Amerika Serikat dan oleh Ryanair dan
easyJet di Eropa, memiliki potensi besar di pasar Asia. Mengikuti trend global,
maskapai penerbangan budget tarif rendah (LFA) segera marak di Asia. Air Do mulai
beroperasi di Jepang tahun 1998, diikuti oleh Skymark di tahun 2000. Di akhir 2001,
AirAsia diluncurkan di Malaysia sebagai sebuah operasi sederhana. Di Philipina,
Cebu Pacific Airways, juga meniru Soutwest, fokus pada masalah biaya dengan
berjualan tiket online dan menjalankan bandara sekunder. Penerbangan budget
pertama India, Air Deccan (kini Kingfisher Read), diluncurkan di akhir Agustus 2003.
China ikut main di tahun 2005, dengan Spring Airlines, berbasis di Shanghai.
Keberhasilan AirAsia yang pesat mengundang banyak peniru dan pesaing.
Dengan keberhasilan sampai saat ini dan pertumbuhan yang berkelanjutan,
dapatkah AirAsia mempertahankan momentum dan melanjutkan ekspansi di penjuru
Asia dan secara global?
Airasia merupakan perusahaan yang menerapkan strategi bisnis cost leadership, hal
ini didukung dengan fakta bahwa AirAsia fokus dalam menjamin struktur biaya
rendah sebagai dasar strategi bisnisnya. Ia mampu mencapai biaya per availableseat-kilometer (ASK) di awal perkembangannya sebesar 2,5 sen, separuh dari
Malaysia Airlines dan Ryanair dan sepertiga dari easyJet. Riset UBS menunjukkan
bahwa AirAsia adalah penerbangan dengan biaya terendah di dunia pada tahun
2007. Perusahaan terus mempertahankan posisi tersebut, dengan terus menekan
biaya tahun demi tahun. Sehingga jika Airasia mampu secara konsisten melakukan
efisiensi
dan
efektivitas
dalam
proses
bisnisnya
kesempatan
untuk
mempertahankan dan melanjutkan ekspansi bisnis secara global akan sangat
memungkinkan. strategi cost leadership bertujuan untuk menciptakan nilai yang
sama atau serupa untuk customer dengan memberikan produk atau jasa pada biaya
yang lebih rendah daripada kompetitornya dengan menyediakan harga yang lebih
murah pada customernya (Rothaermel,2013). Strategi cost leadership memiliki
drivers seperti cost of input factors, economics of scale, learning curve effects,
experience curve effects (Rothaermel,2013). Dengan mempertahankan strategi
operasi seperti fokus pada struktur biaya, e-ticketing, penambahan rute baru, dan
melakukan beberapa kerjasama dengan pemerintah dan instansi lain hal tersebut
mampu mendukung perusahaan untuk terus berkembang.